Makalah Priode Masa Remaja
By. Mahasiswa, IAIN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Agama dan Remaja merupakan suatu
permasalahan yang menarik untuk dikaji, hal itu karena kehidupan remaja dan
kehidupan keagamaan merupakan dua istilah yang tampak berlawanan, kehidupan
keagamaan sering ditafsirkan dengan kehidupan yang penuh dengan ketenangan,
kedamaian dan kemapanan. Sedangkan kehidupan remaja cenderung akan kehidupan
yang penuh dengan gejolak, kegoncangan, dan pemberontakan.
Sedangkan, Kehidupan remaja merupakan
masa perkembangan setelah masa anak-anak menuju dewasa, dari masa tanpa
identitas menuju masa kepemilikan identitas diri. Pada fase tersebut
perkembangan semua aspek dari dalam diri remaja dipengaruhi oleh suasana
transisi yang penuh dengan gejolak. Kemampuan melewati masa transisi inilah
yang kemudian akan membawa kepada fase kedewasaan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Batasan usia remaja?
2. Bagaimana
Perasaan beragama pada masa remaja?
3. Apa
Motivasi beragama pada remaja?
4. Bagaimana
Sikap remaja dalam beragama?
5. Apa
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agama pada kalanagn remaja?
6. Bagaimana
Pembinaan pribadi remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Batasan
Usia Masa Perkembangan Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan, yang
ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan
bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa
dewasa, maka biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun
psikis, baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak,
sehingga mereka dianggap bukan lagi anak-anak dan mereka juga belum dikatakan
manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran.
Masa remaja ,jika dilihat dari tubuhnya
dia seperti orang dewasa, jasmaninya telah jelas berbentuk laki-laki atau
wanita. Organ-organnya telah dapat pula menjalankan fungsinya. Dari segi lain,
dia sebenarnya belum matang, segi emosi dan social masih memerlukan waktu untuk
berkembang menjadi dewasa. Dan kecerdasan pun sedang mengalami pertumbuhan.
Mereka ingin berdiri sendiri, tidak bergantung lagi kepada orang tua atau orang
dewasa lainnya, akan tetapi mereka belum mampu bertanggung jawab dalam soal
ekonomi dan social. Apalagi kalau dalam masyarakat dimana ia hidup untuk dapat
diterima dan dihargai sebagai orang dewasa, misalnya ketrampilan dan
kepandaian, pengetahuan dan kebijaksanaan tertentu.
Terdapat berbagai pendapat mengenai
batas dan ukuran tentang kapan mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu. Menurut
Harold Alberty, periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum
sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang
terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya masa
dewasanya. Para ahli umumnya sependapat bahwa rentang masa remaja berlangsung
dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran
seseorang. Batas umur remaja menurut Kartono
dibagi tiga, yaitu :
1. Remaja
Awal (12-15 tahun)
Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani
yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat insentif sehingga
minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau
dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola
kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi,
ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2. Remaja
Pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih
kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsure baru yaitu kesadaran
akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan
nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan
etis.
3. Remaja
Akhir (18-21 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan
stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang
digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan
menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
B.
Perasaan
Beragama Pada Remaja
Gambaran remaja
tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap
alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja
itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan
lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya
pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk
persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak
adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya
yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan,
bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama
sekali.
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah
tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada
perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja
pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa
mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat
dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau
bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
Masa remaja merupakan masa pencapaian
identitas, bahkan bisa dikatakan perjuangan pokok pada masa remaja adalah
antara identitas dan kekacauan peran. Pada waktu orang remaja menemukan siapa
dirinya yang sebenarnya atau identitasdiri, tumbuhlah kemampuan untuk mengikat
kesetiaan kepada suatu pandangan atau ideologi.
Pada usia remaja, sering kali kita
melihat mereka mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya,
mereka kadang-kadang sangat tekun sekali menjalankan ibadah, tetapi pada waktu
lain enggan melaksanakannya. Bahkan menunjukkan sekiap seolah-olah anti agama.
Hal tersebut karena perkembangan jasmani dan rohani yang yang terjadi pada masa
remaja turut mempengaruhi perkembangan agamannya. Dengan pengertian bahwa
penghayatan terhadap ajaran dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja
banyak berkaitan dengan faktor perkembangan jasmani dan mereka.
C.
Motivasi
Beragama Pada Remaja
Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi
beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:
1. Motivasi
yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam
kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam,
frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata
tertib masyarakat.
3. Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia
atau intelek ingin tahu manusia.
4. Motivasi
beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
Sebenarnya kata Motivasi banyak
disebutkan di dalam bahasa Al-Qur’an, yang salah satunya adalah fitrah yang
artinya adalah potensi atau pembawaan manusia yang dibawa sejak ia lahir.
Manusia selain sebagai makhluk rasionaistikl juga sebagai makhluk metafisik,
yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasanya disebut
naluri atau insting. Setiap perbutan yang dilakukan manusia baik yang disadari
atau (rasional) maupun yang tidak disadari (mekanikal atau naluri) pada
dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga sebua keseimbangan hidup. Jika
kesimbangan tubuh ini terganggu, maka akan timbul suatu dorongan untuk
melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan tubuh.
Islam sebagai agama yang sesuai dengan
fitrah manusia, sangat memperhatikan konsep kesimbangan, yang dijelaskan pada
QS. al-Hijr 19 yang berbunyi:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ytB $uZøs)ø9r&ur $ygÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ
Artinya:
“dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran.”
Jadi, dapat diketahui bahwa, motivasi
(motivation) adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang
sejenis yang mengarahkan perilaku. Motivasi sudah diartikan suatu variabel
penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-fakor tertentu di dalam
organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyeluruh
tingkah laku menuju satu sasaran. Motivasi juga dapat diartikan sebagai
semangat. Pengertian inilah yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat.
D.
Sikap
Remaja Dalam Beragama
Terdapat empat sikap
remaja dalam beragama, yaitu:
1. Percaya
ikut- ikutan
Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh
didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya.
Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16
tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar
sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2. Percaya
dengan kesadaran
Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali
tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin
menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan
pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya
semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat
agama tersebut mempunyai dua bentuk:
a. Dalam
bentuk positif
Semangat agama yang
positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi
menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan
agama dari bid’ah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.
b. Dalam
bentuk negative
Semangat keagamaan
dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi,
yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah-
masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan
lainnya.
c. Percaya,
tetapi agak ragu- ragu
Keraguan kepercayaan
remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
1) Keraguan
disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya.
Hal ini merupakan kewajaran.
2) Keraguan
disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang
diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Tidak
percaya atau cenderung ateis
Perkembangan kearah tidak percaya
pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila
seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia
telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya
terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.
Masa remaja merupakan masa yang
penuh dengan harapan,
penuh dengan cita-cita dan penuh dengan romantika
kehidupan yang sangat indah. Terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan
sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan
tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya.
Sebagaimana syekh Mustofa al Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
“Sesungguihnya pada tangan-tangan
pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Mengingat betapa pentingnya remaja dan
pemuda sebagai generasi penerus bangsa,
maka pada kesempatan yang baik ini kita akan membicarakan remaja dan pemuda
sebagai generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat :
9
|·÷uø9ur úïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz ZpÍhè $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøn=tæ (#qà)Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´Ïy ÇÒÈ
Artinya: “dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”
E.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Agama pada kalangan remaja
1. Faktor
Eksternal
Ada dua golongan besar yang termasuk faktor luar
yang mempengaruhi manusia. Dua golongan itu ialah golongan organis, yaitu
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, dan golongan anorganis, termasuk
didalamnya adalah keadaan alam dan benda-benda. Ini semua ikut memberi warna
dalam perkembangan seseorang. Oleh karena itu sikap seseorang anak kota
berlainan dengan anak desa. Bukan perbedaan kualitas dan yang lainnya,
melainkan hanya berbeda dalam bentuk atau gambarnya. Perbedaan ini disebabkan
oleh factor dalamnya. Suatu contoh: Pada suatu hari, di sebuah desa kedatangan
seseorang dari kota, yang berpakaian rapi, mencari burung dengan senjata angin,
dengan naik mobil dan membeli apa saja yang dapat dibeli untuk oleh-oleh.
Kedatangan orang itu membawa pengaruh banyak sekali kepada anak-anak desa itu.
Yang seorang tertarik dengan pakaiannya yang rapi, sehingga anak itu menjadi
seorang gubernur, yang seorang lagi tertarik oleh senapannya, akhirnya anak itu
tumbuh menjadi seorang jendral, yang seorang lagi tertarik oleh uangnya yang
banyak, sehingga akhirnya anak itu tumbuh menjadi lintah darat, dan sebagainya.
2. Faktor
Dalam, Faktor Dasar (intern)
a. Perkembangan
Seksualitas
Terbawa
oleh perkembangan jasmani yang mendekati dalam masa remaja ini, matang jugalah
kelenjar-kelenjar kelamin dalam dirinya, baik bagi anak putri maupun bagi anak
putra. Hal ini menumbuhkan adanya desakan-desakan baru didalam jiwa si anak,
yaitu desakan yang menghendaki layanan seksualitas. Inilah sebabnya anak putra
dan anak putri saling bersedia kembali bekerjasama seperti sebelum berpisah
pada fase pueral. Kesediaan bekerjasama yang lebih mendalam (sampai pemenuhan
kebutuhan) rohani ini, menyebabkan keduanya saling menyelidik, sampai di
manakah kiranya seluruh kebutuhan ini dapat dilayani oleh lawan jenisnya ini.
Tentulah makin cepat mereka mendapatkan pelayanan berarti makin mudah
mendapatkan pemenuhan dan itu berarti kurang teliti dalam memilihnya.
b. Perkembangan
Fantasi
Perkembangan
fantasi ini, bermula pada fase kanak-kanak. Tetapi arah perkembangannya berubah
pada waktu fase remaja. Setelah menyaksikan tumbuhnya tubuh yang lain dari
biasanya pada lawan jenisnya. Melihat itu, mereka saling berfantasi, oleh
karena keduanya saling tidak mengerti apakah faedahnya sebelum ia melakukan
fungsinya yang sebenarnya. Si laki-laki bangga dengan kumisnya, tetapi ia tidak
mengerti untuk apakah sebenarnya kumis itu. Si wanita bangga dengan miliknya
yang menghiasi dadanya, tetapi ia pun belum mengerti faedahnya sebelum
kelahiran bayinya.
c. Perkembangan
Emosi
Perkembangan
ini mulai nampak pada masa remaja fase negative. Pada saat itu emosi remaja
serba tidak menentu. Ia sangat gelisah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia
demikian resah, gelisah, sedih. Ia bersikap menolak perintah, harapan, anjuran,
maupun keinginan orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan
diperbuat setelah menolak semuanya itu.
Pada
akhir fase ini, ia berusaha untuk menjadi pusat perhatian dari lingkungannya.
Ia bersikap egois, bahkan ia merasa serba super, sehingga mau tidak mau lawan
jenisnya tertarik, mengagumi dan akhirnya berserah diri padanya. Darahnya mudah
menggelora, ia adalah pemberani yang kadang-kadang kurang perhitungan, tingkah
lakunya kasar, penaik darah, mudah tersinggung dan tidak takut mati. Ini semua
hanya berlangsung singkat, kemudian ia berkembang menjadi harmonis sedikit demi
sedikit.
d. Perkembangan
Kemauan/keinginan
Perkembangan
kemauan/keinginan ini sedikit demi sedikit berbelok kearah yang dibutuhkan oleh
desakan jasmani dan rohaninya waktu itu. Kadang-kadang keinginan itu demikian
mendesak menuntut pemenuhan, sekalipun hanya berujud ketemu gadis pujaan.
Inilah mengapwaktu berpacaran, si pacar selalu ingin bertemu, untuk sekedar
bertemu muka, jalan-jalan, menonton dan sebagainya.
e. Perkembangan
Estetika
Jika
pada masa negatif, aspek estetika seakan-akan mengalami kemunduran, maka pada
masa-masa berikutnya, sedikit demi sedikit mulai bangun kembali. Jiwa remaja
menjelang dewasa ini telah mampu menghayati dunia luar lebih mendalam, sehingga
mampu meresapkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya yang mampu
menggerakkan jiwanya.
f. Perkembangan
Religi
Bagi remaja,
agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan sebagai mana
dijelaskan oleh Adams dan Gullota agama memberikan kerangka moral sehingga membuat
seorang mampu membandingkan tingkahlakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah
laku dan bisa mamberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada
didunua ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman terutama bagi remaja yang
telah mencari eksistensi dirinya.
Menurut beberapa ahli anak dilahirkan
bukanlah sebagai makhluk yang religius. Anak yang beru dilahirkan lebih mirip
binatang, bahkan mereka mengatakan anak seekor kera lebih bersifat kemanusiaan
dari pada bayi manusia itu sendiri. Selain itu ada pula yang berpendapat
sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan.
Ada
beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain;
1. Rasa
ketergantungan
Teori
ini dikemukakan oleh Thonas melalui teori Four Wisbes. Menurutnya, manusia
dilahirkan ke dunia in memiliki empat keinginan yaitu ; keinginan untuk
berlindung, keinginan akan pengalaman baru. Keinginan untuk mendapat tanggapan
dan keinginan untuk dikenal. Berdasarkan kenyataan dan kerja sama dari empat
keinginan itu, maka sejak bayi dilahirka hidup dalam ketergantungan .melalui
pengalaman-pengalaman yyang diterimanya dari lingkungan itu kemudian
terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2. Instink
Keagamaan
Menurut Wood
Worth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink diantaranya instink
keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa
fungsi kejiwan yang menopang kematnagan berfungsinya instink itu belum
sempurna.
Kemudian setiap kegiatan selalu di
pengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dalam pelaksanaan pembinaan
pendidikan agama terhadap remaja di
rumah. Adapun faktor yang mempengaruhi pembinaan pendidikan agama terhadap
remaja dirumah di antaranya adalah:
1. Latar
Belakang Pendidikan Orang Tua
Latar
belakang pendidikan orang tua bisa sangat berpengaruh terhadap pembinaan agama
Islam terhadap remaja. Orang tua yang tahu minimal tentang seluk-beluk
pendidikan dan berpendidikan lebih tinggi pada umumnya akan lebih baik jika
dibandingkan orang tua yang berpendidikan rendah dalam hal melaksanakan
pembinaan terhadap anak-anaknya, sebab orang tua yang lebih tinggi
pendidikannya lebih banyak pengalaman, pengetahuan dan pandangan kedepan, sehingga tepat dalam menilai sesuatu. Walaupun demikian, masih ada
orang tua yang berpendidikan rendah tetapi mempunyai pandangan seperti orang
tua yang berpendidikan lebih tinggi, hal ini mungkin saja disebabkan oleh
faktor lain yang mempengaruhi cara berpikir mereka. Satu hal yang perlu di
ingat bahwa orang tua dalam melaksanakan pembinaan pada anak-anaknya terlebih
dahulu mengetahui sifat-sifat atau karakteristik masing-masing anak. Dengan
demikian, tugas orang tua disamping mengenal kepribadian anak juga harus tahu
keadaan pribadi pada saat melaksanakan pembinaan terutama bagi anak masa remaja.
2. Motivasi
beragama
Motivasi
beragama dapat diartiakn sebagai usaha yang ada dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk berbuat suatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu atau
usaha yang menyebabkan seseorang beragama. Pada masa remaja ada kalanya seorang
remaja bertambah rajin beribadah apabila merasa bersalah (berdosa). Semakin
besar dosanya semakin besar ibadahnya, begitu sebaliknya semakin berkurang rasa
bersalah, maka ibadahnya juga menurun. Masa remaja juga masa dimana mulai
mengurangi hubungan dengan orang tua dan berusaha untuk dapat berdiri sendiri
dalam menghadapi segala kenyataan yang ada. Semua menyebabkan remaja berusaha
mencari pertolongan Allah SWT. Motivasi beragama pada remaja juga dipengaruhi
temannya. Sebagai contoh, bila remaja bersahabat dengan kelompok aktivitas
keagamaan maka ia akan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Namun, bila ia
bersahabat dengan teman yang tidak mengindahkan agama maka ia juga akan acuh
terhadap agama.
Kenyataan yang sering terjadi orang tua
jarang memperhatikan motivasi beragama yang ada dalam diri remaja, ketika
remaja melakukan kesalahan orang tua langsung memarahi atau menceramahi dan
inilah yang tidak disukai oleh remaja. Padahal Allah SWT dalam firmanNya
menjelaskan bahwa kepribadian yang membosankan atau mempunyai hati yang keras
dan kasar tentulah pekerjaan yang sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan
hasil yang baik. Firman Allah dalam surat (Ali Imran: 159)
فَبِمَا
رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ
لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ
عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ
فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.”
3. Lingkungan
Sosial
Kehidupan remaja
bukan hanya berlangsung dalam keluarga, akan tetapi lebih besarnya berada dalam
lingkungan masyarakat yang luas. Kehidupan masyarakat merupakan lingkungan
kedua bagi remaja dan merupakan salah satu lingkungan yang sangat mempengaruhi
remaja dalam menerima bermacam-macam pengalaman baik yang bersifat negatif dan
positif. Hal ini menunjukkan bahwa remaja akan memperoleh pengetahuan yang
berbeda satu dengan lainnya tergantung tempat tinggal.
Lingkungan masyarakat bisa jadi lebih
besar pengaruhnya dari pada lingkungan di rumahnya (orang tua). Apalagi jika
pengaruh yang diberikan orang tua kurang kuat, maka lingkungan bisa menjadi
faktor pembentuk opini yang tidak baik
bagi remaja. Maka tidak ada pilihan yang lain bagi orang tua untuk mengupayakan
terbentuk lingkungan yang menunjang. Orang tua juga harus memastikan bahwa
lingkungan sekitar anaknya bisa memberikan tauladan yang baik dan tidak
memberikan masukan yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan dan
kalaupun ada yang bertentangan maka tugas oranng tua untuk menyelaraskan
kembali. Bagi anak yang tidak beruntung mempunyai orang tua tidak bijaksana
yang tidak mampu memberikan bimbingan agama pada waktu kecil, maka usia anak
akan dilalui dengan berat. Sebaliknya anak
yang hidup dan dibesarkan dalam keluarga yang tenteram dan tekun
beribadah serta lingkungan dimana dia hidup cukup menampakkan keyakinan kepada
tuhan, maka anak akan tenang dan dapat pula menerima keyakinan dengan tenang.
4. Lingkungan
Masyarakat
Dari masyarakat,
seharusnya remaja juga dapat memperoleh pembinaan agama. Kegiatan keagamaan
dalam masyarakat seperti majelis taklim dan pengajian-pengajian hendaknya
diadakan khusus untuk para anak dengan persiapan dan perencanaan materi
pembinaan agama yang baik serta serasi dengan kehidupan remaja. Selain
masyarakat, teman atau rekan sebaya juga bisa menjadi faktor yang sangat
mendukung dalam proses pembinaan agama pada remaja, karena kecenderungan remaja
dalam mengikuti rekan-rekannya. Rekan sebaya yang baik akan membawa dampak yang
baik pula terhadap remaja. Karena itu dalam memilih teman hendaknya orang tua
harus mengawasi, agar remaja tidak salah dalam bergaul.
Karena itulah, lingkungan yang baik akan
membawa efek yang baik pula terhadap pembinaan agama pada masa remaja, dan sebaliknya lingkungan
yang buruk akan membawa efek yang buruk pula terhadap pembinaan pendidikan agama
Islam pada masa remaja.
F.
Peran
Agama Dalam Pembentukan Akhlak Remaja
Masa remaja ialah suatu periode
perkembangan yang harus ditempuh oleh anak dalam tahap perkembangannya, dalam
mencapai tingkat kedewasaan. Masa di mana seorang anak masih membutuhkan
perhatian yang sangat tinggi baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan
sosial lainnya. Akan halnya remaja dalam mendaki usia belasan tahun, dan yang
paling terpopuler disebut dengan masa pubertas. Di mana pada masa ini keadaan
atau kondisi emosi kejiwaannya masih dalam koridor kelabilan. Masa remaja ini
juga disebut dengan masa transisi, di mana seorang remaja mengalami perubahan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan emosi yang sangat labil.
Pada masa transisi ini seorang remaja mencari perhatian-perhatian khusus, baik
dari pihak orang-orang terdekatnya maupun orang yang belum dikenalnya sama
sekali.
Ketika perhatian yang didapatkan tidak
sesuai dengan yang diharapkan, maka di sanalah timbul sebuah masalah besar pada
diri remaja, sehingga remaja mencari kepuasan-kepuasan tersendiri untuk
mengatasi segala konflik bathin yang dialaminya. Karena sifat itulah para
remaja banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang akhirnya membawa para
remaja ke lembah kemaksiatan seperti minum keras, narkoba, pergaulan bebas dan
lain sebagainya. Di sinilah kita harus mengerti mengapa kasus-kasus seperti ini
terjadi remaja
Di antaranya adalah remaja megalami
kelabilan kondisi psikologis, kurangnya kontrol pihak keluarga, terutama ayah
dan ibu, over protektif (penjagaan yang berlebih-lebihan) dari pihak keluarga,
lingkungan pergaulan remaja yang berorientasi pada kejahatan, budaya yang
berkembang saat ini yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja, lingkungan
sekolah yang menerapkan unsur over protektif dan kondisi ekonomi global yang
membawa pada penyimpangan pada para remaja.
Bagi remaja harus mengetahui bahwa dunia
ini bagaikan ular, lembut dalam genggaman namun bisanya mematikan. Dan orang
yang berhadapan dengan dunia, sama dengan meminum air laut, tambah diminum
tambah terasa kehausannya. Oleh karena itu, para remaja jangan terbuai dengan
rayuan dunia yang bersifat fana. Bisa dilihat dalam masalah yang berhubungan
dengan percintaan, merupakan masalah yang sangat rumit bagi remaja saat ini.
bila cinta berjalan dengan lancar, remaja sangat merasa bahagia. Tetapi mereka
menjadi sedih bilamana urusan percintaannya kurang lancar, itu akan menjadi
masalah besar, bahkan bisa mengkhawatirkan akan masa depan mereka.
Remaja kadang-kadang memiliki keyakinan
kepada Tuhan, sangat kuat sekali, kadang-kadang juga lemah yang bisa kita lihat
dalam hal ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Ini
merupkan ketergantungan pada perubahan emosi yang dialami remaja, sehingga
suatu saat ia sangat butuh dengan Tuhan ketika mereka menghadapi masalah atau
merasa berdosa, tapi kurang membutuhkan Tuhan ketika merasa senang dan gembira.
Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah dengan caranya sendiri, biasanya
mereka akhirnya mencari penyelesaian masalah yang tidak hanya sesuai dengan
harapan sebelumnya. Sehingga kadangkala mereka menemukan atau memilih jalan
yang tragis yang dapat menimbulkan kegagalan ataupun penyimpangan pada masa
perkembangannya.
Walaupun banyak kerusakan-kerusakan pada
remaja saat ini yang disebabkan perkembangan zaman atau budaya yang tidak
sesuai dengan tahap remaja, para remaja tetap harus bisa mengembangkan dirinya
untuk belajar dan berorientasi pada pembekalan diri untuk kehidupannya. Makanya
para remaja sangat membutuhkan beberapa hal. Di antaranya, kehadiran agama
dalam hidupnya, sikap percaya diri, optimisme (yakin) bukan pesimisme (mudah
putus asa), berjiwa besar atau lapang dada, kewaspadaan terhadap gejala-gejala
yang timbul sebagai pengaruh yang tidak baik, adanya sikap ketergantungan
kepada orang lain, adanya sikap sabar ketika datangnya suatu ujian, yang
menyebabkan timbulnya masalah, memiliki jiwa sosial (zoon politikon).
Pembinaan melalui agama ini, intinya
pembinaan yang mengarah pada nilai-nilai positif dan kekuatan pengembangan
potensi para penganutnya, terutama dalam kehidupan remaja yang pada esensinya
tidak terlepas dari pengaruh budaya yang telah tersebar dengan begitu kuat di
negara kita. Jadi agama akan menjadi solusi dari pengaruh budaya yang tidak
sesuai dengan falsafah negara kita. Dengan kata lain pengaruh yang menyimpang
yang membawa para remaja terpuruk kepada hal-hal yang berbau negatif Karena itu
kebudayaan yang melejit di kalangan remaja harus diwarnai nilai-nilai dan
norma-norma agama.
Kurangnya pengetahuan dan kaburnya
pandangan remaja tentang agama, maka dari itu harus adanya penanaman kedalam
jiwa remaja akan nilai-nilai agama untuk berakhlak yang terpuji. Dalam
pembinaan mental dan spiritual serta akhlak para remaja, harus kita kembalikan
pada agama yang menjadi fitrah manusia yang dibawa sejak lahir dan mesti kita
kembangkan ke arah positif dengan ilmu pengetahuan yang didapat, khususnya
kepada para remaja. Jadi, harus ada pembinaan terhadap remaja akan nilai-nilai
agama, sehingga bisa mengatasi prilaku-prilaku yang mengarah kepada yang
negatif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Terdapat
berbagai pendapat mengenai batas dan ukuran tentang kapan mulainya dan kapan
berakhirnya masa remaja itu. Menurut Harold Alberty, periode masa remaja itu
kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa
kanak-kanaknya sampai datangnya masa dewasanya. Gambaran remaja
tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap
alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja
itu sendiri. Kurangnya pengetahuan dan kaburnya pandangan remaja
tentang agama, maka dari itu harus adanya penanaman kedalam jiwa remaja akan
nilai-nilai agama untuk berakhlak yang terpuji. Masa remaja
ialah suatu periode perkembangan yang harus ditempuh oleh anak dalam tahap
perkembangannya, dalam mencapai tingkat kedewasaan. Masa di mana seorang anak
masih membutuhkan perhatian yang sangat tinggi baik dari lingkungan keluarga
maupun lingkungan sosial lainnya. Akan halnya remaja dalam mendaki usia belasan
tahun, dan yang paling terpopuler disebut dengan masa pubertas.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin.
Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia.2008.
Desmita.
Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.2005.
Jalaluddin.
Psikologi Agama. Jakarta: Raja
Grafindo.2008.
Masganti.
Psikologi Agama. Medan: Perdana
Publising. 2011.
Nurhayati.
Perkembangan Rasa Keagamaan Pada Usia Remaja. Jakarta: Raja. Grafindo. 2007.
Ramayulis.
Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.2007.
Komentar
Posting Komentar