MAKALAH LAN DASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DAN MADRASAH
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MAKALAH LAN DASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DAN MADRASAH
BY: DEVI, DKK.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan
mempunyai kedudukan yang
cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan,
menentukan proses kegitan pendidikan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum dalam pendidikan dan di dalam perkembangan kehidupan manusia,
penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil
penelitian yang mendalam. Kalau landasan pembangunan sebuah gedung tidak kokoh
yang akan ambruk adalah gedung tersebut, tetapi kalau landasan pendidikan, khususnya
kurikulum pendidikan yang
lemah, yang akan
ambruk adalah manusianya.
Kurikulum di bentuk di dasarkan atas hasil penelitian, maksudnya adalah
bahwasanya kurikulum di bentuk harus berdasarkan realita fakta yang terjadi di
lapangan atau harus berdasarkan kebutuhan, karena mustahil menyusun kurikulum
kalau tidak di dasarkan pada tujuan yang diharapkan. Dengan lain perkataan, kurikulum
dapat disusun setelah dilakukan kajian-kajian, penelaahan dari berbagai
literatur, dan telah memiliki perangkat-perangkat kurikulum yang akan akan
dipergunakan, seperti landasan penyusunan kurikulum.
Kurikulum dapat diibaratkan sebagai sebuah kendaraan umum
yang membawa penumpangnya ketempat
tujuan. Otomatis kendaraan
tersebut harus dipersiapkan terlebih
dahulu alat-alat ataupun kelengkapan bahan bakar, dan juga
harus memenuhi standar kepantasan untuk membawa penumpangnya.Karena jika
kendaraan tersebut rusak, ataupun di luar standar kepantasan, maka tujuan
membawa penumpang akan gagal. Begitu pula sebuah kurikulum pendidikan sifatnya
dinamis, artinya bisa berubahdengan berbagai faktornya. Perkembangan zaman yang
berasal dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu faktor
yang merubah konsep kurikulum. Keadaan sosial dan ekonomi masyarakat, kemajuan
sarana dan prasarana
pendidikan, juga dapat
merubah konsep kurikulum. Dinamika kurikulum yang selalu
bergerak maju adalah suatu yang niscaya, dan perubahan-perubahantersebut adalah
bagian langsung dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
1.2
Rumusan Masalah
a. Hakikat dan Pengertian
Landasan Filosofis di Sekolah dan Madrasah
b. Kajian Konstitusional dan
Operasional Landasan Filosofis di Sekolah dan Madrasah
c. Hakikat dan Pengertian
Landasan Psikologis di Sekolah dan Madrasah
d. Kajian Konstitusional dan
Operasional Landasan psikologis di Sekolah dan Madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat dan Pengertian
Landasan Filosofis
Dalam Kamus Besar Bahasa filosofis
berarti berdasarkan filsafat. Jhon S. Brubacher mengungkapkan filsafat berasal
dari bahasa Yunani, yaitu Philo dan sopia yang beararti cinta
kebijaksanaan atau belajar. Labih dari itu, dapat diartikan cinta belajar, pada
umunya hanya ada dalam filsafat. Untuk alasan tersebut, maka sering dikatakan
bahwa filsafat merupakan induk atau ratu ilmu pengetahuan.[1]
Filsafat membahas segala permasalahan
menusia, termasuk pendidikan, yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat
memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan
praktik-praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofid.
Keduanya saling berkaitan erat. Hal inilah yang menyebabkan landasan filosofis
menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum. Filsafat yang dianut
sekolah, pengelola dan pendidik di sekolah, akan mempengaruhi orientasi,
tujuan, konten kurikulum, materi ajar, metode dan kegiatan belajar serta
strategi penyampaian materi di sekolah itu. Berdasarkan hal itu, filsafat tidak
hanya penting bagi rancangan awal kurikulum , tetapi juga krusial waktu
menetapkan proses pembelajaran.[2]
2.
Kajian konstitusional dan operasional landasan
filosofis di Sekolah dan Madrasah
Konstitusional dari akar kata konstitusi
atau Undang-Undang Dasar, dengan demikian merujuk pada semua langkah politik
yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di suatu negara. Undang-Undang
Dasar adalah hukum tertinggi dalam suatu negara maka suatu tindakan
konstitusional adalah semua langkah yang sesuai hukum.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak
terlepas yang namanya ide. Karena ide kurikulum merupakan komponen terpenting
untuk dapat megembangkan kurikulum.
Dalam lampiran keputusan tercantum
ungkapan secara implisit dapat dimaknai sebagai posisi filosofis kurikulum.
Ungkap dikutip sebagai berikut.
Pernyataan secara tersirat dapat dipahami
adanya dua hal sebagai ciri pandangan filosofis yakni pendidikan sebagai ranfer
budaya dan pendidikan mempersiapkan manusia untuk hidup. Dengan demikian posisi
filosofis tidaklah secara ekstrem atau mutlak menganut satu pandangan
filosofis, tetapi lebih mengadaptasi
beberapa pandangan yang dipertimbangkan sebagai yang terbaik untuk membentuk
manusia Indonesia.[3]
Landasan Filosofis adalah landasan yang
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta
didik yang akan dicapai kurikulum, sumber da nisi kurikulum. Proses
pembelajaran, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Berikut kurikulum yang dikembangkan
menggunakan filosofis sebagai berikut:
a.
Pendidikan berakar pada
budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.
Pandangan ini menjadikan kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa
Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun khidupan masa kini dan unutk
membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Peserta
didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi anak bangsa diberbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah
sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik.
Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional
dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang
ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis
serta kematangan fisik peserta didik.[4]
3.
Hakikat dan Pengertian Landasan Psikologis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia sedangkan kurikulum adalah serangkaian program pendidikan
sebagai pedoman dalam mencapai tujuan. Psikologi juga menjadi landasan
terbentuknya kurikulum, sebagai bagian pengembangan kurikulum pengembang
semestinya melihat kondisi peserta didik saat menyusun dan merealisasikan
kurikulum sehingga tujuan pendidikan akan berhasil secara optimal.
Landasan psikologis adalah landasan
kurikulum yang didasarkan atas pertimbangan terhadap jiwa peserta didik.
Kurikulum ditunjukkan untuk kepentingan peserta didik yaitu menyesuaikan
kurikulum dengan tingkat perkembangan jiwa peserta didik. Selain itu landasan
psikologis dalam pengembangan kurikulum meliputi faktor-faktor psikologis yang
harus dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.[5]
Dalam hubungannya dengan materi
pembelajaran, pemilihan dan penentuan materi pelajaran harus disesuaikan dengan
tahap perkemabangan peserta didik sehingga akan fungsional dalam upaya membantu
perkembangan dirinya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Oleh karena itu, landasan psikologi
dalam pengembangan kurikulum adalah psikologi belajar dan psikologi
perkembangan.
4.
Kajian konstitusional dan operasional landasan
psikologis di Sekolah dan Madrasah
Model
konseptual dan informasi yang akan membangun perencanaan pendidikan. Kedua, berisikan berbagai metodologi yang
dapat diaplikasikan dalam penelitian pendidikan. Beberapa hal terkait
pengembangan model pembelajaran, metode pembelajaran dan mata pelajaran yang
ditempuh seringkali muncul karena kurangnya informasi – informasi yang
berkaitan dengan sisi psikologis peserta didik. Maka, peran psikologis sebagai
sebuah disiplin ilmu yakni memberikan informasi – informasi tambahan kepada
guru dan pihak – pihak terkait dalam
pengembangan kurikulum berdasarkan teori – teori yang terdapat di dalamnya, dan
berorientasi pada sisi kepribadian peserta didik. Dalam perspektif psikologis,
peserta didik memiliki karakter – karakter yang unik. Karakter ini berbeda dari
satu dengan yang lainnya.[6]
Perbedaan tersebut terdapat pada minat,
bakat dan masa perkembangan yang dialami oleh seorang peserta didik. Pemahaman
tentang peserta didik harus menjadi fokus utama bagi seorang pengembang
kurikulum. Apabila pengembang tidak memahaminya dengan baik, maka akan
menimbulkan berbagai macam masalah kependidikan, dan tentunya tujuan pendidikan
yang ingin dicapai akan terhambat. Di dalam mengambil keputusan tentang
pengembangan kurikulum, pengetahuan tentang psikologi peserta didik sangat
dibutuhkan. Hal ini terkait dengan perkembangan psikologis dan model belajar peserta
didik. Berikut hal – hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum :
1. Seleksi dan
organisasi bahan – bahan pelajaran,
2. Menentukan
kegiatan belajar mengajar yang paling serasi dan efisien,
3. Merencanakan
kondisi belajar yang optimal sehingga tujuan pembelajaran akan cepat tercapai.
Dalam landasan psikologis, adapun dua
cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama
berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana
siswa harus mempelajarinya, berarti berkenaan dengan strategi pelaksanaan
kurikulum.[7]
Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat
kedalaman dan keluasan materi, tingkat
kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi senantiasa disesuaikan
dengan tarap perkembangan peserta didik.
Dengan pertimbangan ini, harapannya guru
mampu menerapkan kurikulum sesuai dengan tingkat perkembangan, sehingga
perkembangan potensi anak beriringan dengan perkembangan psikologi anak.
Oleh karena itu, melalui penerapan
landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar supaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik
penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian
dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya.
Menurut S. Nasution, landasan psikologi
ini dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan, terutama dalam: 1) seleksi
dan organisasi bahan pelajaran, 2) menentukan kegiatan belajar yang paling
serasi, dan 3) merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar
tercapai.[8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
filsafat
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philo dan sopia yang beararti
cinta kebijaksanaan atau belajar. Labih dari itu, dapat diartikan cinta
belajar, pada umunya hanya ada dalam filsafat. Untuk alasan tersebut, maka
sering dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Dalam
pengembangan kurikulum, tidak terlepas yang namanya ide. Karena ide kurikulum
merupakan komponen terpenting untuk dapat megembangkan kurikulum. Dalam
lampiran keputusan tercantum ungkapan secara implisit dapat dimaknai sebagai
posisi filosofis kurikulum.
Sedangkan Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sedangkan kurikulum adalah
serangkaian program pendidikan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan. Psikologi
juga menjadi landasan terbentuknya kurikulum, sebagai bagian pengembangan
kurikulum pengembang semestinya melihat kondisi peserta
didik saat menyusun dan merealisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan
akan berhasil secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.
2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Ar Ruzz Media
M. Anwar, 2017,
Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017)
Lismina, Pengembangan
Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia
Mohammad
Ansyar, 2017, Kurikulum: Hakikat, Pondasi, Desain dan Pengembangan¸
Jakarta: Kencana
Prihantini, “Kajian
Ide Kurikulum 2013 Paud dan Implikasinya dalam Pengembangan Ktsp”,
Cakrawala Dini: JUrnal Pendidikan Anak Usia Dini 8.2 (2014).
Trianto Ibnu
Badar at-Taubany dan Hadi Suseno, 2017 Desain
Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah, Depok: Kencana
Wina Sanjaya,
2012, Pengembangan Inovasi Kurikulum, Yogyakarta:
Baituna Publishing
Yasmadi, 2005, Modrenisasi Pesantren, Jakarta: Quantum
Teaching
[1] M. Anwar, Filsafat
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 3.
[2] Mohammad
Ansyar, Kurikulum: Hakikat, Pondasi, Desain dan Pengembangan¸ (Jakarta:
Kencana, 2017), hlm. 62.
[3] Prihantini, “Kajian
Ide Kurikulum 2013 Paud dan Implikasinya dalam Pengembangan Ktsp”,
Cakrawala Dini: JUrnal Pendidikan Anak Usia Dini 8.2 (2014), hlm. 4-6.
[4] Trianto Ibnu
Badar at-Taubany dan Hadi Suseno, Desain
Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah, (Depok: Kencana, 2017), hlm. 149.
[5]Wina Sanjaya, Pengembangan Inovasi Kurikulum, (Yogyakarta:
Baituna Publishing, 2012), hlm 66
[6]Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.
(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2010). hlm.43
[7]Yasmadi, Modrenisasi Pesantren, (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), 210
[8] Lismina, Pengembangan
Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia), hlm. 20.
Komentar
Posting Komentar