MAKALAH HAKIKAT ALAM DAN ILMU PENGETAHUAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MAKALAH HAKIKAT ALAM DAN ILMU PENGETAHUAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
By: Risky, dkk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta perlu
dibahas karena Alam begitu istimewa, dan banyak yang bisa di pelajari didalamnya. Semakin
jauh manusia mengungkap alam semesta beserta
skala ruang dan waktunya yang luas serta
keaneragaman objeknya yang tak terkira, semakin mereka sadar
bahwa manusia sama sekali tidak istimewa dan hanya merupakan sebutir debu dalam
lingkup semesta. Kemampuan rasional yang terus berkembang inilah merupakan ciri
khas manusia.
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah
animal rasionale. Kemampuan rasional sangat berguna bagi manusia dalam rangka
memecahkan problem hidupnya. Manusia mempunyai mempuyai dunia yang terbuka.
Terbuka bagi semua kemungkinan, terbuka bagi kesempatan, perubahan,
perkembangan. Dengan dunia yang terbuka ini, maka problem manusia juga terbuka,
berkembang. Ada tiga kondisi dasar dari kehidupan manusia, hasrat ingin tahu,
dunia yang terbuka, hasrat menyelesaikan masalah. Dari kondisi dasar inilah
manusia logika manusia bekerja. Cara kerja logika manusia inipun berkembang
dari yang sederhana ke arah yang lebih komplek dan sitematis. Pada tahap awal akal manusia bekerja
untuk memenuhi hasrta
ingin tahu. Tahap ke
dua akal manusia
bekerja dalam membantu
memecahkan problem hidupnya. Tahap ke tiga, memasuki tahap
tantangan dimana akal menciptakan kebutuhan baru atau teori (pengetahuan)
sebagai pemenuhan hasrat ingin tahu. Cara kerja akal yang tersusun secara
sistematis inilah yang disebut sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan dan perubahan serta tuntutan hidup manusia. Perkembangan ilmu
pengetahuan ini tidak hanya menyakut masalah kualitas tetapi juga kuantitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang melahirkan
teknologi pada akhirnya memunculkan problem baru. Diantara problem itu adalah
masalah spesifikasi ilmu, kerjasama ilmu, penerapan ilmu. Dari beberapa problem tersebut berkaiatan
dengan berbagai dimensi ilmu yang sangat komplek. Dalam perkembangannya di satu
sisi ilmu telah memberikan kontribusinya bagi kehidupan manusia, namun disisi
lain ilmu yang bergerak secara otonom juga bisa menjadi ancaman bagi manusia.
Jadi di dalam makalah kami ini akan menjelaskan apa itu hakikat ilmu dan
bagaimana asal mula alam semesta.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
asal mulanya alam semesta?
2.
Apa yang
dimaksud dengan alam semesta?
3.
Bagaimana
hakikat ilmu ontologi dalam pendidikan islam?
4.
Bagaimana
hakikat ilmu epistemologi dalam pendidikan islam?
5.
Bagaimana
hakikat ilmu aksiologi dalam pendidikan islam?
C.
Tujuan Penulis
1.
Menjelaskan
bagaimana asal mulanya alam semesta.
2.
Memahami apa yang dimaksud dengan alam semesta.
3.
Memahami
bagaimana hakikat ilmu antologi dalam pendidikan islam.
4.
Menjabarkan
bagaimana hakikat ilmu epistemologi dalam pendidikan islam.
5.
Mengetahui
bagaimana hakikat ilmu aksiologi dalam pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Alam
Alam merupakan suatu wadah yang sangat
menakjubkan, didalamnya terdapat berbagai unsur yang rumit dan penuh misteri.
Manusia merupakan salah satu dari ribuan unsur yang berada di alam semesta.
Berbagai agama besar di dunia menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
sempurna disebabkan kemampuan berpikir sebagai fungsi otak sehingga
berkemampuan mengenali kebaikan dan keburukan. Ada perbedaan mendasar
antara manusia dengan makhluk
yang lain, yaitu akal. Makhluk
lain seperti binatang
mempunyai otak yang berfungsi
secara terbatas. Sementara manusia tidak hanya mempunyai otak sebagai organ.
Manusia mempunyai kemampuan bekerja yang terus berkembang. Inilah yang disebut
kemampuan rasional manusia. Kemampuan rasional yang terus berkembang inilah
merupakan ciri khas manusia.[1] Alam
dalam bukunya Osman Bakar yang berjudul Tauhid dan Sains mengatakan bahwa alam
adalah sumber berbagai jenis pengetahuan, matematika, fisika, metafisika,
ilmiah dan spiritual, kualitatif dan kuantitatif, praktek dan estesis. Alam
semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru
sebagian kecil saja yang dapat diketahui dandiungkap oleh manusia. Bagi seorang
ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan
seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana
ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan oleh
manusia.[2]
Banyak pandangan-pandangan tentang
alam semesta menurut
beberapa para ahli dan filsuf. Allah juga telah banyak
menerangkanya di kitab Al-Qur’an. Namun terjadinya alam semesta hanya Allah SWT
yang tahu. Bagi manusia alam semesta masih merupakan misteri,
masih merupakan peristiwa yang gaib dan penuh rahasia. Meskipun demikian, para ahli ilmu
pengetahuan alam masih terus mengadakan penelitian-penelitian untuk
mengungkapkan misteri tersebut. Alam semesta adalah ciptaaan Allah Swt yang
diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk
menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga
merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses
melalui pendidikan.
Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang
ada di langit dan di bumi. Secara filosofis,alam itu kumpulan substansi yang tersusun
dari materi dan bentuk yang ada di langit dan bumi. Alam dalam pengertian ini
adalah alam jagad raya, yang dalam bahasa Inggris disebut Universe.7 Menurut
Muhamad Abdu, orang Arab sepakat bahwa kata “alamin” tidak digunakan untuk
merujuk kepada segala sesuatu yang ada, seperti alam, batu dan tanah, tetapi mereka memakai kata alamin untuk merujuk kepada semua makhluk
Tuhan, yang berakal, seperti alam manusia,
hewan dan tumbuhan. Sirajuddin Zar merujuk alam dalam pengertian alam semesta itu menggunakan
"assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa" yang disebutkan dalam Al-quran sebanyak 20
kali. Kata ini mengacu kepada dua alam yaitu alam fisik seperti manusia, hewan
dan tumbuhan dan alam non fisik atau alam gaib, seperti alam malaikat, alam jin
dan alam ruh.[3]
B.
Asal Mula Alam Semesta
1.
Proses Terbentuknya Alam Semesta
Menurut Abu Al-’Ainain
menyebut alam semesta dalam filsafat dengan istilah al-kaun yang berarti segala
sesuatu yang diciptakan Allah, yang mencankup nama segala jenis makhluk, baik
yang dapat dihitung maupun yang dapat dideskripsikan saja. Al-kaun sebagai
makhluk Allah dapat dibagi menjadi dua kategori, ‘alam al- syahadah (yang
dapat dikenali melalui panca indera seperti langit dan bumi), dan alam al-ghoib
(yang hanya dapat
dikenali melalui wahyu ilahi, seperti
alam malikat dan jin.). Di
dalam Al-Qur'an kata yang berkaitan dengan alam adalah kata kerja “Khalaqa”
untuk menciptakan dan kata benda “Kholaq” untuk ciptaan, kata itu disebut
sebanyak 253 kali, menunjukan tindakan penciptaan sebagai kata kerja lebih banyak
dari pada penciptaan sebagai kata benda. Menurut Hasan Hanafi, alam adalah bukan sebagai benda tetapi
merupakan sebuah persepsi kebudayaan yang menentukan sikap manusia terhadap
alam. Ariestoteles juga berpendapat, alam ini terbagi kedalam dua bagian:
alam langit dan alam bumi.
Seluruh alam ini bagaikan
bulatan (bola) raksasa, berpusat pada bumi dan sekitarnya hingga ke orbit
bulan, yang merupakan batas alam bumi. Sedangkan apa yang berada di atas bulan sampai ke bulatan langit pertama
adalah alam langit.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta
bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik
dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bagian dari alam semesta yang berkaitan satu
dengan lainnya.
Alam semesta di ciptakan secara sengaja bukan
secara kebetulan, alam semesta tidak bersifat abadi, tetapi tercipta dalam
waktu dengan sebuah titik awal.Proses terbentuknya alam semesta bisa dijelaskan
dengan teori big bang dan ayat-ayat Al-
Qur’an. awal mula terbentuknya alam semesta didukung oleh penemuan teori
astrofisika modern disebut peristiwa Big Bang menurut teori ini alam semesta
berkembang secara evolutif.
Semua massa atau benda-benda yang akan membentuk alam semesta seperti:
galaksi,bintang, semua nebula,gas Matahari,seluruh planet, satelit maupun
zat-zat kosmos lainya, berkumpul menjadi satu di bawah tekanan yang paling
tinggi dan sangat kuat. Sehingga menyebabkan pecah dan runtuh berantakan, jadi
berkeping-keping. Kepingan tersebut akhirnya menjadi bintang- bintang,
matahari, planet, satelit, galaksi nebula dan
benda-benda semesta lainya bertaburan memenuhi ruang kosong.
2.
Proses Terbentuknya Alam Semesta menurut Teori Big Bang
Teori Big Bang juga menjelaskan bahwa alam
semesta berkembang dengan sangat cepat dalam beberapa mikrodetik yang pertama.
Dimulai dengan kabut hidrogen yang berputar
melanda dan alam semesta berkembang dari suatu materi yang
terdiri atas proton, elektron dan neutron yang berada dalam lautan radiasi
dengan suhu yang sangat tinggi.12
Ketika alam mengembang, suhu materi semakin turun sehingga terbentuk banyak helium, deuterium, dan unsur ringan lainya dialam semesta. Kondisi ini sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di jagat raya. Alam dengan asapyang melimpah, yang
merupakan 90% dari semua materi kosmos ini. Dengan gerak acak awan seperti itu, atom-atom kadang
bergabung secara kebetulan untuk membentuk kantong-kantong
gas yang padat. Dari peristiwa ini muncul bintang-bintang, demikianlah secara
perlahan setelah melalui kira-kira dua puluh miliar tahun, akhirnya
terbentuklah galaksi-galaksi yang terus berkembang, juga bintang-bintang,
matahari serta planet planet yang mengitari bumi yang dihuni manusia. Inilah
sebuah sistem planet dengan matahari sebagai pusatnya yang disebut tata surya.
Permulaan alam seperti ini dalam filsafat Islam disebut gerak transuptansial
yaitu gerak alam yang bukan horisontal, melainkan vertikal ke arah yang lebih sempurna.
3.
Proses Terbentuknya Alam Semesta Menurut Al-Quran
Mengenai proses penciptaan alam semesta,
Al-Qur’an telah menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat
dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut Al-Qur’an adalah secara
bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat
Al-Anbiya ayat 30:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ
الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْن
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu
yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?”
4. Tujuan
Penciptaan Alam
Tujuan penciptaan alam semesta menurut
perspektif Islam pada dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia
pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah 14
Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا لٰعِبِيْنَ مَا خَلَقْنٰهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلٰكِنَّ
اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan tidaklah Kami
bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya.Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.
5.
Jenis Pengetahuan
Ada beberapa jenis pengetahuan menurut (Salam, 1997: 28) yang mengemukakan bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia ada empat, yaitu:
a.
Pengetahuan Biasa (Common Sense)
Pada pengetahuan ini diartikan bahwa
seseorang memiliki sesuatu
dimana seorang tersebut dapat
menerimanya secara baik. Dengan common sense, semua orang sampai pada keyakinan
secara umum tentang sesuatu, dimana meraka akan berpendapat sama semuanya dari
pengalaman sehari-hari yang diperolehnya. Contohnya air dapat dapat dipakai
untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar,dll.
b.
Pengetahuan Ilmu (Science)
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang
berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan seharihari. Namun,
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode, diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi.
c.
Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahua Filsafat lebih menekan pada
universalitas dan kajian kedalam tentang sesuatu.
Misalnya, kalau ilmu hanya pada satu bidang
pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas
dan mendalam. Filsafat biasanya
memberikan yang reflektif
dan kritis, sehingga
ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup
menjadi longgar sekali.
d.
Pengetahuan Agama
Pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk
agama. Pengetahuan ini mengandung
beberapa hal pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan atau
hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia atau hubungan
horizontal.[4]
6.
Ontologi Ilmu
Ontologi merupakan salah satu di antara
lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran
Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Yang tertua
di antara segenap filsafat Yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas
perenungannya terhadap air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal
mula dari segala sesuatu.
Ontology merupakan the theory of being qua
being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Ontology adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani (konkret) maupun rohani (abstrak). Filsafat ilmu pengetahun
ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terikat
oleh satu perwujudan tertentu, universal serta
berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, menurut istilah, 5 Ontology juga berbicara tentang segala sesuatu yang
nyata pada umumnya misalnya pembahasan semua perbadaan antara benda dan makhluk
hidup. Semua benda, tumbuh- tumbuhan, binatang dan manusia.[5]
Dalam persoalan ontologi orang akan dihadapkan
dalam 2 kenyataan yaitu:Kenyataan
yang berupa materi kenyataan danKenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Hakikat adalah realitas, realita adalah
ke-real-an, Rilll artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah
kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang
menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Tardiri dalam bukunya
Humaniora, filsafat, dan Logika mengatakan, ontologi adalah menyelidiki sifat
daaar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana
entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis,
hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada, dalam kerangka tradisional ontologi
dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada,
sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Di dalam
pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan-pandangan pokok pemikiran
sebagai berikut:
a.
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah
satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa
rohani. Paham ini kemudian
terbagi ke dalam dua aliran:
1)
Matrealisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal
itu adalah materi bukan rohani. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa dan
ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri zendiri. Jiwa dan ruh
hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu
cara tertentu.
2)
Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah alirab
idealisme yang dinamakan dengan spiritualisme. Idealisme berarti serba cita,
sedang spiritualisme berarti serba ruh.Idealisme diambil dari kata
"idea" yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan
yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau
sejenisnya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
b.
Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu
(monisme) baik berupa materi ataupun ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan
bahwa hakikat itu ada dua Aliran ini disebut dualisme. Aliran ini berpendapat
bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu
hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
c.
Pluralisme
Paham ini berpendapat bahwa segenap macam
bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui
bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
d.
Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang
berarti nothing atau tidak ada.
e.
Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
7.
Epistemologi Ilmu
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata
gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan
logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran,
kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan
sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur
dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang
pengetahuan dan keyakinan yang dapat dibenarkan. Epistemologi berkaitan dengan
pertanyaan berikut: Apa kondisi
pengetahuan yang diperlukan dan memadai? Apa sumbernya?
Apa strukturnya, dan apa batasnya? Sebagai studi tentang keyakinan yang
dibenarkan, epistemologi bertujuan untuk menjawab pertanyaan seperti: Bagaimana
kita memahami konsep pembenaran? Apa yang membuat keyakinan dibenarkan
dibenarkan? Apakah pembenaran internal atau eksternal terhadap pikiran seseorang? Dipahami secara lebih luas.Epistemiologi
atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian - pengandaian, dan dasar - dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
8.
Aksiologi Ilmu
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata
Yunani yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.
Aksioloagi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan
manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu
tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-
akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan dijalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangku masalah nilai
kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang
ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama.
Dalam aksiologi diuraikan dua hal, yang pertama
tentang kegunaan pengetahuan filsafat dan yang kedua tentang cara filsafat
menyelesaikan masalah. Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia,
karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara
lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia
sangat berhutang kepada
ilmu. singkatnya ilmu
merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk mengetahui kegunaan
filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama
filsafat sebagai kumpulan
teori filsafat, kedua
filsafat sebagai metode pemecahan masalah, dan ketiga filsafat
sebagai pandangan hidup (philosophy of life).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Alam merupakan suatu wadah yang sangat
menakjubkan, didalamnya terdapat berbagai unsur yang rumit dan penuh misteri.
Manusia merupakan salah satu dari ribuan unsur yang berada di alam semesta.
Berbagai agama besar di dunia menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
sempurna disebabkan kemampuan berpikir sebagai fungsi otak sehingga
berkemampuan mengenali kebaikan dan keburukan. Ada perbedaan mendasar
antara manusia dengan
makhluk yang lain, yaitu akal. Makhluk
lain seperti binatang
mempunyai otak yang berfungsi
secara terbatas. Sementara manusia tidak hanya mempunyai otak sebagai organ.
Manusia mempunyai kemampuan bekerja yang terus berkembang. Inilah yang disebut
kemampuan rasional manusia. Kemampuan rasional yang terus berkembang inilah
merupakan ciri khas manusia. Alam dalam bukunya Osman Bakar yang berjudul
Tauhid dan Sains mengatakan bahwa alam adalah sumber berbagai jenis
pengetahuan, matematika, fisika, metafisika, ilmiah dan spiritual, kualitatif
dan kuantitatif, praktek dan estesis. Alam semesta merupakan realitas yang
dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat
diketahui dandiungkap oleh manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang melahirkan
teknologi pada akhirnya memunculkan problem baru. Diantara problem
itu adalah masalah
spesifikasi ilmu, kerjasama ilmu, penerapan ilmu. Dari beberapa
problem tersebut berkaiatan dengan berbagai dimensi ilmu yang sangat komplek. Dalam perkembangannya
di satu sisi ilmu telah memberikan kontribusinya bagi kehidupan manusia, namun
disisi lain ilmu yang bergerak secara otonom juga bisa menjadi ancaman bagi
manusia. Jadi di dalam makalah kami ini akan menjelaskan apa itu hakikat ilmu
dan bagaimana asal mula alam semesta.
B.
Saran
Dengan terselesainya
makalah yang membahas tentang hakikat ilmu dan pengetahuan ilmu dalam
pendidikan agama islam dapat menambah pengetahuan dan khazanah kita mengenai
hakikat alam semesta
dan ilmu pengetahuan sehungga hal ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua,
dan semoga bermanfaat bagi kita dan menambah pengetahuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Amar,“Hakekat ilmu dan ilmu pengetahuan dalam
perspektif filsafat”
Journal.stitaf.a.c.id,Cendekia,vol 10,No 02 Oktober 2018
Guessoum, Islam
dan sains Modern, Terj. Maufur, (Bandung: Mizan Pustaka,2011)
Maunah, “Hakikat
alam semesta menurut filsuf islam”, jurnal Madaniyah, vol,9 No 1 edisi
januari 2019
Ivonne Ruth Vitamaya Oishi Situmeang, “hakikat filsafat ilmu”, joernal IKRA-ITH
Humaniora Vol 5 No 1 Maret
[1] Abu Amar,“Hakekat ilmu dan ilmu pengetahuan dalam
perspektif filsafat”(Journal.stitaf.a.c.id,Cendekia,vol 10,No 02 Oktober
2018,hlm.103-104
[2] Nidhal Guessoum, Islam dan sains Modern, Terj.
Maufur, (Bandung: Mizan Pustaka,2011) hlm.41
[3] Siti Maunah, “Hakikat alam semesta menurut filsuf islam”, (jurnal Madaniyah,
vol,9 No 1 edisi januari 2019) hlm.4
[4] Ivonne
Ruth Vitamaya Oishi Situmeang, “hakikat filsafat ilmu”, joernal IKRA-ITH
Humaniora Vol 5 No 1 Maret 2021 hlm, 83
[5] Ivonne Ruth “Hakikat filsafat ilmu dan pendidikan dalam kajian filsafat ilmu pengetahuan”
(jurnal,Ikra-ITH Humaniora Vol 5 No 1 Maret 2021) Hlm, 7
Komentar
Posting Komentar