MAKALAH TOKOH – TOKOH FILSUF ISLAM
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
TOKOH – TOKOH FILSUF ISLAM
BY: YANNI, DKK.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat Islam
merupakan suatu kajian terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas,
pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan di dalam dunia Islam
atau peradaban umat Muslim dan berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.
Filsafat merupakan
bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara
sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah
hasil pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang memiliki
ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta
dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa nama tokoh filsafat
islam dan karya-karyanya?
2. Apa pandangan para filsuf
muslim tentang filsafat?
3. Bagaimana pemikiran tokoh
filsuf Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Kindi
Nama Al Kindi berasal
dari nama sebuah suku yaitu Banu Kindah yaitu keturan Kindah, yang berlokasi di
daerah selatan di jazirah Arab. Nama lengkap dari Al kindi adalah abu Yusuf,
Ya’kub Ibnu Ishak Al Sabah, Ibnu Imran, Ibnu Al-Asha’ath, Ibnu Kays Al-Kindi,
keturunan suku kaya.
Al Kindi (801-873), di
dunia Barat terkenal dengan nama Al kindus, beliau adalah keturunan bangsawan
Arab dari kerajaan Kinda (Yaman), lahir di Basrah pada tahun 185 H. Pendidikannya
bermula di di Basrah dan dilanjutkan di Baghdad.[1]Alkindi
mengalami kemajuan pikiran Islam dan penerjemahan buku-buku asing ke dalam
bahasa Arab, bahkan ia termasuk pelopornya. Bermacam-macam ilmu telah dikajinya
terutama filsafat dalam suasana yang penuh bertentangan agama dan mahzab, dan dibanjiri
oleh paham golongan mu'tazilah serta ajaran-ajaran Syiah.[2]
Al-Kindi banyak
mengarang buku kurang lebih berjumlah 241 dalam berbagai bidang ilmu terutama
bidang filsafat, logika, aritmatika, astronomi, ilmu jiwa, politik, optika,
musik, matematika, dan sebagainya. Dari karangan nya dapat kita ketahui bahwa
alkindi termasuk penganut aliran eklektisisme; atau dalam metafisika dan
kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat
Plato, dalam hal etika mengambil pendapat socrates dan Plato.
a. Pemikiran Al Kindi
Menurut al-kindi
filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang termulia dan tertinggi
martabatnya, agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran. Tidak ada yang lebih
utama bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Orang
yang mengingkari kebenaran, dan oleh karenanya maka ia menjadi kafir.
Dalam risalahnya yang ditujukan kepada Al muktasim
ia menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan yang
tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Kata-katanya ini
ditujukan kepada mereka yang menentang filsafat dan mengingkarinya, karena
dianggap sebagai ilmu kafir dan menyiapkan jalan kepada kekafiran.
Menurut al-kindi
filsafat ialah ilmu tentang hakikat atau kebenaran sesuatu menurut kesanggupan
manusia, yang mencakup ilmu, ilmu keesaan, ilmu keutamaan, dan ilmu tentang
semua yang berguna dan cara memperolehnya, serta cara menjauhi perkara-perkara
yang merugikan. Al kindi berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang
segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh dan umum.
Unsur-unsur pemikiran
yang mempengaruhi filsafat Al Kindi:
1. Pemikiran phytagoras
tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.
2. Pemikiran Aristoteles
dalam fisikanya dan metafisika dan berbeda pendapat mengenai kekalnya alam.
3. Pemikiran pelaturan
Aristoteles dalam etiknya.
4. Wahyu dan iman dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sifat-sifatnya.
5. Pemikiran mu'tazilah dalam menggunakan rasio dan menafsirkan ayat-ayat Alquran.[3]
2. Ar-Razi
Ar-Razi dilahirkan di
Ravy di provinsi Khurasan, beberapa ahli mengatakan bahwa Ar Razi sudah pandai
memainkan harpa sejak usia remaja dan
telah menjadi seorang penukar uang ( money change) sebelum beralih ke
filsafat dan kedokteran. Ia memiliki reputasi baik dalam bidang kedokteran,
sehingga Al Razi diangkat menjadi kepala rumah sakit di kota asalnya selama
menjelang usia tiga puluh tahun kemudian mengambil ahli pimpinan rumah sakit di
Baghdad. Ar Razi dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian yang dermawan
dan pemurah hati. Ar Razi meninggal pada tahun 925.[4]
Sebagai seorang filosof, ar Razi banyak mengarang buku fisika dan bidang ilmu filsafat maupun di bidang ilmiah. Karya ilmiah dan fisika ar Razi sangat banyak. Tercatat ada 200 karya yang ditulis oleh ar Razi dalam bidang pengetahuan fisika dan metafisika. Buku yang paling terkenal dari ar-razi adalah “al-hawi”. Buku tersebut merupakan sebuah ensiklopedia dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh seorang Yahudi ( Farah ibn Salim). Adapun karya yang lain dari Razi adalah buku yang berjudul tentang risalah tentang filsafat, pengobatan pengorbanan rohani, maqolah tentang metafisika dan yang lainnya.
a. Pemikiran Ar Razi
1. Pandangan Ar Razi tentang
Moral
Pandangan arah haji tentang moral di dalam bukunya yang berjudul “Tibb Al Ruhani dan Surat Al Falsafiyah”. Menurutnya dalam hidup ini kita jangan terlalu zuhud tetapi jangan pula terlalu tamak. Yang paling baik adalah yang moderat artinya jangan terlalu mengumbar nafsu tetapi jangan pula terlalu membunuh nafsu. Segala sesuatu itu hendaknya menurut kebutuhan saja.
2. Metafisika Ar Razi
Pandangan Ar Razi
tentang metafisika diuraikan dalam buku yang berjudul Ilmu Ketuhan. 5 prinsip
yang kekal yang merupakan ajaran pokok metode fisika ar Razi adalah materi,
ruang, waktu, jiwa, dan pencipta. (Baru, Dermiugus). Pemikiran ar-razi tentang
kelima postulat kemudian dijadikan dalam menetapkan wujud alam. Adapun
penjabaran dari kelima postulat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tuhan
menurut ar Razi Tuhan
itu mah bijaksana ia tidak mengenal istilah lupa. Hidup ini keluar darinya
sebagai sinar terpancar dari sang surya. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu
kekuasaan Nya tidak ada yang menyamai.
b. Jiwa Universal
menurut ar Razi dunia
yang sesungguhnya itu dapat dicapai dengan filsafat. Oleh karena itu siapa yang
belajar filsafat akan mengerti dunia yang sebenarnya serta memperoleh
pengetahuan selamanya akan tetap berada di dunia sebelum dan sadarkan oleh
filsafat.
c. Benda
Teori arrasi tentang
benda ar Razi mengatakan bahwa bila tidak ada di dunia ini sesuatu yang berasal
kecuali dari benda lain, maka semestinya alam ini berasal dari sesuatu yang
lain. Dan sesuatu yang lain adalah benda. Jadi benda itu abadi pada mulanya ia
tidak terbentuk tetapi terpancar di mana-mana.
d. Ruang dan waktu
Menurut ar Razi ruang
terbagi menjadi dua yaitu ruang absolut dan ruang relatif. Ruang absolut tidak
menggantungkan wujudnya pada alam maupun benda-benda yang membutuhkan ruang.
Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda ruang ini disebut ruang relatif.
e. Masa Absolut
Ar Razi tidak mengemukakan pembuktian apapun tentang kekalahan pencipta maupun jiwa. Ia mempercayai mempercayai bahwa dunia diciptakan dalam waktu dan bersifat sementara berbeda dengan plato yang mempunyai dunia diciptakan harus tetapi bersifat pribadi.[5]
3. Al-Farabi
Abunasr Muhammad Al Al -Farabi
(870-950 M). beliau adalah seorang ilmuwan muslim keturunan Parsi, yang didirikan
di kota Farhan ( Turkestan), anak Muhammad Ibnu Auzalgh seorang panglima perang
Parsi yang berdiam di Damsyik. Al Farabi belajar di Baghdad dan Harran. Al
Farabi lahir pada tahun 257 H (870 M).
Sejak kecil Al Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa. Bahasa yang dikuasainya antara lain ialah bahasa Iran, trukestan dan Kurdistan. Setelah beranjak dewasa Al Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju Baghdad, yang merupakan pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya untuk belajar pada abu bisyr bin Matius. Selama belajar di Baghdad Al Farabi memusatkan untuk belajar tentang ilmu logika. Sebagian besar karangan-karangan Al Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, [6]dan gallenius dalam bidang logika fisika dan metafisika.
a. Pemikiran Al Farabi
1. Pemaduan pendapat Plato
dan Aristoteles
Al-farabi melihat adanya perbedaan pendapat antara kedua tokoh filsafat tersebut. Akan tetapi perbedaan itu menurut dia hanyalah dalam lahirnya saja, dan tidak mengenai pesoalan pokok, karena kedua tokoh tersebut adalah sumber dan pencipta filsafat. Apa yang dikatakan oleh kedua filosof tersebut juga satu, dan oleh karena itu maka pikiran-pikiran filsafatnya tidak mungkin berbeda.
2. Jiwa
Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan Plotinus. Jiwa bersifat ruhani, bukan materi, terwujud setelah adanya badan dan tidak berpindah-pindah dari suatu badan ke badan lain. Kesatuan antara jiwa dan jasad merupakan kesatuan secara accident, artinya antara keduanya mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasanya jiwa. Jiwa manusia disebut al-nafs al-nathiqah, yang berasal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam khalq, berbentuk, beruapa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala jasad siap menerimanya.
3. Politik
Pemikiran al-farabi tentang politik banyak dipengaruhi oleh konsep plato. Al-Farabi mengatakan bahwa bagian-bagian sesuatu negeri sangat erat hubungannya satu sama lain dan saling bekerja sama, laksana anggota-anggota badan dimana apabila salah satunya menderita maka lain-lain anggota pun ikut merasakannya pula. Kesenangan pribadi harus dikenal dalam masyarakat yang baik.[7]
4.
Ibnu Sina
Ibnu Sina lahir pada masa kekacauan di mana Khalifah Abbasiyah mengalami
kemunduran di negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan tersebut mulai melepaskan diri satu persatu
untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina lahir
di Afshanah, desa kecil dekat bukhara, 370 H/980 M, dan wafat di hamdan, 428
H/1037 M. Ia adalah putra seorang pegawai tinggi pada Dinasti Samaniah (204-395
H/819-1005 M).
Pada usia yang sama, ia mengawali prosesi sebagai seorang dokter dan
menjadi sangat populer ketika ia berhasil mengobati Nuh bin manshur (976-997
M), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Karena kemampuan dan jasa-jasanya
kepada penguasa, maka kemudian ia diangkat sebagai menteri pada Dinasti Hamdani
(293-394 H/905-1005) selama dua periode, namun pada akhirnya ia dipecat dari
jabatannya sebagai menteri, dan dipenjarakan, karena pemikirannya dianggap
merugikan penguasa.[8]
Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H(1037), ia meninggal dunia di Hamadzan pada usia 58 tahun.
a.
Pemikiran Ibnu Sina
Risolet filsafat utama Ibnu Sina adalah kitab Al Syifa atau kita
pengobatan yang terkenal dalam bahasa latin. Karya ini merupakan ensiklopedia
studi islamic Yunani pada abad ke-11, yang disusun dari logika sampai
matematika. Karena para pembaca filosofis pada saat itu, yang telah terbiasa
menggunakan ringkasan dan juga ringkasan dari ringkasan merasa puas dengan
keyakinannya sendiri untuk menganalisis penjelasan yang terlalu panjang. Maka
Ibnu Sina mengambil inisiatif untuk membuat sendiri ringkasan karya ensiklopedia
ini. Ia menyebutnya kitab Al najat atau kitab penyelamat yang jauh lebih luas
dibaca daripada Al Syifa sendiri.
Dalam pendahuluan Assyifa meninjau seluruh bidang ilmu pengetahuan
Yunani Arab. Ibnu Sina melahirkan kesulitan metodologi yang mendasar sebagai
tujuan dalam karya ini, menurutnya adalah untuk mencarikan ilmu-ilmu yang
dianggap berasal dari nenek moyang tanpa menghapus nilainya.
Pemikiran Ibnu Sina bertolak belakang kepada pandangan filsafatnya yang
membagi tiga jenis hal yaitu:
1.
Penting dalam dirinya sendiri
tidak perlu kepada sebab lain untuk kejadiannya, selain dirinya sendiri yaitu
Tuhan.
2.
Berkehendak kepada yang lain,
yaitu makhluk yang butuh kepada yang menjadikannya.
3.
Makhluk mungkin, yaitu bisa ada
bisa tidak ada, dan iya sendiri tidak butuh kepada kejadiannya maksudnya
benda-benda yang tidak berakal seperti pohon, air, batu, tanah, api dan
lain-lain.
Dalam membahas mengenai adanya Tuhan dan hubungannya dengan alam
semesta. Ibnu Sina mengatakan dalam bukunya, Al isyarat titik dan pandangan
argumen orang terhadap wujud yang pertama keesaan-Nya kemaha agungan-Nya tidak
berkehendak pada sesuatu yang lain selain dari ciptaannya atas makhluk itu
sendiri, tanpa pandangan apapun ciptaan dan bentuknya. Meskipun ciptaannya
dipandang sebagai tanda adanya Tuhan. Orang lebih mengerti dengan lebih kuat
dan baik terhadap Tuhan, karena adanya makhluk berarti adanya Tuhan. Adanya
segala makhluk dapat dibenarkan pendapat tentang adanya Tuhan.[9]
5.
Ibnu Thufail
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn ‘Abd Malik ibn Muhammad ibn
Muhammad ibn Tufail. Ia lahir pada abad VI H/XIII M di kota Guadix, Granada. Ia
adalah pemuka pertama dalam pemikiran filosofis Muwahhid yang berasal dari
Spanyol.
Ia adalah seorang dokter, filosuf, ahli matematika, dan penyair yang
sangat terkenal di Muwahhid Spanyol, akan tetapi hanya sedikit karya-karyanya
yang dikenal orang. Dua karyanya yang masih ada adalah “Risalah Hayy ibn
Yaqzan” dan “Asrar Al-Hikmah Al-Mashiriqiyyah”.
Kisah Hayy bin Yaqzhan yang ia tulis adalah untuk memenuhi permintaan temannya yang menginginkan penjelasan tentang rahasia filsafat Timur. Menurutnya filsafat hanyalah untuk orang tertentu saja, yang digunakan untuk mencapai kebahagiaan tertinggi, dapat upaya mencapai ini mereka harus mundur dari kehidupan praktis sehari-hari, harus mengasingkan diri dari hiruk pikuk sosial karena akan mencemari pikirannya.[10]
a.
Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail
Ibnu thufail berpendapat bahwa akal dapat membimbing manusia dari alam
kegelapan setingkat demi setingkat menuju kepada cahaya kebenaran secara
hakiki. Pemikiran Ibnu tuhfail ini sejalan dengan filsafat pada umumnya,
termasuk Ibnu bajjah. Ibnu Thufail menerangkan bahwa perbandingan dan hubungan
antara Tuhan kewajiban wujud dengan alam makhluk adalah laksana cahaya matahari
dengan benda-benda alam yang disinarinya. Cahaya itu saja sebenarnya yang
bercahaya, tetapi orang mengira bahwa benda-benda lainnya itu juga bercahaya.
Sebagai seorang filosof ia bukan hanya berpikir secara ke filsafatan, akan tetapi juga banyak merenungkan kembali pemikiran filosof yang lain seperti Aristoteles, Al Farabi, Ibnu Sina, dan Al Ghazali. Kesimpulan kritik-kritiknya terhadap filosop timur ialah Ibnu Thufail memberikan kesan bahwa apa yang telah dijelaskan oleh mereka itu belum memberikan kepuasan. Dan karena itu pula Ibnu Thufail lalu mencoba menerangkan pendapat filsafatnya dalam cerita ibarat hayy bin yaqdhan itu. Maksud menulis cerita itu ialah sebagai jalan untuk menyampaikan hasrat orang yang bertanya tentang derajat kepuasan yang selalu dibayangkan oleh komplus rapat dan tasawuf.[11]
6.
Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup masyhur. Iya adalah
Abdul Walid Muhammad bin Ahmad Ibn Rusyd. Lahir di Cordova pada tahun 520 H. Ia
berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dan kekuatan dan mempunyai
kedudukan tinggi di Andalusia. Pada usia 18 tahun Ibnu Rusyd berpergian ke
Maroko, di mana iya belajar kepada Ibnu Thufail.
Ibnu Rusd adalah seorang ulama besar dan penulas yang dalam terhadap
filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingannya,
karena menurut riwayat, sejak kecil samai tuanya ia tidak pernah terputus
membaca dan menelaah kitab.
Karangannya meliputi berbagai ilmu seperti, fiqih, ushul fiqh, bahswa, kedokteran, astonomi, politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, adakalanya ulasan atau ringkasan.
a.
Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd tugas filsafat ialah tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta semua yag ada ini. Dan Al-Qur’an, menyurh supaya manusia berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Dengan demikian Tuhan sebenarnya menyuruh manusia supaya berfikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Dengan demikian Tuhan sebenarnya menyuruh manusia supaya berfilsafat. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa berfilsafat wajib atau sekurang-kurangnya sunat. Kalau pendapat akal bertentangan dengan wahyu, demikian pendapat Ibnu Rusyd, teks wahyu harus diberi interpretasi begitu rupa sehingga sesuai dengan pendapat akal. Ibnu Rusyd banyak mengarang buku tetapi asli berbahasa Arab sulit ditemukan lagi. Sebagian dalam buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yahudi.[12]
7.
Al Ghazali
Abu Hamid Muhammad Al Ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh yang merupakan
suatu kota kecil yang terletak di dekat tus di khurasan Iran. Ia bergelar
sebagai hujjatul Islam. Imam al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli
filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan
kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah
Nizhamiya, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam al-Ghazali meninggal dunia
pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di
Thus. Jenazahnya di kebumikan di tempat kelahirannya.[13]
a.
Pemikiran Al Ghazali
Sikapnya terhadap filosof-filosof dalam bukunya tahafut al-falasifah dan
Al-Munqidh min adh-Dhalal, al-Ghazali menentang filosof-filosof Islam. Bahkan
mengkafirkan mereka dalam tiga soal soa
1.
Mengingkaran kebangkitan jasmani
2.
Membataskan Ilmu Tuhan kepada Hal-hal yang
besar saja.
3.
Kepercayaan tentang qadimnya alam
dan kezalimannya. Akan tetapi dalam bukunya yang lain, yaitu Mizan al- Amal,
dikatakan bahwa ketiga-tiga persoalan tersebut menjadi kepercayaan orang-orang
tasawuf juga. Juga dalam bukunya al-Madlnun ‘Ala Ghairi Ahlihi ia mengakui
qadimnya alam. Kemudian dalam Al-Munqidh min adh-Dhalal ia menyatakan bahwa
kepercayaan yang dipeluknya ialah kepercayaan orang-orang tasawuf.
Pikiran al-Ghazali telah mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan
penuh kegoncangan batin, sehingga sukar diketahui kesatuan dan kejelasan corak
pemikirannya, seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap filosof-filosos dan
terhadap aliran-aliran akidah pada masanya
KESIMPULAN
Filsafat
islam memiliki pengaruh dari filsafat yunani namun tujuan dalam filsafat islam
bukanlah untuk menentang al-hikmah yang hakiki. Banyak cendikiawan muslim yang
berusaha mengeluarkan hasil pemikirannya yang merupakan suatu hubungan dalam
syari’at islam. Ilmu filsafat awalnya ilmu
yang ditentang keras akan tetapi dengan munculnya filsuf-filsuf muslim yang
berusaha mendudukan ilmu filsafat ini dengan islam menjadikan ilmu filsafat
menjadi ilmu yang seharusnya dipelajari umat muslim sebagai pijakan dalam
berargumen dan menegaskan apa yang telah disampaikan dalam al-qur’an.
Dengan adanya tokoh tokoh filsuf
dan pemikiran nya yang sangat kuat biasa memberikan kita pengetahuan yang lebih
luas lagi terkait filsafat dan pemikiran yang telah dilahirkan. Sehingga
pemikiran filsafat walaupun memiliki perbedaan dapat dijadikan hubungan antara
setiap tokoh dan pikiran nya.
Daftar Pustaka
Hanafi Ahmad, Pengantar
Filsafat Islam. Jakarta, PT Bulan Bintang : 1996
Madkour, Ibrahim, Aliran Dan Teori Filsafat Islam,
Jakarta: Bumi Aksara 2004.
Muhammad Sholikhin, filsafat dan metafisika
dalam islam jakarta, PT. Buku Kita :2008
Sudarsono, Filsafat Islam. PT
Rineka Cipta, Jakarta. 1997.
Zainul Ahmad Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim Pembuka
pintu gerbang filsafat barat modern (yogyakarta, lkis pelangi aksara, 2004)
Badiatul Muchlisin, 105 Tokoh Penemu & Perintis Dunia.
Jakarta, PT Buku Kita : 2009
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hamid_Muhammad_al-Ghazali#Filsafat diakses 23
Mei 2022
Komentar
Posting Komentar