MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH KONSELING MULTIKULTURAL (Budaya dan Emosi)

MAKALAH KONSELING MULTIKULTURAL

(Budaya dan Emosi)

By: Emmi, Dkk.


BAB I

PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

 

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk adat istiadat, perkakas, dan karya. Sebagaimana  juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung mengungkapnya diwariskan secara genetis.

Istilah emosi dalam pemakaian kita sehari-hari sangat berbeda dengan pengertian emosi dalam psikolog. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang sebagai reaksi psikologis-fisiologis dan surut dalam waktu singkat. Emosi bersifat subyektif, dan emosi ada juga yang bersifat positif dan negatif, para psikolog mengkaji emosi dengan memberi perhatian yang sesuai dengan urgensinya dalam kehidupan manusia. Emosi punya pengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik manusia, serta pengaruh terhadap prilaku pribadi dan sosial. Emosi dengan pengertian ini, berpengaruh terhadap segala aspek indivdu baik luar, dan dalam. Emosi dirasakan secara psiko-fisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik.

Menurut psikolog Amerika, emosi mengandung makna yang sangat kental, barangkali psikologi amerika memandang perasaan batin yang subyektif sebagai karakteristik utama yang mendefinisikan emosi. Namun demikian dalam budaya lain emosi memiliki peran yang berbeda. Misalnya banyak budaya yang menganggap emosi sebagai pernyataan-pernyataan tentang hubungan antar orang dan lingkungannya, yang mencakup baik benda-benda maupun hubungan sosial dengan orang lain. Dengan berbagai pernyataan tersebut diatas maka pada makalah ini akan dibahas tentang budaya dan emosi.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksuddengan budaya?

2.      Apa yang dimaksud dengan emosi?

3.      Apa perbedaan budaya dalam medefinisikan dan memahami emosi?

4.      Apa perbedaan makna emosi dalam perilaku lintas budaya?

 

C.    Tujuan

Untuk memenuhi tugas dari matakuliah konseling multikultural serta mengetahui dan memahami apa itu budaya dengan emosi.

BAB II

PEMBAHSAN

A.    Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi, budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk, adat istiadat, perkakas, dan karya. Sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikasi. Unsur-unsur sosio-budaya ini terbesar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dari definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. “Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di “keselarasan individu dengan kepatuhan kolektif”.[1]

 

Pengertian budaya menurut beberapa ahli, antara lain:

1.      Menurut Lehman, Himstreet, dan Batty, Budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.

2.      Menurut Mofstede, Budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini, bisa dikatakan juga bahwa budaya adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir di dunia.

3.      Menurut Murphy dan Hildebrant, Budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian ini juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan non verbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.

4.      Menurut Mitchel, Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain.

Dari beberapa defenisi budaya menurut para ahli diatas, bisa diambil kesimpulan tentang beberapa hal penting yang dicakup dalam arti budaya yaitu; sekumpulan pengalaman hidup, pemrograman kolektif, sistem sharing, dan tipikal karakteristik perilaku setiap individu yang ada dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya tentang bagaiman sistem nilai, norma, simbol-simbol dan kepercayaan atau keyakinan mereka masing-masing.

B.     Pengertian Emosi

Istilah emosi dalam pemakaian kita sehari-hari sangat berbeda dengan pengertian emosi dalam psikologi. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang sebagai reaksi psikologi-fisiologis dan surut dalam waktu singkat. Yang bersifat subyektif, emosi ada yang bersifat positif dan ada yang negatif.[2] Para psikolog mengkaji emosi dengan memberi perhatian yang sesuai dengan urgensinya dalam kehidupan manusia. Emosi punya pengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik manusia, serta pengaruh terhadap perilaku pribadi dan sosial. Emosi dengan pengertian ini, berpengaruh terhadap segala aspek individu baik luarv dan dalam. Emosi dirasakan secara psiko-fisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik.

Emosi diartikan sebagai suatu keadaan yang kompleks dari organisme seperti tergugahan perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan yang sifatnya luas, biasanya ditandai oleh perasaan yang kuat yang mengarah ke sesuatu bentuk tingkah laku atau perilaku tertentu. Erat hubungannya dengan kondisi tubuh, denyut jantung, sirkulasi darah, pernapasan, dapat di ekspresikan seperti tersenyum, tertawa, menangis, dapat merasakan senang, merasa kecewa.

                                                                  

Pengertian emosi menurut beberapa para ahli, antara lain;

1.      Menurut George Miller, Emosi adalah pengalaman seseorang tentang perasaan yang kuat, dan biasanya diiringi dengan perubahan-perubahan fifik dalam peredaran darah dan pernafasan, biasanya juga dibarengi dengan tindakan-tindakan pemaksaan.

2.      Menurut Stanley, Emosi adalah fondasi utama yang melandasi kelahiran dan perkembangan kekuatan mental. Emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Oleh karena itu yang dimaksudkan dengan emosi bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja. Tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat yang lemah maupun yang kuat.[3]

                                   

C.    Perbedaab Budaya Dalam Mendefinisikan dan Memahami Emosi

Berikut adalah perbedaan budaya dalam mendefenisikan dan memahami emosi

1.      Konsep dan defenisi emosi

Banyak studi yang menyatakan bahwa hampir setiap kebudayaan memiliki suatu konsep tentang emosi, tapi tidak semua budaya yang ada di dunia memiliki konsep emosi. Levy (1973-1983) menyatakan bahwa orang Tahiti tidak mempunyai kata untuk emosi. Luz, (1983) juga menyatakan orang ifaluk dari kepulauan mikronesia tidak memiliki kata untuk emosi. Dengan demikian kata dan konsep emosi adalah suatu yang khas untuk budaya-budaya tertentu.

2.      Perbedaan Makna Emosi Bagi Orang dan Dalam Prilaku Lintas Budaya

Menurut psikologi Amerika, emosi mengandung makna personal yang amat kental karena psikologi amerika mengandung perasaan batin (inner feeling), dalam budaya lain emosi memiliki peran yang berbeda, misalnya banyak budaya yang menganggap emosi sebagai pernyataan-pernyataan tentang hubungan antara orang dan lingkungannya, bagi orang ifaluk di mikronesia (Luz, 1982) maupun orang Tahiti (Levy, 1984) emosi merupakan pernyataan mengenai hubungan-hubungan sosial dan lingkungan fisik. Sedangkan konsep jepang menunjukkan pada hubungan ketergantungan antara dua orang.

3.      Perubahan Pada Tubuh Saat Terjadi Emosi

                        Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita yaitu ;

a.       Reaksi elektris pada kulit; mengingat bila terpesona.

b.      Peredaran darah; bertambah cepat bila marah.

c.       Denyut jantung; bertambah cepat bila terkejut.

d.      Pernapasan; bernapas panjang kalau kecewa.

e.       Upil mata; membesar bila sakit atau marah.

f.        Liur; mongering atau takut atau tegang.

4.      Menggolongkan Emosi

                  Membedakan suatu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis kedalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar dilakukan hal-hal berikut ini;

                  Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah, atau sangat takut) menyebabkan aktifitas badan sangat tinggi sehingga seluruh tubuh aktif. Dan dalam keadaan seperti ini sukar menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara misalnya kalau marah ia bergetar ditempat, tetapi lain kali ia memaki-maki atau mungkin lari.

                  Namun yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya, bukan pada keadaan emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan. Pengenalan emosi secara subjektif dan introspektif dilakukan karena selalu saja ada pengaruh dari lingkungan.

 

D.    Perbedaan Makna Emosi Dalam Prilaku Lintas Budaya

            Menurut psikolog Amerika, emosi mengandung makna yang sangat kental, barang kali psikolog Amerika memandang perasaan batin yang subjektif sebagai karakteristik utama yang berbeda. Misalnya banyak budaya yang menganggap emosi sebagai pernyataan-pernyataan tentang hubungan antara orang dan lingkungannya, yang mencakup baik benda-benda maupun hubungan sosial dengan orang lain. [4]

a.       Penelitian Psikologi Lintas Budaya Tentang Emosi

                        Ada beberapa perbedaan penting antara penelitian psikologi lintas budaya tentang emosi dengan penelitian antropologis dan etnografis. Suatu perbedaan pentingnya adalah bahwa psikologbiasanya mendefinisikan terlebih dahulu apa yang tercakup sebagai emosi dan aspek mana dari definisi tersebut yang akan dikaji.

                        Perbedaan kultural dalam konsep dan definisi emosi, menjadi hambatan bagi model penelitian ini. Penelitian psikolog tentang emosi tetap mewakili suatu model penelitian yang penting tentang perbedaan kultural dan emosi. Meski begitu mereka menegaskan bagaimana budaya bisa membentuk emosi dan demikian meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengaruh-pengaruh sosio-kultural. Studi ini juga penting karena mereka menunjukkan bahwa perbedaan kultural emosi tetap ada, bahkan ketika aspek emosi yang di teliti didefenisikan oleh pandangan barat mainstream dalam emosi.

b.      Persepsi Emosi

Budaya juga mempengaruhi pelabelan emosi. Meski biasanya ada kesepakatan antar budaya dalam hal emosi apa yang ditampilkan oleh suatu ekspresi wajah, namun tetap ada variasi dalam tingkat kesepakatan tersebut. Jenis perbedaan kultural dalam pelabelan emosi inilah yang ditemukan dalam penelitian yang lebih baru. Sebenarnya, perbedaan kultural dalam tingkat kesepakatan masing-masing budaya dalam melabeli emosi juga tampak dalam data dari penelitian ulang Ekman dan Izard tentang sifat universal emosi. Hanya saja, ketika itu perbedaan kultural ini tidak diuji karena tujuan penelitian tersebut adalah untuk menemukan kesamaan bukan perbedaan kultural.

c.       Pengalaman Emosi

Dalam beberapa tahun akhir, beberapa program penelitian mulai mempelajari bagaimana orang-orang dari berbagai budaya mengalami emosi secara berbeda-beda. Penelitian-penelitian tersebut melibatkan ribuan responden dari lebih dari 30 budaya dari seluruh dunia yang mengisi kuisioner tentang emosi yang mereka alami di kehidupan sehari-hari mereka. Secara kolektif, temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya memiliki pengaruh yang besar pada bagaimana orang mengalami emosi.

d.      Ekspresi Emosi

Penelitian lintas budaya tentang ekspresi emosi pada umumnya terfokus pada ekspresi wajah. Ekspresi wajah dari emosi, emosi adalah aspek ekspresi emosi yang paling banyak dipelajari, dan penelitian lintas budaya mengenai ekspresi wajah inilah yang menjadi pendorong utama studi emosi di psikolog Amerika. Ekman dan Izard mendapatkan bukti pertama yang sistematis dan konklusif tentang keuniversalan ekspresi marah, jijik, takut, senang, sedih, dan terkejut.

Keuniversalan ini berarti bahwa konfigurasi mimik muka masing-masing emosi tersebut secara biologis bersifat bawaan atau inate. Namun temuan ini tidak cocok dengan apa yang secara intuitif kita rasakan tentang adanya perbedaan kultural dalam ekspresi emosi. Masing-masing kebudayaan memiliki perangkat aturan sendiri yang mengatur cara emosi universal tersebut diekspresikan, emosi tersebut tergantung pada situasi sosial. Ini biasa kita sebut sebagai aturan pengungkapan kultural (cultural display role).[5] 

 

BAB III

PENUTUP 

A.    KESIMPULAN

Emosi memberi warna pada hidup. Pengalaman emosional jugadapat menjadi motivator bagi perilaku. Ekspresi emosi juga penting dalam komunikasi dan memainkan peran dalam interaksi sosial. Penelitian psikologis lintas budaya tentang emosi dikaji denganpendekatan antropologis dan etnografis. Tidak semua budaya di dunia memiliki kata yang merepresentasikan konsep emosi dan konsep emosi yang ditunjukkannya pun tidak setara. Orang dari budaya yang berbeda, juga berbeda dalam mengkategorikan atau melabeli emosi. Budaya memiliki pengaruh yang besar pada bagaimana orang mengalami  emosi. Kebudayaan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk emosi manusia.

B.     SARAN

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan masukan dari pembaca dapat menambah kesempurnaan dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

 

      Berry, J. W.,Poortinga, Y. H., Segall, M.H., Dkk. Psikologi Lintas Budaya:Riset dan aplikasi.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (1991)

Markam, S. S. Dimensi Pengalaman Emosi Kajian Deskriptif Melalui Nama Emosi Berdasarkan Teori Kognitif. Disertasi. Jakarta: Program Pasca Serjana Universitas Indonesia. (1992)                     

            Matsumoto,D. Pengantar Psikolog Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Blajar,2008

Soekarto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.(2007)

           


            [1] Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta,2008

[2] Soekarto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.(2007)

[3] Markam, S. S. Dimensi Pengalaman Emosi Kajian Deskriptif Melalui Nama Emosi Berdasarkan Teori Kognitif. Disertasi. Jakarta: Program Pasca Serjana Universitas Indonesia. (1992)

            [4] Matsumoto,D. Pengantar Psikolog Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Blajar,2008

 

            [5]Berry, J. W.,Poortinga, Y. H., Segall, M.H., Dkk. Psikologi Lintas Budaya:Riset dan aplikasi.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (1991)

                                                                                      

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN