MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

Makalah Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Makalah Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
By. W. Ahmad

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
 ini guru hanya mengutamakan logika dan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sehingga kreativitas dianggap bukanlah sesuatu yang penting dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik memiliki kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, dan kerja sama. Kompetensi tersebut dikembangkan dalam diri siswa agar siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
            Salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif adalah Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Kemampuan berpikir kreatif ini sangat diperlukan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam proses pemecahan masalah tersebut, siswa akan menggunakan belahan otak kirinya untuk menganalisis dan mengkritisi permasalahn tersebut. Secara bersamaan, siswa juga menggunakan belahan otak kanan untuk memikirkan secara kreatif penyelesaian masalah matematika tersebut. Maka pendekatan PMRI ini sangat membantu dalam mengembnagkan kreativitas siswa.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian berpikir kreatif ?
2.      Bagaimana pendekatan PMRI dalam mengembangkan berpikir kreatif siswa ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai PMRI dan berpikir kreatif
2.      Mengetahui pengertian berpikir kreatif dan PMRI



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Berpikir kreatif
Berpikir asal katanya adalah pikir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pikir berarti akal, budi, ingatan, angan-angan, pendapat atau pertimbangan. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta menimbang-nimbang dalam ingatan. Sedangkan paar ahli psikologi kognitif memandang berpikir merupakan kegiatan memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Berpikir dianggap sebagai proses penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lungkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam memori jangka panjang. Oleh karena itu, berpikir diartikan sebagai sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Jika dikaitkan dengan pemecahan masalah, berpikir merupakan sebuah proses mental yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan seperti menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya dalam sistem kognitif yang diarahkan untuk menghasilkan solusi dalam memecahkan masalah.[1]
Berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru. Dalam berpikir kreatif tersebut, kedua belahan otak digunakan secara bersama-sama secara optimal. Pehkonen menyatakan bahwa berpikir kreatif sebagi kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan paad intuisi dan kesadaran. Oleh karena itu, berpikir kreatif melibatkan logika dan intuisi secara bersama-sama. Secara khusus dapat dikatakn berpikir kreatif sebagia stu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen guna menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut meupakan salah satu indikasi berpikir kreatif dalam matematika.
Kreativitas dalam pemecahan masalah dapat diperjatikan pada tebel berikut.

Hubungan kreativitas dalam pemecahan masalah
Komponen kreativitas
Pemecahan Masalah
Kefasihan
Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam solusi dan jawaban
Fleksibilitas
Siswa menyelesaikan masalah dengan satu cara lalu dengan cara lain.
Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian
Kebaruan
Siswa memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode yang baru yang berbeda.

Berpikir kreatif merupakan berpikir yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinal, dan kemampuan mengelabotasi dengan mengembangkan, memperkaya, memerinci suatu gagasan.

B.     Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendaoat bahwa matematika merupakan aktivitas insani yang harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut PMRI mempunyai ciri antara lain bahwa proses pembelajaran siswa haris diberi kesempatan untuk menemukan kembali matematika melalui bimbingan guru dan bahwa penemuan kembali ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia riil. [2]
PMRI mempunyai tiga prinsip sebagi berikut :
a.       Guided reinvention and progressive mathematizing ( menemukan kembali dengan bimbingan dan matematisasi progresif ).
1)      Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan maslah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan guru.
2)      Pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual atau masalah yang nyata selanjutnya melalui aktivitas, siswa diharapkan daapt menemukan defenisi atau teorema atau aturannya oleh siswa sendiri.
b.      Didactial Phenomenology ( fenomena yang bersifar didaktik )
Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika disajikan atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pengajaran atau sebagi titik tolak dalam proses permatematikaan. Di dalam proses pematematikaan, dijelaskan sebagai berikut :
1)      Masalah yang diberikan merupakan sarana untuk mengawali pembelajaran sehinga memungkinkan siswa memecahkan masalahnya dengan caranya sendiri. Dalam memecahkan masalahnya, siswa diharapkan dapat melanhkag ke arah matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal.
2)      Siwa mulai dibebaskan untuk mengeksplorasi kemampuannya, yaitu dalam hal betpikir dan berani berpendapat.
c.       Self-developed Models (pengembangan model sendiri)
Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Kegiatan yang dilakukan yaitu pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan modelnya sendiri.[3]
Treffers dan Ariyadi Wijaya metumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik yaitu sebagai berikut:
a.       Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagi titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata, namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan.
b.      Penggunaan model untuk matematisasi progresif dalam pendidikan matematika realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif.
Penggunana model berfungsi sebagi jembatan dari pengetahuan tingat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.
c.       Pemanfaatan kontruksi siswa
Mengacu pada pendapat Fruedenthal bahwa matematika tidak diberikan siswa sebagai suatu produk yang siap pakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa, maka dalam PMR ditempatkan sebagai subjek belajar.
d.      Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secar bersamaan merupakan suatu proses sosial. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara stimulan.
e.       Keterkaitan konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Melalui keterkaitan ini, suatu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (walau ada konsep yang dominan).
Karakteristik ini memungkinkan siswa menyelesaikan amslah matematika dengan kemampuan berpikir kreatif. Pemecahan masalah tesebut dapat dilakukan dengan berbagai strayegi yang sudah dikenal dan dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan matematika seperti Polya dan Pasmep sebagai berikut :
1)      Menggambar diagram
Menggambar diagram atau gambar dapat dilakukan siswa terutama dalam menyelesaikan masala yang berkaitan dengan geometri. Materi yang lain seperti bilangan dan statistik dapat menggunakan diagram atau gambar.
2)      Bergerak dari belakang (working backward)
Membuktikan suatu pernyataan yang dilakukan dengan menyelesiakan mulai dari yang diketahui dari soal hingga pada sesuatu yang ditanyakan. Hal ini berbeda dengan strategi bergerak dari belakang. Bergerak dari be;lakang maksudnya menyelesaikan dengan berangkat dari yang dibuktikan hingga sampai yang diketahui dari soal.
3)      Menebak secara bijak dan menguinya
Strategi tersebut dilakukan dengan cara menebak solusi dari suatu soal dan selanjutnya menguji soal tersebut. Strategi ini dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah alfametika yaitu suatu teka-teki yang menggunakan huruf-huruf  sebagai pengganti angka-angka dengan permasalahan menemukan angka-angka yang cocok dengan algoritmanya.
4)      Menemukan pola
Menemukan pola dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah barisan bilangan. Penyelesaian masalah barisan bilangan tidak hanya satu pola penyeesaian saja, tetapi dapat beragam
5)      Mempertimbangkan yang ekstrim
Strategi ini dilakukan untuk menyelesaikan masalah dengan mempertimbangkan suatu solusi yang ekstrim ( diluar biasanya).  Dalam beberapa kasus tertentu, strategi ini dapat membantu solusi secar singkat dan tepat.
6)      Pengorganisasian data
Suatu permasalahan seringkali lebih mudah diselesaikan dengan mengatur atau mengorganisir data yang ada.
7)      Menggunakan kalkulator atau komputer.
Masalah yang memerlukan banyak perhitungan dapat diselesaikan dengan menggunakan bantuan kalkulator atau komputer.
8)      Menggunakan alasan yang logis
Logika formal biasanya digunakan sebagai dasar pembuktian secara deduktif. Alasan logis yang bukan bukti seringkali menjadi analisis suatu soal.
9)      Mencoba pada permasalahan serupa tetapi yang lebih sederhana. Suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan banyak cara. Meskipun begitu, langakh penyelesaian permasalahan tersebut dapt dipilih yang lebih efektif, efisien, dan lebih tepat serta jelas. Strategi mencoba pada permasalahan serupa tetapi lebih sederhana dapat menjadi salah satu alternatig dalam penyelesian soal.
10)  Memperhitungkan setiap kemungkinan
Beberapa masalah seringkali dapat diselesaikan dengan berbagai kemungkinan yang ada. Caranya dapat dilakukan dengan membuat daftar berbagai kemungkinan tersebut. Oleh karena itu, setiap kemungkinan tersebut perlu diperhitungkan agar masalah yang diselesaikan dapat terpecahkan dengan baik.
11)  Mengambil sudut pandang yang berbeda.
Kehandalan suatu strategi pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mengambil sudut pandang yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memperoleh satu jalan tersingkat dari berbagai solusi yang ada.
Strategi pemecahan masalah tersebut tidak seluruhnya muncul dalam setiap pemecahan masalah matematika. Strategi tersebut dapat diterapkan dengan memilih salah satu dari beberapa yang diungkapkan diatas. Hal yang terpenting dalam pemecahan masalah adalah memahami masalah yang akan diselesaikan, mengetahui hal yang diketahui, dan mengetahui masalah yang harus dipecahkan. Siswa akan lebih mudah dalam pemechan masalah jika siswa terbiasa menyelesaikan berbagai masalah dengan berbagai strategi penyelesaian. Berkaitan pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI, siswa dapat diberi pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah matematika. Masalah yang dipilih dapat berupa masalah terbuka, baik masalah yang dapat diselesaikan dengan banyak cara maupun masalah dengan banyak jawaban.[4]
Salah satu contoh masalah terbuka adalah sebagai berikut.
Seekor gajah beratnya 450 kg. Diketahui jumlah berat beberapa ekor rusa sama dengan berat gajah tersebut. Berapa ekor rusa yang diperlukan agar jumlah beratnya sama dengan berat seekor gajah?
Dengan soal yang yang berbentuk masalah terbuka seperti soal tesebut, siswa dengan dibimbing guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya untuk menyelesaikan soal baik dengan banyak cara maupun banyak jawaban. Siswa tidak hanya menyelesaikan soal secara prosedural atau rutin saja, tetapi dapat menggunakan penyelesaian dengan prosedur yang beragam. Kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah tersebut dapat dilihat dari kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru. Dalam berpikir kreatif tersebut, kedua belahan otak digunakan secara bersama-sama secara optimal. Pehkonen menyatakan bahwa berpikir kreatif sebagi kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan paad intuisi dan kesadaran. Oleh karena itu, berpikir kreatif melibatkan logika dan intuisi secara bersama-sama. Secara khusus dapat dikatakn berpikir kreatif sebagia stu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen guna menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut meupakan salah satu indikasi berpikir kreatif dalam matematika.
Hal yang terpenting dalam pemecahan masalah adalah memahami masalah yang akan diselesaikan, mengetahui hal yang diketahui, dan mengetahui masalah yang harus dipecahkan. Siswa akan lebih mudah dalam pemechan masalah jika siswa terbiasa menyelesaikan berbagai masalah dengan berbagai strategi penyelesaian. Berkaitan pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI, siswa dapat diberi pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah matematika. Masalah yang dipilih dapat berupa masalah
B.     Saran
Semoga penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami materimeningkatkan kreativititas siswa dengan pendektan PMRI. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis mengharapkan kritikan atau saran dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nizar Rangkuti.Pendidikan Matematika Realistik (Medan: Citapustaka Media,2019)
Abdul Aziz Saefuddin,” Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”, Jurnal Al-Bidayah, vol.4 no. 1 2012
Dwi Lestari.dkk,” Kemampuan berpikir Kreatif Siswa Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Jurna Pendidikan Rafa, vol.4 n0.1 2018Nurmala Puspita Sari,” Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif melalui Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pada siswa kelas VII B SMP N 2 Kasihan”,





[1] Abdul Aziz Saefuddin,” Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”, Jurnal Al-Bidayah, vol.4 no. 1 2012 (http://media.neliti.com, diakses 27 November 2019 Pukul 22.10 WIB)
[2] Ahmad Nizar Rangkuti.Pendidikan Matematika Realistik (Medan: Citapustaka Media,2019).hlm.47.
[3]Nurmala Puspita Sari,” Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif melalui Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pada siswa kelas VII B SMP N 2 Kasihan”, (repository.upy.ac.id, diakses pada tanggal 27 November 2019 pukul 22.10 WIB).
[4] Dwi Lestari.dkk,” Kemampuan berpikir Kreatif Siswa Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Jurna Pendidikan Rafa, vol.4 n0.1 2018,( http://media.neliti.com , diakses 28 Novemeber 2019 pukul 22.00 WIB).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN