MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

Makalah Kondisi Belajar Yang Efektif


A.    PENDAHULUAN
Guru memilikiperan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaansecara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar.
Guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dal;am menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variable yang menentukan keberhasilan belajar siswa.

1.      Melibatkan siswa secara efektif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. “Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn,” demikian menurut William Burton.
Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif, sebab murid sebagai subjek didik adalah yang merencakan,dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
John Dewey sebagai tokoh pendidikan mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by doing. Aktivitas  belajar murid yang dimaksud di sinu adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, di antaranya:
a.    Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen,dan demonstrasi.
b.    Aktivitas lisan, seperti bercerita,membaca sajak, Tanya jawab,diskusi,bernyanyi.
c.    Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah,pengarahan.
d.   Aktivitas gerak, seperti senam, atletik,menari
e.    Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat makalah,membuat surat.

Dalam menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efesien yakni dengan sistem belajar siswa aktif atau CBSA.
a.       Pengertian CBSA
CBSA dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, efektif, dan fisikomotorik.
Mengembangkan cara belajar aktif CBSA yang pada dasarnya merupakan pengembangan metode yang terpusat pada anak didik. CBSA merupakan konsep yang sukar didefenisikan secara tegas sebab sebenarnya semua cara belajar itu mengandung unsure keaktifan pada disi anak didik, meskipun kadar keaktifan nya ber beda-beda.
Karakteristik keaktifan dalam CBSA, yaitu keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan sikap.
b.      Tolok ukur CBSA
Untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari para pakar CBSA.
1.    Mckeachie ( student centered versus instruktur-centered instruction, 1954). Mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar mengajar di mana terdapat variasi kadar ke-CBSA-an sebagai berikut:
-            partisipasi siswa dalam menetukan tujuan kegiatan belajar mengajar
-            Penekanan pada aspek efektif dalam pengajaran
-            Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar utama yang berbentuk intraksi antar siswa
-            Penerimaan guru terhadap perbutan dan sumbnangan siswa yang kurang relevan atau yang salah
-            Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok
-            Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalm kegiatan di sekolah
-            Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
2.    K. Yamamoto (many faces of teaching 1969) melihat kadar keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan terencana dari peran serta kegiatan oleh kedua pihak (siswa dan guru) dalam proses belajar mengajar.
Yamamoto membedakan keaktifan yang direncanakan secara sengaja sengaja ( intensional ), keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insidental), dan sama sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak. Tujuan instruksional dapat dicapai dengan tuntas, sebaliknya apabila tidak terdapat keaktifan mengajar pada pihak guru serta tidak ada keaktifan belajar pada siswa kegiatan itu bukan lagi kegiatan instruksional, melainkan kegiatan non instruksional.

3.    H.O. Lingren ( education psychology in the classroom, 1976), melukiskan kadar keaktifan siswa itu adalah interaksi di antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Apabila  kita perhatikan suasana kelas  pada waktu terjadi kegiatan instruksional, akan tampak komunikasi yang beraneka ragam.
4.    Ausebel (1978) mengemukakan penjernihan pengertian di dalam mengkaji ke CBSA dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar dengan mengemukakan dua dimensi, yaitu:
-            Kebermaknaan materi serta proses belajar mengajar
-            Modus kegiatan belajar mengajar

Cara memperbaiki keterlibatan kelas
1.        Abadikanlah waktu yang lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan belajar mengajar
2.        Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menuntun respons yang aktif dari siswa.
3.        Masa transisi antara antar berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat.
4.        Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengjar yang dicapai.
5.        Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid.
Cara meningkatkan keterlibatan siswa
1.    Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat.
2.    Siapkan siswa secara tepat
3.    Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Setiap guru tahu bahwa keterlibatan anak secara aktif  dalam kegiatan belajar mengajar  sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang diinginkan.

2.        Menarik Minat dan Perhatian siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam balajar. Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan,,bakat maupun yang bersifat efektif seperti motivasi,rasa percaya diri dan minatnya.
William james (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan didapati dua macam tipe perhatian, yaitu:
-Perhatian terpusat ( terkonsentrasi)
-Perhatian terbagi ( tidak terkonsentrasi)
3.        Membangkitkan Motivasi Siswa

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, keadaan seseorang atau organisame yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah sesuatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya, hal ini di uraikan sebagai berikut:

a.       Motivasi Instrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.
b.      Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,suruhan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian ia mau melakukan sesuatu atau belajar.
Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara.cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsic yaitu:
-            Kompetisi ( persaingan)
-            Pace making ( membuat tujuan sementara atau dekat)
-            Tujuan yang jelas
-            Kesempurnaan untuk sukses
-            Minat  yang besar
-            Mengadakan penilaian atau tes.
4.      Prinsip Individualitas
Salah satu masalah utama dalam mendekatkan belajar mengajar ialah masalah perbedaan individual. Setiap guru memahami bahwa tidak semua murid dapat mempelajari apa-apa yang ingin dicapai oleh guru. Biasanya perbedaan individual itulah yang lalu dijadikan kambing hitam. M
Menurut Bloom (1976), jika guru memahami persyaratan kognitif dan cirri-ciri sikap yang di perlukan untuk belajr seperti minat dan konsep diri pada diri siswa dapat diharapkan sebagian besar siswa akan dapat mencapai taraf penguasaan sampai 75% dari yang diajarkan. Oleh sebab itu, hendaknya guru mampu menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan siswanya secara individual tanpa harus mengajar siswa secara individual.
Mengingat adanya perbedaan-perbedaan tersebut, maka menyamaratakan semua siswa ketika guru mengajar secara klasikal pada hakikatnya kurang sesuai dengan prinsip individualitas ini.
5.      Peragaan dalam pengajaran
Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk mengajar membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju pada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat pengajaran dari pada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.
Penggunaan alat peraga hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a.    Nilai atau media pendidikan
1.      Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir.
2.      Memperbesar perhatian siswa
3.      Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan
4.      Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa
5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu
6.      Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
b.    Pemilihan alat peraga
1.      Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok
2.      Alat yang dipilih harus tepat,memadai dan mudah digunakan
3.      Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu
4.      Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti degan diskusi,analiis dan evaluasi
5.      Sesuai dengan batas kemapuan biaya
c.    Petunjuk penggunaan alat peraga
1.      Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik
2.      Alat-alat tertentu lebih tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan
3.      Audiovisual dan sumber-sumber yang diguinakan merupakan bagian integral dari pengajaran
4.      Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa  mengenai alat audio visual
5.      Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan merespons data yang diberikan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL