MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH SUFISME DALAM TASAUF


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Indonesia termasuk salah satu wilayah di belahan dunia yang memiliki beberapa kepercayaan dan agama yang dianut oleh warga negaranya salah satunya agama yang diyakini oleh mayoritas masyarakatnya ialah agama Islam. Diantara banyaknya ajaran-ajaran yang terdapat di dalam agama Islam antara lain membahas mengenai akhlak seperti Akhlak Tasawuf. Akhlak tasawuf juga termasuk khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan dan dibutuhkan.
Secara historis dan teologis Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akherat. Sebagaimana tujuan utama Rasulullah saw. diutus ke bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Itulah yang menjadi faktor keberhasilan Beliau dalam berdakwah menyebarkan agama Islam. Semua manusia ciptaan Allah hendaklah memiliki akhlak mulia seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Adapun pada zaman modern layaknya sekarang, kita dihadapkan berbagai masalah terutama masalah akhlak dan moral yang cukup serius, yang apabila dibiarkan dan tak ada yang peduli maka akan menghancurkan  masa depan bangsa.
Maraknya kejahatan dan perbuatan yang menyimpang dari aturan agama telah kita lihat, dengarkan dan juga dirasakan oleh semua orang, membuat pentingnya mengkaji dan mempelajari Akhlak Tasawuf pada kehidupan saat ini. Bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi harus dibarengi dengan penanganan di bidang akhlak mulia dan mental spritual.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian dari Akhlak dan Tasawuf ?
2.         Apa sajakah klasifikasi dan ruang lingkup dalam ajaran ilmu Akhlak dan Tasawuf ?
3.         Bagaimanakah manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari ?

C.      Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui pengertian daripada ilmu Akhlak dan Tasawuf.
2.         Untuk mengetahui klasifikasi-klasifikasi dan ruang lingkup yang termasuk dalam ajaran ilmu Akhlak dan Tasawuf.
3.         Untuk mengetahui manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. 






















BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN
1.    Ilmu Akhlak
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yakni isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan/ akhlaqan yang berarti kelakuan, tabi’at, dan watak dasar. Kata akhlaq (أخلاق) itu sendiri berasal dari bentuk jama’ sedangkan mufradnya adalah khuluq (خلاق) berarti budi pekerti. Kata akhlak itupun banyak ditemukan dalam ayat-ayat Al Qur’an maupun al-Hadits seperti :
ان هذا الاّ خلق الاوّلين (الشعراء : 137)
Artinya : (Agama kami) tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu.       (QS. As-Syu’ara : 137)
اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا (رواه الترمذى)
Artinya : Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya. (HR. At-Tirmidzi)
           Adapun menurut Kamus Arab-Indonesia Al Azhar karangan S. Askar, kata خُلْقٌ و خُلُقٌ ج أخلاق  berarti perangai, tabi’at, akhlak, adat, beradab baik.
            Sementara itu, akhlak menurut istilah ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai ini diantaranya sebagai berikut :
a.         Ibnu Maskawih (w. 421 H/1030 M) adalah seorang yang ahli dibidang akhlak terkemuka dan terdahulu mengatakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[1]
b.         Imam al-Ghazali (1059-1111 M) dikenal sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam) terutama membela Islam dari berbagai paham yang menyesatkan, mengatakan secara lebih luas arti akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[2]
c.         Ibrahim Anis dalam Mu’jam al-Wasith mengatakan bahwa akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.[3]
d.        Dari kitab Dairatul Ma’arif, secara singkat akhlak diartikan sifat-sifat manusia yang terdidik.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai arti kata Akhlak menurut  istilah memiliki beberapa kemiripan dan saling melengkapi satu sama lainnya sehingga dapat diklasifikasi lagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
a.         Berdasarkan inti yang tertanam dari dalam diri yakni hati seseorang, seperti kesamaan pendapat dari Ibnu Maskawih dan Imam al-Ghazali serta Ibrahim Anis. Karena menurut mereka, akhlak itu timbul dari dalam hati seseorang sendiri tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang lebih dalam sebelum berprilaku.
b.         Berdasarkan arti akhlak yang berupa perbuatan seseorang, seperti kesamaan yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali dengan Ibrahim Anis. Karena mereka berdua sama-sama menitikberatkan kepada perbuatan, entah itu baik maupun buruk. Karena Akhlak ibarat sebuah produk yang menghasilkan barang atau jasa seperti macam-macam perbuatan manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, akhlak tumbuh menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Da’iratul Ma’arif, yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga jiwa kosong dari segala kebathilan tersebut.
Setelah berdasarkan pengertian akhlak secara bahasa dan istilah menurut beberapa ahli, penulis menyimpulkan sendiri pengertian akhlak ialah suatu hal yang sudah tertanam di dalam hati setiap insan tanpa harus dipikirkan dan direncanakan terlebih dahulu dalam melakukan perbuatannya, entah itu perbuatan baik maupun buruk. Sekarang tergantung kita mau mengikuti hawa nafsu belaka atau mengikuti perbuatan sesuai aturan agama Islam.

2.    Tasawuf
Secara etimologi, kata tasawuf (التصوف) berasal dari bahasa arab. Pertama, dari kata Shuf artinya bulu domba. Dulu orang-orang sufi (pakar tasawuf) biasanya memakai pakaian dari bulu domba yang kasar sebagai lambang kesederhanaan dan kesucian. Kedua, dari Ahl Al-Suffah berarti orang-orang yang ikut hijrah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah dan meninggalkan harta, rumah, dan tidak membawa apa-apa.
Karenanya mereka tinggal di serambi masjid dengan tidur diatas batu dengan memakai pelana dan pelana itupun disebut Suffah. Ketiga, dari kata Shafi atau Sufi yang berarti suci. Orang-orang ahli tasawuf adalah orang-orang yang mensucikan dirinya dari hal-hal yang berbau keduniawian. Keempat, dari kata Sophia atau Sophos yang berasal dari bahasa Yunani, berarti hikmat atau hikmah atau filsafat. Kelima, dari Saf  berarti barisan. Karena pada saat itu orang-orang sufi sering melaksanakan shalat di barisan pertama karena ingin mendapatkan kemuliaan yang lebih utama.
Sedangkan menurut istilah, ada beberapa pakar ahli tasawuf yang mengutarakan pendapatnya mengenai ini seperti :
a.    Ma’ruf al-Kurhi, tasawuf ialah berpegang pada apa yang hakiki dan menjauhi sifat tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia.
b.    Ahmad al-Jariri, tasawuf adalah masuk kedalam setiap akhlak yang tinggi (mulia) dan keluar dari setiap akhlak yang rendah (tercela).
c.    Dzu al-Nun al-Mishri bahwa tasawuf adalah usaha mengalahkan segala-galanya untuk memilih Allah, sehingga Allah pun akan memilih seorang shufi dan mengalahkan segala sesuatu.
d.   Abu Yazid al-Bustami, tasawuf sama dengan sifat al-Haqqi.    
Dari pengertian tasawuf secara istilah maupun bahasa dapat dikelompokkan menjadi beberapa kesamaan dan juga perbedaan alasan pendapat para ahli seperti :
1.         Berdasarkan objek kajian dari tasawuf
Pendapat dari Ma’ruf al-Kurhi dan Ahmad al-Jariri, sama-sama mendefinisikan tasawuf dari segi perbuatan ataupun akhlak seseorang. Karena menurut mereka tasawuf itu berkaitan erat dengan akhlak seseorang dan akhlak yang mulia serta meninggalkan akhlak tercela.
2.         Berdasarkan sifat-sifat Allah
Pendapat Abu Yazid al-Bustami sangat berbeda dari pendapat-pendapat para ahli yang lainnya karena Beliau mendefinisikan tasawuf dengan sifat Allah. Karena menurutnya, orang sufi atau yang telah sangat dekat dengan Allah maka sifat Allah akan dikenakan oleh hamba-Nya.
Dapat disimpulkan dari beberapa ahli bahwa tasawuf menurut istilah adalah sarana untuk memperbaiki akhlak manusia agar jiwanya menjadi suci, sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya.   
Adapun menurut penulis, yang dimaksud dengan tasawuf adalah suatu kajian ilmu Islam yang membahas mengenai cara mendekatkan diri kepada Allah dengan sebenarnya-benarnya (kaffah) dan juga untuk memperbaiki dan memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama Islam yang sesuai aturan Allah.


  
B.       Ruang Lingkup Ilmu Akhlak   
a.         Membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan itu tergolong baik ataupun buruk.
b.         Membahas tentang upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tergolong baik atau buruk.
Membahas tentang akhlak  atau perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan sebenarnya dan yang telah menjadi sebuah kebiasaan. [4]
1.         Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dengan demikian obyek pembahasan ilmu Akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya, apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini menurut Ahmad Amin mengatakan bahwa obyek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.
Dalam masyarakat Barat kata akhlak sering diidentikkan dengan etika, walaupun pengidentikan ini tidak sepenuhnya tepat sebagaimana akan dijelaskan dibawah nanti. Mereka yang mengidentikkan akhlak dengan etika mengatakan bahwa etika adalah penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia. Namun perlu ditegaskan kembali di sini bahwa yang dijadikan obyek kajian Ilmu Akhlak disini adalah perbuatan yang memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kamauan, sebenarnya, mendarah daging dan telah dilakukan secara kontinyu atau terus-menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Perbuatan atau tingkah-laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan yang dijadikan garapan Ilmu Akhlak.
Dengan memperhatikan keterangan tersebut di atas serta keterangan dalam Buku karangan Prof. H. Abuddin Nata, M.A, maka, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa dan sungguh-sungguh atau sebenarnya, bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan-perbuatan yang demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk. Untuk menilai apakah perbuatan itu baik atau buruk diperlukan pula tolok ukur, yaitu atau buruk menurut siapa, dan apa ukuranya merupakan topok tersendiri yang akan kita kaji dalam bab selanjutnya dalam buku ini.
2.         Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Berkenaan dengan mempelajari ilmu akhlak Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut :
“Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang bai dan sebagian perbuatan lain sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuatan zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang adalah perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk”.
Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa tujuan perbuatan baik akhlak adalah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. Selanjutnya, karena Ilmu Akhlak menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan yang baik dan yang buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya dan mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan dengan mengetahui yang buruk ia akan terdorong untuk meninggalkannya dan ia akan terhindar dari bahaya yang menyesatkan. Jika tujuan Ilmu Akhlak tersebut dapat tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji. Dari perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, harmonis rukun, sejahtera lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktivitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagian hidup di akhirat.
Dengan demikian, untuk mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukanny adan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahayakan dirinya. Dan secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbutan yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya. 

C.      Sumber Ajaran Tasawuf
Dalam sumber ajaran Islam, Al Qur’an dan Hadits juga terdapat ajaran yang dapat membawa kepada timbulnya tasawuf.  Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam mistisisme ternyata ada didalam Al Qur’an dan Hadits, seperti dalam QS. Al Baqarah : 186 berbunyi :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya : “Jika hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang diri-Ku. Aku adalah dekat. Aku mengabulkan seruan orang memanggil jika ia panggil Aku.

D.      Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf
Menurut Harun Nasution, ketika kita mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al Qur’an dan Hadits mementingkan akhlak. Masalah yang menonjol dalam tasawuf adalah ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam Islam erat kaitannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al Qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, yakni orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Dapat dikatakan bahwa sebelum kita bertasawuf kepada Allah (benar-benar mendekatkan diri kepada Allah) kita diharuskan untuk merubah dan memperbaiki akhlak (perbuatan) kita terlebih dahulu agar kita bisa benar-benar melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.[5]
Akhlak secara substansial adalah sifat hati (qalbu) yang tercermin dalam perilaku seseorang. Antara akhlak dan tasawuf pada pelaksanaannya adalah untuk mengatur hubungan antara manusia dan tuhannya dan hubungan antara sesama manusia . jika dihubungkan dalam hubungan sesama manusia, bahwa sebagai makhluk sosial, dalam menjalin hubungan terhadap sesama makhluk baik didalam masyarakat, kedua orangtua bahkan secara individu harus senantiasa menjaga nilai-nilai akhlak. Dan dengan akhlak dan tasawuf, umat islam hendaknya terus berusaha membentuk serta menjaga sikap dan mental yang selalu memelihara kesucian diri, kebersihan hati, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban demi kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana dengan penuh keikhlasan, kepasrahan, dan ketenangan jiwa.             
E.       Manfaat Mempelajari Akhlak & Tasawuf[6]
1.         Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita dapat menghindari kajian akhlak yang hanya berada pada tataran pemikiran dan wacana yang tentu akan jauh untuk dapat memberikan kesan tersendiri pada mahasiswa terutama untuk memiliki akhlak mulia.
2.         Dengan mengkaji akhlak tasawuf berguna untuk membatasi kajian salah satu aspek dalam dunia tasawuf yakni tasawuf akhlaki, yang berarti menitikberatkan pada akhlaki saja, bukan kepada tasawuf falsafi maupun amali.
3.         Dan yang terpenting dari mempelajari akhlak tasawuf adalah cara membersihkan diri dari sifat tercela, menghiasi diri dengan akhlak mulia dan cara mendekatkan diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya.
4.         dengan mempelajari akhlak dan tasawuf  kita mengkaji aktualisasi akhllak dalam kehidupan manusia berarti menganalisis perilaku manusia yang berhubungan dengan allah SWT dan berhubungan dengan sesama makhluk hamba allah SWT
               


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan dari yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Akhlak Tasawuf berasal dari dua kata pembagian yakni Akhlak dan Tasawuf. Adapun pengertian akhlak secara umum yakni suatu hal yang telah tertanam di hati entah itu bernilai baik maupun buruk sekalipun karena akhlak timbul tanpa perlu dipikirkan dan dipaksa terlebih dahulu. Sedangkan yang disebut Tasawuf ialah suatu cara dalam proses untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Jadi, dapat ditarik benang merah yakni pengertian Akhlak Tasawuf ialah salah satu disiplin ilmu yang terdapat dalam ajaran agama Islam yang mempelajari tata cara berprilaku yang baik dan mulia serta tentunya sesuai aturan Islam sehingga kita bisa mendekatkan diri kita kepada Allah dengan sepenuhnya dan memiliki rasa tenang saat berada di dekat-Nya.\
Akhlak Tasawuf memiliki kaitan yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari yakni untuk mencapai akhlak yang mulia diperlukan proses-proses yang biasanya dilakukan oleh pengamal tasawuf. Begitupun sebaliknya, belum dikatakan bertasawuf dengan benar apabila pencapaian akhlak yang mulia belum terpenuhi. Didalamnya juga terdapat ruang lingkup akhlak, sumber kajian tasawuf, dan manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf.









DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers
Khoiri, Alwan, dkk. 2005. Akhlaq / Tasawuf. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga
Toriquddin, Moh. 2008. Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern. Malang : UIN-Malang Press Gunawan, 2010. Akhlak Tasawuf.
Ibn Miskawih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: al- Mathba’ah al-Mishriyah, 1934), cet. I.
Imam al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t.), hlm.56.
Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972).









[1] Ibn Miskawih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: al- Mathba’ah al-Mishriyah, 1934), cet. I, hlm.40
[2] Imam al-Ghazali, Ihya’Ulum al-Din, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr,t.t.), hlm.56.
[3] Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1972), hlm. 202.
[4] Toriquddin, Moh. 2008. Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern. Malang : UIN-Malang Press Gunawan, 2010.
[5] Khoiri, Alwan, dkk. Akhlaq / Tasawuf. : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005.
[6] Abuddin Nata. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN