MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH PERNIKAHAN RASUL HINGGA SEJARAH KERASULAN

 

MAKALAH PERNIKAHAN RASUL HINGGA SEJARAH KERASULAN

By: Pratiwi, Funqon.


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Allah swt menciptakan manusia sebagai makhluk di bumi ini yang paling sempurna dari pada yang lain dan sejarah tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. karena itu adalah catatan memori kehidupan. baik itu yang berjalan dengan lurus, maupun dengan berliku. begitu beragam jalan kehidupan manusia, ada yang beruntung ada pula yang buntung. mereka yang beruntunglah yang selalu di naungi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan mereka yang buntung yang jalannya selalu di naungi oleh setan-setan yang terkutuk. Begitu pula dengan nabi Muhammad SAW. banyak cobaan dan halangan yang menyertai kehidpuan beliau, mulai dari kecil sampai dewasa banyak halang rintang yang menyertai hehidupan beliau.Muhammad kecil kehidupannya amat berliku. dari kecil muhammad sudah di tinggal oleh ayahnya beliau hidup  bersama ibu dan kakeknya.

Ketika muhammad saw menginjak usia 25 tahun, beliau di suruh pergi ke syam oleh pamannya untuk mendagangkan dagangan seorang janda kaya yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Tanpa disangka dagangan yang di jual oleh Muhammad saw laku keras hingga mendapatkan untung yang sangat besar, dan Khadijah sangat terkagum dengan keadaan itu. Dengan hal itu lah Khadijah terpikat oleh muhammad saw sehingga beliau ingin di nikahi oleh muhammad saw.

Dengan duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin Muhammad melangsungkan perkawinannya itu dengan Khadijah. Ia pindah ke rumah Khadijah dalam memulai hidup barunya itu, hidup suami-isteri dan ibu-bapa, saling mencintai cinta sebagai pemuda berumur duapuluh lima tahun. Ia tidak mengenal nafsu muda yang tak terkendalikan, juga ia tidak mengenal cinta buta yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak untuk kemudian padam kembali. Dari perkawinannya itu ia beroleh beberapa orang anak, laki-laki dan perempuan.


B.     Rumusan Masalah

1.Bagaimana Pernikahan Khadijah dengan Muhammad Saw.

2. Bagaimana Sejarah Kerasulan Nabi Muhammad Saw

            

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Perkawinan  Nabi Muhammada Saw.

1.    Perjalanan ke Syam Yang Kedua (595 M)

Ketika Muhammad Saw berusia 25 Tahun, Abu thalib berkata kepadanya : “Äku ini orang yang tidak bertahta. Sekarang kita sedang mengalami kesulitan. Tapi ada khalifah kaummu yang akan segera berangkat ke Syam. Khadijah binti Khuwalid mengirim beberapa orang dari kaummu untuk mengurus barang-barang dagangannya. Kalau kamu datang kepadanya menawarkan diri, niscaya dia akan menerima kamu”

Khadijah membawakan barang dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang lain. Dalam perjalanan dagang ini Nabi saw ditemani Maisarah, seorang kepercayaan Khadijah. Muhammad saw menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah meniagakan harta Khadijah. Dalam perjalanan ini Nabi berhasil membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya. Selama perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejujuran Nabi. Semua sifat dan perilaku itu dilaporkan oleh Maisarah kepada Khadijah Khadijah tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh keberkahan yang diperolehnya dari perniagaan Nabi saw Kemudian Khadijah menyatakan hasratnya untuk menikah dengan Nabi saw dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi saw menye tujuinya, kemudian Nabi menyampaikan hal itu kepada paman pamannya. Setelah itu, mereka meminang Khadijah untuk Nabi saw dari paman Khadijah, Amr bin Asad. Ketika menikahinya, Nabi berusia dua puluh lima tahun, sedangkan Khadijah berusia empat puluh tahun.[1]

Sebelum menikah dengan Nabi saw, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin A'idz at-Tamimi, dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi; namanya Hindun bin Zurarah.15).

    

2.    Pernikahan Muhammad Saw dengan Khadijah ra,

Khadijah, menurut riwayat Ibnul Atsir dan Ibnu Hisyam Adalah Seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika mendengar kabar tentang kejujuran Nabi Muhammad Saw dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mencoba memberi amanat kepada Nabi Saw dengan membawa dagangannya ke Syam (Palestina,Syria,Lebanon dan Yordania).

Ibnu Ishaq berkata, "Khadijah binti Khuwailid adalah saudagar wanita keturunan bangsawan dan kaya-raya. Dia mempekerjakan tenaga laki-laki dan melakukan sistem bagi hasil terhadap harta (modal) tersebut sebagai keuntungan untuk mereka nantinya Kabilah Quraisy dikenal sebagai kaum pedagang handal. Tatkala sampai ke telinga Khadijah perihal kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah yang mulia, dia mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkan kepadanya untuk memperdagang kan harta miliknya tersebut ke negeri Syam dengan imbalan yang paling istimewa yang tidak pernah diberikan kepada para pedagang lainnya, dengan didampingi seorang budak laki-laki milik Khadijah yang bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran tersebut dan berangkat dengan barang-barang dagangan Khadijah bersama budak tersebut hingga sampai di negeri Syam."

Ketika beliau pulang ke Makkah dan Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap harta yang diserahkan kepadanya, begitu juga dengan keberkahan dari hasil perdagangan yang belum pernah didapatinya sebelum itu, ditambah lagi informasi dari budak nya, Maisarah perihal budi pekerti beliau nan demikian manis, sifat sifat yang mulia, berpikir, cara bicara yang jujur dan cara hidup yang penuh amanah, maka dia seakan menemukan apa yang didambakannya selama ini (yakni, calon pendamping idaman, pent.). Padahal, banyak sekali para pemuka dan kepala suku yang demikian antusias untuk menikahinya, namun semuanya dia tolak Akhirnya dia menyampaikan curahan hatinya kepada teman wani tanya, Nafisah binti Muniyah yang kemudian bergegas menemui beliau dan membeberkan rahasia tersebut kepadanya seraya menganjurkan agar beliau menikahi Khadijah. Beliau pun menye tujuinya dan merundingkan hal tersebut dengan paman-pamannya. Kemudian mereka mendatangi paman Khadijah untuk melamarnya.

Tak berapa lama setelah itu, pernikahan dilangsungkan. Akad tersebut dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pemimpin suku Mudhar Pernikahan tersebut berlangsung dua bulan setelah kepulangan beliau dari negeri Syam. Beliau menyerahkan mahar sebanyak dua puluh ekor unta muda. Ketika itu, Khadijahy sudah berusia 40 tahun. Dia adalah wanita yang paling terhormat nasabnya, paling banyak hartanya dan paling cerdas otaknya di kalangan kaumnya. Dialah wanita pertama yang dinikahi oleh Rasulullah, beliau tidak pernah memadunya dengan wanita lain hingga dia wafat.

Dengan duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin Muhammad melangsungkan perkawinannya itu dengan Khadijah. Ia pindah ke rumah Khadijah dalam memulai hidup barunya itu, hidup suami-isteri dan ibu-bapak, saling mencintai. cinta sebagai pemuda berumur duapuluh lima tahun. Ia tidak mengenal nafsu muda yang tak terkendalikan, juga ia tidak mengenal cinta buta yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak untuk kemudian padam kembali. Dari perkawinannya itu ia beroleh beberapa orang anak, laki-laki dan perempuan. Kematian kedua anaknya, al-Qasim dan Abdullah at-Tahir at-Tayyib[1] telah menimbulkan rasa duka yang dalam sekali. Anak-anak yang masih hidup semua perempuan. Bijaksana sekali ia terhadap anak-anaknya dan sangat lemah-lembut. Merekapun sangat setia dan hormat kepadanya.

Semua putra-putri beliau berasal dari pernikahan beliau dengannya kecuali putra beliau, Ibrahim. Putra-putri beliau dari hasil perkawinan dengannya tersebut adalah:

    1. Al-Qasim (dengan nama ini beliau dijuluki)
    2. Zainab
    3. Ruqayyah
    4. Ummu Kultsum
    5. Fathimah
    6. Abdullah (julukannya adalah ath-Thayyib [yang baik] dan ath Thalir [yang suci]).[2]

Semua putra beliau meninggal dunia di masa kanak-kanak, sedangkan putri-putri beliau semuanya hidup pada masa Islam dan memeluk Islam serta juga ikut berhijrah, namun semuanya meninggal dunia semasa beliau masih hidup kecuali Fathimah yang meninggal dunia enam bulan setelah beliau wafat."

 

B.    Sejarah Kerasulan Nabi Muhammad Saw.

1.    Penduduk Mekah Membangun Ka’bah

Pergaulan Muhammad dengan penduduk mekah tidak pernah terputus, juga partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.KA'BAH adalah "rumah yang pertama kali dibangun atas nama Allah, untuk meyembah Allah dan mentauhidkan-Nya. Dibangun oleh bapak para Nabi, Ibrahim as, setelah menghadapi "perang ber hala" dan penghancuran tempat-tempat peribadatan yang didirikan di atasnya Ibrahim as membangunnya berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah.Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar dasar Baitullah beserta Ismail (seraya berdoa), "Ya Rabb kami, termalah danpada kamm (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (al-Baqarah: 127) Setelah itu Ka'bah mengalami beberapa kali serangan yang mengakibatkan kerapuhan bangunannya. Diantaranya adalah serangan banjir yang menenggelamkan Makkah beberapa tahun sebelum bisah, sehingga menambah kerapuhan bangunannya. Rasulullah saw sebelum bi'tsah pernah ikut serta dalam pemba ngunan Ka'bah dan pemugarannya. Beliau ikut serta aktif meng usung batu di atas pundaknya. Pada waktu itu Rasulullah saw ber usia 35 tahun, menurut riwayat yang paling shahih.Bukhari meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari hadits Jabir bin Abdullah ra, ia berkata: Ketika Ka'bah dibangun, Nabi saw dan Abbas pergi mengusung batu. Abbas berkata kepada Nabi saw, Singkirkan kainmu di atas lutut." Kemudian Nabi saw mengikatkannya.[3]

Nabi saw memiliki pengaruh besar dalam menyelesaikan kemelut yang timbul akibat perselisihan antar kabilah tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan meletakkan hajar aswad ditempatnya. Semua pihak tunduk kepada usaha yang diajukan Nabi Saw, Karena mereka mengenal sebagai Al-amin ( Tepercaya ) dan mencintainya.

2.    Nabi Muhammad Ikhtila (Menyendiri) di Gua Hira

Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi saw kecenderungan untuk melakukan 'uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhla (Menyendiri) di Gua Hira (Hira' adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari itu, sampai satu bulan Kemudian beliau kembali ke rumah sejenak hanya untuk mengambil bekal baru untuk melanjutkan ikhtila'-nya di gua Hira'. Demikianlah Nabi saw terus melakukannya sampai turun kepadanya wahyu ketika beliau sedang 'uzlah.

Uzlah yang dilakukan Rasulullah saw menjelang bias (pengangkatan sebagai Rasul) ini memiliki makna dan urgensi yang sangat besa dalam kehadapan kaum Muslim pada umumnya dan para dai pada khususnya.

Peristiwa ini menjelaskan, bahwa seorang Muslim tidak akan sempurna keislamannya -betapapun ia telah memiliki akhlak akhlak yang mulia dan melaksanakan segala macam ibadah-sebelum menyempurnakannya dengan waktu-waktu uzlah dan khahak ka (menyendiri) untuk mengadili diri sendiri" (muhasabatun-nafs) Merasakan pengawasan Allah dan merenungkan fenomena-fenomena alam semesta yang menjadi bukti keagungan Allah. Ini merupakan kewajiban setiap Muslim yang ingin mencapai keislaman yang benar. Apalagi bagi seorang penyeru kepada Allah dan penunjuk kepada jalan yang benar.

 Hikmah dari program walah ini ialah, bahwa tiap jiwa manusia memiliki sejumlah penyakit yang tidak dapat dibersihkan kecuali dengan "obat" 'uzlah dan "mengadilinya" dalam suasana hening, jauh dari keramaian dunia Sombong, ujub (bangga diri), dengki, nya', dan cinta dunia, kesemuanya itu adalah penyakit yang dapat menguasai jiwa, merasuk kedalam hati, dan menimbulkan kerusakan didalam batin manusia.[4]

3.    Permulaan Wahyu

IMAM Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata:

"Wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwat (uzlah). Beliau melakukan khalwat di gua Hira'-melakukan ibadah-selama bebe rapa malam, kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikianlah berulang kali hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua Hira'., Pada suatu hari datanglah Malikat lalu berkata, "Bacalah." Beliau menjawab, "Aku tidak dapat membaca." Rasulullah saw mence ritakan lebih lanjut: Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, "Bacalah." Aku menjawab, "Aku tidak dapat membaca." la mendekati aku lagi dan mendekapku, sehingga aku merasa tak berdaya sama sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, "Bacalah." Aku menjwab, "Aku tidak dapat membaca." Untuk ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi, "Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan..... Menciptakan manusia dari segumpal darah....." dan seterusnya.

Rasulullah saw segera pulang dalam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah, lalu berkata, "Selimutilah aku... selimutilah aku." Kemudian beliau diselimuti hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu beliau berkata kepada Khadijah, "Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa aku tadi begitu?" Lalu beliau menceritakan apa yang baru dialaminya. Selanjutnya beliau berkata: Aku sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk jin).

Siti Khadijah menjawab: "Tidak Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat Anda kecewa. Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang susah, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.Beberapa saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah saw pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Siti Khadijah Di masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang sudah lanju usia dan telah kehilangan penglihatan Kepadanya Khadijah berkata "Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang hendal

dikatakan oleh anak lelaki saudaramu (yakni Muhammad saw) Waraqah bertanya kepada Muhammad saw, "Hai anak saudaraku ada apakah gerangan?" Rasulullah saw kemudian menceritaka apa yang dilihat dan dialami di gua Hira'. Setelah mendengarkar keterangan Rasulullah saw Waraqah berkata, "Itu adalah Malaika yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya sean dainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu! Rasulullah saw bertanya, "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Ya. Tak seorang pun yang datang membawa sepert yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aky masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, past kamu kubantu sekuat tenagaku." Tidak lama kemudian Waraqal meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah saw tidak menerima wahyu.Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebu terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu. Pendapat yang lebih kuat ialah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa masa terhentinya wahy tersebut selama enam bulan.28)Tentang kedatangan Jibril yang kedua, Bukhari meriwayatkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Aku mendenga Rasulullah saw berbicara tentang terhentinya wahyu. Beliau berkata kepadaku:

"Di saat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suar dari langit. Ketika kepala kuangkat, ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira', kulihat sedang duduk di kursi antara lang dan bumi. Aku segera pulang menemui istriku dan kukatakan kepadanya, [5]"Selimutilah aku.... Selimutilah aku.... Selimutilah aku Sehubungan dengan itu Allah kemudian berfirman, "Hai orang yang berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-masucikanlah pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa..." (al-Muddatstsir Sejak itu wahyu mulai diturunkan secara kontinyu).

4.    Nabi Muhammad Saw Menjadi Rasul dan Memiliki Misi untuk Umat Islam

Memasuki usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW sering berkhalwat (berdiam diri dengan merenungkan segala sesuatu dan memohon petunjuk kepaai Allah), hal tersebut dilakukan seiring dengan berbagai masalah yang dihadapi terutama berkaitan dengan situasi masyarakat Mekah pada saat itu.

Dalam berkhalwat nabi Muhammad SAW lebih sering memilih tempat yang jauh dari keramaian, dengan harapan lebih tenang dan dapat berpikir secara jernih dan lebih khusyuk dalam berzikir kepada Allah. Salah satu tempat yang digunakan untuk berkhalwat adalah di Gua Hira’, di tempat inilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari Allah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadan bertepatan dengan tanggal 6 Agustus tahun 610 M.

Dalam catatan sejarah diterangkan bahwa ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat di Gua Hira’, beliau didatangi Malaikat Jibril dengan membawa wahyu dari Allah dan menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk membacanya. Malaikat berkata, “Bacalah.” Kemudian beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca’, hal tersebut diulang-ulang sampai tiga kali. Nabi Muhammad tetap menjawab ” Aku tidak dapat membaca”. Dan akhirnya Nabi bertanya, “Apa yang kubaca?” Selanjutnya Malaikat Jibril membacakan wahyu Allah tersebut.

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu. Yang menciptakan. Yangmenjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena(tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-‘AIaq: 1-5) Setelah Malaikat Jibril membacakan ayat tersebut, lalu Nabi Muhammad SAW menirukannya, sesaat kemudian Malaikat Jibril meninggalkan Nabi Muhammad SAW. Dengan diterima wahyu Allah tersebut resmilah Muhammad ditetapkan oleh Allah sebagai rasul yang bertugas untuk menyampaikan risalah kepada umatnya.

Pada saat menerima wahyu yang pertama tersebut usia Nabi Mu­hammad SAW 40 tahun 6 bulan 8 hari (menurut perhitungan tahun Masehi), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari (menurut perhitungan tahun Hijriah). Setelah menerima wahyu dari Allah, Nabi Muhammad SAW buru-buru pulang meninggalkan Gua Hira’ dalam keadaan gemetar, sehingga meminta istrinya untuk menyelimuti badannya.

Adapun Misi Nabi Muhammad Saw adalah sebagai berikut:

a.       Membawa ajaran Islam                                  
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul saat berusia 40 tahun. Selama kerasulannya kurang lebih 23 tahun beliau menyampaikan ajaran Islam.

b.      Menyampaikan ajaran dari allah SWT kepada umat islam.
Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadis, yang berisi tentang akidah, syariah, ibadah, dan muamalah. Seluruh ajaran tersebut disampaikan kepada umatnya agar menjadi hamba Allah yang baik, yakni senantiasa beribadah dan berbuat baik kepada sesamanya, misalnya senantiasa rajin salat dan mampu menjaga diri untuk tidak berbuat buruk

c.       Memberi kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia
Kabar gembira yang berupa nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dan imbalan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang rajin ibadah, begitu pula sebaliknya bagi hamba-Nya yang tidak mau beribadah kepada-Nya tentu akan diberi peringatan dan balasan yang sangat menyedihkan, baik di dunia maupun kelak di kemudian hari.

 

d.      Menyempurkan Akhlak Manusia                   
Manusia pada dasarnya baik, namun karena sesuatu sebab sehingga bersikap dan berbuat yang tidak baik. Oleh karena itu misi Rasulullah SAW salah satunya adalah menyempurnakan akhlak manusia agar menjadi baik.[6]

 

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Nabi Muhammad saw menikah dengan Khadijah pada umur 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun.Dengan duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin Muhammad melangsungkan perkawinannya dengan Khadijah.

Anak-anak nabi Muhammad saw dengan Khadijah adalah al-Qasim dan Abdullah yang dijuluki at-Tahir dan at-Tayyib, serta puteri-puteri seperti Zainab, Ruqayya, Umm Kulthum dan Fatimah.

            1. Turunnya wahyu pertama di gua hira surat al-alaq ayat 1-5.

2. Adapun misi Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

3. Membawa ajaran Islam.

4. Menyampaikan ajaran dari Allah SWT kepada umat manusia.

5. Memberi kabar gembira dan peringatan kepada umat manusia.

6. Menyempurnakan akhlak manusia 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ikhbar al-Kiram bi Akhbar al-Masjid al-Haram, Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Asadi al-Makki (w. 1066 H), al-Mathba'ah as Salafiyyah Banaris, India, 1396 H/1276 M

Al-Adab al-Mufrad, Muhammad bin Ismail al-Bukhari (w. 256 H), cetakan Istambul, 1304 H.

Al-A'lam, Khairuddin az-Zarakli. Cetakan kedua, Kairo, 1945 M.

Al-Bidayah wan Nihayah, Ismail Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Math ba'ah as-Sa'adah, Mesir, 1932 M.

Bulughul Maram, Ahmad bin Hajar al-Asqalani (773-854 H), al Mathba'ah al-Qaumi, Kanfur India, 1323 H..

Tarikh Ardhi al-Qur'an, as-Sayyid Sulaiman an-Nadawi (w. 1373 H), Ma'arif, India, 1955 M. (cetakan keempat).

Tarikh al-Islam, Syah Akbar Khan Najib Abadi, Maktabah Rahmat Diwandi Yubi India.



[1] Muhammad Sai’d Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawi, (Jakarta: Robbani Press, 1999), hlm. 34

[2]  Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawi. ( Jakarta: Darul Haq, 2005 ) hlm. 74-75

[3]  Muhammad Sa’Id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawi, hlm.45

[4]  Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawi , hlm. 81-82

[5]  Muhammad Sa’Id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawi, hlm.55-59

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN