MAKALAH KONTEKS TUTURAN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MAKALAH KONTEKS TUTURAN
By: Safitri
Salah satu cabang dari linguistik yang mempelajari tentang ujaran dari sang penutur adalah pragmatik. Seorang ahli bahasa Leech mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu atau dalam konteks tertentu. Atau dengan kata lain pragmatik adalah ilmu cabang lnguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan. Dan dalam pragmatik inilah terdapat prinsip-prinsip tentang bagaimana seorang manusia bertutur dalam situasi tertentu. Salah satu dari prinsip tersebut adalah prinsip kesantunan atau kesopanan. Dengan mengetahui prinsip-prinsip kesantunan kita sebagai penutur bisa menerapkan atau mengimplementasikanany dalam situasi atau konteks tertentu dalam membuat tuturan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Konteks Tuturan?
2. Bagaimana Situasi Tutur dan Peristiwa
Tutur?
3. Apa Saja Tindak Tutur?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan
Konteks Tuturan.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Situasi Tutur
dan Peristiwa Tutur.
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Tindak Tutur.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KONTEKS TUTURAN
Pragmatik
memandang konteks sebagai pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar
dan pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan
atau konteks tertentu dapat mengakibatkan manusia mengidentifikasi jenis-jenis
tindak tutur yang berbeda. Konteks adalah seperangkat asumsi yang dibangun
secara psikologis oleh penutur dan pendengar sesuai dengan pengetahuannya
tentang dunia. Konteks ini tidak hanya terbatas pada ujaran saat ini dan ujaran
sebelumya, tetapi menyangkut semua yang dapat terlibat dalam interpretasi,
seperti harapan masa depan, hipotesis ilmiah, kepercayaan terhadap keagamaan,
kenangan lucu, asumsi tentang kebudayaan (faktor sosial, norma sosial, dan
sebagainya) dan kepercayaan terhadap penutur atau sebaliknya. Konteks ini
mempengaruhi interpretasi pendengar terhadap ujaran (wacana). Konteks terdiri
atas unsur-unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Sementara itu, unsur konteks
yang berupa sarana adalah wahana komunikasi yang dapat berwujud pembicaraan
bersemuka atau melalui telepon, surat, dan televisi.[1]
Konteks
tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting
sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik
lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial
disebut konteks. Konteks tuturan linguistic adalah konteks dalam semua aspek
fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks
tuturan mencakupi aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan
yang bersangkutan. Konteks yang
berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan
maksud disebut dengan konteks. Sementara itu, konteks yang berupa situasi yang
berhubungan dengan suatu kejadian disebut konteks.
Pada
hakikatnya konteks dalam pragmatic merupakan semua latar belakang pengetahuan (background
knowledge) yang dipahami bersama antara penutur dengan mitra tuturnya.
Contohnya sebagai berikut:
Konteks
: Rintan bertemu dengan Rizal saat menunggu angkutan
Rizal : Hai, Rintan!, mau kemana nih, kok sendirian
aja?
Rintan : Eh, Rizal, mau kuliah. Biasanya juga
sendirian. (agak malu)
Konteks
yang ditampilkan dalam peristiwa tutur yang terjadi antara Rintan dan Rizal
tersebut adalah Rizal bertanya kepada Rintan sedangkan koteks ditunjukkan pada
raut wajah Rintan yang agak malu menjawab pertanyaan Rizal.
Tujuan
tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan
bertutur. Semua tuturan memiliki tujuan, hal tersebut memiliki arti bahwa tidak
ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. Bentuk-bentuk tuturan yang
diutarakan oleh penutur selalu dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tuturan.
Dalam hubungan tersebut, bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan
untuk menyatakan satu maksud dan sebaliknya satu tuturan dapat menyatakan
berbagai macam maksud.
Konteks
: Adi datang berkunjung ke rumah Bu Nori untuk meminjam
buku catatan
Adi : Kemarin
aku gak sempat nyatet kuliahnya Pak Tomo nih.
Bu Nori : Nah,
kamu pasti mau pinjam buku catatanku lagi kan?
Berdasarkan
peristiwa tutur tersebut dapat diungkapkan bahwa penutur dalam hal ini Adi
memiliki tujuan dalam menuturkan tuturan ‘Kemarin aku gak sempat nyatet
kuliahnya Pak Arifin nih.’ Tujuan dari tuturan tersebut adalah bahwa Adi
bermaksud meminjam buku catatan Bu Nori, karena kemarin dia tidak sempat
mencatat materi kuliah yang disampaikan Pak Arifin.
B.
Situasi
Tutur dan Peristiwa Tutur
Sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang berkaitan langsung dengan peristiwa komunikasi, maka pragmatik tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Dengan menggunakan analisis pragmatis, maksud atau tujuan dari sebuah peristiwa tutur dapat diidentifikasikan dengan mengamati situasi tutur yang menyertainya. Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Hal tersebut berkaitan dengan adanya pendapat yang menyatakan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi merupakan penyebab terjadinya tuturan. Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Di dalam komunikasi, tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya. Pada kenyataannya terjadi bermacam-macam maksud dapat diekspresi dengan sebuah tuturan, atau sebaliknya, bermacam-macam tuturan dapat mengungkapkan sebuah maksud. Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan.[2]
Sebuah peristiwa tutur dapat terjadi karena adanya situasi yang mendorong terjadinya peristiwa tutur tersebut. Situasi tutur sangat penting dalam kajian pragmatik, karena dengan adanya situasi tutur, maksud dari sebuah tuturan dapat diidentifikasikan dan dipahami oleh mitra tuturnya. Sebuah tuturan dapat digunakan dengan tujuan untuk menyampaikan beberapa maksud atau sebaliknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi yang melingkupi tuturan tersebut. Keanekaragaman maksud yang mungkin disampaikan oleh penutur dalam sebuah peristiwa tutur. Peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.[3]
C.
Tindak
Tutur
Tindak tutur merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa. Bahasa digunakan pada hampir semua aktivitas. Kita menggunakan bahasa untuk menyatakan informasi (permohonan informasi, memerintah, mengajukan, permohonan, mengingatkan, bertaruh, menasehati, dan sebagainya). Kemudian tindak tutur adalah pengajaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui oleh pendengar mengemukakan bahwa tindak tutur (dalam arti yang sempit sekarang) adalah istilah minimal dari pemakaian situasi tutur/peristiwa tutur/tindak tutur. Ketika kita berbicara, kita melakukan tindakan-tindakan seperti memberi laporan, membuat pernyataan-pernyataan, mengajukan pertanyaan, memberi peringatan, memberi janji, menyetujui, menyesal dan meminta maaf. Pada bagian lain ia juga mengemukakan bahwa tindak tutur dapat diberikan sebagai sesuatu yang sebenarnya kita lakukan ketika berbicara. Ketika kita terlihat dalam percakapan, kita melakukan beberapa tindakan seperti : melaporkan, menyatakan, memperingatkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, mengkritik, meminta dan lain-lain. Suatu tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil aktivitas berbicara yang dapat dikatakan memiliki fungsi.[4] Dilihat dari konteks situasinya, ada dua macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Sebagai berikut:[5]
1. Tindak Tutur
Langsung
Tindak tutur langsung mudah dipahami oleh
pendengar karena ujaran-ujarannya berupa kalimat-kalimat dengan makna lugas.
Contoh: Tempat : Halaman rumah
Bapak : Aisyah,
tolong sapu halaman itu!
Aisyah : Baik Pak,
segera saya sapu.
a. Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal (direct
literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan
dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan
dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan dengan
kalimat Tanya, dan sebagainya.
Contoh:
(a) Orang itu sangat pandai.
(b) Buka mulutmu!
(c) Jam berapa sekarang?
Tuturan (a), (b), dan (c) merupakan tindak
tutur langsung literal bila secara berturut-turut dimaksudkan untuk
memberitakan bahwa orang yang dibicarakan sangat pandai, menyuruh agar lawan
bicara membuka mulut, dan menanyakan pukul berapa ketika itu. Maksud
memberitakan dengan kalimat berita (a), maksud memerintah dengan kalimat
perintah (b), dan maksud bertanya dengan kalimat Tanya (c).
b. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal
(direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus
kalimat yang sesuai dengan dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud
memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan
dengan kalimat berita.
Contoh:
(a) Suaramu bagus,
kok.
(b) Kalau makan biar
kelihatan sopan, buka saja mulutmu!
Dengan tindak tutur langsung tidak
literal penutur dalam (a) memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus.
Sementara itu dengan kalimat (b) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin
dalam hal ini adalah anaknya atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan
agar terlihat sopan. Kalimat (a) dan (b), menunjukkan bahwa di dalam analisis
tindak tutur bukanlah apa yang dikatakan yang penting, tetapi bagaimana cara
mengatakannya. Hal lain yang perlu diketahui adalah kalimat Tanya tidak dapat
digunakan untuk mengutarakan tindak tutur langsung tidak literal.
2. Tindak Tutur
Tidak Langsung
Tindak tutur yang tidak langsung hanya
dapat dipahami oleh si pendengar yang sudah cukup terlatih dalam memahami
kalimat kalimat yang bermakna konteks situsional (menggunakan istilah maksud
bukan makna). Contoh :
Tempat : Halaman rumah
Bapak :
Halaman rumah kita tampak kotor ya?
Aisyah : Baik
Pak, segera saya sapu.
a. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal (indirect
literal speevh act). Adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus
kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata
yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penuturnya.
(a) Lantainya kotor.
(b) Di mana handuknya?
Dalam konteks seorang ibu
rumah tangga berbicara dengan pembantunya pada kalimat (a), tuturan ini tidak
hanya informasi tetapi juga terkandung maksud memerintah yang diungkapkan
secara tidak langsung dengan kalimat berita. Demikian pula dalam konteks suami
bertutur dengan istrinya pada kalimat (b) maksud memerintah untuk mengambilkan
handuk diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat Tanya.
b. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak
tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak
tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh:
(a) Lantainya bersih
sekali.
(b) Radionya terlalu
pelan, tidak kedengaran.
(c) Apakah radio yang
pelan seperti itu dapat kau dengar?
Untuk
menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja
mengutarakan kalimat (a). Demikian pula untuk menyuruh seorang teman mematikan
atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat mengutarakannya dengan kalimat
berita (b) dan kalimat Tanya (c).
BAB
III
PENUTUP
Dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur dengan kata lain maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Situasi tutur berbeda dengan peristiwa tutur. Peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Nuramila, “Kajian Pragmatik”, Banten:YPSIM, 2019.
Chaer, Abdul dan
Leonie Agustina, “Sosiolinguistik
Perkenalan awal”, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Rahardi Kunjana, “Dimensi Bahasa”, Jakarta: Erlangga, 2006.
Henry Guntur, “Pengajaran Pragmatik”,Bandung:
Penerbit Angkasa, 2009.
Silvia Marni, “Buku Ajar Pragmatik”,
Bojongsari: Eureka Media Aksara. 2021.
[1]Nuramila, “Kajian Pragmatik”, (Banten:YPSIM, 2019),
hlm. 32.
[2]Chaer, Abdul dan Leonie
Agustina, “Sosiolinguistik Perkenalan
awal”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 47.
[3]Rahardi Kunjana, “Dimensi
Bahasa“,
(Jakarta: Erlangga, 2006), hlm.74.
[4] Henry Guntur, “Pengajaran
Pragmatik”, (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 22.
[5] Silvia Marni, “Buku Ajar Pragmtik”, (Bojongsari: Eureka
Media Aksara, 2021), Hlm. 60-62.
Komentar
Posting Komentar