MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH PERSONALITY (KEPRIBADIAAN)


PERSONALITY (KEPRIBADIAAN)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi.
Memang manusia didunia diciptakan beragam bentuk, sifat, watak dan tingkahlakunya. Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang
             Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
B.    Rumusan Masalah
1.     Apakah pengetian personality?
2.     Berapakah teori-teori personality?
3.     Sebutkan defenisi pesonality?
C.    Tujuan
1.     Mengetahui pengertian personality
2.     Mengetahui teori-teori personality
3.     Mengetahui defenisi personality

  
BAB II
   PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kepribadian
     Dalam kehidupan sehari-hari kita lazim mendengarkan istilah kepribadian atau pribadin. Maksud pengguna istilah itu tidak selalu sama, dan mungkin jauh bebeda dari pengertian yang sesungguhnya. Marilah kita lihat beberapa penggunaan dari istilah kepribadian tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
     Kepribadian diartikan sebagai kepribadian yang menarik dan kepribadian yang membosankan. Kepribadian yang menari atau yang subur (lot of personality), menggambarkan suatu sosok yang memiliki sifat-sifat:mudah menarik simpati orang, mengesankan, budi pekerti, sopan santun, memberikan kesan pertama yang baik. Kepribadian yang membosankan atau gersang (no personality) menunjukkan adanya sifat-sifat yang tidak disukai orang, membosankan, kurng bersemangat, tidak menarik, tidak mendalam, mudah dilupakan.
     Kepribadian adalah pengaruh seseorang kepada orang lain (personaliti is your effect upon other). Kepribadian dilihat dari pengaruhya terhadap orang lain, yang berpengaruh atau besar pengaruhnya terhadap orang lain dipandang berpribadi, sedang yang kecil atau tidak ada pengaruhnya dipandang tidak berpribadi.
     Kepribadian dipandang sebagai sebuah benda. Kepribadian dipandang sebuah benda yang bisa ada atau tidak ada pada seseorang, ada sedikit atau banyak, memiliki tempat, dapat dilihat bentuk atau wujudnya. Kepribadian bukanlah sebuah benda, ia adalah suatu konsep abstrak yang menggambarkan bagaimana individu dan mengapaa individu berprilaku.[1]
B.    Defenisi Kepribadian
Kepribadian bahasa inggrisnya ”personality”, berasal dari bahasa yunani  “per” dan “ sonare” yang berarti  topeng, tetapi  juga  berasal  dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng  tersebut .[2]
Sehubungan dengan kedua asal  kata tersebut, Ros Stagner, mengartikan kepribadian dalam dua macam. Pertama kepribadian sebagai  topeng  (mask personality), yaitu kepribadian  yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepriba     dian yang sesungguhnya, yang asli.
J. Feist dan G.J Feist mendefinisikan kepribadian seseorang dinilai dari keefektifan yang memungkinkan seseorang sanggung memperoleh reaksi positif dari berbagai orang dalam bermacam-macam keadaan. Menimbulkan kesan yang menonjol dan yang terbaik pada orang lain merupakan kesanggupan sosial, ketangkasan, dan kecekatan seseorang.
C.    Bermacam –Macam  Psikologi  Kepribadian
Ada bermacam-macam kategori yang dapat dipergunakan untuk pengolong-golongan itu. Antara lain dapat dikemukakan seperti berikut:[3]
1.   Atas dasar jalan yang ditempuh atau metode yang dipergunakan dalam menyusun sesuatu teori dalam psikologi kepribadian itu, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Teori-teori yang disusun atas dasar pemikiran spekulatif, seperti misalnya teori-teori plato, Kant, ahli-ahli dari aliran Neo-kantianisme, Bahnsen, Queyrat, Malapert, dan lain-lainnya lagi.
b. Teori-teori yang disusun atas dasar data-data dari hasil penyelidikan emperis atau eksprimental, seperi teori-teori Heymans, Freud, Jung, Adler, Eysenck,Rogers, dan lain-lain.
2.     Atas dasar komponen kepribadian yang dipakai sebagai landasan atau titik tolak dalam penyusunan perumusan-perumusan teoritis, dapat kita ketemukan adanya:
a.    Teori-teori konstitusional, seperti misalnya teori-teori rmazhab Prancis, Kretschmer, Sheldon, dan lain-lain.
b.   Teori-teori temperanment, seperti misalnya teori-teori Kant, Meumann, Enselhant, Heymants, Ewald, dan lain-lain.
Ahli-ahli yang menempuh cara pendekatan yang berbeda itu sebenarnya berangkat daru titik yang boleh sama tetapi memakai tekhnik yang lain; mereka berangkar dari pandangan bahwa kepribadian manusia itu variasinya boleh dikata tak terhingga banyaknya_ sebanyak orangnya, tetapi untuk memahami manusia-manusia yang bermacam-macam itu dibutuhkan tehknik ter tertentu. Para ahli yang berpangkal pada cara pendekatan tipologis  beranggapan, bahwa walaupun variasi kepribadian manusia itu tiada tergingga banyaknya, namun variasi yang banyak itu hanya beralas kepada sejumlah kecil komponen-komponen dasar; dan dengan menemukan komponen-komponen dasar itu dapat dipahami orangnya. Berdasarkan atas dominasi komponen-komponen dasar itulah dilakukan penggolong-golongan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu. Karena itu ahli yang menempuh cara pendekatan itu berusaha memahami dan menggambarkan individu-individu sebagaimana adanya.[4]

D.    Tipe Kepribadian Dalam Teori
Pada dasarnya banyak teori telah  dikembangkan dalam mengenai kepribadian. Dari sekian banyak teori yang telah banyak memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu psikologi, terdapat teori yang mengemukakan adanya lima bentuk tipe kepribadian yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa yang dengan bif five pesonality dalam Timothy. Dalam teori tersebut terdapat lima bentuk kepribadian yang mendasari perilaku individu. Berikut adalah penjelasannya, meliputi: [5]
1.     Neuroticism 
     Disebut juga dengan istilah negatif emotionality. Tipe kepribadian ini bersifat kontradikti dari hal yang menyangkut kestabilan emosi dan identik dengan segala bentuk emosi  yangnegatif, seperti munculnya perasaan cemas, sedih, tegang, dan gugup. McCrae dan Costa menggolongankan tipe ini pada dua krakteristik individu dengan tingkat neurotis tinggi disebut kelompok reactive (N+) dan bagi kelompok neurotis rendah disebut kelompok resilent (N-). Pada individu yang resilent, mereka memiki kekhawatiran yang rendah dan ditunjukkan pada sikapnya yang cenderung tenang dalam menyikapi segala sesuatu yang bersiafat mengkhawatirkan baginya. Sebaliknya orang reactive akan menunjukkan sikap yang terlalu khawatir dan sulit sekali baginya bersikap tenang terutama ketika dihadapkan suatu stimulus yang dipandang sangat mengkhawatirkan. Individu reactive akan menunjukkan sikap dan perilaku yang mudah marah, mudah putus asa, dan pemalu.
2.     Extrovert.                                                                                                        
   Menurut McCreae dan Costa, tipe kepribadian extrover merupakan dimensi yang menyangkut hubungannya dengan perilaku suatu individu khususnya dalam hal kemampuan mereka menjalin hubungan dengan dunia luarnya. Pada pribadi extrover akan ditunjukkan melalui sikapnya yang hangat, ramah, penuh kasih sayang, seta selalu menunjukkan keakraban terutama pada orang yang telah ia kenal. Individu dengan tipe kepribadian extrover cenderung tegas dalam mengambil keputusan seta tidak segan-segan menempatkan dirinya dalam posisi kepemimpinan.
3.     Agreebleness                                                                                                              
     Tipe kepribadian ini menurut timothy mengindentifikasikannya dengan perilaku prososial yang mana termasuk di dalamnya adalah perilaku yang selalau brorientasi pada altruisme, rendah hati, dan kesabaran. Pada individu adapter akan selalu memandang individu lain sebagai orang yang jujur dan memiliki iktikad baik terhadapnya. Sebaliknya pada tipe challenger ia alan selau memandang orang lain dengan perasaan ragu-ragu, curiga, dan cenderung sinis. Individu challenger memiliki sifat keras kepala dan lebih rasional dalam segala tindakannya.
4.     Conscientiousness.
    Kepribadian ini untuk mengidentifikasi sejauh mana individu memiliki sikap yang hati-hati dalam mencapai sesuatu tujuan tertentu yang termanifestasikan dalam sikap dan perilaku mereka.
5.     Openness to Experience                                                                                 
     Tipe ini mengidentifikasi seberapa besar suatu individu memiliki ketertarikan terhadap bidang-bidang tertentu secara luas dan mendalam.





BAB III
PENUTUP
A.  kesimpulan
Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui kepribadian seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan khusus. Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian unik dari setiap individu. Penggolongan ini ada yang berdasarkan faktor eksternal dan internal.
Individu yang tidak dapat menghadapi masalah pribadi dan sosial yang timbul saat ia masih kanak-kanak sampai dewasa dapat menimbulkan gangguan kepribadian. Oleh kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk dengan baik sehingga tidak mengalami gangguan kepribadian pada masing-masing individu.
B.  Saran
Makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan, apabila ada kesalahan penulisan maupun penyusunannya dalam makalah ini kami mohon kritik dan saran para pembaca. Terimakasih atas partisipasinya.







DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kpribadian, Jakarta: PT RajaGrafindo Pesada, 2013
Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000
Nana Syaodin Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2004
Nur Ghufron & Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media 2014




[1] Sumadi Suryabrata, Psikologi Kpribadian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Pesada, 2013),  hlm.133.
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm.85.
[3] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), hlm.114.
[4] Nana Syaodin Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.136.
[5] Nur Ghufron & Rini Risnawati, Teori-Teori Psikologi, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media 2014), hlm.136.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL