KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN KETIDAKMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
RAHMADANI : 15
302 000 03
DosenPembimbing:
ALI AMRAN,M.Si.
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh
mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat
di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan,
minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara
berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki
sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan
dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu
merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya
dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai
anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu
proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah
memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya
marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri,
karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses penyesuaian diri
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyesuaian diri
1.
Pengertian
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment.
Menurut para
ahli penyesuaian diri yaitu:
a.
Ali dan Asrori (2005), penyesuaian diri dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan
perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi
kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk
menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu
dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.
b.
Schneiders (dalam Kusdiyati dkk,2011) penyesuaian diri
( adjustment) adalah suatu proses dimana individu berusaha keras untuk mengatasi
atau menguasai kebutuhan dalam diri, ketegangan, frustasi, dan konflik,
tujuannya untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan
lingkungan dimana dia tinggal dengan tuntutan di dalam dirinya.
c.
Supriyo (2008: 90) penyesuaian diri merupakan suatu
proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
d.
Devina (2010), Penyesuaian diri adalah suatu proses
alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkingannya atau proses bagaimana
individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai
dengan lingkungannya .
e.
Satmoko (Ghufron dan Risnawita, 2010) mendefinisikan
penyesuaian diri sebagai interaksi seseorang yang secara kontinyu dengan
dirinya sendiri, orang lain, dan dunianya.
Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah
proses mengubah diri sesuai dengan tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar
dapat berhasil menghadapi, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga
tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya
dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya.
2.
Karakteristik penyesuaian diri
Adapun
karakteristik penyesuaian diri, di antaranya:
a.
Penyesuaian diri yang sehat/positif antara lain:
1)
Mampu menerima dan memahami diri sebagaimana adanya
dan sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan disamping
kelebihannya.
2)
Mampu menerima dan menilai kenyataan lingkungan di
luar dirinya secara obyektif sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan
dan memiliki ketajaman dalam memandang realitas.
3)
Mampu
bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan
obyektif yang ada pada luar dirinya.
4)
Memiliki perasaan aman yang memadai. Perasaan aman
mengandung arti bahwa orang itu mempunyai harga diri yang mantap, disamping
juga perasaan terlindung mengenai keadaaan dirinya pada umumnya.
5)
Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak
toleran.
6)
Bersikap terbuka dan sanggup menerima umpan balik.
Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi, hal tersebut terlihat
dalam memelihara tata hubungan denga orang lain.
7)
Mampu
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan
kewajibannya. Sikap dan keberadaannya didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan
norma, dan atas keinsyafan sendiri.
b.
Penyesuain diri yang tidak sehat antara lain:
1)
Mudah marah.
2)
Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
3)
Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
4)
Bersikap kejam atau senang menggangu orang lain yang
usianya lebih muda.
5)
Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
meskipun sudah diperingati atau dihukum.
6)
Mempunyai kebiasaan berbohong.
7)
Hiperaktif.
8)
Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
9)
Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.
10) Kurang
memiliki rasa tanggung jawab.
11) Kurang
memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.
12) Bersifat
pesimis dalam menghadapi kehidupan.
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Individu
dalam memberikan penilaian tentang baik buruknya penyesuaian, hendaknya juga
perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian individu
tentang hal tersebut. Hal ini penting untuk diketahui agar individu dapat
mengurangi salah penafsiran dalam memahami penyesuaian seseorang. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri dapat berasal dari internal maupun
eksternal, antara lain:
a.
Motif berafiliasi
seseorang mempunyai motif berafiliasi yang tinggi,
mempunyai dorongan untuk membuat hubungan dengan orang lain, karena ada
keinginan untuk disukai, diterima, dan akan selalu berusaha supaya tetap ada..
b.
Konsep diri
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang memandang
terhadap dirinya sendiri, baik itu mencakup aspek fisik, psikologis, sosial
maupun aspek kepribadiannya.
c.
Persepsi
Persepsi adalah pengamatan dan penilaian seseorang
terhadap obyek peristiwa dan realitas kehidupan baik itu melalui proses
kognisi, maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tersebut.
d.
Sikap
Sikap berarti kecenderungan seseorang untuk beraksi
kea rah hal-hal yang positif atau negative. Selain itu sikap akan sangat
dipengaruhi oleh intelegensi dan minat. Intelegensi adalah modal untuk
melakukan aktifitas menalar, menganalisis, dan menyimpulkan berdasarkan
argumentasi yang obyektif, rasional sehingga dapat menjadi dasar dalam
melakukan penyesuaian diri didukung oleh faktor minat, maka proses penyesuaian
diri akan berlangsung lebih efektif.
e.
Kepribadian ektrovet
Tipe kepribadian ekstrovet akan lebih lentur dan dinamis, sehingga akan
lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibandingkan kepribadian introvert yang
kaku dan statis
f.
Pola asuh
Pola asuh demikratis dengan suasana keluarga yang
diliputi keterbukaan lebih memberi peluang bagi anak untuk melakukan
penyesuaian diri secara efektif dibandingkan dengan pola asuh keluarga yang
otoriter maupun pola asuh yang penuh kebebasan. Demikian juga keluarga yang
sehat dan utuh akan lebih memberi pengaruh positif terhadap penyesuaian diri
anak dibandingkan dengan keluarga yang retak.
g.
Kelompok sebaya (teman sebaya)
Kelompok sebaya akan menguntungkan apabila
kegiatan-kegiatan bersama terarah, terprogram dan dapat dipertanggungjawabkan
secara psikologis, sosial, dan moral.
4.
Bentuk-Bentuk Penyesuaian diri
Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjusted
person) manakala mampu melakukan respon-respon yang matang , efisien,
memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan
melakukan dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat
artinya bahwa respons yang dilakukannya dengan hakikat individu, lembaga atau
kelompok antarindividu, dan hubungan antar individu dengan penciptanya.
Sebaliknya, reaksi yang tidak memuaskan, tidak efektif, dan tidak efisien
seringkali diartikan sebagai penyesuaian diri yang kurang baik, buruk, atau
dikenal dengan istilah “malasuai” (maladjustment).
Bentuk penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :
a.
Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi (adaptation)
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi padahal
adaptasi ini umumnya lebih mengarah pada penyasuaian diri dalam arti fisik,
fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah
panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku didaerah
dingin tersebut. Dengan demikian, dilihat dari sudut pandang ini, penyesuaian
diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self-maintenance
atau survival).
Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya diartikan sama dengan usaha
mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan
penyesuaian diri dalam arti psikologis. Akibatnya, adanya kompleksitas
kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dengan
lingkungan menjadi terabaikan. Padahal, dalam penyesuaian diri sesungguhnya
tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih
penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam
hubungannya dengan lingkungan.
b.
Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
Penyesuaian diri dimaknai sebagai bentuk konformitas banyak membawa akibat
lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan
bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu
mampu mengindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial
maupun emosional. Dalam sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada
tuntutan konformitas dan terancam akan tertolak dirinya manakala perilakunya
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Keragaman pada individu menyebabkan penyesuaian diri tidak dapat dimaknai
sebagai usaha konformitas. Misalnya, pola perilaku anak-anak berbakat atau
anak-anak genius ada yang tidak berlaku atau tidak dapat diterima oleh
anak-anak berkemampuan biasa. Namun demikian, tidak dapat dikatakan behwa
mereka mampu menyesuaikan diri. Norma-norma sosial dan budaya terkadang terlalu
kaku dan tidak masuk akal untuk dikenakan pada anak-anak yang memiliki
keunggulan tingkat inteligensi atau anak-anak berbakat.
Selain itu, norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan
norma pada budaya lainnya sehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian
prinsip-prinsip penyesuaian diri berdasarkan budaya yang dapat diterima secara
universal. Dengan demikian, konsep penyesuaian diri sesungguhnya bersifat
dinamis dan tidak dapat disusun berdasarkan konformitas sosial.
c.
Penyesuaian
diri sebagai bentuk usaha penguasaan (mastery)
Penyesuaian diri sebagai bentuk usaha penguasaan yaitu kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain,
penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan
diri sehingga dorongan, emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
Hal itu juga berarti penguasaan dalam memiliki-kekuatan-kekuatan terhadap
lingkungan, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas berdasarkan cara-cara
yang baik, akurat, sehat, dan mampu bekerja sama dengan orang lain secara
efektif dan efisien, serta mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan sehingga
penyesuaian diri dapat berlangsung dengan baik.
5. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fatimah (2006)
penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Penyesuaian pribadi
Penyesuaian pribadi
adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang
harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu menyatakan
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu
bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Pada aspek ini,
keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh:
1) Tidak adanya rasa benci,
2) Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada
potensi dirinya.
Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai
oleh:
a)
Kegoncangan emosi
b)
Kecemasan
c)
Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan
tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
b.
Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam
lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan
orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota
keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas
secara umum.
Proses yang harus dilakukan individu
dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa
memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses
penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang
berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan
membentuk kepribadiannya.
B. Ketidakmampuan
Penyesuaian Diri
1.
Pengertian
Ketidakmampuan penyesuaian diri
adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengubah diri sesuai dengan norma atau
tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi
kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya
keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima
oleh kelompok dan lingkungannya.
2. Bahaya Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri.
Meskipun penolakan diri tidak diungkapkan secara
terbuka hal ini tampak jelas pada peeilaku yang dapat dianggap sebagai tanda
ketidakmampuan menyesuaikan diri petunjuk bahwa individu tidak puas pada diri
sendiri dan mempunya sikap menolak diri. Berikut tanda ketidakmampuan
menyesuaikan diri pada remaja adalah:
a. Tidak bertanggung jawab,tampak dalam peeilaku mengabaikan pelajaran
misalnya untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.
b. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
c. Perasaan tidak aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar
kelompok.
d. Merasa ing/in pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal.
e. Perasaan menyerah.
f. Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh
dari kehidupan sehari-hari.
g. Mundur ketingkat perilaku sebelumnya agar disenangi dan diperhatikan
Menggunakan mekanisme
pertahanan seperti rasionalisasi proyeksi,berkhayal dan memindahkan.
C. Individu
Marginal
1.
Pengertian
Menurut Kartono pribadi marginal adalah seseorang yang dihadapkan pada
pilihan-pilihan. Pribadi marginal juga dapa disebut sebagai pribadi tepian atau
setengah-setengah. Individu marginal dapat dikatakan sebagai bentuk
ketidakmampuan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini disebabkan
oleh alasan-alasan berikut ini:
a.
Ditolak oleh masyarakat untuk menjalankan
peranan-peranan yang sangat didambakannya.
b.
Menolak peranan-peranan yang disodorkan oleh
masyarakat kepada dirinya atas dasar alasan-alasan subyektif.
c.
Keterbatasan internal dan eksternal
terlalu sempit sehingga ia tidak mampu mengadakan adaptasi terhadap sejumlah
peranan-peranan spsoa; yang dianggap normal maupun yang abnormal/sosiopatik.
2.
Ciri-Ciri
Adapun ciri-ciri individu marginal berdasarkan pengertian di atas, yaitu:
a.
Memiliki
pribadi yang setengah-tengah
b.
Memiliki
struktur limitasi/batasan internal dan ekternal yang sempit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas, bahwa penyesuaian diri merupakan proses mengubah diri
sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan
konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya
dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya. Sedangkan
ketidakmampuan menyesuaikan diri berarti individu tidak dapat menyesuaikan diri
sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia tinggal
Individu/pribadi
marginal adalah seseorang yang dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ketidakmampuan
penyesuaian diri pada individu marginal disebabkan karena individu marginal
senantiasa masih bingung akan tetap melakukan peranan sesuai dengan tuntutan
dirinya atau berubah haluan melakukan peranan sesuai dengan tuntutan
lingkungannya.
Daftar Pustaka
Ali & Asrori,
Psikologi Remaja Perkembangan peserta didik. Jakarta : Bumi Aksara,2005.
Devina, Sarah. 2018. Penyesuaian Diri.http://sarahdevina.wordpress.com/2018/09/12/penyesuaian-diri/.
Diakses tanggal 12 September, 2018.
Mohammad, A & Mutia, S. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik Edisi
Kedua. Jakarta : Bumi Aksara, 2004.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016.
Kartono, Kartini,. Patologi Sosial Jilid I. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009.
Ali & Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan peserta
didik. (Jakarta : Bumi Aksara,2005), hlm. 65.
Devina, Sarah. 2018. Penyesuaian
Diri. http://sarahdevina.wordpress.com/2018/09/12/penyesuaian-diri/.
Diakses tanggal 12 September, 2018.
Mohammad, A &
Mutia, S. Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik Edisi Kedua. (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hlm.
75.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 195-196.
Kartono, Kartini,. Patologi Sosial Jilid I. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009), hlm.48.
Komentar
Posting Komentar