MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH AYAT- AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA

 AYAT- AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA

By: Reni,dkk.


A.  PENDAHULUAN

Agama adalahciptaan Allah SWT yang konstan. Esensinya adalah tauhid uluhiyah dan mengesakan-Nya dalam beribadah, mensyukuri nikmtat- nikmat dengan melakukan amal shaleh, serta beriman kepada kebangkitan, hisab, balasan atas amal setelah kehidupan didunia ini. Karena Allah adalah Esa dan karena diawali dari risalah-risalah agama sejak Nabi Adam a.s hingga penutupnya Nabi Muhammad SAW.

Agama ilahi yang satu ini adalah “ Islam”. Artinya, taat kepada Allah SWT dan menyerahkan diri serta menundukkan wajah kepadanya yang dijadikan perangkat beragama oleh manusia, tauhid uluhiyah serta memurnikan ibadah hanya kepada Allah SWT semata dan melakukan amal shaleh. Dalam kerangka agama ilahi yang satu ini dan melalui risalah-risalah para rasul, serta perbedaan umat-umat yang menerima pada zaman, tempat, kemaslahatan, tradisi, budaya, serta tingkatan kemajuannya, maka terjadilah banyak syariat, yang merupakan jalan-jalan, petunjuk, serta metode yang ditempuh oleh seluruh pemilik risalah dan pemeluk setiap agama untuk beragama dengan akidah-akidah yang konstan, agama ilahi yang tunggal. Hakikat agama ini diperkuat oleh al-Quran, kitab suci yang menyempurnakan agama yang datang dengan syariat penutup dan universal, serta elemen yang menyempurnakan bangunan yang berdiri di atas akidah yang sama, yang dikenal oleh seluruh risalah langit yang dikirim kepada umat manusia.[1]

Tauhid uluhiyah adalah kesamaan risalah bagi kesatuan agama seluruh umat penerima risalah langit. Menyerahkan diri kepada Allah SWT adalah common flat from bagi penegasan Allah SWT dalam ibadah dan penghambaan seluruh risalah, dan menunjukkan adanya pluralitas dalam cara ibadah yang dipakai masing-masing umat untuk mendekatkan diri kepada zat yang mereka sembah. Bahkan pluralitas ini melewati pluralitas syariah, manhaj, manasik (cara ibadah), sesuai dengan pluralitas umat dan kelompok sehingga individu- individu dari umat yang satu pun mempunyai perbedaan tersendiri dalam syakilah (cara dan mazhab yang iatempuh).[2]

B.  PEMBAHASAN

1.    Ayat Al-Quran Tentang Hubungan Umat Beragama

Ayat-ayattentanghubunganumatberagamadapatdilihatdalam (1) surat al-Baqarah ayat 62, 120 dan 213, (2) surat Ali Imran ayat 61 dan 118, (3) surat Al-Mumtahanahayat 7-9, dan (4) surat Al-Kafirun  Ayat 1-6 sebagaiberikut:

a.    Surat Al-Baqarah Ayat 62, 120 dan 213

إِنَّٱلَّذِينَءَامَنُواْوَٱلَّذِينَهَادُواْوَٱلنَّصَٰرَىٰوَٱلصَّٰبِِٔينَمَنۡءَامَنَبِٱللَّهِوَٱلۡيَوۡمِٱلۡأٓخِرِوَعَمِلَصَٰلِحٗافَلَهُمۡأَجۡرُهُمۡعِندَرَبِّهِمۡوَلَاخَوۡفٌعَلَيۡهِمۡوَلَاهُمۡيَحۡزَنُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada ke khawatiran kepada mereka, dan            tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. Al-Baqarah: 62)

 

وَلَنتَرۡضَىٰعَنكَٱلۡيَهُودُوَلَاٱلنَّصَٰرَىٰحَتَّىٰتَتَّبِعَمِلَّتَهُمۡۗقُلۡإِنَّهُدَىٱللَّهِهُوَٱلۡهُدَىٰۗوَلَئِنِٱتَّبَعۡتَأَهۡوَآءَهُمبَعۡدَٱلَّذِيجَآءَكَمِنَٱلۡعِلۡمِمَالَكَمِنَٱللَّهِمِنوَلِيّٖ وَلَانَصِيرٍ

Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar) dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (Q.S. Al-Baqarah: 120)

 

كَانَٱلنَّاسُأُمَّةٗوَٰحِدَةٗ فَبَعَثَٱللَّهُٱلنَّبِيِّ نَمُبَشِّرِينَوَمُنذِرِينَوَأَنزَلَمَعَهُمُٱلۡكِتَٰبَبِٱلۡحَقِّلِيَحۡكُمَبَيۡنَٱلنَّاسِفِيمَاٱخۡتَلَفُواْفِيهِۚوَمَاٱخۡتَلَفَفِيهِإِلَّاٱلَّذِينَأُوتُوهُمِنۢبَعۡدِمَاجَآءَتۡهُمُٱلۡبَيِّنَٰتُبَغۡيَۢابَيۡنَهُمۡۖفَهَدَىٱللَّهُٱلَّذِينَءَامَنُواْلِمَاٱخۡتَلَفُواْفِيهِمِنَٱلۡحَقِّبِإِذۡنِهِۦۗوَٱللَّهُيَهۡدِيمَنيَشَآءُإِلَىٰصِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٍ

Artinya: Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan  di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah  berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu   setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang    hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalumemberipetunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang   lurus.(Q.S.Al Baqarah: 213)

b.    Surat Ali Imran ayat 61 dan 118

 

فَمَنۡحَآجَّكَفِيهِمِنۢبَعۡدِمَاجَآءَكَمِنَٱلۡعِلۡمِفَقُلۡتَعَالَوۡاْنَدۡعُأَبۡنَآءَنَاوَأَبۡنَآءَكُمۡوَنِسَآءَنَاوَنِسَآءَكُمۡوَأَنفُسَنَاوَأَنفُسَكُمۡثُمَّنَبۡتَهِلۡفَنَجۡعَللَّعۡنَتَٱللَّهِعَلَىٱلۡكَٰذِبِينَ

Artinya: Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anakkamu, isteri-isteri kami dan isteri-isterikamu, diri kami dan dirikamu kemudian marilah kita bermubah allah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (Q.S. Ali Imran: 61)

 

 

يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَءَامَنُواْلَاتَتَّخِذُواْبِطَانَةٗ مِّندُونِكُمۡلَايَأۡلُونَكُمۡخَبَالٗاوَدُّواْمَاعَنِتُّمۡقَدۡبَدَتِٱلۡبَغۡضَآءُمِنۡأَفۡوَٰهِهِمۡوَمَاتُخۡفِيصُدُورُهُمۡأَكۡبَرُۚقَدۡبَيَّنَّالَكُمُٱلۡأٓيَٰتِۖإِنكُنتُمۡتَعۡقِلُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Q.S. Ali Imran: 118)[3]

c.    Surat Al-Mumtahanahayat 7-9

 

عَسَىٱللَّهُأَنيَجۡعَلَبَيۡنَكُمۡوَبَيۡنَٱلَّذِينَعَادَيۡتُممِّنۡهُممَّوَدَّةٗۚوَٱللَّهُقَدِيرٞۚوَٱللَّهُغَفُورٞ رَّحِيمٞ

Artinya : Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.

 

لَّايَنۡهَىٰكُمُٱللَّهُعَنِٱلَّذِينَلَمۡيُقَٰتِلُوكُمۡفِيٱلدِّينِوَلَمۡيُخۡرِجُوكُممِّندِيَٰرِكُمۡأَنتَبَرُّوهُمۡوَتُقۡسِطُوٓاْإِلَيۡهِمۡۚإِنَّٱللَّهَيُحِبُّٱلۡمُقۡسِطِينَ.

Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

 

 

إِنَّمَايَنۡهَىٰكُمُٱللَّهُعَنِٱلَّذِينَقَٰتَلُوكُمۡفِيٱلدِّينِوَأَخۡرَجُوكُممِّندِيَٰرِكُمۡوَظَٰهَرُواْعَلَىٰٓإِخۡرَاجِكُمۡأَنتَوَلَّوۡهُمۡۚوَمَنيَتَوَلَّهُمۡفَأُوْلَٰٓئِكَهُمُٱلظَّٰلِمُونَ.

Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang- orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.[4]

d.    Surat Al-Kafirun  Ayat 1-6

 

قُلۡيَٰٓأَيُّهَاٱلۡكَٰفِرُونَ ١  لَآأَعۡبُدُمَاتَعۡبُدُونَ ٢  وَلَآأَنتُمۡعَٰبِدُونَمَآأَعۡبُدُ ٣  وَلَآأَنَا۠ عَابِدٞ مَّاعَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآأَنتُمۡعَٰبِدُونَمَآأَعۡبُدُ ٥  لَكُمۡدِينُكُمۡوَلِيَدِينِ ٦

Artinya : 1) Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. 2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3) Dan kamu bukan penyembah Tuhanyang aku sembah. 4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. 5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".[5]

2.    Sikap Antar Umat Beragama

Sikap yang baik antara sesama umat beragama adalah menjalin hubungan yang harmonis, karena agama selalu membawa kedaimaian untuk kebaikan dan keberlangsungan manusia di muka bumi, olehnya itu sikap yang harus kita lakukan dalam kehidupan beragama adalah sebagai berikut:

a.    Menjalin hubungan antara sesama yang berbeda agama, karena pada dasarnya semua manusia berasal dari satu nenek moyang yaitu Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa a.s. Salah satu hadis yang mengungkapkan tentang persaudaraan adalah:

المسلماخوالسلملايظلمهولايحذلهولايخذبهولايحقره

Artinya : “Orang muslim menjadi saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menganiaya sesamanya, membiarkannya, berdusta, dan tidak boleh menghinakannya”. HR. Muslim

b.      Sikap selanjutnya yaitu mendasarkan segala perilaku kita pada ketaqwaan kepada Allah swt.

c.       Berikutnya yaitu saling hormat menghormati dan tidak boleh saling merendahkan antara satu dengan yang lain.

d.      Tidak boleh curiga mencurigai, harus selalu ditumbuh kembangkan sikap husnuddhan.

e.       Selalu menjaga nama baik saudaranya, tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain.

f.        Menjadikan perbedaan warna kulit dan keturunan serta ras dan bangsa untuk saling ta’aruf, mengadakan hubungan timbal balik secara baik.

g.      Gotong royong atau tolong menolong dalam masalah kebaikan dan banyak lagi yang lainnya. Semua sifat dan sikap serta usaha untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian telah dicontohkan oleh Nabi saw. selama masa hidup beliau yang pada saat ini sudah terkonsep dalam “Akhlaqul Karimh”, dan yang harus dijauhi oleh setiap muslim dalam setiap pergaulannya terkumpul dalam konsep “Akhlaqul Madzmumah”.[6]

  

C.      PENUTUP

1.    Kesimpulan

     Semua agama mengajarkan kasih sayang cinta, kedaiman    persaudaraan dan sejumlah nilai-nilai kemanusiaan secara normative dan             ideal. Semoga Allah menjadikan diantara manusia dengan musuh-     musuhnya rasa kasih sayang setelah kebencian, rasa cinta setelah    permusuhan dan percecokan.

Pertama, kita sebagai umat islam harus senantiasa menghormati dan saling menolong terhadap non- muslim, asal jangan tolong menolong dalam hal akidah. Kedua, bahwa islam ditegakkan untuk rahmat seluruh alam sebagaimanau capam Nabi Muhammad saw “saya tidak diutus sebagai pengutuk, tetapi saya diutus mengajak dan membawa rahmat” Ketiga, keinginan Nabi Muhammad saw. agar orag-orang Nasrani menerima ajakan  islam, maka Allah swt, memerintahkan beliau untuk mengajak mereka dan semua pihak dari Ahl al- Kitab termasuk orang- orang yahudi agar menerimasatutawaran yang sangatadil, tetapi Ahli- kitab senantiasa selalu ingin menyesatkan kaum muslimin dengan tipu dayanya. Seperti dalam surah Ali- Imran ayat 64 yang menyatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah orang kafir Keempat, perintah untuk berpegang kepada tali Allah yang berfungsi menghalangi seseorang terjatuh.      

     

2.    Saran-saran

                        Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi                         pembaca. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna,untuk itu kami sangat mengharapkan saran yang berisi kritik maupun sanggahan serta tambahan terhadap makalah ini agar menjadi lebih baik.

            Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena penulis adalah hamba Allah yang tak liput dari kesalahan khilaf dan lupa.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Al- Imam al- Qurthubi, Jami` al- Ahkam al- Fiqliyahlil Imam al- Qurthubi min Tafsirihi, (Beirut: Dar al- Kutub al- Ilmiyah, juz 2

Hamka, Tafsir Al- Azhar, Juz V

https://www.coretanzone.id/2018/10/ ayat- al- quran- tentang- hubungan- umat- beragama. Html?m=1 

Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas,  Jakarta, GemaInsani Press, 1999

Sayyid Quthb, Fi Zhilal al- Quran, (Beirut: Dar al- Syuruq, 1994



[1] Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas, Jakarta, GemaInsani Press, 1999, hlm, 73-74

[2]Ibid.hlm 82-83

[3]Hamka, Tafsir Al- Azhar, JuzVI,,hlm 257

[4]Sayyid Quthb, Fi Zhilal al- Quran, (Beirut: Dar al- Syuruq, 1994), hlm 3544

[5]Al- Imam al- Qurthubi, Jami` al- Ahkam al- Fiqliyahlil Imam al- Qurthubi min Tafsirihi, (Beirut: Dar al- Kutub al- Ilmiyah, juz 2), h. 235- 236

 

[6]https://www.coretanzone.id/2018/10/ayat- al- quran- tentang- hubungan- umat- beragama. Html?m=1 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN