MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

Makalah Priode Masa Remaja


Makalah Priode Masa Remaja
By. Mahasiswa, IAIN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama dan Remaja merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji, hal itu karena kehidupan remaja dan kehidupan keagamaan merupakan dua istilah yang tampak berlawanan, kehidupan keagamaan sering ditafsirkan dengan kehidupan yang penuh dengan ketenangan, kedamaian dan kemapanan. Sedangkan kehidupan remaja cenderung akan kehidupan yang penuh dengan gejolak, kegoncangan, dan pemberontakan.
Sedangkan, Kehidupan remaja merupakan masa perkembangan setelah masa anak-anak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas menuju masa kepemilikan identitas diri. Pada fase tersebut perkembangan semua aspek dari dalam diri remaja dipengaruhi oleh suasana transisi yang penuh dengan gejolak. Kemampuan melewati masa transisi inilah yang kemudian akan membawa kepada fase kedewasaan.
B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana Batasan usia remaja?
2.     Bagaimana Perasaan beragama pada masa remaja?
3.     Apa Motivasi beragama pada remaja?
4.     Bagaimana Sikap remaja dalam beragama?
5.     Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agama pada kalanagn remaja?
6.     Bagaimana Pembinaan pribadi remaja?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Batasan Usia Masa Perkembangan Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa, maka biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis, baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak, sehingga mereka dianggap bukan lagi anak-anak dan mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran.[1]
Masa remaja ,jika dilihat dari tubuhnya dia seperti orang dewasa, jasmaninya telah jelas berbentuk laki-laki atau wanita. Organ-organnya telah dapat pula menjalankan fungsinya. Dari segi lain, dia sebenarnya belum matang, segi emosi dan social masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi dewasa. Dan kecerdasan pun sedang mengalami pertumbuhan. Mereka ingin berdiri sendiri, tidak bergantung lagi kepada orang tua atau orang dewasa lainnya, akan tetapi mereka belum mampu bertanggung jawab dalam soal ekonomi dan social. Apalagi kalau dalam masyarakat dimana ia hidup untuk dapat diterima dan dihargai sebagai orang dewasa, misalnya ketrampilan dan kepandaian, pengetahuan dan kebijaksanaan tertentu.[2]
Terdapat berbagai pendapat mengenai batas dan ukuran tentang kapan mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu. Menurut Harold Alberty, periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya masa dewasanya. Para ahli umumnya sependapat bahwa rentang masa remaja berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Batas umur remaja menurut Kartono  dibagi tiga, yaitu :[3]
1.     Remaja Awal (12-15 tahun)
Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat insentif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2.     Remaja Pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsure baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
3.     Remaja Akhir (18-21 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
B.    Perasaan Beragama Pada Remaja
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak menyenangkan, seperti kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan menyebabkan mereka kecewa pada tuhan, bahkan kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali.[4]
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
Masa remaja merupakan masa pencapaian identitas, bahkan bisa dikatakan perjuangan pokok pada masa remaja adalah antara identitas dan kekacauan peran. Pada waktu orang remaja menemukan siapa dirinya yang sebenarnya atau identitasdiri, tumbuhlah kemampuan untuk mengikat kesetiaan kepada suatu pandangan atau ideologi.[5]
Pada usia remaja, sering kali kita melihat mereka mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya, mereka kadang-kadang sangat tekun sekali menjalankan ibadah, tetapi pada waktu lain enggan melaksanakannya. Bahkan menunjukkan sekiap seolah-olah anti agama. Hal tersebut karena perkembangan jasmani dan rohani yang yang terjadi pada masa remaja turut mempengaruhi perkembangan agamannya. Dengan pengertian bahwa penghayatan terhadap ajaran dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan jasmani dan mereka.[6]




C.    Motivasi Beragama Pada Remaja
Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:[7]
1.     Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2.     Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
3.     Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia.
4.     Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Sebenarnya kata Motivasi banyak disebutkan di dalam bahasa Al-Qur’an, yang salah satunya adalah fitrah yang artinya adalah potensi atau pembawaan manusia yang dibawa sejak ia lahir. Manusia selain sebagai makhluk rasionaistikl juga sebagai makhluk metafisik, yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasanya disebut naluri atau insting. Setiap perbutan yang dilakukan manusia baik yang disadari atau (rasional) maupun yang tidak disadari (mekanikal atau naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga sebua keseimbangan hidup. Jika kesimbangan tubuh ini terganggu, maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan tubuh.[8]
Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, sangat memperhatikan konsep kesimbangan, yang dijelaskan pada QS. al-Hijr 19 yang berbunyi:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $ygŠÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ  
Artinya: “dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Jadi, dapat diketahui bahwa, motivasi (motivation) adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku. Motivasi sudah diartikan suatu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-fakor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyeluruh tingkah laku menuju satu sasaran. Motivasi juga dapat diartikan sebagai semangat. Pengertian inilah yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat.

D.    Sikap Remaja Dalam Beragama
Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:[9]
1.     Percaya ikut- ikutan
Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
2.     Percaya dengan kesadaran
Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:[10]
a.      Dalam bentuk positif
Semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.
b.     Dalam bentuk negative
Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah- masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.
c.      Percaya, tetapi agak ragu- ragu
Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
1)     Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
2)     Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.     Tidak percaya atau cenderung ateis
Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.
Masa remaja merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  penuh  dengan  cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang sangat indah. Terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa al Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
Sesungguihnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Mengingat betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi  penerus bangsa, maka pada kesempatan yang baik ini kita akan membicarakan remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9
|·÷uø9ur šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% #´ƒÏy ÇÒÈ  
Artinya:dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”

E.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Agama pada kalangan remaja
1.     Faktor Eksternal
Ada dua golongan besar yang termasuk faktor luar yang mempengaruhi manusia. Dua golongan itu ialah golongan organis, yaitu manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, dan golongan anorganis, termasuk didalamnya adalah keadaan alam dan benda-benda. Ini semua ikut memberi warna dalam perkembangan seseorang. Oleh karena itu sikap seseorang anak kota berlainan dengan anak desa. Bukan perbedaan kualitas dan yang lainnya, melainkan hanya berbeda dalam bentuk atau gambarnya. Perbedaan ini disebabkan oleh factor dalamnya. Suatu contoh: Pada suatu hari, di sebuah desa kedatangan seseorang dari kota, yang berpakaian rapi, mencari burung dengan senjata angin, dengan naik mobil dan membeli apa saja yang dapat dibeli untuk oleh-oleh. Kedatangan orang itu membawa pengaruh banyak sekali kepada anak-anak desa itu. Yang seorang tertarik dengan pakaiannya yang rapi, sehingga anak itu menjadi seorang gubernur, yang seorang lagi tertarik oleh senapannya, akhirnya anak itu tumbuh menjadi seorang jendral, yang seorang lagi tertarik oleh uangnya yang banyak, sehingga akhirnya anak itu tumbuh menjadi lintah darat, dan sebagainya.[11]

2.     Faktor Dalam, Faktor Dasar (intern)
a.      Perkembangan Seksualitas
Terbawa oleh perkembangan jasmani yang mendekati dalam masa remaja ini, matang jugalah kelenjar-kelenjar kelamin dalam dirinya, baik bagi anak putri maupun bagi anak putra. Hal ini menumbuhkan adanya desakan-desakan baru didalam jiwa si anak, yaitu desakan yang menghendaki layanan seksualitas. Inilah sebabnya anak putra dan anak putri saling bersedia kembali bekerjasama seperti sebelum berpisah pada fase pueral. Kesediaan bekerjasama yang lebih mendalam (sampai pemenuhan kebutuhan) rohani ini, menyebabkan keduanya saling menyelidik, sampai di manakah kiranya seluruh kebutuhan ini dapat dilayani oleh lawan jenisnya ini. Tentulah makin cepat mereka mendapatkan pelayanan berarti makin mudah mendapatkan pemenuhan dan itu berarti kurang teliti dalam memilihnya.
b.     Perkembangan Fantasi
Perkembangan fantasi ini, bermula pada fase kanak-kanak. Tetapi arah perkembangannya berubah pada waktu fase remaja. Setelah menyaksikan tumbuhnya tubuh yang lain dari biasanya pada lawan jenisnya. Melihat itu, mereka saling berfantasi, oleh karena keduanya saling tidak mengerti apakah faedahnya sebelum ia melakukan fungsinya yang sebenarnya. Si laki-laki bangga dengan kumisnya, tetapi ia tidak mengerti untuk apakah sebenarnya kumis itu. Si wanita bangga dengan miliknya yang menghiasi dadanya, tetapi ia pun belum mengerti faedahnya sebelum kelahiran bayinya.
c.      Perkembangan Emosi
Perkembangan ini mulai nampak pada masa remaja fase negative. Pada saat itu emosi remaja serba tidak menentu. Ia sangat gelisah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah, sedih. Ia bersikap menolak perintah, harapan, anjuran, maupun keinginan orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat setelah menolak semuanya itu.
Pada akhir fase ini, ia berusaha untuk menjadi pusat perhatian dari lingkungannya. Ia bersikap egois, bahkan ia merasa serba super, sehingga mau tidak mau lawan jenisnya tertarik, mengagumi dan akhirnya berserah diri padanya. Darahnya mudah menggelora, ia adalah pemberani yang kadang-kadang kurang perhitungan, tingkah lakunya kasar, penaik darah, mudah tersinggung dan tidak takut mati. Ini semua hanya berlangsung singkat, kemudian ia berkembang menjadi harmonis sedikit demi sedikit.
d.     Perkembangan Kemauan/keinginan
Perkembangan kemauan/keinginan ini sedikit demi sedikit berbelok kearah yang dibutuhkan oleh desakan jasmani dan rohaninya waktu itu. Kadang-kadang keinginan itu demikian mendesak menuntut pemenuhan, sekalipun hanya berujud ketemu gadis pujaan. Inilah mengapwaktu berpacaran, si pacar selalu ingin bertemu, untuk sekedar bertemu muka, jalan-jalan, menonton dan sebagainya.
e.      Perkembangan Estetika
Jika pada masa negatif, aspek estetika seakan-akan mengalami kemunduran, maka pada masa-masa berikutnya, sedikit demi sedikit mulai bangun kembali. Jiwa remaja menjelang dewasa ini telah mampu menghayati dunia luar lebih mendalam, sehingga mampu meresapkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya yang mampu menggerakkan jiwanya.
f.      Perkembangan Religi
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan sebagai mana dijelaskan oleh Adams dan Gullota agama memberikan kerangka moral sehingga membuat seorang mampu membandingkan tingkahlakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa mamberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunua ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman terutama bagi remaja yang telah mencari eksistensi dirinya.
Menurut beberapa ahli anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religius. Anak yang beru dilahirkan lebih mirip binatang, bahkan mereka mengatakan anak seekor kera lebih bersifat kemanusiaan dari pada bayi manusia itu sendiri. Selain itu ada pula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan.
Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak antara lain;[12]
1.     Rasa ketergantungan
Teori ini dikemukakan oleh Thonas melalui teori Four Wisbes. Menurutnya, manusia dilahirkan ke dunia in memiliki empat keinginan yaitu ; keinginan untuk berlindung, keinginan akan pengalaman baru. Keinginan untuk mendapat tanggapan dan keinginan untuk dikenal. Berdasarkan kenyataan dan kerja sama dari empat keinginan itu, maka sejak bayi dilahirka hidup dalam ketergantungan .melalui pengalaman-pengalaman yyang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2.     Instink Keagamaan
Menurut Wood Worth, bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink diantaranya instink keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwan yang menopang kematnagan berfungsinya instink itu belum sempurna.
Kemudian setiap kegiatan selalu di pengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dalam pelaksanaan pembinaan pendidikan agama terhadap remaja  di rumah. Adapun faktor yang mempengaruhi pembinaan pendidikan agama terhadap remaja dirumah di antaranya adalah:[13]
1.     Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
Latar belakang pendidikan orang tua bisa sangat berpengaruh terhadap pembinaan agama Islam terhadap remaja. Orang tua yang tahu minimal tentang seluk-beluk pendidikan dan berpendidikan lebih tinggi pada umumnya akan lebih baik jika dibandingkan orang tua yang berpendidikan rendah dalam hal melaksanakan pembinaan terhadap anak-anaknya, sebab orang tua yang lebih tinggi pendidikannya lebih banyak pengalaman, pengetahuan dan pandangan   kedepan, sehingga tepat dalam  menilai sesuatu. Walaupun demikian, masih ada orang tua yang berpendidikan rendah tetapi mempunyai pandangan seperti orang tua yang berpendidikan lebih tinggi, hal ini mungkin saja disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi cara berpikir mereka. Satu hal yang perlu di ingat bahwa orang tua dalam melaksanakan pembinaan pada anak-anaknya terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat atau karakteristik masing-masing anak. Dengan demikian, tugas orang tua disamping mengenal kepribadian anak juga harus tahu keadaan pribadi pada saat melaksanakan pembinaan terutama bagi anak masa remaja.
2.     Motivasi beragama
Motivasi beragama dapat diartiakn sebagai usaha yang ada dalam diri manusia yang mendorongnya untuk berbuat suatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu atau usaha yang menyebabkan seseorang beragama. Pada masa remaja ada kalanya seorang remaja bertambah rajin beribadah apabila merasa bersalah (berdosa). Semakin besar dosanya semakin besar ibadahnya, begitu sebaliknya semakin berkurang rasa bersalah, maka ibadahnya juga menurun. Masa remaja juga masa dimana mulai mengurangi hubungan dengan orang tua dan berusaha untuk dapat berdiri sendiri dalam menghadapi segala kenyataan yang ada. Semua menyebabkan remaja berusaha mencari pertolongan Allah SWT. Motivasi beragama pada remaja juga dipengaruhi temannya. Sebagai contoh, bila remaja bersahabat dengan kelompok aktivitas keagamaan maka ia akan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Namun, bila ia bersahabat dengan teman yang tidak mengindahkan agama maka ia juga akan acuh terhadap agama.
Kenyataan yang sering terjadi orang tua jarang memperhatikan motivasi beragama yang ada dalam diri remaja, ketika remaja melakukan kesalahan orang tua langsung memarahi atau menceramahi dan inilah yang tidak disukai oleh remaja. Padahal Allah SWT dalam firmanNya menjelaskan bahwa kepribadian yang membosankan atau mempunyai hati yang keras dan kasar tentulah pekerjaan yang sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang baik. Firman Allah dalam surat (Ali Imran: 159)
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ 
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
3.     Lingkungan Sosial
Kehidupan remaja bukan hanya berlangsung dalam keluarga, akan tetapi lebih besarnya berada dalam lingkungan masyarakat yang luas. Kehidupan masyarakat merupakan lingkungan kedua bagi remaja dan merupakan salah satu lingkungan yang sangat mempengaruhi remaja dalam menerima bermacam-macam pengalaman baik yang bersifat negatif dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa remaja akan memperoleh pengetahuan yang berbeda satu dengan lainnya tergantung tempat tinggal.
Lingkungan masyarakat bisa jadi lebih besar pengaruhnya dari pada lingkungan di rumahnya (orang tua). Apalagi jika pengaruh yang diberikan orang tua kurang kuat, maka lingkungan bisa menjadi faktor pembentuk opini  yang tidak baik bagi remaja. Maka tidak ada pilihan yang lain bagi orang tua untuk mengupayakan terbentuk lingkungan yang menunjang. Orang tua juga harus memastikan bahwa lingkungan sekitar anaknya bisa memberikan tauladan yang baik dan tidak memberikan masukan yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan dan kalaupun ada yang bertentangan maka tugas oranng tua untuk menyelaraskan kembali. Bagi anak yang tidak beruntung mempunyai orang tua tidak bijaksana yang tidak mampu memberikan bimbingan agama pada waktu kecil, maka usia anak akan dilalui dengan berat. Sebaliknya anak  yang hidup dan dibesarkan dalam keluarga yang tenteram dan tekun beribadah serta lingkungan dimana dia hidup cukup menampakkan keyakinan kepada tuhan, maka anak akan tenang dan dapat pula menerima keyakinan dengan tenang.
4.     Lingkungan Masyarakat
Dari masyarakat, seharusnya remaja juga dapat memperoleh pembinaan agama. Kegiatan keagamaan dalam masyarakat seperti majelis taklim dan pengajian-pengajian hendaknya diadakan khusus untuk para anak dengan persiapan dan perencanaan materi pembinaan agama yang baik serta serasi dengan kehidupan remaja. Selain masyarakat, teman atau rekan sebaya juga bisa menjadi faktor yang sangat mendukung dalam proses pembinaan agama pada remaja, karena kecenderungan remaja dalam mengikuti rekan-rekannya. Rekan sebaya yang baik akan membawa dampak yang baik pula terhadap remaja. Karena itu dalam memilih teman hendaknya orang tua harus mengawasi, agar remaja tidak salah dalam bergaul.
Karena itulah, lingkungan yang baik akan membawa efek yang baik pula terhadap pembinaan agama  pada masa remaja, dan sebaliknya lingkungan yang buruk akan membawa efek yang buruk pula terhadap pembinaan pendidikan agama Islam pada masa remaja.
F.     Peran Agama Dalam Pembentukan Akhlak Remaja
Masa remaja ialah suatu periode perkembangan yang harus ditempuh oleh anak dalam tahap perkembangannya, dalam mencapai tingkat kedewasaan. Masa di mana seorang anak masih membutuhkan perhatian yang sangat tinggi baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya. Akan halnya remaja dalam mendaki usia belasan tahun, dan yang paling terpopuler disebut dengan masa pubertas. Di mana pada masa ini keadaan atau kondisi emosi kejiwaannya masih dalam koridor kelabilan. Masa remaja ini juga disebut dengan masa transisi, di mana seorang remaja mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, ditandai dengan emosi yang sangat labil. Pada masa transisi ini seorang remaja mencari perhatian-perhatian khusus, baik dari pihak orang-orang terdekatnya maupun orang yang belum dikenalnya sama sekali.[14]
Ketika perhatian yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka di sanalah timbul sebuah masalah besar pada diri remaja, sehingga remaja mencari kepuasan-kepuasan tersendiri untuk mengatasi segala konflik bathin yang dialaminya. Karena sifat itulah para remaja banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang akhirnya membawa para remaja ke lembah kemaksiatan seperti minum keras, narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Di sinilah kita harus mengerti mengapa kasus-kasus seperti ini terjadi remaja
Di antaranya adalah remaja megalami kelabilan kondisi psikologis, kurangnya kontrol pihak keluarga, terutama ayah dan ibu, over protektif (penjagaan yang berlebih-lebihan) dari pihak keluarga, lingkungan pergaulan remaja yang berorientasi pada kejahatan, budaya yang berkembang saat ini yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja, lingkungan sekolah yang menerapkan unsur over protektif dan kondisi ekonomi global yang membawa pada penyimpangan pada para remaja.
Bagi remaja harus mengetahui bahwa dunia ini bagaikan ular, lembut dalam genggaman namun bisanya mematikan. Dan orang yang berhadapan dengan dunia, sama dengan meminum air laut, tambah diminum tambah terasa kehausannya. Oleh karena itu, para remaja jangan terbuai dengan rayuan dunia yang bersifat fana. Bisa dilihat dalam masalah yang berhubungan dengan percintaan, merupakan masalah yang sangat rumit bagi remaja saat ini. bila cinta berjalan dengan lancar, remaja sangat merasa bahagia. Tetapi mereka menjadi sedih bilamana urusan percintaannya kurang lancar, itu akan menjadi masalah besar, bahkan bisa mengkhawatirkan akan masa depan mereka.
Remaja kadang-kadang memiliki keyakinan kepada Tuhan, sangat kuat sekali, kadang-kadang juga lemah yang bisa kita lihat dalam hal ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Ini merupkan ketergantungan pada perubahan emosi yang dialami remaja, sehingga suatu saat ia sangat butuh dengan Tuhan ketika mereka menghadapi masalah atau merasa berdosa, tapi kurang membutuhkan Tuhan ketika merasa senang dan gembira. Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah dengan caranya sendiri, biasanya mereka akhirnya mencari penyelesaian masalah yang tidak hanya sesuai dengan harapan sebelumnya. Sehingga kadangkala mereka menemukan atau memilih jalan yang tragis yang dapat menimbulkan kegagalan ataupun penyimpangan pada masa perkembangannya.
Walaupun banyak kerusakan-kerusakan pada remaja saat ini yang disebabkan perkembangan zaman atau budaya yang tidak sesuai dengan tahap remaja, para remaja tetap harus bisa mengembangkan dirinya untuk belajar dan berorientasi pada pembekalan diri untuk kehidupannya. Makanya para remaja sangat membutuhkan beberapa hal. Di antaranya, kehadiran agama dalam hidupnya, sikap percaya diri, optimisme (yakin) bukan pesimisme (mudah putus asa), berjiwa besar atau lapang dada, kewaspadaan terhadap gejala-gejala yang timbul sebagai pengaruh yang tidak baik, adanya sikap ketergantungan kepada orang lain, adanya sikap sabar ketika datangnya suatu ujian, yang menyebabkan timbulnya masalah, memiliki jiwa sosial (zoon politikon).
Pembinaan melalui agama ini, intinya pembinaan yang mengarah pada nilai-nilai positif dan kekuatan pengembangan potensi para penganutnya, terutama dalam kehidupan remaja yang pada esensinya tidak terlepas dari pengaruh budaya yang telah tersebar dengan begitu kuat di negara kita. Jadi agama akan menjadi solusi dari pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan falsafah negara kita. Dengan kata lain pengaruh yang menyimpang yang membawa para remaja terpuruk kepada hal-hal yang berbau negatif Karena itu kebudayaan yang melejit di kalangan remaja harus diwarnai nilai-nilai dan norma-norma agama.
Kurangnya pengetahuan dan kaburnya pandangan remaja tentang agama, maka dari itu harus adanya penanaman kedalam jiwa remaja akan nilai-nilai agama untuk berakhlak yang terpuji. Dalam pembinaan mental dan spiritual serta akhlak para remaja, harus kita kembalikan pada agama yang menjadi fitrah manusia yang dibawa sejak lahir dan mesti kita kembangkan ke arah positif dengan ilmu pengetahuan yang didapat, khususnya kepada para remaja. Jadi, harus ada pembinaan terhadap remaja akan nilai-nilai agama, sehingga bisa mengatasi prilaku-prilaku yang mengarah kepada yang negatif.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Terdapat berbagai pendapat mengenai batas dan ukuran tentang kapan mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu. Menurut Harold Alberty, periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya masa dewasanya. Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Kurangnya pengetahuan dan kaburnya pandangan remaja tentang agama, maka dari itu harus adanya penanaman kedalam jiwa remaja akan nilai-nilai agama untuk berakhlak yang terpuji. Masa remaja ialah suatu periode perkembangan yang harus ditempuh oleh anak dalam tahap perkembangannya, dalam mencapai tingkat kedewasaan. Masa di mana seorang anak masih membutuhkan perhatian yang sangat tinggi baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial lainnya. Akan halnya remaja dalam mendaki usia belasan tahun, dan yang paling terpopuler disebut dengan masa pubertas.












DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia.2008.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2005.
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo.2008.
Masganti. Psikologi Agama. Medan: Perdana Publising. 2011.
Nurhayati. Perkembangan Rasa Keagamaan  Pada Usia Remaja. Jakarta: Raja.                Grafindo. 2007.
Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.2007.



[1] Nurhayati. Perkembangan Rasa Keagamaan  Pada Usia Remaja (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), hlm. 18.
[2] Ibid.,
[3] Ramayulis. Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia,2007), hlm. 60.
[4] Masganti. Psikologi Agama (Medan: Perdana Publising, 2011), hlm. 78.
[5] Ibid., hlm. 79.
[6] Ibid., hlm. 80.
[7] Arifin. Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 18.
[8] Ibid., hlm. 19.
[9] Jalaluddin. Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo,2008), hlm. 68.
[10] Ibid., hlm. 70.
[11] Desmita. Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 300.
[12] Ibid., hlm. 305.
[13] Ibid., hlm. 308.
[14] Jalaluddin., Op.Cit. hlm. 90.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN