BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni,
agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar
bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen
tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen
evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus
diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran
apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model
pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat
model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran
untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum dan lain-lain.
Selanjutnya
Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur.
Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki strategi,
metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1.
Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2.
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3.
Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil;
4.
Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai.
Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model
pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk
memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk
aspek kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran
untuk melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk
melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di
kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok
bahasan (materi) tertentu harus di pilih model pembelajaran yang paling sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model
pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi
pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas
yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal
yang sangat peenting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan
tentang model peembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai
beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya
kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan
pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai
dan tuntas sesuai yang di harapkan.
B. Macam-Macam Model Pembelajaran
1.
Model Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
a.
Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar
konteksual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.
Sistem
CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks
kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran
kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan
belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang
lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan
aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan
demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang
terpenting adalah proses.
Pada
intinya penngembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermkna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
3.
Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanya-pertanyaan.
4.
Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui
kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5.
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
6.
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
7.
Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
2.
Model Pembelajaran Kooperatif
a.
Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Pada hakikatnya
cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati,
mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
1.
Ketergantungan yang positif,
2.
Pertanggungjawaban individual,
3.
Kemampuan bersosialisasi,
4.
Tatap muka,
5.
Evaluasi proses kelompok.
Ada
dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1.
Cooperative task atau tugas kerja sama.
2.
Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
b.
Model-model Pembelajaran Kooperatif
1)
Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model
ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran
dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu
bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin
memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agara
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan
kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif untuk subjek tertentu, guru
menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi
ini.
2)
Model Jigsaw
Model
ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di
Universitas Texas.
Model
pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif
yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)
Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b)
Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c)
Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok
baru (kelompok ahli).
d)
Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e)
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f)
Pembahasan.
g)
Penutup.
3)
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi
belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di
Universitas Tel Aviv, Israel.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model
pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung
jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan
manusia sosial.
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah :
a)
Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b)
Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c)
Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4)
Model Struktural
Menurut
pendapat Spencer dan Miguel Kagan, bahwa terdapat eman komponen
utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya,
yaitu:
a)
Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b)
Prinsip-prinsip Dasar
Empat
prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi
sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
3.
Model pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM)
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah
sebagai berikut :
a.
Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur,
c.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d.
Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
baru dalam belajar,
e.
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f.
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g.
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h.
Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i.
Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar, dan
j.
PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
4.
Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI)
Pendidikan
merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata
dunia. Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan
agar tujuan utama dari pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai.
Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model
pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang
digunakan.
Proses
pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan. Banyak faktor
yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas. Ketidaktertarikan
pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena metode pembelajaran
yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam kegiatan-kegiatan
pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian materi pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat menggunakan metode dan
model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran inovatif
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan
media moviemendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari
informasi, menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan
video maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan
model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi
dari Ibrahim dan Nur yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong siswa
melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjelaskan
serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. Selain itu,
kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie adalah
membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara
berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar
menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan kelak.
5.
Model Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan
komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya
merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah pembelajaran
berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat
teknologi terapan yang memungkinkan seseorag melakukan proses belajar secara
individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut.
Mesin
mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap
kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
a.
Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang
benar,
b.
Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban
yang benar dari satu soal,
c.
Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan
adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal
tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak
memunculkan soal berikutnya.
b.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar
kognitif model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai
berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi
dari sistem memori pada komputer.
6.
Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan)
PAKEM
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan
berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif dan ,menyenagkan.
Dalam
model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan
yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan,
pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
7.
Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya,
maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian,
yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya
tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah
dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh
peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi
masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Monitoring
proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas.
Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain
intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama banyak dengan
kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan
belajar.
8.
Model Pembelajaran Tematik
Model
pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran
tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari mulai
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada proses yang
ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan
bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam
pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema
yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.
C. Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan
terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai
teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti
teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah
suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda
dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah
barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari
sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah
pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran
yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil
pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di
samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada
pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun,
dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat
pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena
dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara
guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun.
Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan
proses pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
D. Karakteristik Pembelajaran Inovatif
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik
yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan,
pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa
faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan
perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam
perencanaan, karakteristik tersebut meliputi :
1.
Keunggulan
relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan,
bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise
sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
2.
Konfirmanilitas/Kompatibel
(Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
3.
Kompleksitas
(complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima.
4.
Trialabilitas
(Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
5.
Dapat
diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu
inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen
pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar,
pelatihan guru, implementasi kurikulum,dll.
E.
Model
Pembelajaran untuk SD/MI
Anak
yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini.
Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara
optimal.
Karakteristik
perkembangan anak pada kelas I, II dan III SD biasanya pertumbuhan fisiknya
telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian,
dapat menangkap bola, dapat mengendarai sepeda roda dua dan telah berkembang
koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara
lain mereka telah dapat menunjukkan kelakuannya tentang jenis kelaminnya, mulai
berkopetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi dan mandiri.
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah
dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi,
sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan
salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan
dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat
terhadap angka dan tulisan, meningkatkan perbendaharaan kata, senang berbicara,
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
a.
Cara Anak Belajar
Piaget, menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam mengintepretasikan dan beradaptasi dengan lingkngannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang
disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek
tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan
konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan
konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut
jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan baru menjadi seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan
melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku
belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkunngannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang
proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang
usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku balajar sebagai berikut: (1)
mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke
aspek situasi lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
(2) mulai berfikir secar operasional, (3) mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang,
lebar, luas dan berat.
Memperhatiakan
tahapan perkembanngan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia
sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1.
Konkrit. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual,
lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2.
Integratif. Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari
berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif
yakni dari hal umum ke bagian khusus.
3.
Hierarkis. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang
secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis,
keterkaitan antar materi dan cakupan keluasaan serta kedalaman materi.
F.
Menentukan
Model Pembelajaran Sd/Mi Yang Tepat
Menggunakan model pembelajaran kooperatif , dimana
dalam hal ini siswa bekerja sama dengan temanya yang telah dibagi kedalam
kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan materi yang hendak dibahas. Memilih
model pembelajaran ini karena dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan
kelompoknya. Selain itu siswa juga dituntut untuk berfikir secara mandiri
dengan kelomponya,agar siswa dan kelompok nya dapat memecahkan materi yang
telah diberikan guru. Dalam hal ini guru hanya mengarahkan kepada siswa,
kemudian siswa dan kelompoknyalah yang menyelesaikan materi tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa
untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar
yang lebih baik. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Inovasi
pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau dilakukan
oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan
bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai
terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu
penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Daryanto, Model
Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta: Gava Media, 2012
Sugiyanto, Model-model
pembelajaran inovatif (Surabaya: Mata Padi Presindo, 2009
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung : CV
Wacana Prima, 2009
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Prenada Media Grup, 2013
Komentar
Posting Komentar