MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK KECIL, BESAR DAN KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen salah satunya komponen berbicara. Kemampuan berbicara berkembang setelah keterampilan menyimak. Kegiatan berbicara sangat berhubungan dengan ekspresi lisan sehingga kemampuan berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak, dimulai dari kosa kata lalu membentuk kalimat kemudian membentuk sebuah paraghraph. Banyak cara yang dilakukan dalam kegiatan meningkatkan berbicara yang efektif dan lugas bagi peserta didik salah satunya diskusi kelompok.
Diskusi kelompok sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berbicara sang anak, dimana anak dilatih untuk berpikir secara kritis karena salah satu tujuan dari diskusi kelompok yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok. Pada intinya, diskusi kelompok adalah suatau kegiatan kerja sama atau aktifitas untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.
Diskusi kelompok merupakan salah satu cara dimana manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh orang yang mempunyai pendapat yang berbeda dan pengalaman-pengalaman yang berbeda, kemudian diarahkan dengan satu tujuan pemikiran yang sama secara berkelompok. Kemudian untuk keterampilan mengajar dalam kelompok kecil Akhir-akhir ini telah dikembangkan usaha meningkatkan peranan anak didik dan mengurangi peranan guru dalam proses interaksi edukatif yang terkenal dengan nama “cara belajar siswa aktif” (CBSA). Salah satu cara dari sekian banyak cara untuk meningkatkan kadar CBSA, adalah dengan mengembangkan keterampilan mengajar.
Kelompok kecil dan perorangan. Keterampilan ini akan meningkatkan pemahaman guru dan anak didik yang terlibat, juga pemahaman dalam mengorganisasi proses interaksi edukatif. Hubungan interpesonal dan sosial, dan mengorganisasi adalah hal yang penting untuk menyukseskan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Karena itu guru harus memiliki keterampilan melakukan hubungan antar pribadi, bila ingin mengaplikasi keterampian mengajar kelompok kecil dan perorangan.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian diskusi kelompok besar dan kecil?
2.      Apa saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil?
3.      Apa tujuan dan manfaat keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil bagi siswa.
4.      Apa pengertian keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan?     
5.      Apa  peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan?
6.      Apa saja  karakteristik mengajar kelompok kecil dan perorangan?

C. Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian diskusi kelompok kecil dan besar.
2.      Untuk mengetahui komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil.
3.      Untuk mengetahui apa tujuan dan manfaat keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil bagi siswa.
4.      Untuk mengetahui pengertian keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorrangan.
5.      Untuk mengetahui peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan.
6.      Untuk mengetahui karakteristik mengajar kelompok kecil dan perorangan.


  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Diskusi Kelompok Besar dan Kecil
1.      Pengertian diskusi kelompok
Diskusi merupakan suatu metode yang diterapkan oleh guru saat mengajar di kelas dimana dalam penerapannya adanya kerjasama antara murid dan guru itu sendiri. Diskusi dapat diartikan juga suatu percakapan yang dilakukan oleh dua, tiga, orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan masalah.
Menurut Moh. Uzer Usman diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.[1]
Menurut Dewa Ketut Sukardi diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama.
Jadi dari menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
2.      Pengertian diskusi kelompok besar dan kecil
 Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Pada diskusi kelompok besar ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Guru sebagai pemimpin diskusi, berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi, untuk itu guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk mengajukan pendapat. Pada saat diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan.
Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. Diskusi kelompok besar dalam hal pembicaraan sering didominasi oleh anak-anak tertentu, akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat. Salah satu cara untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Praktik diskusi kelompok besar tidak sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi. Sedangkan untuk diskusi kelompok kecil itu sendiri yaitu Menurut Edi Soegiarto dan Yuliarni Nurani diskusi kelompok kecil adalah bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara berkelompok.
Diskusi kelompok kecil juga merupakan suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi yang kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.[2]
Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai sebuah variasi dari pola interaksi yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Variasi proses belajar mengajar dengan cara diskusi kelompok kecil dapat menumbuhkembangkan pemikiran peserta didik untuk berpikir lebih kritis dan lebih rasional.Tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut sebagai diskusi.

B.     Komponen-Komponen Keterampilan Diskusi Kelompok Besar dan Kecil
Dalam membimbing diskusi kelompok besar dan kecil secara efektif ada beberapa komponen yang harus dimiliki oleh guru diantaranya:
1.      Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Setiap pembicaraan harus dilakukan oleh anggota diskusi dan diarahkan untuk membahas topik permasalahan yang akan dipecahkan. Maka dari itu apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi maka pemimpin diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi mengenai sasaran yang akan dicapai.
Usaha memusatkan perhatian siswa haruslah dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran terutama dalam diskusi kelompok kecil karna itu dalam keterampilan memusatkan perhatian terdapat beberapa aspek yang dapat menunjang jalannya pemusatan perhatian anak dengan baik.[3]
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memusatkan perhatian siswa diantaranya:
a.         Merumuskan tujuan diskusi yaitu merumuskan tujuan yang dicapai dan topik diskusi, atau dapat pula  menyampaikan masalah yang mengundang pertanyaan yang mendorong peserta diskusi berpikir untuk mencari jawabannya.
b.         Menetapkan topik atau permasalahan yaitu topik yang   didiskusikan diusahakan harus menarik minat, menantang siswa dan memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
c.         Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah diskusi.
d.        Merangkum hasil diskusi, merangkum tidak hanya pada akhir diskusi saja tetapi selama proses diskusi berlangsung hasil pembicaraan yang ini segera dirangkum sehingga pada akhir diskusi akan dapat menyimpulkan secara lengkap dan akurat.
2.      Menganalisis masalah atau uraian pendapat
Selama diskusi berlangsung sering terjadinya penyampaian ide yang kurang jelas sehingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok yang akhirnya menimbulkan kesalapahaman hingga keadaan menjadi tegang. Dalam hal ini tugas guru dalam memimpin diskusi untuk memperjelasnya yakni dengan cara:
a.    Menguraikan kembali urunan hingga menjadi jelas.
b.    Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
c.    Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan.[4]
3.       Menganalisa pandangan siswa
Perbedaan pendangan peserta didik dalam diskusi sering timbul. Perbedaan-perbedaan ini dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan alternatif jawaban terhadap masalah yang dibahas sehingga peserta didik kreatif dengan berpartisipasi aktif, untuk itu guru dapat melakukan :
a.    Meneliti apakah pandangan yang dikemukakan oleh siswa cukup memiliki dasar argumentasi yang kuat.
b.    Memperjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang tidak disepakati.
4.      Meningkatkan uraian
Salah satu manfaat dapat dipetik dari diskusi adalah melatih siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi aktif. Agar tujuan dapat tercapai maka guru sebagai pembimbing diskusi harus mendorong siswa mempertajam atau menyempurnakan uraian yang disampaikan. Untuk memfasilitasi keaktifan siswa ikut serta dalam kegiatan diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang dapat ditempuh oleh guru atau pimpinan diskusi antara lain
a.       Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk    berpendapat atau mengajukan gagasannya.
b.      Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non verbal,dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut mengugah siswa untuk berpikir.
c.       Menghangatkan suasaana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara sesama anggota kelompok.
d.      Memberi waktu yang cukup bagi setipa anggota kelompok untuk berpikir dan menyampaikan buah pikirannya.
e.       Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehinggga merasa dihargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan sumbang pemikiran untuk forum diskusi yang dilakukan.
5.       Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Apabila pembicaraaaan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta didik tertentu maka proses diskusi tidak akan berjalan lancar atau tidak efektif dan efesien. Oleh karena itu untuk mendorong partisipasi secara aktif.dari setiap anggota kelompok dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Memberi stimulus. yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya,sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan buah pikirannya.
b.       Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk berbicara.
c.        Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dan temannya yang lain sehingga terjadi komunikasi dan interaksi diantara peserta diskusi.
d.      Menghindari respon siswa yang bersifat serentak agar setiap siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.
6.       Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari diskusi adalah menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif dan efesien apabila semua peserta diskusi dapat menyampaikan ide atau pemikirannya sehingga setelah berakhir didapatkan kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam menutup diskusi adalah:
a.       Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran.
b.      Menyampaikan catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
c.       Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang     dilakukan seperti melalui observasi, wawancara, skala sikap dan lainnya.

C.    Tujuan dan Manfaat Keterampilan Memipin Diskusi Kelompok Besar dan Kecil bagi Siswa
Tujuan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah:
a.       Setiap peserta dapat saling berbagi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
b.      Peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c.       Peserta didik terlibat dalam perencanaan dan penganbilan      keputusan[5].
Ada bebrapasedangkan manfaat bagi siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok besar dan kecil antara lain:
a.       Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
b.      Meningkatkan disiplin.
c.       Meningkatkan motivasi belajar.
d.      Mengembangkan sikap saling membantu.
e.       Meningkatkan pemahaman.

D.    Pengertian Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan salah satu cara yang dapat di lakukan untuk dapat memfasilitasi system pembelajaran yang di butuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Oleh karena itu keterampilan mengajar ini harus  di latih dan di kembangkan, sehingga para calon guru atau guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat melayani siswa dalam melakukan proses pembelajaran.[6]
            Kelompok kecil dan perorangan juga diartikan sebagai sebagai penggabungan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan  yang sudah merupakan adat kehidupan sekolah di Indonesia. Dengan demikian, siswa akan mengalami kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan digunakan sesuai dengan topik pembahasan yang sedang dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
            Dalam hal ini mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya satu orang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.
            Dari beberapa pengertian tentang belajar kelompok kecil dan perorangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kelompok kecil dan perorangan adalah suatu perbuatan guru dalam konteks pembelajaran yang terdiri dari beberapa siswa atau sekitar 3-8 siswa saja,dan hanya satu orang untuk perorangnya. Adapun masalah – masalah yang sering dihadapi guru pada saat mengajar yaitu siswa pada dasarnya memiliki banyak perbedaan baik fisik maupun mentalnya, baik cara belajar maupun memahami pelajaran, dll. Jadi dengan perbedaan – perbedaan tersebut seorang guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar agar semua masalah tersebut dapat teratasi. 

E.     Peran Guru Dalam Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
            Adapun peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan antara lain:
1.       Sebagai motivator
         Artinya guru memfosisikan diri sebagai  penggerak, yang        menumbuhkan semangat dn kekuatan  belajar bagi siswa.

2.       Sebagai fasilitator
              Disini guru menciptakan lingkungan belajar untuk kelancaran proses pembelajaran dan memberi kemudahan bagi siswa sebagai peljar.
3.      Organisator pembelajaran
          Guru mengelola kegiatan pembelajaran sehingga dapat berjalan secara efektif dan efesien.
4.       Multi metode dan media
         Guru menggunakan metode dan media yang bervariasi,tidak terpaku pada satu metode saja.
5.       Pola intraksi pembelajaran
         Artinya adanya interaksi antara guru dan siswa,siswa dan siswa,serta siswa dengan lingkungan.
6.       Pemanfaatan sumber pembelajarn secara luas dan bervariasi
         Guru merangsang siswa untuk menggunakan atau emanfaatkan berbagai sumber belajar,agar siswa dapat mengembangkan bakat,dan keinginan nya demi mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
7.      Mendiagnosa kesulitan belajar siswa.[7]
         yaitu mencermati permasalahan yang dihadapi siswa, dan dengan keterampilan kelompok kecil ini siswa akan mudah dan bebas menyampaikan permasalahan atau kesulitannya, sehingga guru dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadapi siswa dan cara mengatasinya.

8.      Karakteristik Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
            Mengajar kelompok kecil dan perorangan ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Terjadinya hubungan (interaksi) yang akrab dan sehat antar  personal antara guru dengan siswa,siswa dengan guru,dan siswa dengan
2.     Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara kemampuan dan minatnya   sendiri.
3.      Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
4.    Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh dan alat yang akan digunakan.
                        Selain ciri-ciri yang diatas,ada juga ciri-ciri yang lain sebagai berikut :
1.    Mempunyai keanggotaan yang jelas
2.    Ada kesadaran kelompok
3.    Mempunyai tujuan yang sama.
4.     Saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan
5.     Ada interaksi dan komunikasi antara anggota.








BAB III
                                                                       PENUTUP                           
A.     Kesimpulan
Diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu     keterikatan  pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi. Keberhasilan diskusi kelompok dapat dilihat dari segi hasil dan proses diskusi. Diskusi kelompok terbagi menjadi dua bagian, yaitu diskusi kelompok besar dan kecil. Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Sedangkan diskusi kelompok kecil merupakan pembagian dari kelompok besar yang dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Komponen dalam memimpin diskusi kelompok besar dan kecil ada 6, yaitu memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau uraian pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan uraian, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi. Tujuan dan manfaat memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah setiap peserta dapat saling berbagi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah, mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi, peserta didik terlibat dalam perencanaan dan penganbilan keputusan, meningkatkan disiplin, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan sikap saling membantu, dan meningkatkan pemahaman. Hal-hal yang perlu diperhatiakan dan dihindari dalam keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah berkaitan dengan diskusi harus dilakukan dalam suasana terbuka, dan perencanaan dalam melalukan diskusi kelompok besar dan kecil. Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan salah satu cara yang dapat di lakukan untuk dapat memfasilitasi system pembelajaran yang di butuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual, Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid, Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif, Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid, Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan perorangan, Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan,  dan Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya.


B. SARAN  
1.    Seorang calon dan seorang guru harus memiliki keterampilan dalam memimpin diskusi dalam kelompok besar dan kecil dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
2.     Pembagian kelompok diskusi kecil sebaiknya ditentukan secara merata anak-anak yang aktif dan pasif, sehingga tidak ada suatu kelompok atau siswa yang mendominasi berbicara dalam berdiskusi, dapat mengaktifkan siswa dan sikap toleransi serta sifat sosial diantara mereka.





DAFTAR PUSTAKA
Dadang Sukirman dan  Mamad  kasmad. 2006. Pembelajaran Mikro. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
Edi Soegito dan Yuliyani Nurani. 2009 Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Eni Purwati, dkk. 2009. Micro Teaching. Surabaya : LAPIS-PGMI .
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif  Berorientasi Konstruktivisti. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Moh. Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.











           


[1] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 94.

[2] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 88.

[3]  Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif  Berorientasi Konstruktivistik,(Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 28.

[4] Moh Uzer Usman, Menjadi guru profesional, (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya,2006),Hlm.95.
[5] Eni Purwati, dkk, Micro Teaching, (Surabaya : LAPIS-PGMI (Aprinita), 2009), hlm. 17.


[6] Dadang Sukirman dan  Mamad  kasmad, Pembelajaran Mikro.(Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia,2006).Hlm 215

[7] Edi Soegito dan Yuliyani Nurani. Kemampuan Dasar Mengajar, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2002 ), hlm. 125.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL