MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG OBJEK BELAJAR / MUTARABBY

TAFSIR AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG OBJEK BELAJAR / MUTARABBY

By: Mariani, dkk.

BAB I

PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Pendidikan sangat penting bagi semua umat manusia untuk menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.Tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat menjalani kehidupan dengan baik.Oleh karena itu dalam pendidikan melibatkan sebuah peserta didik maupun obyek yang sekiranya dapat membantu untuk memperoleh ilmu, sehingga dapat terselenggaranya sebuah pendidikan.Yang bertujuan memperoleh manfaat di dunia maupun diakhirat.Maka dari itu setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu melalui pendidikan dengan bersungguh-sungguh sehingga tercapai tujuan untuk mendapatkan keridhaan Allah dalam mencari ilmu.

Al-Qur’an adalah pedoman dan pegangan yang diyakini umat islam sebagai kalamullah yang benar, dan firman allah ini berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran serta petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia didunia ini dan di akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk al-Qur’an tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia dalam mengarungi kehidupannya didunia ini dan diakhirat kelak.

Ayat suci Al-Qur’an berbicara tentang banyak hal seperti ibadah, aqidah, mu’amalah dan berbicara juga tetang pendidikan atau belajar. Berbicara masalah pendidikan tentunya tidak terlepas dari yang namanya ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran, dan tentunya terdapat objek pendidikan pula. Didalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan masalah-masalah pendidikan tersebut.

Al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap untuk dipakai kapan dan dimana saja dan untuk masalah apa saja. Dan untuk memahami ajaran al-Qur’an tetang berbagai masalah tersebut mau tidak mau seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ulama.

Dan dimakalah ini akan kami bahas tentang ayat-ayat yang terkait dengan objek belajar.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud tentang objek belajar/Mutarabby?

2.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S At-Tahrim 66: 6?

3.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S Asy-Syura’ 26: 214?

4.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S Al-Hijr 15: 94?

5.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S At-Taubah 9:122?

6.      Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S Saba 34: 28?

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui yang dimaksud tentang objek belajar/Mutarabby

2.      Untuk mengetahui Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S At-Tahrim 66: 6

3.      Untuk mengetahui Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S Asy-Syura’ 26: 214

4.      Untuk mengetahui Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S Al-Hijr 15: 94

5.      Untuk mengetahui Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S At-Taubah 9:122

6.      Untuk mengetahui Siapakah objek pendidikan berdasarkan Q.S Saba 34: 28


BAB II

PEMBAHASAN 

A.    Pengertian Objek Belajar/Muttarabby

Objek ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukn pengetahuan. Inti pembahasan atau pokok persoalan dan sasaran material dalam ilmu pengetahuan sering disebut sebagai objek material ilmu pengetahuan. Sedangkan cara pandang atau pendekatan-pendekatan terhadap objek material ilmu pengetahuan biasa disebut sebagai objek formal. Dari berbeda-bedanya objek lmu pengetahuan ini timbullah ragam dan corak ilmu pengetahuan. Objek material adalah bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan. Misalnya, ilmu jiwa dan ilmu manusia kedua macam ilmu pengetahuan itu mempunyai objek material sama (manusia), akan tetapi objek formalnya berbeda. Oleh karena itu, objek material ilmu pengetahuan dapat sama, sedangkan objek formalnya berbeda.

Dengan memahami tentang objek pendidikan ini. Hal ini kurang tepat sebetulnya ada pemahaman yang perlu dirubah. Yang mana pada umumnya dikatakan bahwa manusia adalah objek pendidikan. Hal itu kurang tepat. Sejatinya, manusia juga merupakan subjek pendidikan, selain menjadi objek pendidikan itu sendiri. Sebagai objek pendidikan, manusia khususnya anak-anak menjadi sasaran untuk melaksanakan proses pendidikan. Sedangkan sebagai subjek pendidikan, manusia bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan. Mendidik manusia bermaksud mendidik insaniah manusianya, insaniah manusia terdiri dari empat elemen, yaitu akal, roh atau hati, nafsu, dan fisikal atau jasmani.[1]


B.     Q.S AT-TAHRIM 66:6

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Mengenai firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”, Mujahid (Sufyan As-Sauri mengatakan, “Apabila datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu”) mengatakan : “Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”. Sedangkan Qatadah mengemukakan : “Yakni, hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya.Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah mereka.”

Demikian itu pula yang dikemukakan oleh Adh Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka mengatakan : “Setiap muslim berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya, berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah Ta’ala kepada mereka dan apa yang dilarang-Nya.”Dari uraian diatas, dapat kita ambil poin-poin penting yang dapat kita jadikan pegangan dalam membina diri sendiri dan orang lain yaitu Proses pembinaan dimulai dari diri sendiri.

Hal ini tersurat dengan jelas dalam At Tahrim yaitu “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Disini dikatakan “peliharalah dirimu” terlebih dahulu baru setelah itu dikatakan “keluargamu”.Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Mujahid : ”Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”. Disini Mujahid mengatakan bahwa kita diharuskan bertaqwa kepada Allah terlebih dahulu, baru setelah itu kita berpesan kepada keluarga kita untuk bertaqwa kepada Allah.

Perintah menjaga diri sendiri dengan tetap menjalankan perintah Allah SWT, menjauhi larangan Allah, dan bertaubat dari perkara yang menjadikan murka Allah dan mendatangkan siksa. Kemudian, untuk mendidik diri sendiri dengan cara menjalankan terlebih dahulu perintah Allah dan rasulnya dan jauhkan larangan Allah dan rasulnya, sampai seseorang merasa senang dalam menjalankannya.[2]

 

C.    Q.S ASY-SYUARA’ 26: 214

öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ  

Artinya: dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat

 

Setelah Allah memerintahkan agar menyembah Tuhan yang maha esa pada ayat 213, pada ayat 214 ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyampaikan agama Allah kepada keluarganya yang dekat, menyampaikan kepada mereka janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang yang memungkiri dan mensyarikatkannya. Selain itu juga Allah. menyuruh Rosulullah SAW agar memberi peringatan kepada kerabat kerabatnya yang terdekat dan bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan para kerabat kecuali keimana mereka kepada tuhan-nya 2 [3]Sehubungan dengan turun-nya ayat ini, terdapat Hadits-hadits yang diantaranya sebagai berikut:

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Hurairah na Berkata, " setelah ayat," dan berilah peringatan kepada keluargamu terdekat" diturunkan maka Rosullullah saw. Memanggil kaum Quraisi. Beliau memanggil baik secara umum maupun khusus. Beliau bersabda, Wahai kaum Quraisy, selamatkanlah dirimu dari neraka, wahai bani ka'ab selamatkanlah dirimu dari neraka, wahai bani hasyim selamatkanlah dirimu dari neraka, wahai bani abdul muthalib, selamatkanlah dirimu dari neraka, wahai fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari neraka. sesungguhnya aku, demi Allah, tidak memiliki kekuasaan sedikitpun untuk menolak siksa Allah darimu kecuali tari persaudaraan yang dapat aku teguhkan karena kerusakan-nya.(HR.Muslim dan Tirmidzi)

Iman Ahmad meriwayatkan bahwa Aisyah berkata:Tatkala ayat dan berilah peringatan kepada keluargamu yangterdekat diturunkan, Rosulullah saw bersabda, hai fatimah binti Muhammad, hai syafiyah binti Abdul Muthalib, hai bani Abdul Muthalib, aku tidakmemiliki kekuasaan sedikitpun untuk menolak siksa Allah darimu. Mintalah sebagian hartaku yang kamu kehendaki."[4]

Dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap insan harus memberi peringatan terhadap kerabat-kerabat-nya yang terdekat karena kelak yag akan menyelamatkan mereka pada hari kiamat hanyalah iman mereka kepada Allah SWT dan bukan hubungan kekeluargaan mereka. Sebagaimana Allah menyeru kepada Rosulnya untuk mempertakuti dan memberi peringatan kepada kerabat-kerabat yang terdekat .Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dari aspek iman dan mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga didalam melahirkan anak dan kebiasaan-kebiasaan yang tinggi.

 

D.      Q.S Al-Hijr 15: 94

÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ  

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyiarkan agama Islam dengan terang-terangan, tidak lagi dengan sembunyi-sembunyi, menantang orang-orang musyrik, tidak mempedulikan mereka dan apa yang mereka katakan, dan tidak takut kepada mereka yang menghalanginya dalam menyiarkan agama Allah, karena Allah melindunginya dari gangguan mereka. Sebagian ahli tafsir menafsirkan "Berpalinglah dari orang-orang musyrik" maksudnya adalah janganlah mempedulikan segala macam tindak-tanduk orang-orang musyrik yang telah mendustakan, memperolok-olok, dan menentang kamu. Janganlah tindakan mereka itu menghalangimu menyiarkan agama Allah, karena Allah memelihara kamu dari gangguan mereka.

 

E.     Q.S At-Taubah 9:122

* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  

Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Asbabun Nuzul Surah At Taubah Ayat 122

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata, "Ketika turun ayat "Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih". Ada sekelompok orang yang tidak ikut berperang karena sedang mengajarkan urusan agama kepada kaumnya. Lantas orang-orang munafikun berkata, "Ada sekolompok orang di padang pasir. Sungguh, binasalah penduduk padang pasir" Selanjutnya turunlah ayat, "Dan tidak sepatutnya orang orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang)". Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abullah bin Ubaidullah bin Umair, ia berkata, "Begitu bergeloranya semangat kaum mukminin untuk berjihad maka ketika Rasulullah mengirim ekspedisi, merke pun keluar menuju ekspedisi itu dan meninggalkan Nabi di Madinah bersama beberapa orang maka turunlah ayat tersebut. [5]

 

Kandungan Surah At Taubah Ayat 122

Tatkala kaum mukminin dicela oleh Allah apabila tidak ikut ke medan perang. kemudian Rasulullah saw, mengirimkan syariyahnya, akhirnya mereka semua berangkat ke medan perang tanpa ada seseorang pun yang tinggal, maka turunlah firman Allah dalam Surah At Taubah ayat 122 "Tidak sepatutnya bagi orang orang yang mukmin itu pergi ke medan perang semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap tiap golongan suatu kabilah diantara mereka beberapa orang dan beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap tinggal di tempat untuk memperdalam pengetahuan mereka yakni ringgal di tempat mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya dari medan perang, yaitu dnegan mengajarkan kepada mereka hukum hukum agama yang telah dipelajarinya supaya mereka dapat menjaga dirinya dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan Nya.

Sehubungan dnegaan ayat ini Ibnu Abbas ra. Memberikan penakwilannya bahwa ayat ini penerapannya khusus untu sariyah sariyah, yakni bilamana pasukan dalam bentuk sariyah lantaran Nabi SAW tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya juga melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tiddak ikut berangkat ke medan perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi SAW berangkat ke suatu ghazwah.Tidak patut bagi orang orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena perang itu sebenarnya fardu kifayah, yang apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu ain yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib, apabila rasul sendiri keluar dan mengarahkan kaun Mukminin menuju medan perang. Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya di tempat pemukinan serta memahamkan orang lain kepada agama. Sehingga mereka mengetahui hukum agama secara umum yang wajib diketahui setiap orang mukmin.[6] Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud seperti ini. Mereka mendapat keududkan yang tin ggi disisi Allah SWT dan tidak kalah tingginya dengan para pejuang yang mengorbankn harta dan jiwa dalam meninggikan kaliat Allah, membela agama dan ajaran Islam. Bahkan boleh jadi lebih utama dari para pejuan selain situasi ketika mempertahankan agama menjadi wajib "ain bagi setiap orang.

 

Kaitan Surah At Taubah Ayat 122 dengan Pendidikan

Allah SWT menurunkan sesuatunya pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu yang mungkin tidak semua orang mengetahuinya, seperti ayat satu ini merupakan ayat yang mempunyai makna yang begitu dalam dan maksud tertentu mengenai manfaat ilmu dan bagaimana cara kita mendapatkan pahala dengan berbagai cara, seperti menuntut, mengajarkan, dan mengamalkan ilmu. Segala macam bentuk ilmu pengetahuan yang kita umat muslim miliki merupakan titipan dari Allah SWT, kita harus bias menjaga apa yang telah Allah SWT titipkan kepada kita sebagai umat muslim. Disamping itu setelah Allah SWT memberikan ilmu kepada kita, kita harus bisa memanfaatkannya sebaik mungkin.Ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu adalah untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang Islam yang menuntut Allah SWT menurunkan sesuatunya pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu yang mungkin tidak semua orang mengetahuinya, seperti ayat satu ini merupakan ayat yang mempunyai makna yang begitu dalam dan maksud tertentu mengenai manfaat ilmu dan bagaimana cara kita mendapatkan pahala dengan berbagai cara, seperti menuntut, mengajarkan, dan mengamalkan ilmu.Segala macam bentuk ilmu pengetahuan yang kita umat muslim miliki merupakan titipan dari Allah SWT, kita harus bias menjaga apa yang telah Allah SWT titipkan kepada kita sebagai umat muslim. Disamping itu setelah Allah SWT memberikan ilmu kepada kita, kita harus bisa memanfaatkannya sebaik mungkin.

Ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu adalah untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk keuntungan pribadi saja atau menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan serta kesombongan diri terhadap orang orang yang belum menerima pengetahuan. Orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan menjadi pusat bagi umatnya. la bertanggung jawab untuk menyebarluaskan ilmunya, dan membimbing orang lain untuk memiliki ilmu pengetahuan pula. Disamping itu, ia juga harus mengamalkan ilmunya supaya menjadi contoh teladan bagi orang orang sekitarnya dalam menjalankan ketaatan peraturan dan ajaran-ajaran agama Islam. Jadi, dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu pengetahuan, setiap orang muslim dan mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu: menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Maksud yang tersurat dari ayat ini kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yang ditekankan adalah dalam bidang ilmu agama. Akan tetapi agama adalah suatu sistem hidup yang telah mencakup seluruh aspek dan mencerdaskan kehidupan mereka, sehingga tidak bertentangan dengan norma-norma segi kehidupan manusia.

Setiap ilmu pengetahuan yang berguna, bermanfaat dan dapat mencerdaskan kehidupan mereka serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama, wajib dipelajari dan didalami. Umat Islam diperintahkan untuk memakmurkan bumi ini dengan menciptakan kehidupan yang baik. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mencapai tujuan yang dicita citakan. Setiap sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban adalah wajib pula hukumnya untuk dilaksanakan.

 

F.     Q.S SABA’ 34:28

!$tBur y7»oYù=yör& žwÎ) Zp©ù!$Ÿ2 Ĩ$¨Y=Ïj9 #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw šcqßJn=ôètƒ ÇËÑÈ  

Artinya:dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

Menurut Hamka dalam menafsirkan ayat ini adalah segala manusia yang mendiami permukaan bumi ini adalah tujuan misi pendidikan Nabi Muhammad dengan tidak memandang bangsa, tidak memandang batas daerah dan tidak memandang warna kulit, “ menghibur dan mengancam”, menghibur, memberikan kabar gembira tentang kebahagiaan jiwa di dunia ini keluar dari gelap gulita kebodohan menuju terang benderang iman yang nyata, mengancam, berarti memberi peringatan barang siapa yang tdak mematuhi ajaran-Nya maka hidupnya akan gelap dan tidak terarah.

Nilai-nilai pendidikan Q.s Saba’ ayat 28 yaitu:

1.      Pendidikan Tauhid

2.      Pendidikan yang Bernuansan Duniawi dan Ukhrowi

3.      Peningkatan kualitas

4.      Pendidikan Akhlak dan Suri Tauladan (Uswah Hasanah)

Q.s Saba’ ini menjelaskan kenabian Nabi Muhammad, dengan menyatakan bahwa Allah yang Maha Esa telah mengutus Nabi Muhammad dengan membawa bukti kebenaran yaitu Risalah Nabi Muhammad tidak terfokus pada orang-orang Arab Badui saja tetapi meliputi seluruh manusia, dan tidak memandang bangsa, batas daerah dan warna kulit.[7]

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Objek material adalah bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan. Misalnya, ilmu jiwa dan ilmu manusia kedua macam ilmu pengetahuan itu mempunyai objek material sama (manusia), akan tetapi objek formalnya berbeda. Oleh karena itu, objek material ilmu pengetahuan dapat sama, sedangkan objek formalnya berbeda.

Dalam Q. S At Tahrim ayat 6 yaitu “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Disini dikatakan “peliharalah dirimu” terlebih dahulu baru setelah itu dikatakan “keluargamu”.Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Mujahid : ”Bertaqwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertaqwa kepada Allah”. Disini Mujahid mengatakan bahwa kita diharuskan bertaqwa kepada Allah terlebih dahulu, baru setelah itu kita berpesan kepada keluarga kita untuk bertaqwa kepada Allah.

Setiap insan harus memberi peringatan terhadap kerabat-kerabat-nya yang terdekat karena kelak yag akan menyelamatkan mereka pada hari kiamat hanyalah iman mereka kepada Allah SWT dan bukan hubungan kekeluargaan mereka. Sebagaimana Allah menyeru kepada Rosulnya untuk mempertakuti dan memberi peringatan kepada kerabat-kerabat yang terdekat .Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dari aspek iman dan mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga didalam melahirkan anak dan kebiasaan-kebiasaan yang tinggi.

B.     Saran

Demikianlah penyusunan makalah ini kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk proses penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Al Mahalli, Tafsir Jalalain Berikut Ashabun Nuzul Ayat 122,( Bandung: Sinar Baru Aglesindo,2000), hlm. 84.

Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghe Juz 10-11 12,( Semarang: CV Toha Putra, 1992), hlm. 15.

Aisyah Anggraeni, “Menegaskan Manusia Sebagai Objek dan Subjek Ilmu Pendidikan”, Jurnal PPKN & Hukum, Volume. 15, No. 1, hlm. 60-74.

Farah Al Kiftiyah, “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Objek dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”, https://farahalkiftiyah.wordpress.com, diakses 23 maret 2022 pukul 13.48 WIB.

Muhammad Nasib Ar-rifa'i, Ringkasan Tafsir Ihnu Karsir Jilid 3, Gema Insani

Yahya Aziz, “Misi Pendidikan Nabi Muhammad,” Jurnal Sosial Humaniora, Vol. 2, No.1, hlm. 78-88.



[1]Aisyah Anggraeni, “Menegaskan Manusia Sebagai Objek dan Subjek Ilmu Pendidikan”, Jurnal PPKN & Hukum, Volume. 15, No. 1, hlm. 60-74.

[2]Farah Al Kiftiyah, “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Objek dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”, https://farahalkiftiyah.wordpress.com, diakses 23 maret 2022 pukul 13.48 WIB.

[3]Muhammad Nasib Ar-rifa'i, Ringkasan Tafsir Ihnu Karsir Jilid 3, Gema Insani

[4]Muhammad Nasir Artifa's, ibid, hlm. 612.

 

[5]Al Mahalli, Tafsir Jalalain Berikut Ashabun Nuzul Ayat 122,( Bandung: Sinar Baru Aglesindo,2000), hlm. 84.

[6]Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghe Juz 10-11 12,( Semarang: CV Toha Putra, 1992), hlm. 15.

 

[7]Yahya Aziz, “Misi Pendidikan Nabi Muhammad,” Jurnal Sosial Humaniora, Vol. 2, No.1, hlm. 78-88.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN