MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS MI/SD (KD 3.4 Di Kelas IV)


RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS MI/SD 
 (KD 3.4 Di Kelas IV)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran sebagai sebuah sistem yang terdiri dari komponen komponen guru, siswa, tujuan, bahan materi, sumber belajar, media pembelajaran, kegiatan, penilaian, dan strategi pembelajaran. Keseluruhan komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, komponen satu dengan komponen lainnya saling berhubungan. Dalam proses pembelajaran guru harus memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, dengan berbagai bahan materi yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan yang menunjukkan adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dibangun dalam kegiatan ini adalah interaksi yang bersifat dua arah dan menempatkan siswa bukan sebagi objek belajar tetapi sebagai subjek belajar. Kedudukan siswa siswa sebagai subjek belajar berarti siswa merupakan individu yang aktif dalam pembelajaran, bukan yang pasif yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru.
Dalam proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas diharapkan bisa menarik, efektif dan efisien. Pembelajaran yang diberikan oleh guru akan menarik jika dalam sebuah proses pembelajaran menggunakan media dan model pembelajaran yang dapat membuat siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif. Dengan demikian jika dalam proses pembelajaran menyenangkan maka siswa akan lebih fokus dalam pembelajaran dan pada akhirnya siswa mampu mengaplikasikan berbagai nilai dan ilmu pengetahuan yang di dapatkan dari pembelajaran di dunia nyata. Dan pada akhirnya guru harus dapat mengukur ketercapaian tujuan, maupun efektifitas pembelajaran melalui penilaian.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Isi Dari KD 3.4 Di Kelas IV SD?
2.      Apakah yang Dimaksud dengan Teori Kontruktivisme?
3.      Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Learning?
4.      Apakah yang Dimaksud dengan Media Pop Up Book?
5.      Bagaimanakah Penilaian Autentik?

C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk Mengetahui Isi dari KD 3.4 di Kelas IV SD.
2.      Untuk Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Teori Kontruktivisme.
3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Learning.
4.      Untuk Mengetahui Pengertian dari Media Pop Up Book.
5.      Untuk Mengetahui Bagaimana Penilaian Autentik.

D.    Manfaat Makalah
Manfaat dari rancangan pembelajaran IPS SD/MI ini yang berorientasi pada KD. 3.4 di kelas IV ntuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran IPS di SD/MI dengan menerapkan teori kontruktivisme, model pembelajaran inquiry based learning, dan dengan penggunaan media pop up book serta penilaian autentik.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kompetensi Dasar (KD) 3.4 di Kelas IV
Memahami kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar.

B.     Teori Pembelajaran Kontruktivisme
Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil kontruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Dalam proses pembelajaran, menurut Trianto guru agar memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan cara memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, mengajar mereka agar sadar, dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.[1]
Kontruktivisme merupakan teori dari Piaget. Menurut cara pandang teori ini bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Penekanan teori ini bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan.
Dalam teori konstruktivisme ini, di mana pembelajaran dilakukan secara langsung oleh siswa dari pengalaman nyata dan dari lapangan. Untuk mencapai Kompetensi Dasar 3.4 di kelas IV SD dengan menggunakan teori ini siswa dapat bersosialisasi, mengetahui hal-hal baru, mengetahui suku, ras, bahasa dan agama di lingkungan sekitarnya. Dengan teori ini juga siswa diharapkan mampu memahami kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar.

C.    Model Pembelajaran Inquiry Based Learning
Model pembelajaran Inquiry Based Learning merupakan pembelajaran yang berbasis keingintahuan, tidak hanya menekankan perolehan atau penemuan jawaban-jawaban atas keingintahuan peserta didik. Selain itu juga mendorong aktifitas peserta didik melakukan penelusuran, pencarian, penemuan, penelitian dan pengembangan studi atau kajian dan analisis lebih lanjut. Model pembelajaran ini melibatkan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan cara-cara bertanya dan berpikir kritis.[2]
Menurut Gunawan dkk model pembelajaran Inquiry Based Learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis penyelidikan di mana peserta didik mencari sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Selain itu, menurut Trowbridge & Bybee pembelajaran Inquiry Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban atas pertanyaaan-pertanyaan melalui suatu prosedur yang telah direncanakan secara jelas.[3]
Pada Permendiknas tahun 2006, seharusnya pembelajaran IPS di sekolah dasar mampu mengkaji permasalahan-permasalahan serta peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata. Sementara itu, menurut Retman dalam Winat Putra, dkk “kegiatan pembelajaran sangat penting mengemukakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari karena dengan permasalahan tersebut siswa akan dimotivasi untuk menggunakan fikirannya secara kreatif dan belajar secara intensif”.[4]
Model pembelajaran Inquiry Based Learning dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut:
1.      Stimulation: guru memulai pembelajaran dengan bertanya kepada pepeserta didik yang berkaitan dengan permasalahan yang sering terjadi di sekitarnya.
2.      Problem Statement: siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasikan suatu permasalahan dan mencari tahu cara untuk memecahkan masalah tersebut.
3.      Data Collection: siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi yang relevan.
4.      Data Processing: data yang diperoleh siswa dapat diolah dengan benar dan ditafsirkan dengan logis.
5.      Verification: hasil data yang sudah diolah dapat diperiksa kebenarannya.
6.      Generalization: pada tahap akhir ini, siswa menyimpulkan hasil analisinya dan dipresentasikan di depan kelas.[5]
Dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman nyata di sekitarnya, dapat mengidentifikasikan suatu permasalahan dan mencari tahu cara untuk memecahkan masalah, dalam hal ini pemecahan masalah yang dilakukan secara individual akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif, dan apabila dilakukan secara kelompok akan mendorong siswa untuk bekerja sama sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan efesien. Untuk mencapai Kompetensi Dasar 3.4 di kelas IV SD dengan menggunakan model ini siswa diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga memperoleh informasi yang relevan.

D.    Media Pembelajaran Pop Up Book
Media pembelajaran menurut R.Rahardjo bahwa kata media berasal dari bahasa latin, dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sedangkan Miarso berpendapat bahwa media pembelajaran yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa alat, lingkungan, ataupun kegiatan, yang direncanakan secara sengaja yang dapat menyalurkan pesan pembelajaran agar terjadinya proses pembelajaran pada siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.[6]
Agar siswa mudah memahami KD 3.4 pembelajaran IPS di kelas IV yaitu dengan menggunakan media pembelajaran Pop Up Book sebagai sarana pembelajaran yang bersifat fleksibel dan mudah untuk digunakan. Pop Up Book adalah media pembelajaran yang dibuat dalam bentuk buku yang memliki bagian sehingga dapat bergerak atau memiliki unsure 3 dimensi. Media ini memiliki keunikan yang mampu membuat ketertarikan dalam belajar semakin tinggi pada saat buku tersebut dibuka maka akan bergeraklah gambar yang terdapat pada buku menjadi bentuk yang diinginkan.[7]
Media ini mampu memberikan pengalaman belajar yang luas wawasan
bagi penggunanya. Dengan menggunakan media pembelajaran Pop Up Book ini, pendidik lebih mudah dalam menyampaikan materi sebagai sarana pendukung dalam proses pembelajaran di SD/MI. Selain itu dengan menggunakan Pop Up Book ini dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik.

E.     Penilaian Autentik
Penilaian adalah proses yang sistematis, dengan mengumpulkan berbagai informasi, baik berupa data angka maupun deskripsi verbal. Penilaian dilakukan guru di sekolah, sekurang-kurangnya dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Selain itu penilaian juga dimaksudkan untuk mengetahui dampak penguasaan siswa terhadap perubahan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Penilaian yang dilakukan terbatas pada aspek tertentu saja tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya dasar pengambilan keputusan terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu pendidik memerlukan instrument penilaian yang beragam.
Penilaian juga merupakan kegiatan akhir dari setiap proses pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam kurikulum 2013 digambarkan bahwa penilaian dapat digunakan untuk:
1.      Hasil belajar yang diperoleh dari penilaian oleh pendidik digunakan untuk menentukan kenaikan kelas peserta didik.
2.      Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari paling sedikit tiga mata pelajaran pada kompetensi pengetahuan, keterampilan, belum tuntas, dan sikap belum baik.
3.      Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku bagi peserta didik SDLB/SMPLB/SMALB/SMKLB.[8]
Menurut Kunandar penilaian autentik merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi. Penilaian autentik dinamakan penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja, sebab dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance (kinerja) nyata siswa dalam hal-hal tertentu, siswa diminta untuk melakukan tugas yang bermakna dengan menggunakan dunia nyata atau autentik tugas. Penilaian autentik dikatakan penilaian karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi bermakna pengetahuan dan keterampilan dalam konteks dunia nyata. Penilaian autentik juga dikatakan sebagai realistis assessment atau berhubungan dengan penerapan dengan kehidupan nyata.[9]












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Memahami kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar. Dalam teori konstruktivisme ini, di mana pembelajaran dilakukan secara langsung oleh siswa dari pengalaman nyata dan dari lapangan. Untuk mencapai Kompetensi Dasar 3.4 di kelas IV SD dengan menggunakan teori ini siswa dapat bersosialisasi, mengetahui hal-hal baru, mengetahui suku, ras, bahasa dan agama di lingkungan sekitarnya. Dengan teori ini juga siswa diharapkan mampu memahami kehidupan manusia dalam kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya di masyarakat sekitar.
Penggunaan model pembelajaran Inquiry Based Learning, siswa dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman nyata di sekitarnya, dapat mengidentifikasikan suatu permasalahan dan mencari tahu cara untuk memecahkan masalah, dalam hal ini pemecahan masalah yang dilakukan secara individual akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif, dan apabila dilakukan secara kelompok akan mendorong siswa untuk bekerja sama sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan efesien. Untuk mencapai Kompetensi Dasar 3.4 di kelas IV SD dengan menggunakan model ini siswa diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga memperoleh informasi yang relevan.
Dengan menggunakan media pembelajaran Pop Up Book ini, pendidik lebih mudah dalam menyampaikan materi sebagai sarana pendukung dalam proses pembelajaran di SD/MI. Selain itu dengan menggunakan Pop Up Book ini dapat menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Penilaian adalah proses yang sistematis, dengan mengumpulkan berbagai informasi, baik berupa data angka maupun deskripsi verbal. Penilaian dilakukan guru di sekolah, sekurang-kurangnya dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Selain itu penilaian juga dimaksudkan untuk mengetahui dampak penguasaan siswa terhadap perubahan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Penilaian yang dilakukan terbatas pada aspek tertentu saja tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya dasar pengambilan keputusan terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu pendidik memerlukan instrument penilaian yang beragam.

B.     Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan rancangan pelaksanaan pembelajaran IPS SD/MI ini dapat lebih baik untuk ke depannya. Khusus untuk para pendidik dan pembaca dalam dunia  pendidikan, karena pada pembahasan ini yang berkaitan dengan KD 3.4 di kelas IV SD, dengan menerapkan teori kontruktivisme,dan menggunakan model inqury based learning, serta menggunakan media pop up book, dan menerapkan penilaian autentik dalam pembelajaran. Rancangan pelaksanaan pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk dibaca dan dipelajari sehingga nantinya dapat diterapkan pada proses pembelajaran di dalam kelas sehingga tercapainya tujuan pembelajaran IPS yang telah di tetapkan dan dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien.






DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Fajar. 2018. Analisi Kesulitan Siswa Dalam Belajar Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di SDN Gapura Timur I Sumenep. Vol. 8 no. 1, Juni 2018. Tersedia online: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/download/2516/pdf. Diakses pada 12 Maret 2019.
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21.Medan: Akasha Sakti.
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran Tematik di SD/MI Pengembangan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Samudera Biru.
Prastowo, Andi. 2015.Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI. Jakarta: Kencana, 2015.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Wildan. 2017. Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahua, Sikap, dan Keterampilan di Sekolah atau Madrasah vol.15no.2 Desember 2017. Tersedia online: http://journal.uinmataram.ac.id/index.php/tatsqif. diakses pada tgl 15 Maret 2019.


[1] Ahmad Susanto. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. (Jakarta: Kencana, 2014) hlm. 134.

[2] Maulana Arafat Lubis. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21.(Medan: Akasha Sakti, 2018). Hlm. 123.
[3] Maulana Arafat Lubis. Pembelajaran Tematik di SD/MI Pengembangan Kurikulum 2013. (Yogyakarta: Samudera Biru. 2018). Hlm. 37.
[4] Fajar Budiyono. Analisi Kesulitan Siswa Dalam Belajar Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di SDN Gapura Timur I Sumenep. Vol. 8 no. 1, Juni 2018. Tersedia online http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/download/2516/pdf. diakses pada 12 Maret 2019.
[5] Op.Cit. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21. Hlm. 123-124.

[6] Andi Prastowo. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI. (Jakarta: Kencana, 2015). Hlm. 293.
[7] Op.Cit. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21. Hlm. 165.

[8] Wildan. Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahua, Sikap, dan Keterampilan di Sekolah atau madrasah. Vol.15 no. 2 Desember 2017. Tersedia online: http://journal.uinmataram.ac.id/index.php/tatsqif. diakses pada tanggal 15 Maret 2019.
[9] Op.Cit. Pembelajaran Tematik di SD/MI Pengembangan Kurikulum 2013. Hlm. 113-114.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN