A. PENDAHULUAN
Guru
memilikiperan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaansecara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini
menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode
mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar-mengajar.
Guru
dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan
kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam
belajar. Dal;am menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya
ada lima jenis variable yang menentukan keberhasilan belajar siswa.
1. Melibatkan siswa secara efektif
Mengajar
adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. “Teaching
is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the
pupil learn,” demikian menurut William Burton.
Aktivitas
murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang
seharusnya banyak aktif, sebab murid sebagai subjek didik adalah yang
merencakan,dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
John Dewey
sebagai tokoh pendidikan mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode
proyeknya dengan semboyan learning by doing. Aktivitas belajar murid yang dimaksud di sinu adalah
aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat
digolongkan ke dalam beberapa hal, di antaranya:
a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis,
melakukan eksperimen,dan demonstrasi.
b. Aktivitas lisan, seperti bercerita,membaca
sajak, Tanya jawab,diskusi,bernyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan, seperti
mendengarkan penjelasan guru, ceramah,pengarahan.
d. Aktivitas gerak, seperti senam,
atletik,menari
e. Aktivitas menulis, seperti mengarang,
membuat makalah,membuat surat.
Dalam menciptakan belajar mengajar yang efektif dan
efesien yakni dengan sistem belajar siswa aktif atau CBSA.
a. Pengertian CBSA
CBSA dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar
yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif,
efektif, dan fisikomotorik.
Mengembangkan cara belajar aktif CBSA yang pada
dasarnya merupakan pengembangan metode yang terpusat pada anak didik. CBSA
merupakan konsep yang sukar didefenisikan secara tegas sebab sebenarnya semua
cara belajar itu mengandung unsure keaktifan pada disi anak didik, meskipun
kadar keaktifan nya ber beda-beda.
Karakteristik keaktifan dalam CBSA, yaitu keterlibatan
intelektual, emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan,
asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta
pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan sikap.
b. Tolok ukur CBSA
Untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam
belajar berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari para pakar CBSA.
1. Mckeachie ( student centered versus
instruktur-centered instruction, 1954). Mengemukakan tujuh dimensi dalam
proses belajar mengajar di mana terdapat variasi kadar ke-CBSA-an sebagai
berikut:
-
partisipasi siswa dalam menetukan tujuan kegiatan
belajar mengajar
-
Penekanan pada aspek efektif dalam pengajaran
-
Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar utama yang berbentuk intraksi antar siswa
-
Penerimaan guru terhadap perbutan dan sumbnangan siswa
yang kurang relevan atau yang salah
-
Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok
-
Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil
keputusan yang penting dalm kegiatan di sekolah
-
Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah
pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan
pelajaran.
2. K. Yamamoto (many faces of teaching 1969)
melihat kadar keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan
terencana dari peran serta kegiatan oleh kedua pihak (siswa dan guru) dalam
proses belajar mengajar.
Yamamoto membedakan keaktifan yang direncanakan secara
sengaja sengaja ( intensional ), keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu
(insidental), dan sama sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak.
Tujuan instruksional dapat dicapai dengan tuntas, sebaliknya apabila tidak
terdapat keaktifan mengajar pada pihak guru serta tidak ada keaktifan belajar
pada siswa kegiatan itu bukan lagi kegiatan instruksional, melainkan kegiatan
non instruksional.
3. H.O. Lingren ( education psychology in
the classroom, 1976), melukiskan kadar keaktifan siswa itu adalah interaksi
di antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Apabila kita perhatikan suasana kelas pada waktu terjadi kegiatan instruksional,
akan tampak komunikasi yang beraneka ragam.
4. Ausebel (1978) mengemukakan penjernihan
pengertian di dalam mengkaji ke CBSA dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar
dengan mengemukakan dua dimensi, yaitu:
-
Kebermaknaan materi serta proses belajar mengajar
-
Modus kegiatan belajar mengajar
Cara memperbaiki keterlibatan kelas
1.
Abadikanlah waktu yang lebih banyak untuk
kegiatan-kegiatan belajar mengajar
2.
Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar dengan menuntun respons yang aktif dari siswa.
3.
Masa transisi antara antar berbagai kegiatan dalam
mengajar hendaknya dilakukan secara cepat.
4.
Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai
dengan tujuan mengjar yang dicapai.
5.
Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat
murid.
Cara meningkatkan keterlibatan siswa
1. Kenalilah dan bantulah anak-anak yang
kurang terlibat.
2. Siapkan siswa secara tepat
3. Sesuaikan pengajaran dengan
kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Setiap guru
tahu bahwa keterlibatan anak secara aktif
dalam kegiatan belajar mengajar
sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil
yang diinginkan.
2.
Menarik Minat dan Perhatian siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya
minat dan perhatian siswa dalam balajar. Minat merupakan suatu sifat yang
relative menetap pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan
sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan,,bakat maupun
yang bersifat efektif seperti motivasi,rasa percaya diri dan minatnya.
William james (1890) melihat bahwa minat siswa
merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi,
efektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan didapati dua
macam tipe perhatian, yaitu:
-Perhatian
terpusat ( terkonsentrasi)
-Perhatian
terbagi ( tidak terkonsentrasi)
3.
Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu, keadaan seseorang atau organisame yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah sesuatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan
dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga
ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan
dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya, hal ini di uraikan sebagai
berikut:
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam
diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi
atas kemauan sendiri.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar individu, apakah karena adanya ajakan,suruhan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian ia mau melakukan sesuatu atau belajar.
Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru
hendaknya berusaha dengan berbagai cara.cara membangkitkan motivasi ekstrinsik
dalam menumbuhkan motivasi intrinsic yaitu:
-
Kompetisi ( persaingan)
-
Pace making ( membuat tujuan sementara atau dekat)
-
Tujuan yang jelas
-
Kesempurnaan untuk sukses
-
Minat yang
besar
-
Mengadakan penilaian atau tes.
4. Prinsip Individualitas
Salah satu masalah utama dalam mendekatkan belajar
mengajar ialah masalah perbedaan individual. Setiap guru memahami bahwa tidak
semua murid dapat mempelajari apa-apa yang ingin dicapai oleh guru. Biasanya
perbedaan individual itulah yang lalu dijadikan kambing hitam. M
Menurut Bloom (1976), jika guru memahami persyaratan
kognitif dan cirri-ciri sikap yang di perlukan untuk belajr seperti minat dan
konsep diri pada diri siswa dapat diharapkan sebagian besar siswa akan dapat
mencapai taraf penguasaan sampai 75% dari yang diajarkan. Oleh sebab itu,
hendaknya guru mampu menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan siswanya secara
individual tanpa harus mengajar siswa secara individual.
Mengingat adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka
menyamaratakan semua siswa ketika guru mengajar secara klasikal pada hakikatnya
kurang sesuai dengan prinsip individualitas ini.
5. Peragaan dalam pengajaran
Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan
untuk mengajar membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada
siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.belajar yang efektif
harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju pada
pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan
alat pengajaran dari pada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat
pengajaran.
Penggunaan alat peraga hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Nilai atau media pendidikan
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk
berpikir.
2. Memperbesar perhatian siswa
3. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak
mudah dilupakan
4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan
kontinu
6. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu
perkembangan kemampuan berbahasa.
b. Pemilihan alat peraga
1. Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan
kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok
2. Alat yang dipilih harus tepat,memadai dan
mudah digunakan
3. Harus direncanakan dengan teliti dan
diperiksa lebih dahulu
4. Penggunaan alat peraga disertai
kelanjutannya seperti degan diskusi,analiis dan evaluasi
5. Sesuai dengan batas kemapuan biaya
c. Petunjuk penggunaan alat peraga
1. Tidak ada alat yang dapat dianggap paling
baik
2. Alat-alat tertentu lebih tepat daripada
yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan
3. Audiovisual dan sumber-sumber yang
diguinakan merupakan bagian integral dari pengajaran
4. Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh
guru dan siswa mengenai alat audio
visual
5. Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan
merespons data yang diberikan.
Komentar
Posting Komentar