MAKALAH KONSELING ISLAM DAN PERBEDAANNYA DENGAN KONSELING BARAT
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MAKALAH KONSELING ISLAM DAN PERBEDAANNYA DENGAN KONSELING BARAT
BY: RIZKY, DKK.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuhan Yang Maha Pemurah
memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang
mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan
manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan
potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Wujud ketaqwaan manusia pada Tuhan hendaklah seimbang dan lengkap,
mencakup hubungan manusia dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia
dan dunianya.
Dengan menyadari
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang
bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan
dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan
yang bahagia di dunia dan akhirat.
Bebicara tentang agama
terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini
tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia
kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang
sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan
dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton.
Dengan kata lain manusia diharapkan
saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu
sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam
menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.Dengan demikian maka pemakalah
membuat sebuah judul “Perbedaan Konseling Islam Dengan Konseling Barat”
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
definisi dari konseling islam dan konseling barat?
2. Apakah
perbedaan dari konseling islam dengan konseling barat?
3. Bagaimanakah
sejarah perkembangan dari masing” konseling tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Konsling Islam Dan Konseling Barat
1.
Konseling Islam
Amanah Dari Allah SWT. Untuk membina dan membentuk
manusia ideal yang menuju jalan terbaik (Islam) untuk mencapai ketenangan,
kebahagiaan dan keridhoan.
2.
Konseling Barat
Aktifitas dalam mengubah sikap dan
prilaku individu (klien) oleh seseorang yang profesional untuk mengatasi
masalahyang dihadapi. Thohari mengartikan
konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.[1]
Yahya Jaya menyatakan konseling
agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada
manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan
dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara individu
maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama,
dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan
muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Ainur Rahim Faqih mengartikan bahwa
konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan
dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami klien
agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan
ajaran Islam.
B. Perbedaan Konseling Umum Dengan Konseling Islam Menurut Thohari Musnamar
1. Pada umumnya dibarat proses layanan konseling
tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan konseling
dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam
menganjurkan aktifitas layanan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada
Allah SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan kosneling, dalam
ajaran islam dihitung sebagai salah satu sedekah.[2]
2.
Pada umumnya konsep layanan konseling barat hanyalah di dasarkan atas
pikiran manusia. Semua teori konseling yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman-pengalaman
masa lalu, sedangkan konsep konseling Islam didasarkan atas, yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia.
3.
Konsep layanan konseling Barat tidak membahas masalah kehidupan sesudah
mati. Sedangkan konsep layanan konseling Islam meyakini adanya kehidupan
sesudah mati
4. Konsep layanan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut konseling Islam membahas pahala dan dosa yang telah di kerjakan.
Pendekatan/ Model Konseling Barat
menurut Gerald Corey
1.
Pendekatan Psikodinamika berlandaskan pada pemahaman, motivasi tak sadar,
rekonstruki kepribadian. Kategori terapi psikoanalitik.
2.
Pendekatan Humanistik berorientasi pengalaman dan relasi, meliputi terapi
eksistensial, client centered, gestalt.
3. Pendekatan Rasional-Kognitif dan Tindakan berorientasi pada perilaku, meliputi analisis transaksional, terapi tingkah laku, rasional emotif, dan realitas.
Sedangkan pendekatan Konseling Islami yakni konsep pendekatan dan teknik konseling yang utamanya
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, serta pemikiran para tokoh Islam yang
berkaitan dengan :
1.
Hakikat manusia
2.
Individu bermasalah dan masalah-masalah individu
3.
Perkembangan kepribadian individu.
4.
Membantu individu bermasalah.
Konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan nabi-nabi setelahnya, mereka mendapat amanah dari Allah sebagai salah satu dari berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang ideal sesuai dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan melarang dari sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Allah SWT.(QS Al-Fath: 8-9)
Ruang Lingkup Konseling Islami mencakup
1.
Pendidikan akademis yakni mengakui adanya perbedaan IQ tiap individu dan
mengarahkan sesuai potensi yang dimiliki. Misal : hafalan, analisis &
telaah, diskusi & orasi. Memulai pengajaran dari masalah-masalah baru
definisi.
2.
Pekerjaan yakni mengakui adanya perbedaan IQ tiap individu dan mengarahkan
kepada tugasnya masing-masing sesuai minat dan bakat. Selain itu perhatian
kepada interaksi dalam pekerjaan, hak dan kewajiban yang harus dipenuhi juga
profesionalisme.
3.
Agama dan perilaku yakni apa yang digambarkan dalam pemikiran Islam telah
menunjukkan hakikat fitrah manusia itu sendiri.
4. Keluarga dan pernikahan meliputi kewajiban dan hak anggota keluarga, konsep pencegahan masalah serta terapi jika terjadi maslah di dalam keluarga.
Hakikat Manusia dalam Islam
1. Manusia diciptakan dengan tujuan
yang mulia yakni beribadah kepadaNya.[3]
2.
Sifat dasar manusia adalah baik.
3.
Manusia makhluk ciptaan Allah yang mulia dan terbaik..
4.
Manusia penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab serta bisa membedakan
yang baik dan buruk.
5.
Manusia memiliki titik lemah dalam dirinya yakni hawa nafsu.
6.
Memiliki motivasi kuat dan potensi besar mampu mengendalikan perilaku.
7.
Jiwa manusia terbagi dalam 3 keadaan yakni :
a. Jiwa yang cenderung kepada keburukan
karena dikuasai oleh hawa nafsu akan duniawi.
b. Jiwa yang menyesali diri yakni
menyesali kesalahan yang diperbuat tetapi masih mudah tergoda dunia.
c. Jiwa yang tenang yang mencapai
kematangan, syukur & sabar , serasi dunia-akhirat.
d. Setiap waktu ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan dalam diri manusia.
Aspek-aspek Konseling dalam Islam
1.
Aspek Preventif
2. Penjagaan individu dari guncangan
jiwa dan membentengi dari penyimpangan.
3.
Aspek Perkembangan
4. Pembentukan kepribadian muslim yang
optimis, mengenli potensi serta produktif.
5.
Aspek Terapi
6.
Pembebasan individu dari kegelisahannya dan membantu memecahkan masalahnya.
Metode Konseling dalam Islam
1. Metode Keteladanan: Meneladani
Rasulullah SAW.
2. Metode Penyadaran: Menggunakan
ungkapan nasihat, janji & ancaman.
3. Metode Penalaran Logis: Dialog
dengan akal dan perasaan individu.
4.
Metode Kisah: Kisah nabi, rasul dan orang-orang shalih yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan hadits.
Proses Konseling
1.
Membangun hubungan yang kuat dan baik didasari sikap saling menghargai,
membuka diri dan saling percaya antara konselor dan klien.
2.
Konselor membantu klien dalam mengenali permasalahan yang sedang dihadapi
klien dan menelaah pemikiran klien dala menyikapi masalahnya, hingga klien
menyadari hal tersebut.
3.
Menawarkan taubat.
4. Mengingatkan akan eksistensi, tujuan hidup di dunia hingga kembali kepada Islam.[4]
Cara Bebicara dengan Klien
Berdasarkan contoh Rasulullah SAW :
1.
Sitstematis agar pendengar fokus pada topik pembicaraan.
2.
Hati-hati agar pendengar dapat memahami isi dan jalan pikiran pembicara
secara berkesinambungan dan mengurangi lupa.
3.
Mudah dipahami oleh pendengar (dari berbagai kalangan).
4. Mengulanginya 3 kali agar membekas dalam hati dan pikiran.
C. Sejarah
Perkembangan Bimbingan Dan Konseling Di Amerika Dan Di Indonesia
Bimbingan dan Konseling sebagai profesi
pertama kali lahir di Amerika pada awal abad 20, yaitu ketika
Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para
pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan
tetapi merambah pada bidang-bidang pendidikan. Rehabilitasi, kerumah tanggaan,
penanganan tindak kriminal, kenakalan remaja, juga di rumah sakit,
pabrik-pabrik dan bahkan di rumah saikit militer.
Dari segi wilayah
geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi tidak lagi terbatas hanya
di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika
Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam
kurikulum Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan
Barat.
Munculnya
Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad 20 merupakan tuntunan logis dari dinamika mas arakat Amerika
ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup masyarakat Amerika dan
Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler dan liberal. Oleh
karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak terlepas dari
faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi
Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak diragukan
kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat
tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam
misalnya. Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di
lingkungan masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda, antara
lain :
1.
Jika masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama,
masyarakat Islam tidak mengenal pemisahan yang sebenarnya antara agama dan
kehidupan, antara masjid dan lapangan kerja. Bimbingan dan Konseling di
masyarakat Islam harus berdiri diatas prinsip keterpaduan antara agama dan
kehidupan duniawi.
2.
Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan
kelompok yang sangat liberal, tercerminpada pergaulan
bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak mengganggu orang
lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi kesucian perkawinan,
kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah renta, dan mengagungkan
nila-nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam tidak mengenal kebebasan
individual dalam arti se bebas-bebasnya, karena dibatasi oleh norma-norma
tradisi, agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih menjunjung tinggi
prinsip-prinsip berbakti kepada orang tua, sopan santun social dan tradisi
keagamaan.
3.
Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan,
tetapi pada masyarakat Islam justeru hal itu diharamkan, misalnya; perjudian,
perzinaan, gay, menyakiti orang tua, boy friend, tukar kunci dan sebagainya.
4.
Pedekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika
sendiri menunjukan kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang
dikutip oleh Dr. Abd. Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial
AS menyangkut masa depan generasi mendatang. Layanan bimbingan
di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar
tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit.
Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan,
moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu
para remaja memilih pekerjaan kita yang
cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di
Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan
jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan
mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya
BAB III
KESIMPULAN
Konseling Islam Amanah Dari Allah SWT. Untuk membina dan membentuk
manusia ideal yang menuju jalan terbaik (Islam) untuk mencapai ketenangan,
kebahagiaan dan keridhoan. Konseling Barat Aktifitas dalam mengubah sikap dan prilaku individu (klien) oleh seseorang
yang profesional untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Pada umumnya dibarat proses layanan
konseling tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan konseling
dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam
menganjurkan aktifitas layanan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada
Allah SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan kosneling, dalam
ajaran islam dihitung sebagai salah satu sedekah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bimbingan & Konseling
dalam Berbagai Latar Kehidupan, Refika Aditama
Djumhar dan Moh. Surya. 1975.
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV
Ilmu.
Shertzer, B. & Stone, S.C.
1976. Fundamental of Gudance. Boston : HMC
Prayitno dan Erman Amti. 2004.
Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Winkel, W.S,.2005. Bimbingan
dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a: Gramedia.
Adz Dzaky, Hamdani Bakran.
Konseling dan Psikoterapi Islam. Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, 2001
[1]
Samsul Munir Amin,Bimbingan dan
Konseling Islam,(Jakarta:Amzah,2015),h.11.
[2]
Hurlock,E.B,1993,Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan(edisi kelima) Jakarta:
Erlangga,h.165
[3]
Samsunuwiyanti,Mar’at 2007,Pisikologi
Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya,hal 67
[4]
M Hamdani Bakran Adz Dzaky.
Konseling dan Psikologi Islam, (Jogjakata: Fajar Pustaka Baru. 2004),h 178
Komentar
Posting Komentar