MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH SUMBER JIWA BERAGAMA


SUMBER JIWA BERAGAMA
By. Mahasiswa, Nisa, Dkk.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap Maha Kuasa memiliki sejarah yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci. Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, peradaban sungai Eufrat dan Tigris dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha segalanya.
Dalam kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada manusia pertama kali, yaitu Nabi Adam as. Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat di sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada Tuhan.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apakah Sumber Jiwa Beragama?
2.     Apakah Fitrah Dalam Islam?
3.     Apakah Teori Faculty?
4.     Apakah Teori Monistik?
5.     Apakah Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam?

C.    Tujuan Masalah
1.     Untuk mengetahui sumber jiwa beragama.
2.     Untuk mengetahui fitrah dalam islam.
3.     Untuk mengetahui teori faculty.
4.     Untuk mengetahui teori monistik.
5.     Untuk mengetahui sumber kejiwaan agama menurut islam.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sumber Jiwa Beragama
Jiwa adalah ‘ruh’ setelah bersatu dengan jasad penyatuan ruh dengan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap ruh. Sebab dari pengaruh-pengaruh ini muncullah kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun oleh ruh. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa jiwa merupakan subjek dari kegiatan “spiritual”.[1]
Agama adalah persoalan keyakinan yang dipercaya mampu membawa kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Masalah yang berhubungan dengan agama terkadang menimbulkan konflik antar pemeluk agama. Apalagi jika agamanya dibandingkan dengan agama lainnya dan jika berkaitan dengan masalah keyakinan. Karena, beragama sudah menjadi darah dan daging di dalam jiwa dan raga yang melekat erat dalam kehidupannya.
Tidak bisa di ungkiri bahwa kata kunci pada pembahasan psikologi adalah tentang jiwa. Hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat, bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya terbatas pada kebutuhan makan, minum, pakaian, ataupun kenikmatan-kenikmatan lainnya.[2]
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di ketahui manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggapnya sebagai zat yang mempunyai kekuasaan tinggi sebagaimana fitrahnya. Keinginan itu terdapat pada setiap kelompok, golongan atau masyarakat manusia dari yang paling primitif hingga yang paling modern.


B.    Fitrah Dalam Islam
Pada manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.
Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain:
1.     Fitrah berarti suci
Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa.
2.     Fitrah berarti bertauhid
Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri bila manusia menolak adanya atheism atau politheisme.
3.     Fitrah dalam arti ikhlas
Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia.
4.     Fitrah dalam arti insting
Ibn Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian:
a.   Fitrah al-Munazalah
Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah.
b.   Fitrah al-Gharizah
Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia.
5.     Fitrah dalam arti tabiat
Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang terdiri dari:
a.   Beriman pada Allah
b.   Menerima pendidikan dan pengajaran
c.   Mencari kebenaran
d.   Dorongan syahwat, ghodob dan insting
Banyak pengertian tentang fitrah, dilihat dari bernagai sudut dan pandangan akan mempunyai makna dan pengeritan yang berbeda, tap pada dasarnya dapat kita simpulkan tentag makna fitrah adalah potensi dasar manusia yang bersifat suci, namun kesuciannya tersebut perlu dijaga dan dikembangkan melalui pola pengasuhan, pembinaan, pendidikan dan pergaulan yang baik.[3]

C.    Teori Faculty
TheoriTeori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peran penting adalah:
1)   Fungsi Cipta
Fungsi cipta yaitu fungsi intelektual manusia. Melalui cipta orang dapat menilai dan membandingkan serta selanjutnya memutuskan sesuatu tindakan terhadap stimulus tertentu, termasuk dalam aspek agama.
2)   Fungsi Rasa
Fungsi rasa yaitu suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang.melalui fungsi rasa dapat menimbulkan penghayatan dalam kehidupan beragama yang selanjutnya akan memberi makna pada kehidupan beragama.
3)   Karsa
Karsa itu merupakan fungsi ekslusif dalam jiwa manusia. Karsa berfungsi mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan dan dipahami dengan lebih sederhana yaitu :
a)   Cipta, berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang.
b)  Rasa, menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
c)   Karsa, menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
Diantara ahli yang tergolong kepada teori Fakulti:
a)   G.M. Straton G.M.
Straton mengemukakan teori “konflik”. Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik bdalam kejiwaan manusia. Keadaan yang berlawanan seperti: baik-buruk, moral-im moral, kepasifan-keaktifan, rasa rendah diri dan rasa harga diri menimbulkan pertentangan (konflik) dalam diri manusia.
Jika konflik itu sudah demikian mencekam manusia dan mempengaruhi kehidupan kejiwaannya, makas manusia itu mencari pertolongan kepada suatu kekuasaan yang tertinggi (Tuhan). Seperti Sigmund Freud berpendapat, bahwa dalam setiap organis terdapat dua konflik kejiwaan seseorang yang mendasar, yaitu:
1.   Life-urge: ialah ke inginan mempertahankan ke langsungan hidup dari ke adaan yang terdahulu agar terus berlanjut.
2.   Death-urge: ialah keinginan untuk kembali ke dalam keadaan semula sebagai benda mati ( anorganis). 
Selanjutnya, G.M. Straton berpendapat, konflik yang positif yang tergantung atas adanya dorongan pokok yang merupakan dorongan dasar (basic-urge) sebagai keadaan yang menyababkan timbulnya konflik tersebut.
Dalam pernerapannya W.H. Clark berpendapat berdasarkan keinginaan dasar yang di kemukakan oleh Sigmund Freud, bahwa expresi dari pertentengan antara Death-urge dan Life-urge merupakan sumber kejiwaan agama dalam diri manusia. Dalam kenyataan kehidupan keagamaan kita dapat melihat adanya dorongan Life-urge secara positif hingga para pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya di dorong oleh ketakutannya Death-urge (hari kiamat).
b)   Zakiah Daradjat
Dr. Zakiah Dradjat brpendapat, pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani manusia mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan akan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak
c)   W.H Thomas
Melalui teori The Four Wishes-nya mengemukakan, bahwa yang menjaddi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu:
1.   Keinginan untu keselamatan (security)
2.   Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognations)
3.   Keinginan untuk di tanggapi (response)
4.   Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru                     ( new experiennce)
Di dasarkan atas keempat keinginan dasar itulah pada umumnya manusia menganut agama menurut W.H. Thomas. Dengan mengabdi dan menyembah diri kepada Tuhan, keinginan untuk keselamatan terpenuhi. Demikian pula keinginan untuk mendapatkan penghargaan maka ajaran agama mengindoktrinasikan konsep akan adanya balasan baik setiap amal baik dan buruk. Agama memberi penghargaan kepada umatnya yang setia dan ikhlas melebihi kaum awam lainnya.
D.    Teori Monistik
Menurut teori monistik, yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kejiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:
1.   Menurut Thomas van Aquiono
Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
2.   Menurut Frederick Hegel
Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
3.   Menurut Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia.
4.   Menurut Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
b)  Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri.
c)   Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi manusia.[4]
E.    Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam
Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berarti:
 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30).
Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha.
Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dan lain – lain.Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia.
Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan.[5]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.     Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua:
a.      Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll.
b.     Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur  terutama cipta, rasa, karsa.
2.     Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari Allah
3.     Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.









DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Cet. II, Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2002.
Baharudin, Mulyono, Psikologi  Agama Dalam  Perperstif Islam, UIN-Malang: 2008.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Sa’id Hawa, Jalan Ruhaniah, terj : Khairul Rafie’ M. dan Ibnu Tha Ali, Mizan, Bandung, 1995. 
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : PT Bulan Bintang, 2009.



[1] Sa’id Hawa, Jalan Ruhaniah, terj : Khairul Rafie’ M. dan Ibnu Tha Ali, (Mizan, Bandung, 1995), hlm. 63. 
[2] Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.53.

[3] Baharudin, Mulyono, Psikologi  Agama Dalam  Perperstif Islam, (UIN-Malang: 2008), hal.98-102.
[4] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 2009), hal. 98.
[5] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Cet. II, (Jakarta: Raja GravindoPersada, 2002), hal. 98-99.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN