MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH STRUKTUR PSIKIS MANUSIA DALAM PSIKOLOGI ISLAM (BAGIAN 2)

 

STRUKTUR PSIKIS MANUSIA

 DALAM PSIKOLOGI ISLAM (BAGIAN 2)

By: Putri, dkk.


BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, yakni serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah bahan penelitian. Kemudian data yang terkumpul dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah al-Qur’an dan terjemahnya, buku Psikologi Islami karangan Hanna Djumhana dan baharuddin, sedangkan untuk menunjang penelitian ini digunakan buku-buku penunjang yang relevan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif karena metode ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi atau kecendrungan yang tengah berkembang, kemudian juga menggunakan metode metode reflektif yaitu berfikir yang prosesnya mondar – mandir antara yang empirik dan yang abstrak. Metode ini digunakan untuk menganalisis konsep – konsep atau teori – teori yang dikemukakan oleh para ahli / pakar dengan cara berfikir mondar – mandir baik yang empirik maupun yang abstrak sehingga ditemukan satu konsep yang lengkap dan tepat, sehingga diharapkan dapat memunculkan konsep baru yang lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen – elemen psikologi Islami dalam pembentukan akhlak adalah; 1) Elemen – elemen psikologi Islami adalah terdiri dari tiga aspek dan enam dimensi, Ketiga aspek itu adalah aspek jismiah (fisik, biologis), aspek nafsiah (psikis, psikologi), dan aspek rohaniah (spiritual, transcendental). Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas kemanusiaan, berupa: pikiran, perasaan, kemauan, yang muncul dari dimensi al-nafs, al-‘aql,dan al-qalb. Aspek rohaniah adalah potensi luhur manusia yang bersumber dari dimensi ar-ruh, dan al-fitrah. 2) Dalam proses pembentukan akhlak dapat digunakan beberapa metode yaitu dengan menjalankan ibadah yang kuat dan ikhlas, metode teladan karena dengan teladan seseorang bisa mempengaruhi diri untuk berubah kerana manusia cepat meniru orang lain. Metode pembentukan akhlak yang kemudian mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan.

 Dengan mencari ilmu pengetahuan juga bisa dimasukkan dalam pembentukan akhlak, karena pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara, dan kegunaannya. Metode nasihat, dengan metode ini pendidikan dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa . 3) Peranan elemen – elemen psikologi Islami dalam proses pembentukan Akhlak adalah sangat urgen dan mendasar karena bila dilihat dari faktor pembentukan akhlak itu sendiri terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern, intern di sini mencakup beberapa aspek yaitu aspek jismiah (fisik, biologis) dalam pembentukan akhlak aspek jismiah sangat berperan sebagai wujud nyata aktualisasi diri berupa perilaku, sikap, dan tindakan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari., aspek nafsiah (psikis, psikologi) Aspek nafsiah sangat berperan dalam pembentukan akhlak yaitu dalam hal mengetahui, mengenal, merasakan yakni persepsi atau cara pandang terhadap diri dan lingkungannya.

Hal ini diwujudkan atau diaktualisasikan dalam pergerakan jismiah yang berupa perilaku (akhlak), dan aspek rohaniah (spiritual, transcendental) aspek ruhaniah sangat berperan dalam hal ini menjaga, mewarnai dan mengarahkan agar manusia tetap menjadi manusia seutuhnya (jasmani dan ruhani) yakni menjaga manusia tetap tidak kehilangan kemanusiaannya dan menjaga manusia tetap berhubungan langsung kepada Tuhannya (beragama) atau dalam jalan Allah (ridho Allah). 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Struktur Psikis Manusia Dalam Pandangan Nafsiah

 

1.      Dimensi Al-Nafsu

Istilah-istilah dalam al Qur’an memiliki makna yang kaya dan konteks yang ragam, termasuk istilah yang digunakan untuk menunjukkan instrumen psikis manusia. Al Nafs sebagai salah satu instrumen psikis manusia memiliki makna yang bervariasi sesuai objek dan konteks ayat, antara lain bermakna: nyawa, nafsu, diri dan hakikat diri manusia dan jiwa. Secara fungsional al-nafs juga dipersiapkan untuk dapat menampung dan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan buruk.

 Dalam beberapa ayat dijelaskan kepada al-nafs telah diilhamkan jalan kebaikan dan jalan keburukan. Selain itu, ditemukan isyarat juga bahwa al-nafs merupakan tempat yang dapat menampung gagasan dan kemauan. Isyarat ini dipahami dari firman Allah dalam surat al-Ra‘d ayat 11

 

يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

 Suatu kaum tidak akan berubah keadaannya sebelum mereka mengubah terlebih dahulu apa yang ada di dalam nafs mereka. Apa yang ada di dalam nafs itu dapat berupa gagasan, pikiran, kemauan, dan tekad untuk berubah. Dilihat dari tingkatannya al nafs terbagi menjadi tiga tingkatan: al- nafs al-‘ ammarah; al-nafs lawwamah ;dan al-nafs al-mutmainnah.

2.      Dimensi Al-Qalb

Al-qalb berperan dalam memberikan sifat insāniyah (kemanusiaan) bagi psikis manusia. Al-qalb memiliki dua daya, yaitu memahami dan merasakan. Dilihat dari fungsinya, al-qalb mempunyai tiga fungsi. Pertama, fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti: memahami (fiqh), mengetahui (‘ilm), [1]mengingat (ẓikr), dan melupakan (gulf). Kedua, fungsi emosi yang menimbulkan[2] daya rasa seperti tenang (Ṭhuma’nīnah), sayang (ulfah), senang (ya’aba), kasar (galīẓ), takut (ru’b), dengki (gill), sombong (hamiyah), dsb. Ketiga, fungsi konasi yang menimbulkan daya karsa seperti berusaha (kasb).

Istilah Al-Qalb disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Haj ayat 46:

اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ

Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Menurut Quraish Shihab, kata Qalb diambil dari kata yang bermakna membalik, karena dia sering kali berbolak balik, sekali senang, sekali susah, sekali setuju dan sekali menolak, qalb amat berfungsi untuk tidak konsisiten.[9]

 

Al-Qalb mempunyai dua makna, yaitu:

Fisik

            Yaitu segumpal daging berbentuk lonjong yang terletak didalam rongga dada sebelah kiri yang terus-menerus berdetak selama manusi masih hidup.

Metafisik, yaitu hati nurani atau suara hati.

Aspek Ruhaniah

Adalah aspek psikis manusia yang besifat spiritual dan transendental. Dalam aspek ruhaniah terdapat dua dimensi, yang keduanya berasal dari Allah.

3.      Dimeni Al- Aqal

Dalam pandangan Islam manusia merupakan makluk yang paling sempurna kejadian dan penciptaannya, bila dibandingkan dengan makluk ciptan Allah yang lainnya. Kesempurnaan kejadian dan penciptaan manusia sebagai makluk yang paling indah dan tinggi derajatnya dikarenakan manusia diberikan dan dibekali akal oleh Allah berupa akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang diberikan Allah tersebut manusia dapat mengatasi berbagai permasalahan dan keresahan yang berkenaan dengan persoalan kehidupan yang dihadapinya.

Lebih lanjut kesempurnaan penciptaan manusia sebagai makluk yang paling indah dan tinggi derajatnya, dikarenakan manusia dianugrahkan dan dibekali oleh Allah diantaranya berupa akal dan pikiran.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Tin ayat4:

Artinnya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Berkenaan dengan terjemahan ayat diatas, Hamka menjelaskan bahwa diantar makluk Allah diatas permukaan bumi ini, manusialah diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk, bentuk lahir bentuk tubuh bahkan nyawa. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk hewan yang lainnya.

 

B.     Struktur psikis Manusia Dalam Pandangan Ruhaniah

1.      Dimensi Al-Ruh Dan Al-Fitrah

Dimensi al-rūḥ, bersifat illahiyah (ketuhanan) dan mempunyai daya spiritual yang menarik badan (al-jism) dan jiwa (al-nafs) menuju Allah, dengan begitu manusia memerlukan agama. Al-rūḥ diberikan kepada manusia melalui proses al-nafkh.

Dimensi al-fiṭrah, bermakna suatu kecenderungan alamiah bawaan sejak lahir yang membentuk identitas atau (secara agama) bahwa manusia sejak lahir telah memiliki agama bawaan secara alamiah yaitu agama tauhid, mengesakan Allah.[10]

 

Struktur Manusia Menurut Psikologi Barat

Di sini akan dijelaskan konsep dasar Psikologi Barat atas struktur manusia.

 

Psikologi Fisiologi (Physiological Psychology)

Psikologi Barat yang membahas manusia dari segi aspek fisik-biologis. Psikologi ini berhubungan dengan fungsi sistem dalam tubuh manusia dengan tingkah lakunya. Psikologi Fisiologi ini sama seperti dengan aspek jismiah manusia berdasarkan struktur manusia dalam al-Quran.

 

Psikoanalisa

Sigmund Freud (1856-1939 M) adalah tokoh dari konsep ini yang berdasarkan pandangannya kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu id, ego, dan super ego. Id merupakan penyimpan kebutuhan manusia mendasar yang mencari pemuasan dalam realitas eksternal seperti makan, minum, istirahat. Ego membantu id mengadakan kontak dengan realitas, ego bekerja menurut prinsip realitas. Super ego merupakan nilai-nilai moral masyarakat yang ditanamkan pada diri individu.[3] 

Selain itu, manusia juga memiliki tiga sistem strata, yaitu the consciousness (kesadaran), the preconsciousness (bawah sadar), dan the unconsciousness (tidak sadar).[11] Dalam psikologi Islam, konsep ini termasuk pada aspek nafsiah yaitu dalam dimensi al-nafsu.[4]

 

Behaviorisme

Bahwa manusia sangat ditentukan oleh lingkungannya, manusia berperilaku disebabkan oleh lingkungan dan bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

 Manusia menjadi determistik, tidak kreatif dan selalu menjadi objek. Jiwanya pasif ketikaberhubungan dengan lingkungan dan hanya merupakan makhluk fisik-biologis saja sehingga aspek ini termasuk dalam aspek jismah menurut al-Quran.[12]

Psikologi Humanistik

Disini muncul teori-teori personality and motivation (kepribadian dan motivasi) oleh William James (1842-1910 M) yang kemudian dikembangkan oleh Gordon W. Allport (1897-1967 M), client-centered-approarch (pendekatan yang berpusat pada klien) dalam menangani masalah terapi oleh Carl Rogers (1902-1987 M), self actualization (aktualisasi diri) oleh Abraham H. Moslow (1908-1970 M), dan teori the will to meaning (kehendak untuk hidup bermakna) oleh Victor Frankl dalam logoterapinya. Psikologi Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki potensi baik untuk menumbuhkan dan mengembangkan harkat dan martabat yang merupakan refleksi dari sifat-sifat pada aspek nafsiah menurut al-Quran.[13]

Psikologi Transpersonal

Psikologi ini memiliki dua hal penting yang menjadi sasaran telaah yaitu potensi luhur batin manusia (humam highest potentials) dan fenomena kesadaran manusia (humam states of consciousness), ini berhubungan dengan keruhanian dan bersifat spiritual. Psikologi Transpersonal menekankan pada pengalaman subjektif-transendental, berbeda dengan psikologi Islam yang bersifat subjektif-objektif-transenden. Dalam pandangan aspek menurut al-Quran aspek ini termasuk ke dalam aspek ruhaniah.[14]

BAB III 

PENUTUP 

Kesimpulan

Psikologi Islam adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia melalui tingkah lakunya dalam berhubungan dengan alam, manusia, dan Tuhannya berdasarkan konsep ajaran Islam (al-Quran dan Hadist). Lahirnya psikologi Islam terjadi karena adanya persentuhan agama dengan ilmu psikologi, perkembangan tentang ilmu psikologi pun semakin berkembang, sehingga mendorong umat Muslim untuk membentuk ilmu baru yang berkaitan dengan psikologi yang berlandaskan ajaran agama Islam, yaitu Psikologi Islam.

 Psikologi Islam ini muncul juga karena pembauran dengan Psikologi Barat namun berlandaskan agama Islam. Sesuai konsep dalam Psikologi Islam, manusia mempunyai tiga aspek: aspek Jismiah (badan), aspek Nafsiah (al-nafsu, al-‘aql, al-qalb), dan aspek Ruhaniah (al-rūḥ, al-fiṭrah). Berbeda dengan Psikologi Barat yang terdiri dari aliran-aliran, yaitu psikologi fisiologi (fisik), psikoanalisa, behaviorisme, psikologi humanistik, dan psikologi transpersonal.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam:Sudi tentang Elemen Psikologi dari Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan,, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),

Sarlito, Psikologi Umum, (Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2010)

Ujam Jaenudin, Psikologi Perkembangan,(Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet 1



[1] Sarlito, Psikologi Umum, (Jakarta: Raja grapindo Persada, 2012),hlm.22.

[2] Baharudin, Paradigma Psikologi Islam:Sudi tentang Elemen Psikologi dari Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007),hlm.24.

[3] Ujam Jaenudin, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia,2012),hlm.33.

[4] Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011),hlm.30.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN