MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH PEMBUATAN MEDIA KONSELING

 MAKALAH PEMBUATAN MEDIA KONSELING

By: Ramadhan, dkk.

BAB I PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.  Media pembelajaran juga merupakan bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi pendidikan antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.

Media pembelajaran sangat diperlukan untuk proses pembelajaran selain dalam pembelajaran dalam kediatan bimbingan dan konseling di sekolah juga di perlukan karenanya media dapat membantu kegiatan antara guru dan siswa agar lebih mudah memahami. Beragam media seperti media audio, visual, dan audio audio-visual.

Mayer (2012:87) menjelaskan pula bahwa media pembelajaran berbasis gambar bergerak (animasi/video) dapat mendorong pemahaman peserta didik bila digunakan dengan cara yang konsisten dengan teori pembelajaran multimedia.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa manusia adalah spesies visual, manusia lebih mudah mencerna informasi yang berbasis gambar. Penggunaan media pembelajara elektronik dalam dunia pendidikan merupakan langkah inovatif yang signifikan dalam dunia pendidikan ( Manoj Roy, 2013 : 211). Video pembelajaran bertujuan agar membantu mengkomunikasikan pesan- pesan yang disampaikan dapat lebih memberika pemahaman kepada penerima pesan. Video today is often used for demonstration and evaluation, but we believe that a more productive approach is to use video to support teachers’ ability to notice and interpret classroom interactions (Sherin, 2017: 50).

Teori diatas menjelaskan bahwa video pembelajaran juga digunakan untuk membantu guru untuk berinteraksi didalam kelas.Namun walaupun video merupakan gambar bergerak yang dapat menampilkan situasi, keadaan ataupun bentuk sebenarnya, video hanya dapat menampilkan gambar secara 2

dimensi saja. Pengguna tidak dapat merasakan kondisi yang sebanarnya. Hal ini menjadi titik lemah dari sebuah video pembelajaran, sehingga video pembelajaran masih belum dapat menyampaikan pesan atau materi secara maksimal. Saat ini banyak orang yang sudah menggunakan perangkat teknologi informasi seperti telepon genggam (gadget) (Nupus , Hermaliani , & Syamsiah, 2015). Penggunaan ini selalu akan meningkat yang didorong dengan tingkat daya beli masyarakat yang juga ikut meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan berkembangnya dan perubahan yang terjadi pada teknologi informasi, khususnya teknologi pendidikan untuk teknologi pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas dapat diambil dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.      Apa saja jenis alat dan perangkat media video?

2.      Bagaimana praktek pembuatan media video ?

 

C.    Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui Apa saja jenis alat dan perangkat media video.

2.      Untuk mengetahui Bagaimana praktek pembuatan media video.

 

 

BAB II PEMBAHASAN

 

A.  Jenis Alat dan Perangkat Media Video

            Perangkat media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan layanan konseling. Kehadiran aplikasi multimedia berbasis hypermedia dirancang sedemikian rupa dalam upaya ada interaktif dalam proses layanan konseling. Dalam tahap ini, perangkat lunak lectora akan diusulkan menjadi software builder dalam pembuatan aplikasi. Aplikasi lectora sangat mendukung dalam perancangan aplikasi ini. Ada yang perlu ditegaskan bahwa kegiatan bimbingan konseling dapat dianggap sebagai sistem disebabkan terdapat komponen – komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Komponen – komponen tersebut adalah masalah, tujuan, teknik media dan evaluasi. Dalam hal ini masalah yang ada adalah layanan konseling yang belum interaktif juga sekaligus menjawab tujuan.

            Media dalam kasus ini dibedakan menjadi 5 yaitu kelompok media grafis, bahan cetak, dan gambar diam. Kedua, kelompok media proyeksi diam. Ketiga, kelompok media audio. Keempat, kelompok film, dan kelima adalah kelompok multimedia. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah seperti pada gambar dibawah ini. Pertama, analisis dan identifikasi kebutuhan, hadirnya kebutuhan disebabkan adanya kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dapat diterapkan.

            Dalam layanan konseling ini adanya gap antara konseli tentang perkembangan pribadi yang ingin dicapai dengan apa yang sudah dicapai saat ini. Kedua, perumusan tujuan, dapat mengetahui target apa yang harus dicapai sehingga memiliki dua ketentuan yaitu client oriented dimana harus fokus terhadap perilaku konseli atau siswa bukan pada perilaku konselor atau guru BK dan Operasional perlu dibuat lebih spesifik. Ketiga, merumuskan materi dengan kriteria diantaranya kesahihan, tingkat signifikansi, kebermanfaatan dan kemampuan dipelajari. Keempat, merumuskan alat pengukur keberhasilan. Kelima, penulisan garis besar pengembangan media.Tahap pertama dilakukan komposisi multimedia melalui persiapan komponen Inti dari aplikasi multimedia adalah terletak pada navigasi, maka dalam rancangan ini akan dilengkapi pembuatan link sekaligus navigasi sebagai arah atau peta informasi yang digunakan oleh para user seperti konselor atau konseli. Ada 4 jenis navigasi yang diketahui yaitu navigasi linier, struktur hirarkis, non-linier, dan struktur komposit, maka dalam kasus ini akan diadopsi struktur linier. Struktur linier akan membuat pengguna mengakses aplikasi sesuai urutan slide atau frame yang masing – masing berisi informasi layanan konseling khsusunys cyberbullying dan bullying (Permatasari & Winingsih, 2018).pembentuk multimedia. Komponen terdiri dari teks, gambar, video, animasi, daan video.[1]

            Konten teks akan mengadopsi dan memilih beberapa tipe teks. Adapun tipe teks yang dipilih adalah dari kelompok san-serif seperti arial, tahoma, dan verdana. Ukuran dan jenis gambar disesuaikan dengan tipe aplikasi dengan menggunakan jenis JPEG. Setiapa gamabar dimasukan kedalam video dan animasi yanag berisi suara (Mutmainnah, Yulidah, & Yuniarti, 2017). Kebutuhan yang dihadapi ketika membuat aplikasi multimedia ini diantaranya sistem perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), kreatifitas dan organisasi. Perangkat keras dapat menjangkau sistem komputer, perangkat penampil aplikasi multimedia, perangkat capture, perangkat penyimpanan, dan ditambahkan jaringan komunikasi (Smith, 2018). Perangkat lain, perangkat lunak yang tidak lepas dengan sistem operasi seperti windows atau linux beserta aplikasi editing.[2]

Kebutuhan lainnya adalah modal kreatifitas. Kreaktifitas dapat diianggap sebagai aset paling berharga. Jiwa kreatifitas yang harus dibawa ke dalam proyek multimedia sehingga melahirkan ide – ide (Moallem, 2019). Ide tersebut akan melahirkan luaran produk yang inovatif. Dalam sebuah pembuatan dan perancangan apliaksi multimedia khususnya hypermedia, menjadi kreatif dimaknai sebagai tahu tentang sistem perangkat keras dan sistem perangkat lunak serta seni. Dalam hal ini, sangat sulit untuk mempelajari kreativitas namun tidak mungkin akan merasa bosan saat mempelajarinya. Selanjutnya adalah kebutuhan organisasi ketika din ilai sangatpenting untuk membuat garis besar yang terorganisasi dan rencana yang rasional untuk merinci keterampilan, waktu, biaya, peranti,dan sumber daya yang diperlukan dalam suatu perancangan dan pembuatan aplikasi. Oleh karena itu, harus ditetapkan sebelum memulai peracangan dan pembuatan aplikasi multimedia untuk menentukan: siapa melakukan apa, sampai batas waktu kapan, bagaimana prosesnya dan dimana. Kebutuhan penting lainnya adalah keahlian dalam membuat aplikasi multimedia.

Dalam upaya membuat multimedia yang menarik dan penuh interaktif, perlu bermacam-macam keterampilan yang mendetail mengenai komputer, teks, seni grafis, suara, dan video. Pembuatan multimedia yang kompleks ditunjang oleh terbentuknya tim.seniman komputer, dimana tugas – tugas didelegasikan kepada orang yang paling ahlidalam disiplin ilmu dan pekerjaan tertentu (Wood, 2014). Jenis pekerjaan dan peran darikolaborasi suatu tim, dalam multimedia diadaptasi dari gabungan antara lain: industri film, penyiaran radio dan televisi, serta industri perangkat lunak komputer. Berikut ini adalah tim ahli dalam pembuatan multimedia.[3]

B. Karakteristik Media Vidio.

Sebelum membuat video pembelajaran sendiri, luangkan waktu untuk menonton video video pembelajaran yang telah dibuat oleh orang lain. Kemudian, cermati dengan baik dan berikan penilaian untuk melihat kelebihan dan kekurangan video-video tersebut. Supaya hasil penilaian obyektif silakan membuat beberapa Indikator penilaian video misalnya kualitas gambar pencahayaan, teknik pengambilan angle, kualitas audio, kualitas editing, penampilan guru dll. Hasil penilaian ini bisa dipergunakan sebagai bekal untuk pembuatan video sendiri.

Menurut Cheppy Riyana (2007:8-11) untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video pembelajaran yaitu:

1.    Clarity of Massage (kejalasan pesan)

Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.

2.    Stand Alone (berdiri sendiri).

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

3.    User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).

Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil. bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

4.    Representasi Isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video.

5.    Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinggi.

6.    Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi tetapisupport untuk setiap spech system komputer.

7.    Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya dalam settingsekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.[4]

C. Praktek Pembuatan Media Video.

Sebelum membuat video pembelajaran sendiri, luangkan waktu untuk menonton video video pembelajaran yang telah dibuat oleh orang lain. Kemudian, cermati dengan baik dan berikan penilaian untuk melihat kelebihan dan kekurangan video-video tersebut. Supaya hasil penilaian obyektif silakan membuat beberapa Indikator penilaian video misalnya kualitas gambar pencahayaan, teknik pengambilan angle, kualitas audio, kualitas editing, penampilan guru dll. Hasil penilaian ini bisa dipergunakan sebagai bekal untuk pembuatan video sendiri.

1. Membuat konsep video yang akan dibuat. Jika itu video pembelajaran. perlu pemahaman yang balk terhadap RPP. Misalnya, apakah video akan dibuat dengan durasi yang sama dengan RPP atau dipadatkan misalnya dipadatkan menjadi 15 menit

2. Menentukan cara perekaman video. apakah pembelajaran dilakukan secara lalap muka langsung atau dengan media online seperti ZOOM Meeting atau Google Meet. Tipe pembelajaran daring atau luring akan mempengaruhi proses perekaman. Jika mengunakan aplikasi makan proses perekaman bisa dilakukan secara mandiri, tetapi jika tata muka langsung perlu um yang akan merekam kegiatan mengajar serta persiapan sarana dan prasarana shooting

yang lebih kompleks, seperti lampu untuk pencahayaan, mic untuk menghasilkan audio yang berkualitas Serla kemampuan pengambilan gambar atau angle yang tepat. Membuat skenario.

3. Video pembelajaran dari awal sampai akhir. Perlu sekali untuk memahami RPP dan semua perangkat atau materi yang diperlukan dalam proses

4. Proses pengambilan video dengan ZOOM Meeting atau Google Meet. Hasil rekaman Zoom Meeting atau Google Meeting bisa diolah edit menjadi sebuah video pembelajaran. Jika mempergunakan Zoom Meeting sebaiknya mempergunakan yang Premium supaya tidak dibatasi dengan waktu. Supaya hasilnya maksimal. perlu sekali untuk memahami sellap menu yang ada di Zoom Meeting. Dikarenakan proses pembelajaran ini secara daring, kita perlu memastikan koneksi internet baik supaya lancar dan terputus putus. Koneksi internet berpengaruh terhadap rekaman. sangal kualitas

5. Proses pengambilan video secara langsung kelas luring. Untuk merekam proses pembelajaran luring tatap muka diperlukan persiapan yang lebih kompleks, seperti alat perekamseluruh memiliki anggota persepsi yang sama.

6. Proses editing. Idealnya proses editing mempergunakan perangkat komputer, laptop yang mumpunt supaya hasilnya maksimal. Namun jika terkendala dengan alat. editing mempergunakan handphone. Hal yang perlu diperhatikan adalah besarnya file yang akan diedit, apakah perangkat Handphone atau laptop masth bisa memproses. Kualitas perekaman sejak awal harus diperhatikan supaya perangkat masih mampu memproses.[5]

  

BAB III PENUTUP

Masalah Video sebagai media pembelajaran sudah cukup marak digunakan dalam pembelajaran. Media Video Pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media Audio Visual Aids (AVA) atau media yang dapat dilihat atau didengar. Media audio motion visual (media audio visual gerak) yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyeknya dapat dilihat, media ini paling lengkap. Informasi yang disajikan melalui media ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui projector dapat didengar suaranya dan dapat dilihat gerakannya (video atau animasi).

Menurut Cheppy Riyana (2007) dalam Anissatul (2009)media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Mayer (2012:87) menjelaskan pula bahwa media pembelajaran berbasis gambar bergerak (animasi/video) dapat mendorong pemahaman peserta didik bila digunakan dengan cara yang konsisten dengan teori pembelajaran multimedia.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa manusia adalah spesies visual, manusia lebih mudah mencerna informasi yang berbasis gambar. Penggunaan media pembelajara elektronik dalam dunia pendidikan merupakan langkah inovatif yang signifikan dalam dunia pendidikan ( Manoj Roy, 2013 : 211). Video pembelajaran bertujuan agar membantu mengkomunikasikan pesan- pesan yang disampaikan dapat lebih memberika pemahaman kepada penerima pesan. Video today is often used for demonstration and evaluation, but we believe that a more productive approach is to use video to support teachers’ ability to notice and interpret classroom interactions (Sherin, 2017: 50).

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Prayitno, & Amti, E. (2015). Dasar - Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Bangun, N., & Saragih, A. H. (2015). Pengembangan Media Web Bimbingan Konseling. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan.

Nursalim, M. (2015). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Indeks.

Agus Pamuji, journal “pengembangan Tekhnologi Informasi” judul “Pengembangan multimedia sebagai alat bantu pada konseling berbasis Hypermedia”vol,3.no 1 2020,

Prasetiawan, H. (2017). Optimalisasi Multimedia Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling. Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling.Yogyakarta.

Bangun, N., & Saragih, A. H. (2015). Pengembangan Media Web Bimbingan Konseling. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan.



[1]Prayitno, & Amti, E. (2015). Dasar - Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 12

[2] Bangun, N., & Saragih, A. H. (2015). Pengembangan Media Web Bimbingan Konseling.

Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan, 99-110.

[3] Nursalim, M. (2015), Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Indeks, hal.34

[4] Azhar Arsyad, 2004, Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 198

[5] Bangun, N., & Saragih, A. H. (2015). Pengembangan Media Web Bimbingan Konseling.

Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan, 99-110.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL