MAKALAH PERNIKAHAN RASUL HINGGA SEJARAH KERASULAN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MAKALAH PERNIKAHAN RASUL HINGGA SEJARAH KERASULAN
By: Pratiwi, Funqon.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah swt menciptakan manusia sebagai makhluk di bumi
ini yang paling sempurna dari pada yang lain dan sejarah tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. karena itu adalah catatan memori kehidupan. baik itu yang
berjalan dengan lurus, maupun dengan berliku. begitu beragam jalan kehidupan
manusia, ada yang beruntung ada pula yang buntung. mereka yang beruntunglah
yang selalu di naungi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan
mereka yang buntung yang jalannya selalu di naungi oleh setan-setan yang
terkutuk. Begitu pula dengan nabi Muhammad SAW. banyak cobaan dan halangan yang
menyertai kehidpuan beliau, mulai dari kecil sampai dewasa banyak halang
rintang yang menyertai hehidupan beliau.Muhammad kecil kehidupannya amat
berliku. dari kecil muhammad sudah di tinggal oleh ayahnya beliau hidup
bersama ibu dan kakeknya.
Ketika muhammad saw menginjak usia 25 tahun, beliau di
suruh pergi ke syam oleh pamannya untuk mendagangkan dagangan seorang janda
kaya yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Tanpa disangka dagangan yang di
jual oleh Muhammad saw laku keras hingga mendapatkan untung yang sangat besar,
dan Khadijah sangat terkagum dengan keadaan itu. Dengan hal itu lah Khadijah
terpikat oleh muhammad saw sehingga beliau ingin di nikahi oleh muhammad saw.
Dengan duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin
Muhammad melangsungkan perkawinannya itu dengan Khadijah. Ia pindah ke rumah
Khadijah dalam memulai hidup barunya itu, hidup suami-isteri dan ibu-bapa,
saling mencintai cinta sebagai pemuda berumur duapuluh lima tahun. Ia tidak
mengenal nafsu muda yang tak terkendalikan, juga ia tidak mengenal cinta buta
yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak untuk kemudian padam
kembali. Dari perkawinannya itu ia beroleh beberapa orang anak, laki-laki dan
perempuan.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana Pernikahan Khadijah dengan Muhammad Saw.
2. Bagaimana
Sejarah Kerasulan Nabi Muhammad Saw
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkawinan Nabi Muhammada Saw.
1. Perjalanan ke Syam Yang Kedua (595 M)
Ketika Muhammad Saw berusia 25
Tahun, Abu thalib berkata kepadanya : “Äku ini orang yang tidak bertahta.
Sekarang kita sedang mengalami kesulitan. Tapi ada khalifah kaummu yang akan
segera berangkat ke Syam. Khadijah binti Khuwalid mengirim beberapa orang dari
kaummu untuk mengurus barang-barang dagangannya. Kalau kamu datang kepadanya
menawarkan diri, niscaya dia akan menerima kamu”
Khadijah membawakan barang
dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan kepada orang lain. Dalam perjalanan
dagang ini Nabi saw ditemani Maisarah, seorang kepercayaan Khadijah. Muhammad
saw menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam bersama Maisarah meniagakan
harta Khadijah. Dalam perjalanan ini Nabi berhasil membawa keuntungan yang
berlipat ganda, sehingga kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya. Selama
perjalanan tersebut Maisarah sangat mengagumi akhlak dan kejujuran Nabi. Semua
sifat dan perilaku itu dilaporkan oleh Maisarah kepada Khadijah Khadijah
tertarik pada kejujurannya, dan ia pun terkejut oleh keberkahan yang
diperolehnya dari perniagaan Nabi saw Kemudian Khadijah menyatakan hasratnya
untuk menikah dengan Nabi saw dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi
saw menye tujuinya, kemudian Nabi menyampaikan hal itu kepada paman pamannya.
Setelah itu, mereka meminang Khadijah untuk Nabi saw dari paman Khadijah, Amr
bin Asad. Ketika menikahinya, Nabi berusia dua puluh lima tahun, sedangkan Khadijah
berusia empat puluh tahun.[1]
Sebelum menikah dengan Nabi
saw, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama dengan Atiq bin A'idz at-Tamimi,
dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi; namanya Hindun bin Zurarah.15).
2. Pernikahan Muhammad Saw dengan Khadijah ra,
Khadijah, menurut riwayat
Ibnul Atsir dan Ibnu Hisyam Adalah Seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya.
Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika mendengar
kabar tentang kejujuran Nabi Muhammad Saw dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah
mencoba memberi amanat kepada Nabi Saw dengan membawa dagangannya ke Syam
(Palestina,Syria,Lebanon dan Yordania).
Ibnu Ishaq berkata,
"Khadijah binti Khuwailid adalah saudagar wanita keturunan bangsawan dan
kaya-raya. Dia mempekerjakan tenaga laki-laki dan melakukan sistem bagi hasil
terhadap harta (modal) tersebut sebagai keuntungan untuk mereka nantinya
Kabilah Quraisy dikenal sebagai kaum pedagang handal. Tatkala sampai ke telinga
Khadijah perihal kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah yang mulia, dia
mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkan kepadanya untuk memperdagang
kan harta miliknya tersebut ke negeri Syam dengan imbalan yang paling istimewa
yang tidak pernah diberikan kepada para pedagang lainnya, dengan didampingi
seorang budak laki-laki milik Khadijah yang bernama Maisarah. Beliau menerima
tawaran tersebut dan berangkat dengan barang-barang dagangan Khadijah bersama
budak tersebut hingga sampai di negeri Syam."
Ketika beliau pulang ke Makkah
dan Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap harta yang diserahkan
kepadanya, begitu juga dengan keberkahan dari hasil perdagangan yang belum
pernah didapatinya sebelum itu, ditambah lagi informasi dari budak nya,
Maisarah perihal budi pekerti beliau nan demikian manis, sifat sifat yang
mulia, berpikir, cara bicara yang jujur dan cara hidup yang penuh amanah, maka
dia seakan menemukan apa yang didambakannya selama ini (yakni, calon pendamping
idaman, pent.). Padahal, banyak sekali para pemuka dan kepala suku yang
demikian antusias untuk menikahinya, namun semuanya dia tolak Akhirnya dia
menyampaikan curahan hatinya kepada teman wani tanya, Nafisah binti Muniyah
yang kemudian bergegas menemui beliau dan membeberkan rahasia tersebut
kepadanya seraya menganjurkan agar beliau menikahi Khadijah. Beliau pun menye
tujuinya dan merundingkan hal tersebut dengan paman-pamannya. Kemudian mereka
mendatangi paman Khadijah untuk melamarnya.
Tak berapa lama setelah itu,
pernikahan dilangsungkan. Akad tersebut dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pemimpin
suku Mudhar Pernikahan tersebut berlangsung dua bulan setelah kepulangan beliau
dari negeri Syam. Beliau menyerahkan mahar sebanyak dua puluh ekor unta muda.
Ketika itu, Khadijahy sudah berusia 40 tahun. Dia adalah wanita yang paling
terhormat nasabnya, paling banyak hartanya dan paling cerdas otaknya di
kalangan kaumnya. Dialah wanita pertama yang dinikahi oleh Rasulullah, beliau
tidak pernah memadunya dengan wanita lain hingga dia wafat.
Dengan duapuluh ekor unta muda
sebagai mas kawin Muhammad melangsungkan perkawinannya itu dengan Khadijah. Ia
pindah ke rumah Khadijah dalam memulai hidup barunya itu, hidup suami-isteri
dan ibu-bapak, saling mencintai. cinta sebagai pemuda berumur duapuluh lima
tahun. Ia tidak mengenal nafsu muda yang tak terkendalikan, juga ia tidak
mengenal cinta buta yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak untuk
kemudian padam kembali. Dari perkawinannya itu ia beroleh beberapa orang anak,
laki-laki dan perempuan. Kematian kedua anaknya, al-Qasim dan Abdullah at-Tahir
at-Tayyib[1] telah menimbulkan rasa duka yang dalam sekali. Anak-anak yang
masih hidup semua perempuan. Bijaksana sekali ia terhadap anak-anaknya dan
sangat lemah-lembut. Merekapun sangat setia dan hormat kepadanya.
Semua putra-putri beliau
berasal dari pernikahan beliau dengannya kecuali putra beliau, Ibrahim.
Putra-putri beliau dari hasil perkawinan dengannya tersebut adalah:
- Al-Qasim (dengan nama ini beliau dijuluki)
- Zainab
- Ruqayyah
- Ummu Kultsum
- Fathimah
- Abdullah (julukannya adalah ath-Thayyib [yang
baik] dan ath Thalir [yang suci]).[2]
Semua putra beliau meninggal
dunia di masa kanak-kanak, sedangkan putri-putri beliau semuanya hidup pada
masa Islam dan memeluk Islam serta juga ikut berhijrah, namun semuanya meninggal
dunia semasa beliau masih hidup kecuali Fathimah yang meninggal dunia enam
bulan setelah beliau wafat."
B.
Sejarah Kerasulan Nabi
Muhammad Saw.
1. Penduduk Mekah Membangun Ka’bah
Pergaulan Muhammad dengan
penduduk mekah tidak pernah terputus, juga partisipasi dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.KA'BAH adalah "rumah yang pertama kali dibangun
atas nama Allah, untuk meyembah Allah dan mentauhidkan-Nya. Dibangun oleh bapak
para Nabi, Ibrahim as, setelah menghadapi "perang ber hala" dan
penghancuran tempat-tempat peribadatan yang didirikan di atasnya Ibrahim as
membangunnya berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah.Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar dasar Baitullah beserta
Ismail (seraya berdoa), "Ya Rabb kami, termalah danpada kamm (amalan
kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (al-Baqarah:
127) Setelah itu Ka'bah mengalami beberapa kali serangan yang mengakibatkan
kerapuhan bangunannya. Diantaranya adalah serangan banjir yang menenggelamkan
Makkah beberapa tahun sebelum bisah, sehingga menambah kerapuhan bangunannya.
Rasulullah saw sebelum bi'tsah pernah ikut serta dalam pemba ngunan Ka'bah dan
pemugarannya. Beliau ikut serta aktif meng usung batu di atas pundaknya. Pada
waktu itu Rasulullah saw ber usia 35 tahun, menurut riwayat yang paling shahih.Bukhari
meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari hadits Jabir bin Abdullah ra, ia berkata:
Ketika Ka'bah dibangun, Nabi saw dan Abbas pergi mengusung batu. Abbas berkata
kepada Nabi saw, Singkirkan kainmu di atas lutut." Kemudian Nabi saw
mengikatkannya.[3]
Nabi saw memiliki pengaruh
besar dalam menyelesaikan kemelut yang timbul akibat perselisihan antar kabilah
tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan meletakkan hajar aswad ditempatnya. Semua pihak
tunduk kepada usaha yang diajukan Nabi Saw, Karena mereka mengenal sebagai
Al-amin ( Tepercaya ) dan mencintainya.
2. Nabi Muhammad Ikhtila (Menyendiri) di Gua Hira
Mendekati usia empat puluh
tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi saw kecenderungan untuk melakukan 'uzlah.
Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhla (Menyendiri)
di Gua Hira (Hira' adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut
kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa
malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari itu, sampai satu
bulan Kemudian beliau kembali ke rumah sejenak hanya untuk mengambil bekal baru
untuk melanjutkan ikhtila'-nya di gua Hira'. Demikianlah Nabi saw terus
melakukannya sampai turun kepadanya wahyu ketika beliau sedang 'uzlah.
Uzlah yang dilakukan
Rasulullah saw menjelang bias (pengangkatan sebagai Rasul) ini memiliki makna
dan urgensi yang sangat besa dalam kehadapan kaum Muslim pada umumnya dan para
dai pada khususnya.
Peristiwa ini menjelaskan,
bahwa seorang Muslim tidak akan sempurna keislamannya -betapapun ia telah
memiliki akhlak akhlak yang mulia dan melaksanakan segala macam ibadah-sebelum
menyempurnakannya dengan waktu-waktu uzlah dan khahak ka (menyendiri) untuk
mengadili diri sendiri" (muhasabatun-nafs) Merasakan pengawasan Allah dan
merenungkan fenomena-fenomena alam semesta yang menjadi bukti keagungan Allah.
Ini merupakan kewajiban setiap Muslim yang ingin mencapai keislaman yang benar.
Apalagi bagi seorang penyeru kepada Allah dan penunjuk kepada jalan yang benar.
Hikmah dari program walah ini ialah, bahwa
tiap jiwa manusia memiliki sejumlah penyakit yang tidak dapat dibersihkan
kecuali dengan "obat" 'uzlah dan "mengadilinya" dalam
suasana hening, jauh dari keramaian dunia Sombong, ujub (bangga diri), dengki,
nya', dan cinta dunia, kesemuanya itu adalah penyakit yang dapat menguasai
jiwa, merasuk kedalam hati, dan menimbulkan kerusakan didalam batin manusia.[4]
3. Permulaan Wahyu
IMAM Bukhari meriwayatkan dari
Aisyah ra, menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata:
"Wahyu yang diterima oleh
Rasulullah saw dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau
melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau
digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwat (uzlah). Beliau melakukan
khalwat di gua Hira'-melakukan ibadah-selama bebe rapa malam, kemudian pulang
kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikianlah berulang kali
hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua
Hira'., Pada suatu hari datanglah Malikat lalu berkata, "Bacalah." Beliau
menjawab, "Aku tidak dapat membaca." Rasulullah saw mence ritakan
lebih lanjut: Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa
lemah sekali, kemudian aku dilepaskan. Ia berkata lagi, "Bacalah."
Aku menjawab, "Aku tidak dapat membaca." la mendekati aku lagi dan
mendekapku, sehingga aku merasa tak berdaya sama sekali, kemudian aku
dilepaskan. Ia berkata lagi, "Bacalah." Aku menjwab, "Aku tidak
dapat membaca." Untuk ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku hingga
aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi,
"Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan..... Menciptakan
manusia dari segumpal darah....." dan seterusnya.
Rasulullah saw segera pulang
dalam keadaan gemetar sekujur badannya menemui Khadijah, lalu berkata,
"Selimutilah aku... selimutilah aku." Kemudian beliau diselimuti
hingga hilang rasa takutnya. Setelah itu beliau berkata kepada Khadijah,
"Hai Khadijah, tahukah engkau mengapa aku tadi begitu?" Lalu beliau
menceritakan apa yang baru dialaminya. Selanjutnya beliau berkata: Aku
sesungguhnya khawatir terhadap diriku (dari gangguan makhluk jin).
Siti Khadijah menjawab: "Tidak
Bergembiralah! Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuat Anda kecewa.
Anda seorang yang suka menyambung tali keluarga, selalu menolong orang yang
susah, menghormati tamu dan membela orang yang berdiri di atas kebenaran.Beberapa
saat kemudian Khadijah mengajak Rasulullah saw pergi menemui Waraqah bin
Naufal, salah seorang anak paman Siti Khadijah Di masa jahiliyah ia memeluk
agama Nasrani. dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian
bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang sudah lanju usia dan
telah kehilangan penglihatan Kepadanya Khadijah berkata "Wahai anak pamanku,
dengarkanlah apa yang hendal
dikatakan oleh anak lelaki
saudaramu (yakni Muhammad saw) Waraqah bertanya kepada Muhammad saw, "Hai
anak saudaraku ada apakah gerangan?" Rasulullah saw kemudian menceritaka
apa yang dilihat dan dialami di gua Hira'. Setelah mendengarkar keterangan
Rasulullah saw Waraqah berkata, "Itu adalah Malaika yang pernah diutus
Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya sean dainya aku masih muda perkasa!
Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!
Rasulullah saw bertanya, "Apakah mereka akan mengusir aku?" Waraqah
menjawab, "Ya. Tak seorang pun yang datang membawa sepert yang kamu bawa
kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aky masih hidup dan mengalami hari
yang akan kamu hadapi itu, past kamu kubantu sekuat tenagaku." Tidak lama
kemudian Waraqal meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu lamanya Rasulullah
saw tidak menerima wahyu.Terjadi perselisihan tentang berapa lama wahyu tersebu
terhenti. Ada yang mengatakan tiga tahun, dan ada pula yang mengatakan kurang
dari itu. Pendapat yang lebih kuat ialah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi,
bahwa masa terhentinya wahy tersebut selama enam bulan.28)Tentang kedatangan
Jibril yang kedua, Bukhari meriwayatkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah,
ia berkata: Aku mendenga Rasulullah saw berbicara tentang terhentinya wahyu.
Beliau berkata kepadaku:
"Di saat aku sedang
berjalan, tiba-tiba aku mendengar suar dari langit. Ketika kepala kuangkat,
ternyata Malaikat yang datang kepadaku di gua Hira', kulihat sedang duduk di
kursi antara lang dan bumi. Aku segera pulang menemui istriku dan kukatakan
kepadanya, [5]"Selimutilah aku.... Selimutilah aku....
Selimutilah aku Sehubungan dengan itu Allah kemudian berfirman, "Hai orang
yang berselimut, bangunlah dan beri peringatan. Agungkanlah Rabb-masucikanlah
pakaianmu, dan jauhilah perbuatan dosa..." (al-Muddatstsir Sejak itu wahyu
mulai diturunkan secara kontinyu).
4. Nabi Muhammad Saw Menjadi Rasul dan Memiliki Misi
untuk Umat Islam
Memasuki usia 40 tahun, Nabi
Muhammad SAW sering berkhalwat (berdiam diri dengan merenungkan segala sesuatu
dan memohon petunjuk kepaai Allah), hal tersebut dilakukan seiring dengan
berbagai masalah yang dihadapi terutama berkaitan dengan situasi masyarakat
Mekah pada saat itu.
Dalam berkhalwat nabi Muhammad
SAW lebih sering memilih tempat yang jauh dari keramaian, dengan harapan lebih
tenang dan dapat berpikir secara jernih dan lebih khusyuk dalam berzikir kepada
Allah. Salah satu tempat yang digunakan untuk berkhalwat adalah di Gua Hira’,
di tempat inilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari Allah.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadan bertepatan dengan tanggal 6
Agustus tahun 610 M.
Dalam catatan sejarah
diterangkan bahwa ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat di Gua Hira’, beliau
didatangi Malaikat Jibril dengan membawa wahyu dari Allah dan menyuruh Nabi
Muhammad SAW untuk membacanya. Malaikat berkata, “Bacalah.” Kemudian beliau
menjawab, “Aku tidak dapat membaca’, hal tersebut diulang-ulang sampai tiga
kali. Nabi Muhammad tetap menjawab ” Aku tidak dapat membaca”. Dan akhirnya
Nabi bertanya, “Apa yang kubaca?” Selanjutnya Malaikat Jibril membacakan wahyu
Allah tersebut.
Bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu. Yang menciptakan. Yangmenjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena(tulis baca).
Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-‘AIaq: 1-5) Setelah
Malaikat Jibril membacakan ayat tersebut, lalu Nabi Muhammad SAW menirukannya,
sesaat kemudian Malaikat Jibril meninggalkan Nabi Muhammad SAW. Dengan diterima
wahyu Allah tersebut resmilah Muhammad ditetapkan oleh Allah sebagai rasul yang
bertugas untuk menyampaikan risalah kepada umatnya.
Pada saat menerima wahyu yang
pertama tersebut usia Nabi Muhammad SAW 40 tahun 6 bulan 8 hari (menurut
perhitungan tahun Masehi), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari (menurut perhitungan
tahun Hijriah). Setelah menerima wahyu dari Allah, Nabi Muhammad SAW buru-buru
pulang meninggalkan Gua Hira’ dalam keadaan gemetar, sehingga meminta istrinya
untuk menyelimuti badannya.
Adapun Misi Nabi Muhammad Saw
adalah sebagai berikut:
a.
Membawa ajaran Islam
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul saat berusia 40 tahun. Selama
kerasulannya kurang lebih 23 tahun beliau menyampaikan ajaran Islam.
b.
Menyampaikan ajaran dari allah SWT kepada umat islam.
Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadis,
yang berisi tentang akidah, syariah, ibadah, dan muamalah. Seluruh ajaran
tersebut disampaikan kepada umatnya agar menjadi hamba Allah yang baik, yakni
senantiasa beribadah dan berbuat baik kepada sesamanya, misalnya senantiasa
rajin salat dan mampu menjaga diri untuk tidak berbuat buruk
c.
Memberi kabar gembira dan peringatan kepada umat
manusia
Kabar gembira yang berupa nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dan
imbalan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang rajin ibadah, begitu pula
sebaliknya bagi hamba-Nya yang tidak mau beribadah kepada-Nya tentu akan diberi
peringatan dan balasan yang sangat menyedihkan, baik di dunia maupun kelak di
kemudian hari.
d.
Menyempurkan Akhlak Manusia
Manusia pada dasarnya baik, namun karena sesuatu sebab sehingga bersikap dan
berbuat yang tidak baik. Oleh karena itu misi Rasulullah SAW salah satunya
adalah menyempurnakan akhlak manusia agar menjadi baik.[6]
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Nabi Muhammad saw menikah
dengan Khadijah pada umur 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun.Dengan
duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin Muhammad melangsungkan perkawinannya
dengan Khadijah.
Anak-anak nabi Muhammad saw
dengan Khadijah adalah al-Qasim dan Abdullah yang dijuluki at-Tahir dan
at-Tayyib, serta puteri-puteri seperti Zainab, Ruqayya, Umm Kulthum dan
Fatimah.
1. Turunnya wahyu pertama di gua hira
surat al-alaq ayat 1-5.
2. Adapun misi Nabi Muhammad SAW adalah sebagai
berikut:
3. Membawa ajaran Islam.
4. Menyampaikan ajaran dari Allah SWT kepada umat
manusia.
5. Memberi kabar gembira dan peringatan kepada umat
manusia.
6. Menyempurnakan akhlak manusia
DAFTAR
PUSTAKA
Ikhbar al-Kiram bi Akhbar al-Masjid al-Haram,
Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Asadi al-Makki (w. 1066 H), al-Mathba'ah as
Salafiyyah Banaris, India, 1396 H/1276 M
Al-Adab al-Mufrad, Muhammad bin Ismail al-Bukhari (w.
256 H), cetakan Istambul, 1304 H.
Al-A'lam, Khairuddin az-Zarakli. Cetakan kedua, Kairo,
1945 M.
Al-Bidayah wan Nihayah, Ismail Ibnu Katsir
al-Dimasyqi, Math ba'ah as-Sa'adah, Mesir, 1932 M.
Bulughul Maram, Ahmad bin Hajar al-Asqalani (773-854
H), al Mathba'ah al-Qaumi, Kanfur India, 1323 H..
Tarikh Ardhi al-Qur'an, as-Sayyid Sulaiman an-Nadawi
(w. 1373 H), Ma'arif, India, 1955 M. (cetakan keempat).
Tarikh al-Islam, Syah Akbar
Khan Najib Abadi, Maktabah Rahmat Diwandi Yubi India.
[1] Muhammad Sai’d Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawi, (Jakarta: Robbani Press, 1999), hlm. 34
[2] Syaikh
Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah
Nabawi. ( Jakarta: Darul Haq, 2005 ) hlm. 74-75
[3] Muhammad Sa’Id
Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawi, hlm.45
[4] Syaikh
Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Sirah
Nabawi , hlm. 81-82
[5] Muhammad Sa’Id
Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawi, hlm.55-59
Komentar
Posting Komentar