MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH SEJARAH INDONESIA MASA KEMERDEKAAN

SEJARAH INDONESIA MASA KEMERDEKAAN 
By. Kholilah, Dkk Mahasiswa

BAB I
PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Hal ini dapat dilihat dari sejarah Indonesia dari mulai zaman prasejarah sampai pada masa kemerdekaan. Kebeserannya dapat kita lihat dari banyaknya kerajaan besar yang menguasai nusantara, bahkan sampai keluar nusantara. Bangsa yang besar ialah bangsa yang bisa menghargai bangsanya.
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia juga telah mencapai puncaknya dengan pengucapan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno pada tanggal 16 Agustus 1945. Indonesia adalah Negara yang baru lahir sehingga masih rentan dengan penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan bangsa sendiri. Agar kemerdekaan bangsa Indonesia bisa bertahan, maka diperlukan suatu pemerintahan yang kokoh yang mencerminkan jiwa kepribadian bangsa Indonesia. Dalam alinia pertama pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Terdapat sautu Pernyataan yaitu merupakan reaksi terhadap kenyataan bahwa selama berabad-abad bangsa Indonesia telah dijajah oleh bangsa asing.yang terakhir adalah pendudukan tentara             Jepang. Selama berabad-abad itu pula bansa Indonesia melakukan perlawanan dan perjuangan yang gigih tiada hentinya, untuk memebesakan diri dari belenggu penjajahan.
Pencapaian kemerdekaan juga memerlukan perjuangan yang sangat gigi dari pahlawan yang ditandai dengan proklamasi. Proklamsi merupakan simbol yang sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia. Karena dari situlah bangsa Indonesia baru akan dapat menata diri untuk diakui keberadaannya oleh dunia internasional. Maka dengan proklamasi kemerdekaan yang dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945 terbentuklah segera Indonesia. Terbentuknya suatu pemerinthan Indonesia  yaitu sejak Indonesia merdeka telah mencapai pada UUD 1945, dapat diketahui bahwa Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang bebentuk Republik dengan kadaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945. Hal ini sebagaimana tertera pada UUD 1945 pasal 1 ayat 1dan 2. 

    B.     Rumusan Masalah
1.      Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan perdaban Islam di Indonesia Pra kemerdekaan?
2.      Bagaimana pembentukan dan perkembangan awal RI?
3.      Sejarah peradaban Islam setelah kemerdekaan?

     C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan perdaban Islam di Indonesia Pra kemerdekaan
2.      Untuk mengetahui pembentukan dan perkembangan awal RI.
3.      Untuk mengetahui sejarah Peradaban Islam setelah kemerdekaan









BAB II
PEMBAHASAN

A.        Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Perdaban Islam di Indonesia Pra Kemerdekaan
1.      Latar Belakang Perjuangan Kemerdekaan
Perang Pasifik semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika serikat semakin mantap, sementara Jepang mengalami kekalahan di mana-mana. Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri.  Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945, Indonesia dibagi dalam dua wilayah kekuasaan berikut:
a.           Wilayah Komando Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, meliputi: Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
b.           Wilayah Komando Angkatan Darat yang berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh kawasan Asia Tenggara terdapat di Dalat (Vietnam).
Serangan tentara sekutu sudah mulai diarahkan ke Indonesia. Setelah menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan Maluku pada tanggal 20 Oktober 1944. Jendral Douglas Mac Arthur, Panglima armada Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik, menyerbu Kepulauan leyte (Filipina). Penyerbuan ini adalah penyerbuan terbesar dalam Perang Pasifik.[1] Pada tanggal 25 Oktober 1944 Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di pulau Leyte. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang mengijinkan pengibaran bendera Merah Putih di samping bendera Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.
2.      Persiapan Proklamasi
Pada akhir tahun 1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik sudah sangat terdesak. Angkatan perang Amerika Serikat sudah tiba di daerah Jepang sendiri dan secara teratur mengebom kota-kota utamanya. Ibukotanya sendiri, Tokyo, boleh dikatakan sudah hancur menjadi tumpukan puing. Dalam keadaan terjepit, pemerintah Jepang memberikan “kemerdekaan” kepada negeri-negeri yang merupakan front terdepan, yakni Birma dan Filipina. Tetapi kemudian kedua bangsa itu memproklamasikan lagi kemerdekaannya lepas dari Jepang. Adapun kepada Indonesia baru diberikan janji “kemerdekaan” di kelak kemudian hari.
Dengan cara demikian Jepang mengharapkan bantuan rakyat Indonesia menghadapi Amerika Serikat, apabila mereka menyerbu Indonesia. Dan saat itu tiba pada pertengahan tahun 1945 ketika tentara Serikat mendarat di pelabuhan minyak Balikpapan. Dalam keadaan yang gawat ini, pemimpin pemerintah pendudukan Jepang di Jawa membentuk sebuah Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai). Badan itu beranggotakan tokoh- tokoh utama Pergerakan Nasional Indonesia dari segenap daerah dan aliran dan meliputi pula Soekarno- Hatta.
Sebagai ketuanya ditunjuk dr. Radjiman Wedyodiningrat seorang nasionalis tua, dengan dua orang wakil ketua, yang seorang dari Indonesia dan yang lain orang Jepang. Pada tanggal 28 Mei 1945 dilakukan upacara pelantikan anggota Dokuritsu Junbi Cosakai, sedangkan persidangan pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945.
3.      Birokraksi Keagamaan
Penyebaran Islam pertama kali di Indonesia dilakukan oleh para       pedagang pertumbuhan Komunitas Islam bermula diberbagai pelabuhan-pelabuhan-pelabuhan penting lainnya seperti di Sumatera, Jawa, dan pulau lainnya. Kerajaan-kerajaan Islam yang pertama berdiri juga didaerah pesisir. Demikian halnya dengan kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Demak, Banten, dan Cirebon, Ternate, serta Tidore. Dari sana kemudian ilam mulai menyebar kedaerah-daerah sekitar.
Selain merupakan pusat-pusat perdagangan serta politik ibu kota kerajaan juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama dan mubalig Islam.
4.      Ulama dan Ilmu-ilmu keagamaan
Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan Islam di Indonesia  terutama terletak dipundak para ulama. Terdapat dua cara yang dilakukan para ulama diantaranya pertama membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig kedaerah-daerah yang lebih luas.cara ini dilakukan didalam lembaga-lembaga pendidikan islam yang dikenal dengan pesantren diJawa, dayah di Aceh, dan suarau di minagkabau. Kemudian yang kedua melalui karya-karya yang tersebar dibaca diberbagai tempat yang jauh. Karya-karya yg dibuat tersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan di Indonesia pada masa itu.
5.      Arsitek bangunan
Perbedaan latar belakang budaya, arsitektur bangunan-bangunan Islam di Indonesia berbeda yang terdapat didunia Islam lainya. Hasil-hasil bangunan pada zaman dan pertumbuhan agama Islam di Indonesia antara lain masjid-masjid kuno Demak, Sendeng Duwor Agung kesepuhan dicerebon, Masjid agung banten, baiturrahman di Aceh, dan di daerah-daerah lainnya.
Beberapa mesjid kuno dapat mengingatkan kita dengan namnya seni bangunan candi, menyerupai bangunan meru pada zaman Indonesia-Hindu. Pada hal ini mengingatkan kita kepada pola-pola ukiran yang sudah dikenal pada candi perambanan dan candi lainnya.[2]


B.         Pembentukan dan Perkembangan Awal RI
Sejak pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diadakan persiapan- persiapan di rumah Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56 untuk menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia. Lebih kurang 1000 orang telah hadir untuk menyaksikan peristiwa yang maha penting itu. Pada pukul 10 kurang lima menit Hatta datang dan langsung masuk ke kamar Soekarno. Kemudian kedua pemimpin itu menuju ke ruang depan, dan acara segera dimulai tepat pada jam 10 sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Soekarno membacakan naskah proklamasi yang sudah diketik dan ditandatangani bersama dengan Moh. Hatta.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka menghasilkan beberapa keputusan penting berikut:[3]
a.             Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi Cosakai (yang sekarang dikenal dengan nama UUD 1945)
b.             Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden.
c.             Dalam masa peralihan Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan wakil presiden memanggil beberapa anggota PPKI beserta golongan cendekiawan dan pemuda untuk membentuk “Komite Nasional Indonesia Pusat” (KNPI). KNPI akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sebelum terbentuknya DPR hasil pilihan rakyat. Sejak hari itu sampai awal September, Presiden dan wakil Presiden membentuk kabinet yang sesuai dengan UUD 1945 dipimpin oleh Presiden sendiri dan mempunyai 12 departemen serta menentukan wilayah RI dari Sabang sampai Merauke yang dibagi menjadi 8 propinsi yang masing- masing dikepalai oleh seorang Gubernur. Propinsi-propinsi itu adalah Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).[4]
C.        Sejarah Peradaban Islam Setelah Kemerdekaan
1.      Dapartemen Agama  
Sejak awal kebangkitan nasional, posisis agama sudah mulai dibicarakan, dalam kaitannya dengan politik atau negara. Ada dua pendapat yang didukung oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal itu. Satu negara berpendapat, negara indonesia merdeka hendaknya merupakan sebuah negara “ sekuler “, negara yang dengan jelas memisahkan persoalan agama dan politik, sebagaimana diterapkan di Negara Turki oleh Mustafa Kamal. Golongsn lainnya berpendapat negara Indonesia merdeka adalah “ negara islam”. Kedua pendapat itu terlihat misalnya, sebelum kemerdekaan, dalam polemik antara Soekarno dengan Agus Salim, kemudian dengan M. Natsir di akhir tahun 1930-an dam awal 1940-an, diskusi dan perdebatan di dalam sidang-sidang BPUPKI yang mengahsilkan Piagam Jakarta. Setelah kemerdekaan, persoalan itu juga terangkat kembali di dalam sidang-sidang konstituante hasil pemilihan umum 1955 M yang berakhir dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yaitu kembali kepada UUD 1945. Meskipun persoalan itu belum selesai dipecahkan, tampaknya para pemimpin bangsa Indonesia sudah bergerak jauh ke dapan, memikierkan aletrnatif“, jalan tengah” dari dua pendapat. Tertentu mereka menganjurkan suatu negara yang mempunyai dasar keagamaan secara umum dan pemerintah mengakui nilai keagamaan yang positif, karena itu akan memajukan kegiatan keagamaan. Dalam kerangka itulah, departemen agama didirikan. Pengumuman berdirinya Kementerian Agama disiarkan oleh pemerintah melalui siaran Radio Republik Indonesia. Haji Mohammad Rasjidi diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Agama RI Pertama. H.M. Rasjidi adalah seorang ulama berlatar belakang pendidikan Islam modern dan di kemudian hari dikenal sebagai pemimpin Islam terkemuka dan tokoh Muhammadiyah. Rasjidi saat itu adalah menteri tanpa portfolio dalam Kabinet Sjahrir. Dalam jabatan selaku menteri negara (menggantikan K.H.A.Wahid Hasjim), Rasjidi sudah bertugas mengurus permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam. [5]
Kementerian Agama mengambil alih tugas-tugas keagamaan yang semula berada pada beberapa kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri, yang berkenaan dengan masalah perkawinan, peradilan agama, kemasjidan dan urusan haji; dari Kementerian Kehakiman, yang berkenaan dengan tugas dan wewenang Mahkamah Islam Tinggi, dari Kementerian Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, yang berkenaan dengan masalah pengajaran agama di sekolah-sekolah. . Kaum Muslimin umumnya memandang bahwa keberadaan Kementerian Agama merupakan suatu keharusan sejarah dan merupakan kelanjutan dari instansi yang bernama Shumubu (Kantor Urusan Agama) pada masa pendudukan Jepang, yang mengambil preseden dari Het Kantoor voor Inlandsche Zaken (Kantor untuk Urusan Pribumi Islam pada masa kolonial Belanda. Bahkan sebagian Muslim melacak eksistensi Kementerian Agama ini lebih jauh lagi, ke masa kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan, yang sebagiannya memang memiliki struktur dan fungsionaris yang menangani urusan-urusan keagamaan.
Susunan organisasi Kementerian Agama terdiri atas 11 (sebelas) unit kerja, sebagai berikut:
a.             Sekretariat Jenderal.
b.             Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
c.             Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
d.            Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
e.             Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen.
f.              Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik.
g.             Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu.
h.             Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha.
i.               Inspektorat Jenderal.
j.               Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan, dan
k.             Penyelanggara Jaminan Produk Halal.
2.      Pendidikan
Sebagaimana telah disebutkan salah satu tugas penting yang dilakukan departemen agama adalah menyelenggarakan, memebimbing, dan mengawasi pendidikan agama. lemabaga-lembaga pendidikan islam sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Tidak ada hubungan antara satu dengan yang lain. Lembaga ini dipimpin oleh seorang ulama atau Kiai. Untuk tingkat lanjutan, tidak ada kurikulum yang jelas pada lembaga ini. Kemajuan seorang penuntut sangat ditentukan oleh kerajinan, kesungguhan, dan ketekunan masing-masing.
Dengan berkembangnya pemikiran pembaharuan dalam islam di awal abad ke- 20, persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapat perhatian beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas. Belajar ubtuk memahami dan bukan sekdar menghapal, ditekankan dan penegrtian ditumbuhkan. Itulah yang dianamakn dengan madrasah. Pada umumnya, madrasah ini dibagi menjadi dua jenjang, yaitu tingkat dasar  dinamakan dengan madrasah ibtidaiyah selam 5-7 tahun dan tingkah lanjutan yang dinamakan madrsah tsanawiyah selam 3-5 tahun. Setelah indonesia merdeka, terutama selama berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan agama islam mulai mendapatkan perhatian lebih serius.
3.      Hukum Islam
Keberadaan lembaga peradilan agama dimasa Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa kolonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi administrasinya tidak segera dapat diperbaiki. Para hakim islam tampak ketat dan kaku, karena berpegang pada mazhab syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim dan pengadilan Agama dikominasi oleh golongan tradisionalis. Karena itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri ( PHIN ) dan Fakultas Syariah di perguruan-perguruan tinggi Islam didirikan.[6]
4.      Haji
Indonesia termasuk negeri yang banyak mengirim jamaah haji. Di masa penjajahan tahun kemuncak ialah tahun 1926/1927 ketika sekitar 52.000 orang pergi kle mekkah dan kemudian angka tertinggi sampai tahun 1992 tercapai pada tahun 1992, yaitu sekitar 107.000 orang jamaah haji di Indonesia diberangkatkan.
Sejak awal tahun 1970-an, banyak para pejabat tinggi pemerintah termasuk, menteri, yang tidak ketinggalan berangkat ke tanah suci, bahkan dari kalangan merekalah amir al-haji ( pemimpin jamaah haji ) Indonesia ditunjuk. Petugas Haji Indonesia ( PHI ) bertugas memberikan kemudahan-kemudahan naik haji, juga dibubarkan karena banyak anggota PHI adalah anggota masyumi, partai yang telah dibubarkan. Dalam tahun 1961 itu juga suattu perusahaan pelayanan baru, Perseroan Terbatas “ Arafat” didirikan, dengan modal yang berasal dari para jmaah itu sendiri, selanjutnya pada tahun 1964, panitia perbaikan haji diganti dengan badan baru, Dewan Urusan Haji, pada tahun inilah banyak campur tangan pemerintah karena penyelanggaara haji berada tanggung jawab pemerintah namun segala usaha yang dilakukan tidak berhasil baik.
Jadi untuk meningkatkan mutu pelayanan, pemerintah meyediakan Tim Pembimbing Haji Indonesia ( TPHI ), Tim Pembimbing Haji Daerah ( TPHD ), Tim Kesehatan Haji Indonesia ( TKHI ), dan Tim Kesehatan Haji Daerah ( TKHD ). Disamping itu pemerintah masih merasa perlu untuk mengankat Tim Pembimbing Ibadah Haji ( TPIH ). Dengan cara inilah pemerintah dapat menumbuhkan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam kepada dirinya untuk beribadah haji.
5.      Majeli Ulama Indonesia ( MUI )
Di samping Departemen Agama, cara lain pemerintah Indonesia menyelenggarakan adminirasi Islam ialah mendirikan Majelis Ulama. Suatu program pemerintah, apalagi yang berkenaan dengan agama, hanya bisa berhasil dengan baik bila disokong oleh ulama. Karena itu kerja sama anatara pemerintah harus terjalin dengan baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno., Majelis in pertama-tama berdiri Di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin keamanan. Di Jawa Barat berdiri pada tanggal 12 Juli 1958, diketuai oleh seorang panglima militer. Setelah keamanan sudah pulih dari pemberontakan DI-TII tahun 1961, Majelis Ulama ini bergerak dalam kegiatan-kegiatan di luar persoalan keamanan, seperti dakwah dan pendidikan.
BAB  III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perang Pasifik semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika serikat semakin mantap, sementara Jepang mengalami kekalahan di mana-mana. Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri.  Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945, Indonesia dibagi dalam dua wilayah kekuasaan berikut:
a.    Wilayah Komando Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, meliputi: Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
b.    Wilayah Komando Angkatan Darat yang berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh kawasan Asia Tenggara terdapat di Dalat (Vietnam).
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka menghasilkan beberapa keputusan penting berikut:
1.    Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi Cosakai (yang sekarang dikenal dengan nama UUD 1945).
2.    Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden.
3.    Dalam masa peralihan Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan wakil presiden memanggil beberapa anggota PPKI beserta golongan cendekiawan dan pemuda untuk membentuk “Komite Nasional Indonesia Pusat” (KNPI).
Sejarah peradaban Islam setelah Kemerdekaan ada lima unsur yang mendukung bahwa kemerdekaan Indonesia sangatlah baik yaitu:
a.    Departemen Keagamaan
b.    Pendidikan
c.    Hukum Islam
d.   Haji
e.    Majelis Ulama Indonesia.

B.     Saran
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian serta menjadi jalan untuk kita mempelajari tentang Sejarah Kemerdekaan Indonseia lebih lanjut.




DAFTAR PUSTAKA
Adurrahman, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademia Presindo, 1991.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah , Yogyakarta: Benteng Pustaka, 1995
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Yuwono Sutopo, dan Darmodiharjo Darji Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Malang: IKIP MALANG, 1990.



[1]Darmodiharjo Darji dan Yuwono Sutopo, Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. (Malang: IKIP MALANG, 1990) hlm. 56.

[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm 299-305.
[3] Ibid., hlm. 307
[4] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah , ( Yogyakarta: Benteng Pustaka, 1995 ), hlm. 90.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2015 ), hlm. 307.
[6] Adurrahman, Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta: Akademia Presindo, 1991 ), hlm. 35.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN