MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

Skripsi Pengaruh Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI dalam Penerapan Akidah Akhlak di SMPS Satria Budi Rokan Hilir


Pengaruh Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI dalam Penerapan Akidah Akhlak di SMPS Satria Budi Rokan Hilir

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses  pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung dengan jelas dalam tujuan pendidikan nasional.[1]
Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan bermasyarakat.[2]
Penigkatan mutu pendidikan merupakan isu sentral di negara-negara berkembang, termasuk indonesia. Masalah ini sudah lama dicoba di atasi dengan berbagai cara, upaya, namun hasilnya belum optimal. Teknologi pendidikan merupakan bagian dari pendidikan, yang brkepentingan dengan segala aspek pemecahan masalah belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan, juga ikut serta dalam berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui cara-caranya yang khas.[3]
Mutu pendidikan banyak bergantung pada mutu guru dalam membimbing proses belajar mengajar, sejak berabad-abad orang beruaha intuk mencari jalan untuk meningkatkan mutu metode mengajar dengan mencari prinsip-prinsip. Pemerintah memerikan teknologi pendidikan kepada sekolah agar guru bisa menunjang hasil belajar lebih baik lagi. Ini semua bergantung pada bakat guru dalam menggunkan teknologi pendidikan.[4]
Menurut Iskandar Alisyahbana Teknologi pendidikan telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah “teknologi” belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia. Sedangkan menurut Jaques Ellul memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia.[5]
Perkembangan teknologi pendidikan telah menghasilkan sebuah sistem pembelajaran jarak jauh. Dengan sistem ini maka siswa tidak perlu lagi bersusah payah dalam memahami maeteri. Bahkan seorang guru akan dengan mudah mencari bahan ajar yang sesuai dengan bidangnya dan juga siswa dapat mendalami ilmu pengetahuan yang didapatkan teknologi pendidikan. sehingga terjadi cakrawala berpikir yang lebih kontektual dan lebih mudah mencerna informasi yang masuk tersebut. Bahkan dalam lingkup pendidikan, sudah saatnya dibentuk suatu jaringan informasi yang memanfaatkan teknologi informasi ini. Munculnya Media Massa, khususnya Media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab. Komputer Sekolah dan lain-lain.[6]
Dengan kemajuan Teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan Teknologi bisa dibuat abstrak, dan dapat dipahami secara mudah oleh siswa.Teknologi pendidikan membawa warna tersendiri bagi seorang guru karena Pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik, dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks, Mempercepat proses yang lama, Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi, Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan. Pemanfaatan teknolgi pendidikan dalam pembelajaran Akidah Akhlak sanngat penting karena pelajaran Akidah Akhlak ilmu yang mambangun konep berpikir yang jernih dan membangun krakter jiwa serta sumbernya ilmu
Tugas pendidik Akidah Akhlak menjadi berat dan kompleks. Pertama, bagaimana menyampaikan materi ajar kepada peserta didik supaya sesuai dengan standar kurikulum?. Kedua, bagaimana proses pembelajaran dapat terlaksana dengan melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif ?. Sebuah tantangan bagi pendidik Akidah Akhlak untuk senantiasa berpikir, bertindak inovatif, dan kreatif, sebab pendidik yang mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada gilirannya guru dapat meningkatkan mutu pendidikan.. Proses pembelajaran merupakan hasil sinergi dari tiga komponen utama pembelajaran, yaitu peserta didik, kompetensi guru, dan fasilitas pembelajaran. Ketiga prasyarat tersebut pada akhirnya bermuara pada proses pemanfaatan teknologi pendidikan
pembelajaran Akidah Akhlak yang efektif dalam kerangka peningkatan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak antara lain harus memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya Akidah Akhlak dan memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas peserta didik dan juga kreativitas guru itu sendiri. Di sisi lain upaya peningkatan kualitas pembelajaran Akidah Akhlak perlu mempertimbangkan perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran, yang antara lain ditandai dengan adanya teknologi pendidikan dalam belajar. Pembelajaran  terpusat pada guru yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam pemebelajaran Akidah Akhlak, dari kerja terisolasi ke kerja kolaborasi, dari pengiriman informasi sepihak ke pertukaran informasi, dari pembelajaran pasif ke pembelajaran aktif dan partisipatif, dari yang bersifat faktual ke cara berpikir kritis, dari respon reaktif ke proaktif, dari konteks artificial ke konteks dunia nyata, dari single media ke multimedia. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpotensi mengembangkan suasana belajar mandiri. Dalam hal ini, pembelajaran dituntut dapat menarik perhatian peserta didik dan sebanyak mungkin memanfaatkan teknologi yang diajarkan guru di dalam kelas.
Pemebelajaran Akidah Akhlak merupakan usaha membantu siswa mngkontruksi pengetahuannya melalui proses, pembelajaran Akidah Akhlak bukan hanya pemahamn konsep-konsp semata, tetapi mendidik siswa agar berpikir kreatif, kritis, aktif dan profesional. Dilihat dari pentinnya teknologi pendidikan dalam pembelajaran Akidah Akhlak, membuat siswa semakin giat dalam belajar dan terangsang dalam membumbuhi ilmu ke dalam siswa. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada guru yang menerapakan keterampilan mengajar yang berhubungan dengan teknologi pendidikan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti di SMPS Satria Budi Rokan Hilir. Peneliti melakukan  Observasi, melihat bahwa tekonologi pendidikan sudah diterapkan, tetapi dalam pembelajaran Akidah Akhlak penerapan tekonologi pendidikan masih belum terlaksana secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari saat proses belajar mengajar di dalam kelas, guru belum memanfaatkan sarana prasaran yang  tersedia di sekolah tersebut, seperti pemanfaatan Komputer dan Internet, Infokus, Slide dan Filmstrip, Overhead Pro yang disediakan oleh sekolah tersebut belum sepenuhnya dipergunakan saat pembelajaran berlangsung. Di samping itu dalam konteks pembelajaran Akidah Akhlak guru diharapkan mampu mengimplementasikan teknologi pendidikan dalam pembelajaran Akidah Akhlak  yang inovatif (student-sentered) yang menunjang keberhasilan siswa dalam memahami materi tersebut.
Tetapi kenyataan di lapangan guru belum pandai betul menggunakan teknologi pendidikan seperti yang diharapkan tuntutan zaman modren.. Hal ini dapat dilihat dari proses belajar mengajar yang berlangsung sebagian besar masih banyak menggunakan metode ceramah, tanpa memanfaatkan pasilitas yang berbasis teknologi pendidikan yang berau Akidah Akhlak, dan tidak memunculkan kekreativitasan guru saat mengajar siswa di dalam kelas, dan guru jarang menggunakan alat teknologi pendidikan dalam menyampaikanmateri Akidah Akhlak, sehingga siswa kurang mengenala alat teknologi pendidikan dan manfaatanya,  sebagaimana harapan dan tujuan pemerintah memberikan teknologi pendidikan kepada sekolah hanya untuk memudahkan guru dalam menyampaikan gagasan dan ide yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.[7]
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ahmad Rizal siswa kelas VIII, menyatakan bahwa teknologi pendidikan di sekolah ini sangat jarang di gunakan guru dalam proses pembelajaran terutama dalam pelajaran Akidah Akhlak, seolah-olah teknologi pendidikan di sekolah ini hanyalah sebuah pajangan semata dan perhisan sekolah. Siswa di sekolah ini sangat ingin guru menggunakan alat tersebut untuk menyampaikan isi materi agar siswa kelas VIII bisa dan tahu cara menggunakannya dan manfaatnya.[8]
Seharusnya guru lebih mempersiapkan diri baik dari segi penguasaan materi maupun kemampuan dalam menggunakan teknologi pendidikan agar tercapainya tujuan pembelajaran dalam mengajar. Dengan adanya bantuan teknologi pendidikan guru akan mempunyai pegangan yang lebih mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk memberikan pembelajaran yang efesien dan efektif. Sikap ilmiah terhadap proses belajar-mengajar akan memberikan sikap yang leih kritis terhadap caranya mengajar dan mendorongnya untuk mencari jalan yang lebih menjamin keberhasilan. Jadi dengan adanya teknologi pendidikan guru dapat meningkatkan prosefinya  sebagai guru yang profesional dalam atri yang sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengangkat sebuah judul penelitian “Pengaruh Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI dalam Penerapan Akidah Akhlak di SMPS Satria Budi Rokan Hilir”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana Pemanfaatan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan Agma Islam di SMPS Satria Budi Rokan Hilir?
2.    Apa saja kendala-kendala (problematika) yang ditemukan dalam Pemanfaatan Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agma Islam di SMPS Satria Budi Rokan Hilir?
C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana Pemanfaatan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan Agma Islam di SMPS Satria Budi Rokan Hilir
2.      Untuk mengetahui kendala-kendala (problematika) yang ditemukan dalam Pemanfaatan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan Agma Islam di SMPS Satria Budi Rokan Hilir
D.    Kegunaan Penelitian
Ada pun hasil penelitian ini berguna sebagai berikut :
1.      Bagi mahasiswa
a.       Sebagai salah satu kajian penelitian untuk mengembangkan khasanah keilmuan yang telah diperoleh dalam proses perkuliahan.
b.      Mahasiswa calon guru Akidah Akhlak dapat mengetahui keterampilan mengajar yang harus dimiliki sebelum mengajar di dalam kelas.
c.       Sebagai masukan dan kritik saran dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa khususnya yang berkenaan.
d.      Acuan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan tugas seorang guru berikutnya dan mampu memperbaiki kekurangan yang ada.
2.      Bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padangsidimpuan
a.       Sebagai salah satu sumbangsih penulis untuk almamater tercinta IAIN padangsidimpuan.
b.      Sebagai salah satu pertimbangan untuk mengevaluasi kembali pemanfaatan teknologi pendidikan yang ada di sekolah.
c.       Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis, namun dalam pandangan yang berbeda.
E.     Landasan Teori
1.      Pengertian Teknologi Pendidikan
Pengertian teknologi pendidikan meliputi pengertian secara mikro dan pengertian secara makro. Adapun penertian teknologi pendidikan sacara mikro adalah teknologi pendidikan merupakan media komunikasi yang dimanfaatkan dalam pendidikan yang mencakup alat-alat teknologi pendidikan yang bersifat hardware.[9]Sejalan dengan pengertian di atas, teknologi pndidikan adalah media yang berbagai jeni komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.[10]
Pendapat lain yang dikutip oleh S. Sadiman dari brigs, bahwa teknologi pendidikan adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang sswa untuk belajar seperti buku, flim, kaset, bingkai, dan dll.[11]
Sedangkan pengertian teknologi secara makro, banyak para ahli yang mampu mendefenisikan teknologi pendidikan. Adapun pengertian teknologi pendidikan sebagaimana yang dikitup Sudjorwo S. Ada tiga defenisi yaitu sebagai berikut:
a.       Teknologi pendidkan merupakan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem, teknik dan alat dengan tujuan untuk meningkatkan proses belajar bagi manusia.
b.      Teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah tentang belajar dan kondisi. Untuk meningkatkan efektivas dan efesien dalam mengajar dan latihan. Secara implisit adalah menetaptapkan prinsip-prinsip ilmiah, jadi teknologi pendidikan adalah menerapkan teknik-teknik testing empiris untuk meningkatkan situasi belajar.
c.       Teknologi pendidikan merupakan cara yang sistematik dalam desain, penerapan dan evaluasi  proses belajar/mengajar secara keseluruhan untuk mencapai tujuan instruksional yang spesifik, berdasarkan pada penelitian teori belajar, komunikasi dan penggunaan secara kombinasi dari berbagai sumber belajar manusia dan non manusia untuk memproleh  efektivitas pengajajaran.[12]
Sejalan dengan pendapat di atas, yusufhadi miarso mendefenisikan bahwa teknologi pendidikan adalah teori dan praktis dalam desain, pengemangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penelitian proses, dan sistem untuk belajar.[13]
Defenisi tersebut mengandung makna adanya empat komponen dalam teknologi pemelajaran yaitu:
a.       Teori dan praktik
b.      Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian.
c.       Proses dan sumber data
d.      Bahan untuk belajar.[14]
Dalam defenisi tersebut dapat dilihat kawasan teknologi pendidikan/pembelajaran yaitu desain, pengembangan, pengelolaan, pemamfaatan, dan penilaian serta penelitian proses sumber dan sistem belajar.
Menurut yusufhadi dkk, teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah-masalah yang menyangkut semua aspek belajar serta merancang. Melaksanakan, menilai dan mengelolah pemecahan masalah itu.[15]
Teknologi pendidikan dapat dirumuskan sebagai suatu idang deskripsi, unsur-unsurnya:
a.       Suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatan belajar  manusia.
b.      Kegiatan itu dilaksanakan secara sistematis.
c.       Cara sistematis itu meliputi identifikasi pengambilan, pengorganisasian, dan penggunaan segala macam sumber belajar.
d.      Kepentingan itu juga meliputi pengelolaan dari proses kegiatan.[16]
Dari beberapa pengertian teknologi pendidikan tersebut, menurut hemat peneliti bahwa teknologi pendidikan adalah media komunikasi yang dimanfaatkan dalam pendidikan yang mencakup alat-alat teknologi pendidikan yang bersifat hardware seperti TV, Radio, Komputer atau juga pemikiran yang sistematis tentang pendidikan, penerapan metode probleng solving dalam pendidikan yang di lakukan dengan alat-alat komunikasi modren akan tetapi juga tanpa alat-alay itu. Atau akata lain teknologi pendidikan adalah  suatu proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia, proedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.
2.      Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran aqidah akhlak adalah suatu wahana pemeberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu pengertian pembelajaran aqidah akhlak adalah  suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk dapat menyiapkan peserta didik agar beriman terhadap ke-Esaan Allah SWT, yang berupa pendidikan yang mengajarkan keimanan, masalah ke-Islaman, kepatuhan dan ketaatan dalam menjalankan syari’at Islam menurut ajaran agama, sehingga akan terbentuk pribadi muslim yang sempurna iman dan Islamnya.  Dengan demikian yang penulis maksudkan dengan pembelajaran aqidah akhlak adalah: usaha atau bimbingan secara sadar oleh orang dewasa terhadap anak didik untuk menanamkan ajaran kepercayaan atau keimanan terhadap ke-Esaan Allah SWT, yaitu keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah, dan diwujudkan oleh amal perbuatan. Selain itu pembelajaran aqidah akhlak adalah salah satu bagian dari mata pelajaran Akidah Akhlak yang digunakan sebagai wahana pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran Islam sehingga dapat membentuk prilaku-prilaku siswa yang sesuai dengan norma dan syariat yang ada.[17]
F.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif (berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar).[18]Penelitian kualitatif (Qualitatif research) adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama yaitu menggambarkan dan mengungkapakan (to describe and explore) dan menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).[19] Sedangkan berdasarkan metode pengumpulan data, penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi.[20]
G.    Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan oleh penulis dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1.      Wawancara
Anas Sudijono mengemukakan, secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.[21]
Menurut Joko Subagyo, wawancara ialah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.[22]sedangkan menurut Riduwan, wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh ilmu langsung dari sumbernya.[23]
Lexy Moleong pun memaparkan pendapatnya mengenai pengertian wawancara, yaitu wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[24] Dalam penelitian ini, adapun jenis wawancara yang diguanakan oleh peneliti adalah jenis wawancara semi berstruktur.
Menurut Ahmad Nizar Rangkuti, wawancara semi berstruktur ini dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuansi pertanyaan tidaklah sama pada setiap parsipan bergantung proses wawancara dan jawaban tiap individu.
2.    Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.[25]Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.[26].
3.      Dokumentasi
             Data domunter adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa, serta ditulis dengan sengaja untuk menyiapkan atau meneruskan keterangan menjadi peristiwa tersebut.
H.    Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Adapun analisis data dilakukan dalam bentuk analisis kualitatif deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan data berupa kata-kata bukan angka-angka, sebab penelitian ini bersifat non hipotesis yang tidak memerlukan rumus satistik, sedangkan untuk tahap penyimpulannya dilakukan secara induktif yakni proses logika yang berangkat dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakkukan menuju suatu teori, serta analisis terhadap dinamika fenomena yang diamati secara teliti.
Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:[27]
1.    Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola serta membuang yang tidak perlu.
2.    Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,  flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan mengamati sifat yang akan diteliti.
3.        Penarikan Kesimpulan dan Vertifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan vertifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kulaitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah dan rumusan dalam pennelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.



I.       Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penelitian dalam menyusun skripsi maka penelitian disini, menyajikan sistematika pembahasan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Pada BAB I, penelitian  menjelaskan tentang hal – hal yang berkaitan dengan latar belakang penulis mengangkat judul penelitian, penulis memaparkan beberapa variabel atau faktor lain yang berhubungan dengan penelitian yang disebut identifikasi masalah. Setelah itu, karena penelitian membatasi variabel / faktor yang akan diteliti selanjutnya lebih mendetail. Kemudian penelitian menjelaskan devenisi variabel dari beberapa referensi, dan pada akhirnya menjelaskan beberapa manfaat penelitian.
Pada BAB II, Berisikan kajian teori yang berfungsi sebagai acuan teoritik dalam melakukan penelitian ini.
Pada BAB III, peneliti memuatkan beberap penjelasan yang berkaitan denganwaktudantempatpenelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpul data, danteknikpengolahananalisis data danteknikmenjaminkeabsahan data.
Pada BAB IV, berisikan paparan data atau hasil penelitian yang mencakuppemanfaatan teknologi pendidikan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di SMPS Satria Budi Rokan Hilir.
Pada BAB V, merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran – saran yang dianggap perlu.



[1]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 1.
[2]Ibid., hlm. 3.
[3]Dewi Salma Prawiradilaga, Eveline siregar, Mozaik Teknologi pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2004), hlm., 3.
[4]Ibid, hlm., 4.
[5]Iskandar Alisyahbana, Pengaplikasian Teknologi Pendidikan,(Jakarta: Jayapustaka, 2004),hlm., 23.
[6]Ibid, hlm., 24.
[7]Hasil Observasi, di SMPS Satria Budi Rokan Hilir,  08 Nopember 2018, Pukul 09.30 WIB
[8]Ahmad Rizal Siswa Kelas VIII SMPS Satria Budi Rokan Hilir, “wawancara” 08 Nopember 2018, pukul 11:30 WIB
[9] S., Nasution, Teknlogi Pendidkan,( Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm., 1.
[10]Ibid, hlm,. 2.
[11] Arief, s. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grapindo Psada, 1993), hlm., 6.
[12]Fred percival dan henry, Teknologi Pendidikan,( Jakarta: Jayapustaka, 2000), hlm., 88.
[13]Yusufhadi Miarso, Mengamati Benih Teknologo Pendidikan, (Jakarta: Jayapustaka, 1999), hlm, 50.
[14]Ibid, hlm., 65.
[15]Yusufhadi Miarso dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali, 1986), hlm 5.
[16]Ibid, hlm., 6
[17] Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Yogyakarta: Wahana Press, 2009) hlm.9
[18]Ahmad Nizar Rangkuti, Metode  Penelitian Pendidikan (Bandung: Perdana Mulya Sarana, 2014), hlm. 17.
[19] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 60-61.
                [20]Cholod Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),  hlm. 44.
[21]Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.82.
[22]Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Peraktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),hlm.39.
[23]Riduwan, Belajar Mudah Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009),hlm.74.
[24]Lexy J Moleong, Op. Cit,hlm.135.
                [25] Ahmad Nizar Rangkuti, op. cit. hlm.143.
                [26]Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 63.
[27]Ibid. Hlm 78.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN