MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH HAROAON BORU DAN PABAGAS BORU


HAROAON BORU DAN PABAGAS BORU

A. Haroan Boru
1. Pengertian Haroan Boru
               Haroan boru adalah kedatangan mempelai wanita di rumah orang tua mempelai lelaki yang dijemput oleh utusan keluarga orang tua mempelai laki-laki.[1]
               Muda adong na haroan boru, tentu adong na pabagas boru. Muda di na haroan boru, martamba anggota keluarga. Setiap pertambahan anggota keluarga, baik sian kelahiran bope sian perkawinan na haroan parumaen, sudena on mambaen godang ni roha. Jadi anak tubu dohot na haroan boru dibagasan adat madung lazim didongkon “dalan ni godang ni roha”

2. Manise Boru (Tata Cara Perjodohan Adat Batak)
               Pada zaman dahulu, ada cara perjodohan yang di atur oleh orang tua ketika anak-anak mereka masih kecil, bahkan ketika anak- anak itu masih berusia bayi biasanya yang mengambil inisiatif ini adalah pihak anak boru.
               Perjodohan yang paling ideal menurut adat batak adalah perjodohan seorang anak gadis dengan anak namboru yang berarti perjodohan seorang pemuda dengan boru tulang. Minat terhadap perjodohan secara adat ini lambat laun semakin berkurang.
Kecenderungan perubahan ini disebabkan beberapa hal antara lain:
a. Pengaruh pendidikan yang membawa kemungjkinan luas untuk bergaul dengan berbagai kelompok masyarakat di luar kerabat, sehingga menemukan peluang untuk menemukan jodoh di luar kerabat sendiri.
b. Merantau, seperti halnya pendidikan, maka merantau juga membuka peluang untuk mengikut jodoh dengan orang di luar kerabat sendiri.
c. Keinginan untuk meluaskan hubungan kekerabatan dengan keluarga lain di luar kerabat sendiri, atau sering disebut dengan pabolak pinggan panganon.
d. Pengaruh islam yang kuat dalam hubungan orang batak yang beragama islam, yang tidak melarang kawin semarga sehingga membuka kemungkinan untuk mengurangi terjadinya perkawinan anak ni namboru dengan boru tulang. [2]

3. Manyambut Haroro Ni Boru (Mangupah Anak Dohot Parumaen)
               Dari pihak orang tua lelaki sementara menanti kedatangan kedua mempelai bersama rombongan, telah diadakan persiapan antara lain:
a. Kulit pisang sitabar selembar, panjang 50 cm.
b. Daun dingin-dingin, dua atau tiga lembar.
c. Padang togu atau beberapa lembar.
               Semua persiapan itu ditaruh di atas tangga pertama. Setelah aba-aba yang menyatakan kedatangan kedua mempelai maka pihak ibu dan bapak sudah berdiri berdampingan di atas tangga untuk menyambut kedatangan rombongan:
1)      Ayah menyambut mempelai laki-laki.
2)      Ibu menyambut mempelai perempuan.
               Setelah kedua mempelai menginjak kulit pisang sitabar dan langsung di papah duduk di tempat khusus yang dipersiapkan yaitu di juluan, dari ruangan tengah atau utama. Setelah mereka duduk, ayah meminta anak boru bagas memberikan (mengundang) kepada semua anggota masyarakat dalam huta ( melalui), Burangir Barita di dalam Haronduk na tutup.
               Selesai marontang (melalui) haronduk tersebut digantungkan di samping dinding pintu kamar pengantin. Apabila semua undang yaitu, Hatobangon, Harajaaon, dan orang kaya sudah hadir, suhut memberitakan kedatangan kedua mempelai dalam keluarganya. Kemudian orang kaya meminta agar:
1)      Tolu sauduran memberikan hasil misinya, secara berturut-turut mulai dari kahanggi, anak boru, dan hatobangon, menjelaskan tugas yang dibebankan kepada mereka.
2)      Tolu sauduran dari akum ibu menceritakan semua prosesi adat yang mereka emban.
3)      Pembawa indahan tungkus juga memberikan hal sama (cukup satu orang saja).
               Selesai acara pelaporan proses menjemput boru dalam sidang tersebut, kemudian dialusi (disambut) oleh Hasuhuton, Kahanggi dan Anak boru dimulai dari kaum ibu kemudian dilanjutkan oleh kaum bapak, maka Hatobangon, dan Harajaon pun dengan sendirinya menerima dan merestuinya. Kegitan berikutnya adalah orang kaya meminta agar di hidangkan makanan khas dalam acara adat tersebut terbuat dari santan kelapa, beras pulut mentah dan gula aren (santan pamorgo-morgoi) dihidangkan (santapan penyejuk)
               Setelah santan pamorgo-morgoi semua terhidang, maka Namborunya (Martua perempuan) datang membawa Burangir surdu-surdu (sirih sambutan) langsung disurduhon (diberikan) kepada anak dan parumaennya (menantu) dengan ucapan:
“on mada parumaen bagas ni tondi dohot badan , sai doa magora donok parsaulian, mula adong namilas di tonga dalan tinggal di dalan ma i, horas ma”.
               Lalu namborunya santan pamorgo-morgoi untuk dimakan kedua mempelai. Hidangan ini disajikan dalam piring sapa (piring khusus) yang pertama disuguhi (mengambil itaknya atu pulutnya) ialah mempelai laki-laki, kemudian baru mempelai perempuan.[3]

 a. Mambaen Goar
          Di Angkola, Sipirok, dan Padang Lawas mambaen goar dan manyikko-nyikko biasanya dilaksanakan sesudah pengantin pulang dari tapian raya bangunan tetapi di luat lain yang melaksanakannya pada saat sebelum ke tepian raya bangunan. [4]
b. Martahi Rugi
          Sesudah acara paulak anak boru selesai, maka suhut bersama anak boru di huta itu berkumpul kembali di rumah suhut sihabolonan untuk membicarakan pembagian utang. Telah diungkapkan di bagian lain bahwa pihak suhut telah menyatakan keinginan untuk menyelenggarakan pesta adat perkawian anaknya, tetapi tidak mampu untuk melaksanakannya. Agar pesta adat itu tetap terlaksana, maka di dalam rapat-rapat adat telah disepakati bahwa kerabatnya bersedia menanggung biaya itu secara bersama-sama. Inilah sekarang yang hendak di rinci tentang siapa yang akan membayar berapa.
          Cara pembagian hararugi telah dilakukan dalam adat yaitu: sepertiga ditanggung oleh anak boru dan dua pertiga di tanggung oleh suhut. Bagian suhut yang dua pertiga itu di bagi tiga lagi, sepertiga dari bagian suhut ini ditanggung oleh kahanggi dan dua pertiga ditanggung oleh suhut sihabolonan. Biaya atau hararugi yang ditanggung bersama itu hanyalah lahanan horja. [5]
c. Indahan Tungkus Pasae Robu
          Baik keluarga boru maupun keluarga bayo belum boleh saling mengunjungi sebelum keluarga boru mengirimkan indahan tungkus pasae robu atau disebut juga indahan tompu robu. Menurrut nasehat leluhur apabila larangan itu di langgar maka akan timbul kesusahan. Oleh karena itu diaturlah dalam tatakrama adat kujung- mengunjungi itu dengan didahului kunjungan resmi dari pihak boru dalam hal ini mora.[6]

d. Mebat Lungun
          Seluruh rangkaian acara pernikahan belum selesai, karena masih ada satu acara yang penting yaitu mebat. Acara tertakhir ini adalah kedatangan boru kepada simatobangnya yang dihadiri oleh kaum kerabat. Waktu yang dipilih untuk mebat lungun harus benar-benar disepakati kedua kedua belah pihak keluarga agar persiapan acara ini dapat dilakukan sebaik-baiknya.
          Pada kesempatan berkunjung inilah boru menerima pemberian dari simatobangna, unjuk tulang serta kerabat lainnya. Pada umumnya cara pemberian barang (mangalehen barang) ini dilakukan pada waktu mebat. Tetapi dapat juga dilakukan pada waktu pabuat boru. Ragam, mutu dan jumlah barang yang diberikan itu menggambaran besar kecilnya batang boban, unjuk tulang serta serta tingkat hamoraaon. Biasanya barang yang diberikan adalah alat-alat dapur dan pecah belah seperti hudon, huali, sonduk, ampang, pinggan, mangkuk, tapak sambong, dan lain-lain di tambah dengan podoman, amak, kasur, bantal, seperei, beragam kain, lemari, mesin jahit dan lain-lain barang yang diperlukan untuk membentuk satu rumah tangga yang baru.

e. Tradisi Manjae
          Sesudah kira-kira enam bulan anak dan parumaen dihorjaaon, timbul pula gagasan dalam hati ina untuk pajaehon anak dan parumaennya. Gagasan ini timbul agar keluarga yang baru itu segera mandiri dan agar hubungan mereka tetap dalam suasana holong sebelum terjadi hal-hal yang kurang baik dalam hubungan mereka. [7]

B. Pabagas Boru
1. Pengertian Pabagas Boru
               Pelaksanaan pabagas boru dibagi 3 tingkatan dari kemampuan suhut yang melaksanakannya yaitu:
a.    Tingkat kecil (menek), lahanannya ayam dan telur.
b.    Tingkat menengah lahanannya horbo dan kambing.
c.    Tingkat besar (godang) lahannanya horbo nabontar (kerbau).
               Pada garis besarnya perkawinan yang sering terjadi dalam perkawinan adalah  kawin lari (boru marlojong) dan kawin yang dipabuat (resmi)
1)      Kawin lari merupakan calon suami membawa si perempuan ke rumah orang tuanya. Tapi belum selesai urusan adat dan ibadahnya.
2)      Kawin dipabuat (resmi) merupakan perempuan tersebut dibawa oleh lelaki calon suaminya ke rumah orang tuanya. Tapi sudah selesai urusan adat dan ibadahnya.

               Dipabuat resmi dengan upacara adat dan agama. Di luar perkawinan tersebut masih ada lagi perkawinan yang lain, seperti:
a)    Na patungincatkon (pauli tangga naburuk) merupakan perkawinan yang dilakukan apabila suami meninggal maka adik suaminya mengawini janda abangnya yang disebut mangabia atau pareakan atau seorang gadis mengawini seorang duda mengganti kakaknya yang meninggal.
b)   Tangko binoto merupakan perkawinan yang dilakukan apabila seorang gadis kawin atas sepengetahuan orang tuanya, tetapi belum resmi menurut adat dan belum diberitahu kepada hatobangon dan harajaoon di huta tersebut.
c)   Boru manaek merupakan perkawinan yang dilakukan apabila si gadis hamil di luar nikah karena perbuatan pacarnya kemudian si gadis minta dikawinkan secara terhormat atau disebut juga manyoppo atau haporas maninjal tu parau.
d)     Boru elehan merupakan perkawinan yang dilakukan apabila boru yang di pinang dan diminta dengan baik dan dibujuk agar ia mau kawin.
e)      Boru hiapan merupakan perkawinan yang dilakukan apabila boru yang di dapat dipartandangan di minta dengan baik serta di bujuk agar ia mau kawin dan tidak perlu berpikir panjang dan dia langsung mau kawin.
f)      Boru mangalap tungkat merupakan perkawinan yang dilakukan apabila suatu perkawinan tidak membuahkan anak, sang istri mengizinkan untuk mengambil istri kedua atau tungkot.
g)     Boru maninian merupakan perkawinan yang dilakukan apabila pihak laki-laki bekerja dulu pada calon martua karena budi pekertinya bagus dan rajin maka dia diambil menjadi anak mantu oleh martuanya.
h)     Manjujur merupakan perkawinan yang dilakukan dengan pihak laki-laki membayar mas kawin terlebih dahulu kepada pihak wanita.[8]

2. Upacara Adat Mangkobar boru
               Kedua belah pihak lelaki yang mambuat boru dan juga orang tua dari boru yang marbagas sama-sama mengadakan persiapan menghadapi upacara adat mangkobar boru.
a. Pihak orang tua lelaki mengutus 3 lelaki untuk mangkobar menyelesaikan adat yaitu:
1)  Kahanggi /suhut.
2)  Anak boru maroban burangir, itak, sasagun dan abit.
3)  Hatobangon maroban sinapang.
b. Pihak orangtua ni boru mempersiapkan:
1)  Tempat parsidangon.
2)  Mengundang keluarga dalihan natolu.
3)  Mengundang hatobangon, harajaon, orang kaya.
4)  Mempersiapkan burangir.
5)  Mempersiapkan makanan dan minuman.
6)  Mempersiapkan indahan naditungkus tanda selesai hobaron boru.

3. Sidang Adat Mangkobar Boru
               Tahap pertama yaitu suhut atau orang tua menyerahkan sidang adat kepada hatobangon, harajaon, parjolo anak boru manyurduhon burangir.

a. Hatani suhut.
          Santabi sampulu tuadopan ni raja nami songoni natobang natoras na adong diparsidangan on. Songoni kahanggi, anak boru, terlebih kepada mora. Disini sumurdu burangir nami, burangir nahombang sangape burangir sahat-sahat. Karena ada na giot pasahaton nami tu koum sisolkot tarlobi natobang, natoras di hutaon.
          Taringot disi butet yang bernam purnama baen ro anak namboruna sian simatorkis mangkoloskon apa yang ada dalam hatinnya, ima dalan angkup matobang. Karena sudah selesai tahi kedua orang tua itu songoni simatobang halai, songoni amipe simatobangna sudah setuju tidak ada lagi yang menjanggali di angan-angan ni daganakon.
b. Hatani Anak Boru
          Nahami hormati raja nami natobang natoras alim ulama songoni ompu sian bagas godang.
          Sauduran dohot mangihutkon hata ni mora karena anggi i si butet nagiot langka matobang baen sadarionma ro kahanggi nami i sian si matorkis manyalosehon adat dohot ibadatna hamipe da anak boru dohot mada hami pasahatkon natobang natoras tarlobi ompu sian bagas godang.
c. Hata Ni Mora
          Pajolo hata sattabi sampulu-sampulu noli marsantabi tu adopan ni natobang natoras, taringot di babere si butet mau langka matobang baen sadarionma ro koum ta sian simatorkis manyalosehon adat dohot ibadatna. Hami sian mora nadohot pasahatkon tu hatobangon, alim ulama, tarlobi ompu i sian bagas godang.
               Tahap kedua hata pangalusi ni hatobangon, harajaon, alim ulama, orang kaya dohot ompui sian bagas godang.
a.    Hata Ni Hatobangon
Ihut hata hasantunan sattabi sampulu tu anak ni raja dohot namora, alim ulama, orang kaya tarlobi ompui sian bagas godang. Harana songon hata ni adat salak-lak sasingkoru sasanggar saria-ria saboru suang marsada ina. Topet tu anak munu hita pature ancogot on, pula topet tuanak nami hita pature. Inilah yang dinamakan seaanak saboru.
b.    Hata Ni Alim Ulama
Syukur dohot puji kepada Allah SWT salawat beriring salam kepada nani kita Muhammad SAW songoni hata hormat natoras dihutaon. Terlebih kepada ompui sian bagas godang, kalau kami sian alim ulama siap saja melaksanakan urusan anak kita asalma yang menyangkut tu agama karena ini sudah menjadi kewajiban bagi kami.
c. Hata Ni Kepala Desa
Santabi sampulu di raja nami natobang natoras, alim ulama, koum sisolkot, lebih lagi kepada ompu sian bagas godang, teringat di surat-surat yang menyangkut urusan nidaganakta on, akan kami sediakan selengkapnya.
d. Hata Ni Orang Kaya
Hornat dohot tabi tu natobang natoras, alim ulama, koum sisolkot, lebih lagi kepada ompui sian bagas godang, mendengar semua alus ni parjolo mandongkon hata orang kaya peda dohotma pasahatna tu ompui.
e. Hata ni Raja Pamusuk[9]
Bahat mada hata hormat nami kepada semua kaum sisolkot anak raja dohot namora songoni tu suhut. Kalau menurut saya semuanya sudah lengkap madung tama tumbuk pangalusi ni koum ta on.
f. Mangampar Ruji
Pajolo ma halai manyalam tarsongon napaboahon nadung ro halai dari matorkis membawa emas yang menjadi gantang parnipian nadi tonahon nirajai, setelah selesai mangampar ruji diadakan penyerahan uang.
          Batang boban boleh di serahkan kepada ibu gadis di dampingi oleh kahanggi, anak boru, mora. Yang menyerahkan batang boban ini adalah anak boru atau goruk-goruk hapinis.
          Dalam penyerahan batang boban ini sekaligus diserahkan kain-kain adat seperti:
1)   Kain hapus ilu diterima oleh ibu gadis.
2)   Kain huduk banggar diterima oleh ibu gadis.
3)   Kain tutup uban diterima oleh ompu suhut.
4)   Kain uban diterima oleh ompu bayo
5)   Kain partanding diterima oleh ibu gadis.[10]

4. Pabua Boru / Paijur Boru
          Menjelang acara pabuat boru dilaksanakan hatobangon nihuta mangalehen pesan kepada rombongan anak boru yaitu apabila sudah sampai dihutani anak boru agar marjamita (marhata-hata) dohot hatobangon dohot harajaaon dihutai. Inanta soripada menggendongkan ayam betina kepada anak gadisnya sekaligus membawakan ampang berisikan beras dan satu telur ayam di dalamnya.
          Tibalah saatnya pabuat atau paijur boru, orang tua mempelai wanita baikn ayah maupun ibu berdiri di depan pintu bagas godang, sementara laki-laki berdiri di berhadapan dengan istirinya untuk siap membawanya.
          Pada saat itu ayah mempertemukan kedua tangan mempelai sambil mengucapkan “ kuserahkan putrib saya ini padamu izin dunia akhirat, dan tanggung jawabnya kuserahkan padamu dunia akhirat”.
          Setelah kedua mempelai beranjak mau berangkat pihak anak namboru (naposo bulung) sudah siap menghambat langkah mereka dengan menyediakan dua meja dan dua kursi dan dua buah kelapa muda, kemudian anak namboru mempersilahkan kedua mempelai duduk untuk disapa dan kemudian terjadilah dialog singkat:
Anak namboru              : tudia do hamu nadua (boru tulang dohot pareban)
Boru tulang                    : au nagiot kehe langka matobang.
Anak namboru               : tapi inda marpaboa ho tuau.
Mempelai laki-laki         : mangido maaf mada au tu hamu pariban. Lalu bersalam- bersalaman mereka dalam salam tersebut mempelai sudah mempersiapkan amplop berisi uang, sebagai upa pangolat.

Barang-barang yang dibawa Boru Namarbagas
1. Pemberian barang dari kedua orang tua wanita yaitu:



a.    Satu indahan tungkus
b.    Satu ekor ayam betina
c.    Satu garigit yaitu tempat air yang terbuat dari ruas bambu
d.   Satu ampang yang berisikan beras dan satu butir telur
e.    Satu sendok takar
f.     Satu lusin piring
g.    Satu lusin mangkuk dan tapak
h.    Periuk
i.      Sambong
j.      Tempat cuci tangan
k.    Tikar
l.      Bantal
m.  Haronduk
n.    Satu baju
o.    Satu abit
p.    Bulang
q.    Jarunjung
r.     Anting-anting
s.     Sisir
t.     Loting/ korek api
u.    Satu ulos batak

2. Barang dari Amang Tua yaitu:
a. Satu pinggan
b. Satu mangkuk dengan tapak
c. Satu sambong
d. Satu amak,Satu bantal,Satu abit batak dan Baju parabiton/ pakaian








3. Barang bawaan dari amang  uda yaitu:
a.    Satu piring
b.    Satu mangkuk satu tapak
c.    Satu sambong
d.   Satu abit batak
e.    Satu amak
f.     Satu bantal
g.    Pakaian/ baju parabiton





4. Barang bawaan dari tulang yaitu :
a.    Satu indahan tungkus
b.    Satu abit
c.    Satu piring
d.   Satu mangkuk besar
e.    Satu amak
f.     Satu bantal

5. Barang bawaan dari hatobangon/ harajaon yaitu:
a.    Satu indahan tungkus
b.    Pakaian/ baju parabiton
c.    Sabun[11]

5. Pasunesang Bulung Namalos
          Acara marlungun-lungun pihak laki-laki membawa orang tuanya, kahanggi, anak boru, dan kerabat dekatnya. Mkasud kunjungan tersebut adalah untuk memperkenalkan keluarga pihak laki-laki kepada keluarga pihak mora. Pihak anak boru yang datang membawa oleh-oleh yaitu indahan nadi hopolan beserta lauknya, dan itak beserta sasagun. Biasanya keluarga besar ini tinggal di rumah moranya kurang lebih 7 hari, apabila anak boru sudah mau beranjak pulang pihak mora memberi kain, pakaian dan uang. Maka setelah sampai di kampung silua yang dibawa tidak perlu mengundang hatobangon lagi, cukup keluarga saja.
          Pasunesang bulung namalos biasanya dilakukan setelah beberapa minggu selesai marlungun-lungun, tibalah saatnya mora mengadakan kunjungan balasan ke rumah anak borunya. Kedatangan mereka lengkap dengan kahanggi, anak boru dan sisolkot lainnya, dengan membawa oleh-oleh indahan nadi hopolan lengkap dengan lauknya. Pihak anak boru menyambut kedatangan moranya dengan mengundang harajaon dan hatobangon ni huta untuk ikut bersilaturahmi dan makan bersama. Apabila mora sudah mau pulang harus dilengkapi dengan silua indahan lengkap dengan lauk pauknya.[12]

6. Manungkir Tangga
          Manungkir tangga adalah acara adat dimana keluarga dari pengantin perempuan melakukan kunjungan pertama ke rumah keluarga pengantin laki-laki. Upacara manungkir tangga memang dilakukan setelah pesta pernikahan selesai baik secara adat dan agama, sebab sebelum hula-hula (keluarga istri) belum datang manungkir tangga kedua pengantin tidak boleh ke rumah pihak istri atau kampung asal kampung istri, tapi seiring perkembangan zaman upacara manungkir tangga ini sudah dimodifikasi.
          Upacara manungkir tangga paulak une (maka paulak une adalah adat mengembalikan sesuatu yang kurang baik dalam pelaksanaan adat sebelumnya agar kembali menjadi baik), berangkat ke rumah laki-laki langsung dari persta pernikahan sudah disatukan selama satu hari di dalam gedung pesta. Proses modifikasi tersebut dibuat karena semakin timbul kesaadaran halak hita bahwa proses pesta menghabiskan banyak waktu dan biaya. Bagi mereka yang tinggal diperantauan misalnya tinggak di Jakarta dan ingin menikah di mandailing natal, mau tidak mau upacara pernikahan dilakukan secara cepat dan singkat, karena harus kembali ke ibu kota untuk bekerja.[13]

c. Pandangan Islam Tentang Walimatul Urus (Pesta Pernikahan)
               Pernikahan, secara syar’i adalah ibadah, dan secara ma’nawi merupakan penyatuan dua potensi fitrah yang berbeda untuk diikat dan dihimpuan dalam kebersamaan sebagai wujud kecintaan dan pelaksanaan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-nya.
               Pernikahan adalah sebuah amanah langsung dari Allah dan Rasul-nya, dan setiap amanat menuntut tanggung jawab. Betapa luar biassanya akad nikah ini, sekalipun dengan ucapan yang sederhana, dengan adanya akad nikah, perrbuatan yang semula diharamkan menjadi halal, perbuatan yang semuala bernilai maksiat, berubah menjadi ibadah. Seperti firman Allah SWT yang terdapat dalam Surah An-Nisa ayat 21 yang artinya:
“ Bagaimana kamu akan mengambilnya  kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.

               Pengharapan islam terhadap ikatan pernikahan amat besar, sehingga ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama.
               “Telah bersabda Rasululah SAW : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya.”
               Kata walimah diambil dari kata asal walmun yang berarti perhimpunan, karena pasangan suami istri pada ketika itu berkumpul sebagaimana yang dikatakan oleh imam az-Zuhri dan selainnya. Bentuk kata kerjanya adalah awlama yang bermakna setiap makanan yang dihidangkan untuk menggambarkan kegembiraan ketika pernikahan. Walimatul urus adalah sebagai tanda pengumuman (majlis) untuk pernikahan yang menghalalkan hubungan suami istri.
               Menurut imam Ibnu Qudamah dan Syaikh Abu Malik as- Sayyid Salim, “Al-Walimah merujuk kepada istilah untuk makanan yang biasa disajikan (dihidangkan) pada upacara (majlis) perkawinan secara khusus. Kalangan mahzab Ahmad dan selainnya menyatakan, bahwa walimah merujuk kepada segala bentuk makanan yang dihidangkan untuk merayakan kegembiraan yang berlangsung.
               Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa yang dimaksudkan dengan walimatul ‘ursy itu adalah jamuan makan yang diadakan untuk merayakan pernikahan pasangan pengantin. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu ‘anhu , diman beliau beerkata,
               “ketika tiba waktu pagi hari setelah Nabi SAW menjadi seorang pengantin dengannya (Zainab bin Jahsy), beliau mengundang masyarakat, lalu mereka dijamu dengan makanan dan setelah itu mereka pun keluar. “ (HR. Bukhari). Sabda Nabi SAW kepada ‘ Abdurrahman bin ‘Auf ketika baru saja menikah, “ laksanakanlah walimah walaupun hanya seekor kambing. “(hadis Riwayat al-Bukhari).
               Yang pasti tujuannya adalah memberi tahu kepada orang di sekitar kita, tetangga, kerabat, dll, mengenai telah berlangsungnya pernikahan. Jika belum mampu menyelenggarakan undangan makan (walimah), menyiarkan akad bisa dilakukan dengan cara bersilaturahmi ke kerabat atau kenalan sambil memperkenalkan pasangan, mencetak kartu dan mengirimkannya atau dengan cara lainnya. Hanya saja yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah mengumumkan akad dengan cara mengundang orang- orang serta menyediakan hidangan untuk para undangan, atau dengan kata lain dengan cara mengadakan walimatul- Ursy.[14]

         

C. KESIMPULAN
Haroan boru adalah kedatangan mempelai wanita di rumah orang tua mempelai lelaki yang dijemput oleh utusan keluarga orang tua mempelai laki-laki.




DAFTAR PUSTAKA

Alam, Sutan Tinggi Barani Perkasa. 2015. Adat Budaya Batak Angkola. Medan:     CV. Partama Mitra Sari.

Harahap Persadaan Marga. 1993. Dohot Anakboru di Jakarta Suhumaliangna,        Horja Adat Istidat Dalihan Natolu. Bandung: PT. Grafitri.

Hasibuan, Zainal Efendi. 2015.Adat Budaya Batak Angkola. Medan: CV. Pertama             Mitra Sari.

LS. Diapari Gelar Patuan Naga Parlindungan. 2015. Adat Istiadat Perkawinan        Dalam Masyarakat Batak Tapanuli Selatan. Bandung: PT. Grafiti.

Mangardja, Salomo. 1983. Memilih dan Mengangkat Radja di Tanah Batak            Menurut Adat Asli. Sibolga: Rapatfonds Tapanuli.

Slamet, Abidin. 1999. Fiqih Munakahat. Bandung: CV Pustaka Setia.
           








[1] LS. Diapari Gelar Patuan Naga Parlindungan, Adat Istiadat Perkawinan Dalam Masyarakat Batak Tapanuli Selatan, (Bandung: PT. Grafiti, 2015), hal. 98.
[2] Persadaan Marga Harahap Dohot Anakboru di Jakarta Suhumaliangna, Horja Adat Istidat Dalihan Natolu, (Bandung: PT. Grafitri, 1993), hlm. 260-263.
[3] Zainal Efendi Hasibuan, Adat Budaya Batak Angkola, (Medan: CV, Pertama Mitra Sari, 2015), hlm. 88-90.
[4] Ibid., hlm. 273-373.
[5] Ibid., hlm. 401-402.
[6] Ibid., hlm. 402-403.
[7] Ibid., hlm. 406-407.
[8] Ibid., hlm. 410.
[9] Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Burangir Barita,  (Medan: CV. Mitra Medan,  2014), hal. 51.
[10] Ibid.
[11] Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Adat Budaya Batak Angkola,  (Medan: CV. Partama Mitra Sari, 2015), hal. 83.
[12] Ibid., hlm. 93.
[13] Salomo Mangardja, Memilih dan Mengangkat Radja di Tanah Batak Menurut Adat Asli, (Sibolga: Rapatfonds Tapanuli, 1983), hal. 52.
[14] Abidin Slamet, Fiqih Munakahat, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 72.

<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN