MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PATOLOGI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, minimalnya lapangan pekerjaan dan menurunnya tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap munculnya masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial dalam masyarakat tersebut sering disebut sebagai “patologi sosial”.
Penyakit Masyarakat adalah perilaku dari anggota masyarakat yang dapat menimbulkan keresahan dan ketidaktentraman dalam kehidupan masyarakat. Penyakit masyarakat di kalangan soaial masyarakat saat ini sudah semakin marak di kalangan masyarakat khususnya pemuda dan sangat meresahkan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Contoh dari penyakit masyarakat adalah perjudian, perkelahian atau tawuran, penyalah gunaan narkoba atau NAPZA, alkoholisme atau mabuk-mabukan, pelacuran, korupsi, dan masih banyak lagi penyakit masyarakat yang terjadi di masyarakat saat ini. Dalam makalah ini penulis ingin masyakat mengetahui macam-macam penyimpangan sosial di masyarakat, penyebabnya.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Patologi Sosial
Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti disease/penderitaan/penyakit dan  Logos  yang berarti berbicara tentang/ilmu. Menurut para ahli patologi sosial diantaranya,
1.      Blackmar dan Billin menyatakan bahwa, patologi sosial diartikan sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian.
2.      Soejono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kelompok sosial.
3.      Blummer dan  Thampson menyatakan bahwa masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh, yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.[1]
4.      Kartini kartono, patologi sosial merupakan tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.Dan yang disebut dengan masalah sosial yaitu :
a.       Semua bentuk tingkah laku yang melanggar adat istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).
b.      Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang banyak.[2]

B.     Masalah-Masalah yang Ada Dalam Patologi Sosial
1.      Perjudian
Perjudian itu merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, satu bentuk patologi sosial.  Sejarah perjudian sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu, sejak dikenalnya sejarah manusia.Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja; yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, petandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian  yang tidak/ belum pasti hasilnya. Berjudi  adalah tindakan spekulatif , bersikap untung-untungan terhadap kemenangan atau laba yang belum pasti. Memang,  sikap spekulatif  itu sedikit atau banyak pastilah ada pada setiap orang .  Buktinya, setiap orang pasti pernah mempertaruhkan sesuatu, misalnya dalam bentuk: energy, pikiran,  aktivitas, uang, harta, bahkan hidupnya, demi pencapaian satu tujuan hidup.  Namun semua perbuatan tadi masih ada dalam batas-batas kekangan kemauan dan hati nurani.
Berbedalah  semua itu dengan  perbuatan judi dengan taruhan, karena judi ini menggiring orang kepadang nafsu  buruk yang tidak terbatas. Karena itu, sekalipun pemerintah  sudah berkali-kali melarang dengan macam-macam undang- undang, sanksi dan hukuman,  bahkan buku-buku agama juga menurunkan ayat-ayat pelarangan berjudi, namun pada intinya perjudian  tidak bisa diberantas. Yaitu tidk bisa di punahkan, selama nafsu bermain dan berspekulasi masih bersarang  di hati manusia.[3]
2.      Korupsi
Korupsi merupakan benalu sosial yang merusak sendi-sendi struktur pemerintahan, dan menjadi hambatan paling utama bagi pembangunan. korupsi  adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk  keuntungan pribadi,  merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala: salaah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi ; salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang  dan kekuatan-kekuatan formal ( misalnya dengan alasan  hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.[4]
3.      Kriminalitas
Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan);  juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria; dapat berlangsung usia pada usia anak,  dewasa  ataupun lanjut umur. tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar; yaitu dipikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu makssud tertentu  secara sadar benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar; misalnya didorong oleh implus-implus yang hebat,  didera oleh dorongan – dorongan paksaan yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi.
kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali. misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang , sehingga terjadi peristiwa pembunuhan. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. sedang kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan. istilah kriminologi ini berasal dari antropolog perancis P. Topinard.
4.      Pelacuran
Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencegahan atau perbaikannya. Pelacuran itu berasal dari bahasa latin pro-stituere atau pro- stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan persundalan, pencabulan, pergendakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau wanita tuna susila.
Tuna susila  atau tidak susila  itu diartikan sebagai ; kurang beradab karena keroyolan relasi seksualnya, dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual, dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayanannya. Tuna susila itu juga bisa diartikan sebagai ; salah tingkah, tidak susila  atau gagal menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila. Maka pelacur itu adalah wanita yang tidak pantas kelakuannya, dan bisa mendatangkan  mala/celaka dan penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul degan dirinya, maupun kepada diri sendiri.[5]

C.     Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Patologi Sosial
Pada dasarnya permasalahan penyakit masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.       Faktor Ekonomi
Tingkat kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi memicu tindakan-tindakan kriminal. Karena desakan kebutuhan yang tinggi sementara penghasilan yang tidak mencukupi kemudian dijadikan alasan utama untuk melakukan penyimpangan seperti merampok, mencuri, dan sedang marak saat ini seperti kasus pembegalan.
2.       Faktor Usia
Kejahatan yang cenderung meningkatkan disorganisasi sosial dan penyesuaian pribadi.
3.       Faktor Keluarga
Keluarga merupakan cermin utama bagi seorang anak. Faktor keluarga disini meliputi bagaimana orang tua dalam mendidik seorang anak, perhatian orang tua terhadap anak, interaksi orang tua dengan anak, keadaan ekonomi keluarga serta kepedulian orang tua terhadap anak tersebut. Disini orang tua sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak untuk menjadikan anak tumbuh dengan baik dan tidak terjerumus ke dalam penyaki-penyakit masyarakat. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada semua orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik dengan memberikan perhatian yang penuh terhadap anak.
5.      Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap munculnya penyakit-penyakit masyarakat. Misalnya seseorang yang berada di lingkungan yang tidak baik seperti lingkungan orang-orang pemabuk, suka main judi dan senang berkelahi, maka seseorang tersebut cepat atau lambat akan mudah terjerumus ke dalam kumpulan orang-orang tidak baik itu. Norma-norma (aturan-aturan) yang tidak ditegakkan di dalam masyarakat juga iku menyumbang akan munculnya penyakit-penyakit sosial.
6.      Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan bagi seseorang untuk menjalankan hidupnya dengan baik. Baik itu pendidikan formal (pendidikan di sekolah) maupun non formal (pendidikan dalam keluarga, lingkungan masyarakat dan pergaulan). Dengan pendidikan seseorang mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang tidah seharusnya dilakukan. Sehingga dengan pendidikan yang baik seseorang tidak akan terjerumus ke dalam permasalahan penyakit-penyakit masyarakat.
Kenakalan remaja seperti perkelahian, pencurian dan mabok-mabokan yang ada di daerah saya biasanya dilakukan oleh anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua (latar belakang orang tua yang kurang baik), terpengaruh oleh lingkungan yang buruk dan kurangnya pendidikan yang mereka miliki. Banyaknya anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah (hanya lulus SD/SMP), tidak bekerja dan ditinggal oleh orang tua di daerah saya, memberikan penyataan bahwa sebagian besar remaja di daerah saya telah terjerumus ke dalam pentayit-penyakit masyarakat.[6] Jadi menurut penulis faktor-faktor terjadinya patologi sosial yang telah di paparkan diatas termasuk faktor intenal dan faktor eksternal oleh pelaku (pencetus).
Pertama, faktor ekonomi. Ketika mendengar kata ekonomi pasti uang yang akan tersirat dalam pikiran kita. Uang seakan-akan menjadi raja dalam kehidupan. Uang dapat menyejahterakan orang karena dengan uang orang dapat memenuhi kebutuhannya. Namun, masalahnya kemampuan orang untuk mendapatkan sejumlah uang tidaklah sama. Dilihat dari beberapa aspek ( kepribadian : bekerja keras, ulet, dll; pendidikan : bakat, minat, prestasi; dan aspek lainnya ). Ketidaksamaan kemampuan mendapatkan uang antar individu dan kurang tepatnya peran pemerintah dalam mengelola pasar inilah yang akan mengakibatkan penyakit masyarakat ( kemiskinan, frustasi yang lari ke narkoba, adanya pekerja sek komersial, dll ). Masyarakat yang tidak mampu mendapatkan uang denganlayak akan menghalalkan segala cara utuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kedua, Rendahnya Kualitas Pendidikan, Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang masyarakat dapatkan guna menghadapi tantangan masa depan. Pengertian pendidikan itu sendiri, yaitu Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Rendahnya kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong penyakit masyarakt karena dengan rendahnya pendidikan dalam masyarakat maka masyarakat akan mudah untuk terhasut dan kurang bsa memahami apa yang baik untuk dirinya dan untuk lingkungannya.
Ketiga, Globalisasi menjadi salah satu factor penyebab penyakit masyarakat karena globalisasi merupakan  suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara dan bersifat internasional, dan globalisasi itu lebih condong kea rah budaya barat yang identik dengan kebebasan yg tidak sesuai dengan bangsa Indonesia.
Keempat, Rendahnya Peran Keluarga dan Agama. Keluarga merupakan tempat dimana individu untuk pertama kalinya memperoleh pendidikan, rendahnya peran keluarga akan menyebabkan penyakit masyarakat karena control keluarga merupakan hal penting yang harus dilakukan guna mencegah individu melakukan penyimpangan. Sedangkan agama merupakan pondasi terpenting yang harus dimiliki individu guna membentengi individu dari perbuatan menyimpang.
.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Patologi sosial merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang penyakit dalam masyarakat seperti penyimpangan sosial, disorganisasi dan disintegrasi sosial. Patologi sosial sulit didefinisikan karena tidak adanya suatu batasan atau acuan norma secara universal. Selain itu ada pendapat bahwa suatu penilaian itu subyektif bukan obyektif.
Cakupan patologi sosial meliputi konsep, faktor-faktor penyebab, macam-macam  patologi sosial dan gejala fenomena patologi sosial.
Patologi sosial berhubungan erat dengan pembentukan karakter. Hal ini dapat ditinjau dari pendekatan biologis yang menerangkan perilaku individu merupakan pewarisan dari genetik, pendekatan psikologis dan psikiatri yang lebih menekankan pada kondisi mental, sedangkan pendekatan sosiologis yang menekankan pengaruh lingkungan dalam perilaku seseorang.




















DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.
Kartini Kartono, Pat ologi Sosial Jilid 1, (Jakarta: Rajawali Pers,2009.
http://umum.kompasiana.com/2018/12/13/masalah-masalah-sosial/diakses pada  13 Desember 2018 pukul 10:58 WIB
Apriyantyo, Dani, Judi Dan Macamnya, Bandung:Paradigma, 1999.
https://sundarinita.wordpress.com/2012/12/13/pembangunan-karakter-individu-di-era-globalisasi/ diakses pada 13 Desember 2018 pukul 16.00 Wib.




[1]  Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hlm, 42.
[2]  Kartini Kartono, Pat ologi Sosial Jilid 1, (Jakarta: Rajawali Pers,2009),  hlm. 1-2.
[3]  Apriyantyo, Dani, Judi Dan Macamnya, (Bandung:Paradigma, 1999), hlm 48.
[4]  http://umum.kompasiana.com/2018/12/13/masalah-masalah-sosial/ (diakses pada  13 Desember 2018 pukul 10:58 WIB).
[5]   Kartini Kartono, Op.Cit., hlm, 140.
[6] https://sundarinita.wordpress.com/2012/12/13/pembangunan-karakter-individu-di-era-globalisasi/ (diakses pada 13 Desember 2018 pukul 16.00 Wib.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL