MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

PENDEKATAN, METODE DAN TEKHNIK PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA


A.    Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
1.      Pengertian  Pendekatan
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan; demikian pula dengan istilah teknik dan metode.
Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Tentang hal ini, Ramelan (1982) mengutip pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan.
Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni :[1]
1)      Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada pembiasaan.
2)      Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.
3)      Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.

2.      Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatanpendekatan yang dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni pendekatan komunikatif.[2]
Ø  Pendekatan tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengaja ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri.Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum disusun berdasarkan suatu pendekatan. Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang berorientasi pada pendekatan tujuan. Sejalan dengan hal itu maka bidang-bidang studi pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Indonesia.
Oleh karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun penekanannya pada tercapainya tujuan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun mengenai bagaimana proses pembelajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik pembelajarannya tidak merupakan masalah penting.Demikian pula kalau yang diajarkan pokok bahasan struktur, dengan tujuan "Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia". Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran morfologi bahasa Indonesia.Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
Dengan "cara belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan benar minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
Ø  Pendekatan struktual
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma,dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan. Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan. Dengan pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
Misalnya saja, mereka mungkin tidak akan membuat kesalahan seperti di bawah ini. "Bajunya anak itu baru"."Di sekolahan kami mengadakan pertandingan sepak bola". "Anak-anak itu lari-lari di halaman".
Ø  Pendekatan komunikatif
Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan pembelajaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola pikir masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir ini sedang digalakkan penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pemikiran pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa:
(1)   Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.
(2)   Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentukbentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat. Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar, kepada siswa diberikan latihan, antara lain seperti di bawah ini.
(1) Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
(a)       Mengidentifikasi gambar Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan (bertanya jawab) tentang benda-benda yang terdapat di dalam gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya.
(b)      Menemukan/mencari pasangan yang cocok Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masingmasing mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (di luar kelompok) diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan. Siswa ini harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada temantemannya yang membawa gambar, dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi atau ciri-ciri gambar yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu siswa (pembawa duplikat) tersebut harus dapat menemukan siapa di antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok dengan duplikat yang dibawanya.
(c)       Menemukan informasi yang ditiadakan Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan. Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu. Kemudian A mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada B, sehingga is (A) dapat mengetahui gambar yang mana yang tidak ada pada gambar milik B.

2) Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)
Contoh:
(a)  Mengomunikasikan contoh dan gambar Siswa A membawa sebuah model bentuk-bentuk yang diatur/disusun ke dalam (menjadi) sebuah contoh. Siswa B juga membawa bentuk-bentuk yang sama. Mereka, A dan B, harus saling memberikan informasi sehingga B dapat mengetahui contoh yang ada pada A dengan setepat-tepatnya.
(b)  Menemukan perbedaan Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang sama, kecuali beberapa bagian. Para siswa harus mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan perbedaannya.
(c)  Menyusun kembali bagian-bagian cerita Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong. Setiap anggota kelompok memegang satu bagian tanpa mengetahui bagian gambar yang dipegang oleh yang lain; kelompok itu harus menentukan urutan aslinya, dan menyusun kembali cerita itu.
(3) Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
Contoh:
Siswa mempunyai rencana akan mengunjungi sebuah kota yang menarik. B mempunyai daftar/jadwal bus. Mereka harus merencanakan perjalanan yang akan dilakukan yang memungkinkan mereka untuk mengunjungi beberapa tempat (misalnya 5 tempat) dalam satu hari, dan menggunakan waktu sekurangkurangnya setengah jam untuk tiap tempat. Siswa harus memilih tempat yang paling menarik bagi mereka.


(4) Menyusun informasi
Contoh:
Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan mengadakan "camping" (berkemah) gunung selama tiga hari. Tiap anggota hanya boleh membawa barang kira-kira seberat 11 kg. Kelompok-kelompok itu harus menentukan apa saja yang akan mereka bawa, dengan melihat daftar barang yang patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan pembelaan apabila mereka ditentang oleh kelompok lain. Latihan-latihan tersebut merupakan latihan penggunaan bahasa dalam aktivitas komunikasi yang bersifat fungsional di dalam kelas. Di samping itu, juga terdapat tipe aktivitas komunikatif yang lain, yakni aktivitas interaksi sosial, interaksi di dalam masyarakat atau dalam pergaulan. Dalam hal ini latihan yang diberikan kepada siswa antara lain dapat berupa:
(1) Kelas sebagai konteks sosial
Contoh:
Percakapan atau diskusi.
(2) Simulasi dan bermain peran
Contoh:
(a)     Siswa diminta membayangkan dirinya ada di dalam suatu situasi yang dapat terjadi di luar kelas. Ini dapat saja berupa kejadian yang sederhana, misalnya, bertemu seorang teman di jalan; tetapi dapat pula kejadian yang bersifat kompleks, seperti negosiasi di dalam bisnis.
(b)      Mereka (siswa) diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam beberapa kasus, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri; tetapi dalam kasus-kasus lain, mungkin mereka harus memperagakan sesuatu di dalam simulasi.
(c)     Mereka diminta berbuat seperti kalau situasi itu benar-benar terjadi sesuai dengan peran mereka masing-masing. Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk akting tetapi dapat juga dalam bentuk debat atau improvisasi.
B.     METODE
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan,penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan. Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut.
Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang telah dipilih itu, yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah berlanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar tersebut.[3] Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah:

a)      metode tata bahasa/terjemahan
b)       metode membaca
c)       metode audiolingual
d)     metode reseptif/produktif
e)       metode langsung
f)        metode komunikatif
g)       metode integratif
h)       metode tematik
i)        metode kuantum
j)         metode konstruktivistik
k)       metode partisipatori
l)         metode kontekstual

C.    TEKHNIK
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian, teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai faktor tersebut. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.
Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Teknik pembelajaran menyimak
(1) simak-ulang ucap
(2) simak-tulis (dikte)
(3) simak-kerjakan
(4) simak-terka
(5) memperluas kalimat
(6) menyelesaikan cerita
(7) membuat rangkuman
(8) menemukan benda
(9) bisik berantai
(10) melanjutkan cerita
           (11) parafrase
(12) kata kunci

b. Teknik pembelajaran berbicara
(1) ulang-ucap
(2) lihat-ucapkan
(3) memerikan
(4) menjawab pertanyaan
(5) bertanya
(6) pertanyaan menggali
(7) melanjutkan
(8) menceritakan kembali
(9) percakapan
(10) parafrase
(11) reka cerita gambar
(12) bermain peran
(13) wawancara
(14) memperlihatkan dan bercerita

c. Teknik pembelajaran membaca
(1) membaca survei
(2) membaca sekilas
(3) membaca dangkal
(4) membaca nyaring
(5) membaca dalam hati
(6) membaca kritis
(7) membaca teliti
(8) membaca pemahaman

d. Teknik pembelajaran menulis
(1) menyalin kalimat
(2) membuat kalimat
(3) meniru model
(4) menulis cerita dengan gambar berseri
(5) menulis catatan harian
(6) menulis berdasarkan foto
(7) meringkas
(8) parafrase
(9) melengkapi kalimat
(10) menyusun kalimat
(11) mengembangkan kata kunci[4]


DAFTAR PUSTAKA

Apri Damai Sagita Krisandi dkk,Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Anak SD, ( Bandung: Gramedia, 2015)
Awalludin, Pengantar Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017)
Nur Syamsiah, Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Kelas Tinggi, (Jawa Timur:CV.AE Media Grafika, 2016)
Rahma Johar Dan Latifa Hannum, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2016)
.












[1] Rahma Johar Dan Latifa Hannum, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2016), Hlm, 8.
[2] Apri Damai Sagita Krisandi dkk,Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Anak SD, ( Bandung: Gramedia, 2015),  Hlm, 18.
[3] Nur Syamsiah, Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD Kelas Tinggi, (Jawa Timur:CV.AE Media Grafika, 2016), hlm, 22.
[4] Awalludin, Pengantar Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017), Hlm 20.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN