MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

Makalah Ayat-Ayat Tentang Alam


Makalah Ayat-Ayat Tentang Alam
By. W. Ahmad, Dkk..

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-Qur’an dan Hadis tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi, pada kualitas, egaliter, kemitraan, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab mana kala pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap maslah yang timbul.
B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi Islam?
2.     Bagaimana pendekatan historis dalam studi Islam?
3.     Bagaimana pemahaman dalam Islam?
C.    Tujuan Masalah
1.     Untuk mengetahui bagaimana pendekatan sejarah dalam Islam.
2.     Untuk memahami peradaban Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tafsir Surah Al- Baqarah [2] : 28-29
1.     Nash / Ayat (Q.s Al-Baqarah 2 :28-29)
كيْفَ تَكْفُرُ وْ نَ بِا للهِ وَ كُنْتُمْ اَ مْوَا تًا فَاَ حْيَا كُمْ, ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِ لَيْهِ تُرْ جَعُوْنَ.
هُوَالَّذِ يْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ ا سْتَوآ ى اِ لَى ا لسَّمآءِ فَسَوَّاىهُنّ سَبْع سَمَوَ تٍ, وَ هُوَ بِكُلِّ شَيْ ءٍ عَلِيْم
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya lagi kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”[Q.S Al- Baqarah (2) : 28-29].[1]

2.     Mufradat
Kamu ingkar                                                               تَكْفُرُ وْنَ
Mati                                                                            اَ مْوَا ت   
Kafir                                                                           تَكْفُرُ
Dikembalikan                                                                         تُرْ جَعُوْنَ
Dihimpunkan                                                              ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ
Dimatikan                                                                   يُمِيْتُكُم
3.     Asbabul Nuzul
“Bagaimana kamu ingkar kepada allah, pada kamu (tadinya) mati, lalu dia menghidupkan kamu, kemudian dia mematikan kamu lalu dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepadanyalah kamu kembali. (Qs. 2:28). Dialah (allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian dia menuju ke langit, lalu dia menyempurnakan menjadi tujuh langit. Dan dia mengetahui segala sesuatu. (Qs. 2:29). [2]
a.      Dalam ayat sebelumnya, Allah menerangkan sifat-sifat golongan yang kafir. Kekufuran kepada allah diperlihatkan dengan bukti-bukti dan nikmat, ini merupakan kekufuran yang amat buruk. Allah memperlihatkan satu kejadian yang pasti manusia lihat.
b.     Jalan kehidupan pasti berbeda dengan jalan kematian. Yang menjadi kufur (mengingkari) allah padahal kamu dahulunya mati (belum lahir), kemudian dia menghidupkan kamu.
c.      Dulu kamu itu mati, di antara benda-benda mati di sekelilingmu di bumi. Lalu allah menciptakan kkehidupan untukmu.
d.     Hal ini tidak perlu dibantah lagi. Inilah hakikat yang di hadapi oleh setiap makhluk hidup. Kemudian dia menghidupkan kamu kembali (di akhirat).
e.      Dan, inilah yang selalu mereka bantah. Kemudian kepadanyalah kamu kembali.
f.      Kamu akan kembali seperti semula. 
Mengenai firman allah dengan bersumber dari Ibnu Abbas, ad-Dhahhak mengatakan, “dulu, sebelum dia menciptakan kamu, kamu adalah tanah, dan inilah kematian. Kemudian dia menghidupkan kamu sehingga terciptalah kamu, dan inilah kehidupan. Setelah dia mematikan kamu kembali, sehingga kamu kembali kea lam kubur, dan itulah kematian kedua. Selanjutnya dia akan membangkitkan kamu pada hari kiamat kelak, dan inilah kehidupan yang kedua.”
Kemudian disusunlah ayat ini dengan pantulan sinar yang lain untuk melengkapi pancaran cahaya yang pertama. “dialah (allah) yang menciptakan segala apa yang ada dibumi untukmu, kemudian dia menuju kelangit, lalu dia menyempurnakan menjadi tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu. Perkataan untuk kamu memiliki makna yang mendalam serta kesan yang dalam pula. Ini sangat menunjukkan kata yang pasti bahwa penciptaan manusia adalah untuk urusan yang besar. Manusia diciptakan allah yang menjadi khalifah dimuka bumi, menguasainya dan mengelolahnya.

4.     Kandungan Ayat
Pada ayat ke-28 surat Al- Baqarah menjelaskan bahwa kejadian manusia sebagai makhluk Allah diciptakan melalui proses, melewati tahapan-tahapan. Tahap pertama adalah kejadian manusia dari benda-benda mati yang diberi kehidupan dan menjelma menjadi suatu makhluk hidup yang kemudian disebut manusia. Setelah melalui proses kehidupan itu, manusia pun mati. Setelah kematian itu, manusia mengalami kehidupan ukhrawi, yakni alam kubur dan kebangkitan kembali di akhirat. Penjelasan tentang proses kejadian, kehidupan, dan hari kebangkitan menunjukkan betapa Maha kuasanya Allah. Lebih tegas lagi, ayat-ayat di atas mempertegas kemestian iman dan tauhid sebagai landasan hidup manusia yang merujuk pada wahyu Allah.[3]
Kematian yang diduga sebagai akhir kehidupan bagi sebagian besar manusia merupakan kelanjutan kehidupan mereka yang berjuang dan hidup sesuai dengan aturan serta tuntutan Allah dan Rasul-Nya. Kematian adalah perpindahan dari alam duniawi kea lam akhirat yang kekal dan penuh kenikmatan.
Pada ayat ke-29 surah Al- Baqarah terang benar, bahwa Allah menjadikan apa-apa yang dalam bumi untuk kamu (hai kaum muslimin), yaitu seperti barang-barang yang dikeluarkan dari dalam tanah umpamanya: emas, perak, batu arang, minyak, dan sebagainya. Oleh karena itu, seharusnya kaum muslimin khususnya dan rakyat Indonesia umumnya berusaha mengeluarkan hasil bumi Indonesia yang kaya raya, supaya tercapai kemakmuran bersama. Allah menjadikan tujuh lapis langit. Adapun yang dikatakan langit ialah apa-apa yang diatas kepala kita, seperti awan, bintang-bintang, tempat peredarannya dan sebagainya.
Alam yang dijadikan Allah ada dua macam:[4]
1.     Pertama: alam yang boleh dilihat dengan mata kepala atau dirasa dengan salah satu panca indera, seperti alam manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, barang yang beku (padat), yang cair dan bangsa gas (udara). Barang-barang ini dinamakan “Alam Jasmani”.
2.     Kedua: alam yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala, seperti kita ketahui bekasnya seperti roh manusia. Roh itu tiada bisa kita lihat, tetapi kita ketahui, seperti pandai berpikir, merasa senang dan sakit, berkemauan dan sebagainya. Jika roh itu sudah melayang maka segala perasaan itu hilanglah dari pada manusia. Alam ini dinamakan “Alam Rohani”. Yang masuk alam rohani ialah: roh, jin, malaikat, iblis atau setan, dan sebagainya.



5.     Makna Secara Global
Bukti kemulian dan kekuasaannya adalah dia menciptakan segala sesuatu di muka bumi untuk manusia karena ketergantungan hidupnya kepadanya, dan menciptakan langit dengan tujuh lapisnya. Dialah allah dengan semua itu ilmunya meliputi segala sesuatu maha suci allah tidak ada semabahan kecuali allah dan tidak ada rabb selainnya. Kehalalan segala hal yang ada di muka bumi berupa makanan, minuman, pakaian, kendaraan, kecuali yang ada dalil spesifik pengharamannya baik dari al-qur’an maupun hadis berdasarkan firmannya, “dialah allah yang telah menciptakan untuk kamu segala yang ada di bumi semuanya.Sering sekali disebutkan allah maha mengetahui setelah menerangkan penciptaannya, karena penciptaannya menunjukkan ilmunya, hikmah dan kekuasaannya. 

6.     Hukum Bisa Ditulis Ayat Yang Berhubungan Dalam Surah Al-baqarah Ayat 28-29
Didalam ayat tersebut hujjah akan keberadaan allah dan kekuasaan serta kemampuannya. Dan bahwa sanya allah yang menciptakan manusia dan yang telh memberikan aturan-aturan kepada mereka. Allah Ta’ala juga menciptakan bumi dan langit dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Semua menunjukkan kebenaran Allah.

B.    Tafsir Surah Nuh 71 : 16
1.     Q.S Nuh: 16
 وَ جَعَلَ ا لْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْ رً ا وَ جَعَلَ ا لشَّمْسَ سِرَ ا جًا
Artinya:“ Dan disana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita(Q.S. Nuh 71 : 16)[5]

2.     Mufrodat
            Bulan:                         القمر     
            Bintang                          الشمس
            Menjadikan                 وَ جَعَلَ

3.     Kandungan Ayat
Perkembangan kejadian dan proses penciptaan manusia itu melalui jalur bertahap dan evolutif. Perkembangan evolusi itu mulai dari tingkat yang sederhana menuju arah kesempurnaan. Setiap tingkat merupakan makhluk tersendiri yang mempunyai kode genetic yang berbeda, sehingga keturunan dari jenis tertentu akan sama dengan yang menurunkannya, karena mewarisi kode genetic yang sama.
Kebenaran ayat ini didukung oleh sains melalui hasil penelitian atau intidzar. Hasil intidzar mengemukakan bahwa proses dan perkembangan perubahan makhluk dari tingkat ke tingkat lain yang lebih tinggi disebabkan oleh mutasi pada kode genetik dalam sel kelamin. Dengan demikian, keturunan yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari induknya. Ayat ini pun mempertegas perbedaan antara filsafat manusia dalam Al- Qur’an dan filsafat materialisme, seperti teori evolusi Darwin. Evolusi Darwin, antara lain, beranggapan bahwa perubahan proses kejadian manusia dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain yang lebih tinggi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Laboratorium kimiawi menunjukkan bahwa bahan genetik dalam sel kelamin dapat menimbulkan mutasi, sebagaimana disebutkan di atas. Memang benar lingkungan merupakan sarana seleksi, sehingga hanya keturunan yang termutasi saja yang dapat bertahan hidup di dalamnya. Namun, dengan kehendak Allah SWT, radiasi alamiah yang berasal dari sinar cosmos atau zat radio aktif di bumi dan dapat menimbulkan mutasi, pada masa-masa tertentu berkembang menjadi jenis-jenis yang tahan, yang unggul saja yang dapat terus hidup dan meningkat dalam evolusi, dari sel menjadi binatang-binatang yang lebih tinggi, seperti yang tersimpan sebagai fosil dalam lapisan geologis selama ribuan tahun.
Teori Darwin tentang evolusi pun kini telah dikritik oleh teori punctuated equilibrium. Teori ini tidak mengakui evolusi secara terus menerus yang berjalan dengan memunculkan jenis-jenis baru dalam waktu yang relative singkat pada zaman tertentu. Tingkat tertinggi dari rangkaian evolusi itu adalah manusia.
Berdasarkan uraian diatas, nampak dengan jelas bahwa Allah SWT. adalah Pencipta manusia melalui berbagai proses mutasi yang disebut Al- Qur’an sebagai sunnatullah. Akan tetapi, sedikit saja orang yang mendapat anugerah Allah untuk mengetahui sunnatullah itu.
Secara singkat, Al- Qur’an mengemukakan bahwa manusia berasal dari (1) air (al- ma’u), (2) tanah liat yang kering seperti tembikar (shalshalin kalfakhkhar), (3) sari / ekstrak yang berasal dari tanah (sulalatin min thi’n), dan (4) suatu zat renik (turab).[6]
Seperti halnya penciptaan awal makhluk hidup, manusia pun diciptakan Allah melalui bentuk sel berinti, yaitu sel kelamin sebagaimana disebut dalam surah Al- Hajj ayat 5.

C.    Tafsir Surah Al- An ‘am [6] : 38
1.     Nash / ayat
وَ مآ مِن دآ بَّةٍ فِيْ ا لْاَ رء ضِ وض وَ لاَ طَئِرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَا حَيْهِ اِ لآَّ اُ مَمٌ اَ مْثَا لُكُمْ , مَا فَرَّ طْنَا فِى ا لْكِتَبِ مِنْ فِيْ ءٍ ثُمَّ اِ لَى رَ بِّهِمْ يُحْشَرُ وْ نَ
Artinya:“ Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat seperti kamu (juga). Tiadalah Kami luputkan sesuatu pun didalam Al- Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” [Q.S. Al- An’am (6) : 38 ]

2.     Mufradat
Burung-burung           طَئِر
Kedua sayapnya          بِجَنَا حَيْهِ
Terbang                       يَّطِيْرُ
Dihimpunkan              يُحْشَرُ وْ نَ

3.     Keterangan Ayat
Ayat suci ini menunjukkan adanya bukti-bukti kekuasaan Tuhan yang ada didalam dunia makhluk hidup yang sesuai dengan simpulan para ilmuan biologi dan hewan yang meneliti segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, baik binatang yang berkeliaran dibumi maupun terbang di langit. Diantara bukti kekusaan Tuhan itu adalah semua makhluk hidup terdiri atas bangsa-bangsa, kabilah-kabilah, dan suku-suku,yang dihimpun oleh ikatan dan hubungan yang erat. Tidak ubahnya seperti bangsa-bangsa manusia yang membangun bumi.
Upaya para peneliti di sepanjang sejarah dan di berbagai belahan bumi telah membuktikan dunia hewan penuh dengan keajaiban yang tidak terhitung jumlahnya, bahkan membuktikan kelompok hewan yang hidup menyertai manusia di atas bumi ini sangat banyak dan beragam. Sampai saat ini diketahui hamper ada sejuta jenis hewan yang berhasil ditemukan oleh ilmu pengetahuan. Sudah barang tentu jumlah yang sangat besar ini dalam penelitiannya secara ilmiah memerlukan penyusunan dan pengelompokan. Dengan alasan ini, muncullah disiplin ilmu khusus tentang pengelompokan yang disebut dengan ilmu taksonomi hewan.

D.    Tafsir Surah Al- Hijr [15] : 26-27
1.     Nash / ayat
وَ لَقَدْ خَلَقْنَا ا لْاِ نْسَا نَ مِنْ صَلْصَا لٍ مِّنْ حَمَأٍ مَّسْنُوْ نٍ, وَ ا لْجآ نَّ خَلَقْنَهُ مِنْ نَّا رِ ا لسَّمُوْ مِ

Artinya:“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” [Q.S. Al- Hijr (15) : 26-27]

2.     Mufradat
Tanah lihat yang kering         مِنْ صَلْصَا لٍ
Lumpur hitam                         حَمَأٍ مَّسْنُوْ نٍ
Menciptakan                           خَلَقْنَهُ
Api                                          نَّا رِ
           Jin                                            لْجآ نَّ
3.     Keterangan Ayat
Jin adalah jenis makhluk berakal yang bersuara bising dan cerdik. Kata jin berasal dari bahasa Arab, al-jinn. Makna harfiahnya adalah sesuatu yang tertutup, tidak nampak atau tidak terlihat. Makna istilahnya berarti makhluk yang ditakuti tetapi tidak terlihat. Menurut para ahli ilmu kalam (teologi Islam) dan ilmu agama Islam, jin itu bermacam-macam dikalangan bangsa Arab, yaitu[7]:
a.      Jin, yaitu nama umum untuk semua jenis makhluk semacam ini.
b.     Amir, yaitu jin yang tinggal bersama manusia.
c.      Arwah, yaitu jin yang memperlihatkan diri kepada anak kecil.
d.     Setan, yaitu jin yang kotor, jahat, dan menjijikkan.
e.      Ifrit, yaitu jin yang lebih jahat dan kotor daripada setan, ia memiliki kekuatan dan berpengaruh besar.
f.      Iblis, yaitu jin yang merupakan bapak atau nenek moyang para setan yang hidup bersama para malaikat.
Allah menciptakan jin dari api. Mereka mendapat taklif (beban hukum) untuk melakukan ibadat. Mereka dikenai kewajiban melaksanakan perintah Allah dan menjauhi maksiat sebagaimana halnya manusia Al- Qur’an menyebut jin dalam banyak ayatnya hingga hamper mencapai 20  ayat lebih. Selain itu, mereka juga suka makan dan minum sebagaimana manusia. Rasulullah SAW. pernah menceritakan bahwa setan biasanya makan dengan menggunakan tangan kiri. Oleh karena itu, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan kebalikannya.

4.     Makna secara global
Ayat 26 dan 27 ini secara global membicarakan tentang penciptaan manusia dan jin. Ayat ini menerangkan bahwa manusia berasal dari air dan tanah sedangkan jin bersala dari api. Berbagai ayat Al-Qur’an menjelaskan bahwa penciptaan manuisa terpisah dari hewan dan perkembangan manusia pun berbeda dengan hewan. Allah SWT. menciptakan manusia pertama yaitu nabi Adam A.S. secara langsung dari tanah dan membrinya kehidupan. Namun keberlanjutan hidup umat manusia bergantung pada makanan yang bahannya berasal dari tanah. Hal ini disinggung dalam berbagai ayat diantaranya surah Al-Kahfi ayat 37 yang mengatakan, “apakah kamu kafir kepada Allah SWT. yang menciptakan mu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna.”  Selain manusia, Allah menciptakan makhluk lain yang bernama jin yang populasinya lebih banyak dari manusia. Hal ini disebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur’an, bahkan ada surah khusus dalam Al-Qur’an yang bernama surah Jin.[8]
Dalam terminology Al-Qur’an, jin adalah makhluk yang terkena taklif (kewajiban) dari Allah SWT. dan menjadikan lawan bicara kalam ilahi. Sebagaimana manusia, jin juga terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sebagian mereka beriman dan sebagian lainnya kafir. Iblis yang telah menipu nabi Adam A.S dan Hawa, termasuk dari kalangan jin. Iblis berada dalam barisan Malaikat, karena beribadah kepada Allah. Namun, iblis menjadi kafir, karena membangkang perintah Allah dan menolak sujud kepada Adam.




  

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesaran-Nya, yang menguasai alam ini, mengaturnya dengan perintah-Nya, menegendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini. Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semula tunduk kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
Alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia melainkan produk dari hasil pemikiran Tuhan. Allah menciptakan alam semesta ini dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, memerintahkan hamba-hambanya untuk memperbaikinya. Dalam Al- Qur’an Allah menerangkan dalil-dalil yang terdapat dalam cakrawala yang menunjuk kepada kita agar mensyukuri Allah dan tetap mentaati-Nya.






DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Ahmad. Dimensi Sains Al-Qur’an. Solo: PT. Tiga Serangka Pustaka Mandiri.2004.
 Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. 
Rosadisatra, Andi. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains & Sosial. Jakarta: Amza, 2007.
Supraja, Juhaya. Tafsir Hikmah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.







[1] Ahmad, Fuad. Dimensi Sains Al-Qur’an (Solo:PT. Tiga Serangka Pustaka Mandiri,2004), hlm. 108.
[2] Ibid., hlm. 110.
[3] Juhaya. Tafsir Hikma (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 170.
[4] Ibid., hlm. 173.
[5] Andi, Rosadisatra. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains & Sosial (Jakarta: Amza, 2007), hlm. 24.

[7] Juhaya Supraja, Tafsir Hikmah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm, 212.
[8] Abuddin, Nata. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 105.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN