MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.







BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.[1]
Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1.             Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2.             Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai)
3.             Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil;
4.             Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat tercapai.
Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan  untuk aspek kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu  topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.[2]
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.
B.       Macam-Macam Model Pembelajaran
1.             Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning)
a.             Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.[3]
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL  tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.             Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermkna, apakah dengan cara bekerja  sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2.             Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.             Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-pertanyaan.
4.             Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan  kelompok berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5.             Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6.             Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.             Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
2.             Model Pembelajaran Kooperatif
a.             Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.[4] Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Nurulhayati, mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
1.             Ketergantungan yang positif,
2.             Pertanggungjawaban individual,
3.             Kemampuan bersosialisasi,
4.             Tatap muka,
5.             Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1.            Cooperative task atau tugas kerja sama.
2.            Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.

b.             Model-model Pembelajaran Kooperatif
1)             Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi ini.
2)             Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.[5] Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)             Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b)             Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c)             Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
d)            Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e)             Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f)              Pembahasan.
g)             Penutup.
3)             Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah :
a)              Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b)             Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c)              Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4)             Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan, bahwa terdapat eman komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya, yaitu:
a)             Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b)             Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
3.             Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :[6]
a.             Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b.             Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,
c.             Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d.            Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar,
e.             Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f.              Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g.             Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h.             Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan,
i.               Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan
j.               PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
4.             Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan.[7]
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas. Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media moviemendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi, menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi dari Ibrahim dan Nur yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan kelak.
5.             Model Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorag melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut.
Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
a.             Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang benar,
b.             Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar dari satu soal,
c.             Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak memunculkan soal berikutnya.
b.             Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi dari sistem memori pada komputer.
6.             Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif dan ,menyenagkan.[8]
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.


7.             Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama banyak dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
8.             Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari mulai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada proses yang ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.

C.       Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.[9]
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
D.       Karakteristik Pembelajaran Inovatif
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan, karakteristik tersebut meliputi :[10]
1.             Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
2.             Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
3.             Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
4.             Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
5.             Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum,dll.
E.       Model Pembelajaran untuk SD/MI
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas I, II dan III SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat menangkap bola, dapat mengendarai sepeda roda dua dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan kelakuannya tentang jenis kelaminnya, mulai berkopetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi dan mandiri.[11]
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatkan perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
a.              Cara Anak Belajar
Piaget, menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam mengintepretasikan dan beradaptasi dengan lingkngannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkunngannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku balajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek situasi lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) mulai berfikir secar operasional, (3) mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat, (5) memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat.[12]
Memperhatiakan tahapan perkembanngan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1.             Konkrit. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa  dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2.             Integratif. Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian khusus.
3.             Hierarkis. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi dan cakupan keluasaan serta kedalaman materi.
F.        Menentukan Model Pembelajaran Sd/Mi Yang Tepat
Menggunakan model pembelajaran kooperatif , dimana dalam hal ini siswa bekerja sama dengan temanya yang telah dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan materi yang hendak dibahas. Memilih model pembelajaran ini karena dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya. Selain itu siswa juga dituntut untuk berfikir secara mandiri dengan kelomponya,agar siswa dan kelompok nya dapat memecahkan materi yang telah diberikan guru. Dalam hal ini guru hanya mengarahkan kepada siswa, kemudian siswa dan kelompoknyalah yang menyelesaikan materi tersebut.









BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.








DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Daryanto, Model Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta: Gava Media, 2012
Sugiyanto, Model-model pembelajaran inovatif (Surabaya: Mata Padi Presindo, 2009
Sumiati dan Asra,  Metode Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima, 2009
Wina Sanjaya, Strategi  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  Jakarta: Prenada Media Grup, 2013



[1] Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 67.
[2] Ibid., hlm. 70.
[3] Wina Sanjaya, Strategi  Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  (Jakarta: Prenada Media Grup, 2013), hlm. 77.
[4] Ibid., hlm. 79.
[5] Sumiati dan Asra,  Metode Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009), hlm. 123.
[6] Ibid., hlm. 125.
[7] Daryanto, Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Gava Media, 2012), hlm. 55.
[8] Ibid., hlm. 58.
[9] Ibid., hlm. 73.
[10] Sugiyanto, Model-model pembelajaran inovatif (Surabaya: Mata Padi Presindo, 2009), hlm. 97.
[11] Ibid., hlm. 98.
[12] Ibid., hlm. 102.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL