HAROAON BORU DAN PABAGAS BORU
A. Haroan Boru
1. Pengertian
Haroan
Boru
Haroan
boru adalah kedatangan
mempelai wanita di rumah orang tua mempelai lelaki yang dijemput oleh utusan keluarga
orang tua mempelai laki-laki.
Muda
adong na haroan boru, tentu adong na pabagas boru. Muda di na haroan boru,
martamba anggota keluarga. Setiap pertambahan anggota keluarga, baik sian
kelahiran bope sian perkawinan na haroan parumaen, sudena on mambaen godang ni
roha. Jadi anak tubu dohot na haroan boru dibagasan adat madung lazim didongkon
“dalan ni godang ni roha”
2. Manise
Boru
(Tata
Cara
Perjodohan
Adat
Batak)
Pada
zaman dahulu, ada cara perjodohan yang di atur oleh orang tua ketika anak-anak
mereka masih kecil, bahkan ketika anak- anak itu masih berusia bayi biasanya yang mengambil inisiatif
ini adalah pihak anak boru.
Perjodohan
yang paling ideal menurut adat batak adalah perjodohan seorang anak gadis
dengan anak namboru yang berarti perjodohan seorang pemuda dengan boru
tulang. Minat terhadap perjodohan secara adat ini lambat laun semakin
berkurang.
Kecenderungan perubahan
ini disebabkan beberapa hal antara lain:
a. Pengaruh
pendidikan yang membawa kemungjkinan luas untuk bergaul dengan berbagai kelompok masyarakat di luar
kerabat, sehingga menemukan peluang untuk menemukan jodoh di luar kerabat
sendiri.
b. Merantau,
seperti halnya pendidikan, maka merantau juga membuka peluang untuk mengikut
jodoh dengan orang di luar kerabat sendiri.
c. Keinginan
untuk meluaskan hubungan kekerabatan dengan keluarga lain di luar kerabat
sendiri, atau sering disebut dengan pabolak pinggan panganon.
d. Pengaruh
islam yang kuat dalam hubungan orang batak yang beragama islam, yang tidak melarang kawin semarga sehingga
membuka kemungkinan untuk mengurangi
terjadinya
perkawinan anak ni namboru dengan boru tulang.
3. Manyambut
Haroro Ni Boru (Mangupah
Anak
Dohot
Parumaen)
Dari
pihak orang tua lelaki sementara menanti kedatangan kedua mempelai bersama
rombongan, telah diadakan persiapan antara lain:
a. Kulit pisang sitabar selembar, panjang 50 cm.
b. Daun dingin-dingin, dua atau tiga lembar.
c. Padang togu atau beberapa lembar.
Semua
persiapan itu ditaruh di atas tangga pertama. Setelah aba-aba yang menyatakan
kedatangan kedua mempelai maka
pihak ibu
dan bapak
sudah berdiri berdampingan di atas tangga untuk menyambut kedatangan rombongan:
1) Ayah
menyambut mempelai laki-laki.
2) Ibu
menyambut mempelai perempuan.
Setelah kedua mempelai menginjak kulit
pisang sitabar dan langsung di papah duduk di tempat khusus yang dipersiapkan
yaitu di juluan, dari ruangan tengah atau utama. Setelah mereka duduk, ayah
meminta anak boru bagas memberikan (mengundang) kepada semua anggota masyarakat
dalam huta ( melalui), Burangir Barita di dalam Haronduk na tutup.
Selesai marontang (melalui) haronduk
tersebut digantungkan di samping dinding pintu kamar pengantin. Apabila semua
undang yaitu, Hatobangon, Harajaaon, dan orang kaya sudah hadir, suhut
memberitakan kedatangan kedua mempelai dalam keluarganya. Kemudian orang kaya
meminta agar:
1) Tolu
sauduran memberikan hasil misinya, secara berturut-turut mulai dari kahanggi,
anak boru, dan hatobangon, menjelaskan tugas yang dibebankan kepada mereka.
2) Tolu
sauduran dari akum ibu menceritakan semua prosesi adat yang mereka emban.
3) Pembawa
indahan tungkus juga memberikan hal sama (cukup satu orang saja).
Selesai acara pelaporan proses
menjemput boru dalam sidang tersebut, kemudian dialusi (disambut) oleh
Hasuhuton, Kahanggi dan Anak boru dimulai dari kaum ibu kemudian dilanjutkan
oleh kaum bapak, maka Hatobangon, dan Harajaon pun dengan sendirinya menerima
dan merestuinya. Kegitan berikutnya adalah orang kaya meminta agar di hidangkan
makanan khas dalam acara adat tersebut terbuat dari santan kelapa, beras pulut
mentah dan gula aren (santan pamorgo-morgoi) dihidangkan (santapan
penyejuk)
Setelah santan pamorgo-morgoi
semua terhidang, maka Namborunya (Martua perempuan) datang membawa Burangir
surdu-surdu (sirih sambutan) langsung disurduhon (diberikan) kepada anak
dan parumaennya (menantu) dengan ucapan:
“on
mada parumaen bagas ni tondi dohot badan , sai doa magora donok parsaulian,
mula adong namilas di tonga dalan tinggal di dalan ma i, horas ma”.
Lalu namborunya santan pamorgo-morgoi
untuk dimakan kedua mempelai. Hidangan ini disajikan dalam piring sapa (piring
khusus) yang pertama disuguhi (mengambil itaknya atu pulutnya) ialah mempelai
laki-laki, kemudian baru mempelai perempuan.
a. Mambaen
Goar
Di Angkola, Sipirok, dan Padang Lawas
mambaen goar dan manyikko-nyikko biasanya dilaksanakan sesudah pengantin pulang
dari tapian raya bangunan tetapi di luat lain yang melaksanakannya pada saat
sebelum ke tepian raya bangunan.
b. Martahi
Rugi
Sesudah acara paulak anak
boru selesai, maka suhut bersama anak boru di huta itu berkumpul kembali di
rumah suhut sihabolonan untuk membicarakan pembagian utang. Telah
diungkapkan di bagian lain bahwa pihak suhut telah menyatakan keinginan
untuk menyelenggarakan pesta adat perkawian anaknya, tetapi tidak mampu untuk
melaksanakannya. Agar pesta adat itu tetap terlaksana, maka di dalam
rapat-rapat adat telah disepakati bahwa kerabatnya bersedia menanggung biaya
itu secara bersama-sama. Inilah sekarang yang hendak di rinci tentang siapa yang
akan membayar berapa.
Cara pembagian hararugi telah
dilakukan dalam adat yaitu: sepertiga ditanggung oleh anak boru dan dua
pertiga di tanggung oleh suhut. Bagian suhut yang dua pertiga itu
di bagi tiga lagi, sepertiga dari bagian suhut ini ditanggung oleh kahanggi
dan dua pertiga ditanggung oleh suhut sihabolonan. Biaya atau hararugi
yang ditanggung bersama itu hanyalah lahanan horja.
c. Indahan
Tungkus Pasae Robu
Baik keluarga boru maupun
keluarga bayo belum boleh saling mengunjungi sebelum keluarga boru
mengirimkan indahan tungkus pasae robu atau disebut juga indahan
tompu robu. Menurrut nasehat leluhur apabila larangan itu di langgar maka
akan timbul kesusahan. Oleh karena itu diaturlah dalam tatakrama adat kujung-
mengunjungi itu dengan didahului kunjungan resmi dari pihak boru dalam
hal ini mora.
d.
Mebat
Lungun
Seluruh rangkaian acara
pernikahan belum selesai, karena masih ada satu acara yang penting yaitu mebat.
Acara tertakhir ini adalah kedatangan boru kepada simatobangnya yang dihadiri
oleh kaum kerabat. Waktu yang dipilih untuk mebat lungun harus benar-benar
disepakati kedua kedua belah pihak keluarga agar persiapan acara ini dapat
dilakukan sebaik-baiknya.
Pada
kesempatan berkunjung inilah boru menerima pemberian dari simatobangna,
unjuk tulang serta kerabat lainnya. Pada umumnya cara pemberian barang (mangalehen
barang) ini dilakukan pada waktu mebat. Tetapi dapat juga dilakukan pada
waktu pabuat boru. Ragam, mutu dan jumlah barang yang diberikan itu menggambaran
besar kecilnya batang boban, unjuk tulang serta serta tingkat hamoraaon.
Biasanya barang yang diberikan adalah alat-alat dapur dan pecah belah seperti
hudon, huali, sonduk, ampang, pinggan, mangkuk, tapak sambong, dan lain-lain di
tambah dengan podoman, amak, kasur, bantal, seperei, beragam kain, lemari,
mesin jahit dan lain-lain barang yang diperlukan untuk membentuk satu rumah
tangga yang baru.
e.
Tradisi
Manjae
Sesudah kira-kira enam
bulan anak dan parumaen dihorjaaon, timbul pula gagasan dalam hati ina untuk
pajaehon anak dan parumaennya. Gagasan ini timbul agar keluarga yang baru itu
segera mandiri dan agar hubungan mereka tetap dalam suasana holong sebelum
terjadi hal-hal yang kurang baik dalam hubungan mereka.
B.
Pabagas
Boru
1.
Pengertian
Pabagas Boru
Pelaksanaan
pabagas boru dibagi 3 tingkatan dari kemampuan suhut yang melaksanakannya
yaitu:
a. Tingkat
kecil (menek), lahanannya ayam dan telur.
b. Tingkat
menengah lahanannya horbo dan kambing.
c. Tingkat
besar (godang) lahannanya horbo nabontar (kerbau).
Pada garis besarnya
perkawinan yang sering terjadi dalam perkawinan adalah kawin lari (boru marlojong) dan kawin yang
dipabuat (resmi)
1)
Kawin lari merupakan calon suami membawa
si perempuan ke rumah orang
tuanya. Tapi belum selesai urusan adat dan ibadahnya.
2)
Kawin dipabuat (resmi) merupakan
perempuan tersebut dibawa oleh lelaki calon suaminya ke rumah orang tuanya.
Tapi sudah selesai urusan adat dan ibadahnya.
Dipabuat resmi
dengan upacara adat dan agama. Di luar perkawinan tersebut masih ada lagi
perkawinan yang lain, seperti:
a) Na
patungincatkon (pauli tangga naburuk) merupakan perkawinan yang dilakukan
apabila suami meninggal maka adik suaminya mengawini janda abangnya yang
disebut mangabia atau pareakan atau seorang gadis mengawini seorang duda
mengganti kakaknya yang meninggal.
b) Tangko
binoto merupakan perkawinan yang dilakukan apabila seorang gadis kawin atas
sepengetahuan orang tuanya, tetapi belum resmi menurut adat dan belum
diberitahu kepada hatobangon dan harajaoon di huta tersebut.
c) Boru
manaek merupakan perkawinan yang dilakukan apabila si gadis hamil di luar nikah karena
perbuatan pacarnya kemudian si gadis minta
dikawinkan
secara terhormat atau disebut juga manyoppo atau haporas maninjal tu parau.
d) Boru elehan merupakan perkawinan yang
dilakukan apabila boru yang
di
pinang dan diminta dengan baik dan dibujuk agar ia mau kawin.
e) Boru
hiapan merupakan perkawinan yang dilakukan apabila boru yang di dapat
dipartandangan di minta dengan baik serta di bujuk agar ia mau kawin dan tidak
perlu berpikir panjang dan dia langsung mau kawin.
f) Boru
mangalap tungkat merupakan perkawinan yang dilakukan apabila suatu perkawinan
tidak membuahkan anak, sang istri mengizinkan untuk mengambil istri kedua atau
tungkot.
g) Boru
maninian merupakan perkawinan yang dilakukan apabila pihak laki-laki bekerja
dulu pada calon martua karena budi pekertinya bagus dan rajin maka dia diambil
menjadi anak mantu oleh martuanya.
h) Manjujur
merupakan perkawinan yang dilakukan dengan pihak laki-laki membayar mas kawin
terlebih dahulu kepada pihak wanita.
2. Upacara Adat Mangkobar boru
Kedua
belah pihak lelaki yang mambuat boru dan juga orang tua dari boru yang marbagas
sama-sama mengadakan persiapan menghadapi upacara adat mangkobar boru.
a. Pihak
orang tua lelaki mengutus 3 lelaki untuk mangkobar menyelesaikan adat yaitu:
1) Kahanggi
/suhut.
2) Anak
boru maroban burangir, itak, sasagun dan abit.
3) Hatobangon
maroban sinapang.
b.
Pihak
orangtua ni boru mempersiapkan:
1) Tempat
parsidangon.
2) Mengundang
keluarga dalihan natolu.
3) Mengundang
hatobangon, harajaon, orang kaya.
4) Mempersiapkan
burangir.
5) Mempersiapkan
makanan dan minuman.
6) Mempersiapkan
indahan naditungkus tanda selesai hobaron boru.
3. Sidang Adat
Mangkobar Boru
Tahap pertama
yaitu suhut atau orang tua menyerahkan sidang adat kepada hatobangon, harajaon,
parjolo anak boru manyurduhon burangir.
a.
Hatani
suhut.
Santabi sampulu
tuadopan ni raja nami songoni natobang natoras na adong diparsidangan on.
Songoni kahanggi, anak boru, terlebih kepada mora. Disini sumurdu burangir
nami, burangir nahombang sangape burangir sahat-sahat. Karena ada na giot
pasahaton nami tu koum sisolkot tarlobi natobang, natoras di hutaon.
Taringot disi butet
yang bernam purnama baen ro anak namboruna sian simatorkis mangkoloskon apa
yang ada dalam hatinnya, ima dalan angkup matobang. Karena sudah selesai tahi
kedua orang tua itu songoni simatobang halai, songoni amipe simatobangna sudah
setuju tidak ada lagi yang menjanggali di angan-angan ni daganakon.
b.
Hatani
Anak Boru
Nahami hormati raja
nami natobang natoras alim ulama songoni ompu sian bagas godang.
Sauduran dohot
mangihutkon hata ni mora karena anggi i si butet nagiot langka matobang baen
sadarionma ro kahanggi nami i sian si matorkis manyalosehon adat dohot ibadatna
hamipe da anak boru dohot mada hami pasahatkon natobang natoras tarlobi ompu
sian bagas godang.
c.
Hata
Ni Mora
Pajolo hata sattabi sampulu-sampulu
noli marsantabi tu adopan ni natobang natoras, taringot di babere si butet mau
langka matobang baen sadarionma ro koum ta sian simatorkis manyalosehon adat
dohot ibadatna. Hami sian mora nadohot pasahatkon tu hatobangon, alim ulama,
tarlobi ompu i sian bagas godang.
Tahap kedua hata
pangalusi ni hatobangon, harajaon, alim ulama, orang kaya dohot ompui sian
bagas godang.
a.
Hata Ni Hatobangon
Ihut
hata hasantunan sattabi sampulu tu anak ni raja dohot namora, alim ulama, orang
kaya tarlobi ompui sian bagas godang. Harana songon hata ni adat salak-lak
sasingkoru sasanggar saria-ria saboru suang marsada ina. Topet tu anak munu
hita pature ancogot on, pula topet tuanak nami hita pature. Inilah yang
dinamakan seaanak saboru.
b.
Hata Ni Alim Ulama
Syukur
dohot puji kepada Allah SWT salawat beriring salam kepada nani kita Muhammad
SAW songoni hata hormat natoras dihutaon. Terlebih kepada ompui sian bagas
godang, kalau kami sian alim ulama siap saja melaksanakan urusan anak kita
asalma yang menyangkut tu agama karena ini sudah menjadi kewajiban bagi kami.
c. Hata
Ni Kepala Desa
Santabi sampulu di raja nami natobang
natoras, alim ulama, koum sisolkot, lebih lagi kepada ompu sian bagas godang, teringat
di surat-surat yang menyangkut urusan nidaganakta on, akan kami sediakan
selengkapnya.
d.
Hata
Ni Orang Kaya
Hornat dohot tabi tu natobang natoras,
alim ulama, koum sisolkot, lebih lagi kepada ompui sian bagas godang, mendengar
semua alus ni parjolo mandongkon hata orang kaya peda dohotma pasahatna tu
ompui.
Bahat mada hata hormat nami kepada semua
kaum sisolkot anak raja dohot namora songoni tu suhut. Kalau menurut saya
semuanya sudah lengkap madung tama tumbuk pangalusi ni koum ta on.
f. Mangampar Ruji
Pajolo ma halai manyalam tarsongon
napaboahon nadung ro halai dari matorkis membawa emas yang menjadi gantang
parnipian nadi tonahon nirajai, setelah selesai mangampar ruji diadakan
penyerahan uang.
Batang
boban boleh di serahkan kepada ibu gadis di dampingi oleh kahanggi, anak boru,
mora. Yang menyerahkan batang boban ini adalah anak boru atau goruk-goruk
hapinis.
Dalam
penyerahan batang boban ini sekaligus diserahkan kain-kain adat seperti:
1) Kain
hapus ilu diterima oleh ibu gadis.
2) Kain
huduk banggar diterima oleh ibu gadis.
3) Kain
tutup uban diterima oleh ompu suhut.
4) Kain
uban diterima oleh ompu bayo
5) Kain
partanding diterima oleh ibu gadis.
4.
Pabua
Boru / Paijur Boru
Menjelang acara pabuat
boru dilaksanakan hatobangon nihuta mangalehen pesan kepada rombongan anak boru
yaitu apabila sudah sampai dihutani anak boru agar marjamita (marhata-hata)
dohot hatobangon dohot harajaaon dihutai. Inanta soripada menggendongkan ayam
betina kepada anak gadisnya sekaligus membawakan ampang berisikan beras dan
satu telur ayam di dalamnya.
Tibalah
saatnya pabuat atau paijur boru, orang tua mempelai wanita baikn ayah maupun
ibu berdiri di depan pintu bagas godang, sementara laki-laki berdiri di
berhadapan dengan istirinya untuk siap membawanya.
Pada
saat itu ayah mempertemukan kedua tangan mempelai sambil mengucapkan “
kuserahkan putrib saya ini padamu izin dunia akhirat, dan tanggung jawabnya
kuserahkan padamu dunia akhirat”.
Setelah
kedua mempelai beranjak mau berangkat pihak anak namboru (naposo bulung) sudah
siap menghambat langkah mereka dengan menyediakan dua meja dan dua kursi dan
dua buah kelapa muda, kemudian anak namboru mempersilahkan kedua mempelai duduk
untuk disapa dan kemudian terjadilah dialog singkat:
Anak namboru : tudia do hamu
nadua (boru tulang dohot pareban)
Boru tulang : au nagiot kehe langka matobang.
Anak namboru : tapi inda marpaboa ho tuau.
Mempelai laki-laki : mangido maaf mada au tu hamu pariban.
Lalu bersalam- bersalaman
mereka dalam salam tersebut mempelai sudah mempersiapkan amplop berisi uang,
sebagai upa pangolat.
Barang-barang yang dibawa Boru
Namarbagas
1.
Pemberian
barang dari kedua orang tua wanita yaitu:
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar