MAKALAH KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS, ANAK BERBAKAT DAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
MAKALAH KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS, ANAK BERBAKAT DAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR
By: Ernayanti, Dkk.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Anak tunalaras
atau anak dengan kelainan perilaku sosial (tunasosial) adalah sebutan untuk
individu yang terindikasi memiliki gangguan, hambatan atau berkelainan dalam
hal mengontrol emosi dan perilaku sehingga kurang mampu dalam mematuhi sikap,
norma, atau nilai sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat pada umumnya. Batasan umur anak
tunalaras adalah antara umur 6 sampai 17 tahun dengan karakteristik bahwa anak
tersebut mengalami gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku.
Tunalaras atau tunasosial dikenal
juga dengan istilah medis sebagai emotional disturbances, behavior disorders,
emotionally handicapped, atau maladjusted children. Anak tunalaras adalah anak
yang mengalami gangguan emosi dan gangguan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya
ataupun masyarakat sekitarnya. Anak tunalaras juga mempunyai kebiasaan
melanggar norma dan nilai kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk sopan santun dalam berbicara maupun
bersosialisasi dengan orang lain.
Dan ada bedanya dengan anak yang
berbakat, Renzuli berpendapat bahwa anak berbakat merupakan satu interaksi
dianatara tiga dasar sifat manusia yang menyatu, ikatan terdiri dari kemampuan
umum dengan tingkatnya diatas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi
terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi.
Dan anak yang berkesulitan belajar pasti memiliki gangguan belajar kemampuan yang diperoleh dalam penggunaan keahlian khusus atau informasi secara luas dihasilkan dari kekurangan belajar, perhatian, ingatan atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademik. Jadi dari latar belakang masalah akan diuraikan penjelasan yang akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Klasifikasi anak Tunalaras?
2. Apa yang menyebabkan anak yang mempunyai bakat?
3. Bagaimana cara mengatasi anak yang berkesulitan belajar?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana klsifikasi anak tunalaras
2. Untuk mengetahui penyebab anak yang mempunyai bakat
3. Untuk mengetahui penyebab anak yang berkesulitan belajar
4. Untuk mengetahui apa saja pengaruh anak yang berkesulitan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi
Anak Tunalaras
1. Pengertian Anak Tunalaras
Anak tunalaras merupakan anak dengan
hambatan, gangguan atau kelainan tingkah laku dan emosi yang tidak dapat berinteraksi dan
beradaptasi dengan baik sehingga kurang dapat diterima oleh lingkungannya. Anak
tunalaras atau anak tunasosial adalah bentuk tingkah laku anak yang menunjukkan
penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang berwujud seperti
mencuri, mengganggu atau menyakiti orang lain. Selain itu, anak tunalaras juga
mempunyai kebiasaan melanggar nilai kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sopan santun dalam berbicara maupun
bersosialisasi dengan orang lain[1].
Defenisi anak tunalaras dari beberapa sumber yaitu
:
· Menurut Efendi (2006), tunalaras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri ataupun orang lain.
· Menurut Delphie (2006), tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Anak tunalaras disebut juga dengan istilah medis emotionally handicapped atau behavioral disorder.
· Menurut Somantri (2007), tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
· Menurut Wardani, dkk (2007), tunalaras adalah anak yang secara terus menerus menunjukkan penyimpangan perilaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian diri, walaupun telah menerima layanan belajar serta bimbingan.
· Menurut Kosasih (2012), tunalaras adalah sebutan untuk anak yang terindikasi memiliki gangguan dalam hal emosi dan perilaku, yang diakibatkan oleh masalah intrapersonal sehingga ia mengalami kesulitan dalam berperilaku sesuai norma yang ada di masyarakat pada umumnya.
· Menurut Pratiwi dan Murtiningsih (2013), tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan kepribadian, sehingga tidak selaras dengan norma di lingkungan sekitarnya.
2. Klasifikasi Anak Tunalaras
Menurut Sunardi (1995), anak tunalaras atau tunasosial
dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu berdasarkan klasifikasi
psikiatris dan klasifikasi behavioristik. Adapun penjelasan jenis klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi Psikiatris
Berdasarkan tingkatan ringan, sedang atau berat, tunalaras dibagi menjadi:
1. Tingkat ringan atau sedang, meliputi neurosis, psychoneurosis, gangguan perilaku kepribadian yaitu penyimpangan perilaku ditandai dengan konflik emosi dan kecemasan tetapi masih mempunyai hubungan dengan dunia nyata.
2. Tingkat berat, meliputi (1) Psychosis: yaitu penyimpangan perilaku ditandai dengan penyimpangan dari pola-pola perilaku normal dalam berpikir dan bertindak. (2) Schizophrenia: yaitu gangguan jiwa ditandai dengan distorsi berpikir, persepsi tidak normal, dan perilaku atau emosi yang aneh. (3) Autism: gangguan jiwa tingkat berat pada masa anak-anak, ditandai dengan isolasi diri secara berlebihan, perilaku aneh, keterlambatan perkembangan, biasanya dapat diamati sebelum usia 2,5 tahun.
b. Klasifikasi Behavioristic
Berdasarkan perilakunya, anak tunalaras dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1. Conduct disorder, juga disebut unsocialized aggression, yaitu ketidakmampuan mengendalikan diri seperti berkelahi, memukul, menyerang orang lain, pemarah, tidak patuh, menentang, merusak milik orang lain, kurang ajar, nakal, hiperaktif, menolak arahan, mudah terganggu perhatiannya, mencuri, menyalahkan orang lain, gaduh, dan ramai.
2. Socialized aggression, yaitu berbagai perilaku yang dilakukan secara berkelompok, seperti bertemu dengan anak-anak jahat, mencuri secara kelompok, setia dengan teman-teman yang nakal, menjadi anggota geng, keluar rumah sampai larut malam, bolos dari sekolah, dan lari dari rumah.
3. Anxiety-withdrwal, juga disebut personality problem, adalah perilaku yang berkaitan dengan kepribadian seperti, cemas, takut, tegang, sangat pemalu, menyendiri, tidak berteman, sedih, depresi, terlalu sensitif, terlalu perasa, merasa rendah diri, kurang percaya diri, mudah bingung, sangat tertutup, dan sering menangis.
4. Immaturity/inadequacy, yaitu kelompok perilaku yang menunjukkan sikap kurang dewasa, kurang matang, seperti kemampuan memperhatikan pendek, tak dapat berkonsentrasi, melamun, kaku, pasif, kesulitan memperhatikan, kurang minat, gagal menyelesaikan sesuatu, ceroboh, dan tidak rapi.
Adapun menurut Meimulyani dan Caryoto (2013), berdasarkan jenis gangguan yang dialami, anak tunalaras atau tunasosial dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:
a. Gangguan penyesuaian diri dengan lingkungan
Anak tunalaras yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. The semi-socialized child. Anak yang termasuk kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu. Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Di lingkungan sekolah, karena perilaku mereka sudah diarahkan oleh kelompoknya, maka sering kali menunjukkan perilaku memberontak karena tidak mau terikat oleh peraturan di luar kelompoknya. Dengan demikian anak selalu merasakan ada masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
2. Children arrested at a primitive level or socialization. Anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya berhenti pada level atau tingkat yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan ke arah sikap sosial dan terlantar dari pendidikan sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari orang tua, yang berakibat pada perilaku anak kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.
3. Children with minimum socialization capacit. Anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak bersifat apatis dan egois.
b. Gangguan Emosi
Anak tunalaras yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
1. Neurotic behavior. Anak pada kelompok ini masih dapat bergaul dengan orang lain, tetapi mereka mempunyai permasalahan pribadi yang tidak dapat diselesaikan. Mereka sering dan mudah sekali dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan marah, cemas, dan agresif serta rasa bersalah dan kadang-kadang mereka melakukan tindakan lain seperti yang dilakukan oleh anak unsocialized. Anak pada kelompok ini dapat dibantu dengan terapi seorang konselor.
2. Children with psychotic processes. Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus, mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Hal ini disebabkan karena gangguan dari sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya minum minuman keras dan obat-obatan.
Karakteristik Perkembangan Anak Tunalaras
a. Perkembangan Kognitif
Anak tunalaras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Prestasi yang rendah di sekolah disebabkan mereka kehilangan minat dan konsentrasi belajar karena masalah gangguan emosi yang mereka alami. Kegagalan dalam belajar di sekolah sering kali menimbulkan anggapan bahwa mereka memiliki intelegensi yang rendah. Kelemahan dalam perkembangan kecerdasan ini justru yang menjadi penyebab timbulnya gangguan tingkah laku. Masalah yang dihadapi anak dengan intelegensi rendah di sekolah adalah ketidakmampuan untuk menyamai teman-temannya, padahal pada dasarnya seorang anak tidak ingin berbeda dengan kelompoknya terutama yang berkaitan dengan prestasi belajar.
b. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian merupakan struktur yang unik, tidak ada dua individu yang memiliki kepribadian sama. Para ahli mendefinisikan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamis pada sistem psikofisis individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tingkah laku yang ditampilkan orang ini erat sekali kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Konflik psikis dapat terjadi apabila terjadi benturan antara usaha pemenuhan kebutuhan dengan norma sosial. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian konflik, dapat menjadikan stabilitas emosi terganggu. Selanjutnya mendorong terjadinya perilaku menyimpang dan dapat menimbulkan frustrasi pada diri individu.
c. Perkembangan Emosi
Terganggunya perkembangan emosi merupakan penyebab dari tingkah laku anak tunalaras. Ciri yang menonjol pada mereka adalah kehidupan emosi yang tidak stabil, ketidakmampuan mengekspresikan emosi secara tepat, dan pengendalian diri yang kurang sehingga mereka sering kali menjadi sangat emosional. Terganggunya kehidupan emosi ini terjadi sebagai akibat ketidakberhasilan anak dalam melewati fase-fase perkembangan.
d. Perkembangan Sosial
Sebagaimana telah kita pahami bahwa anak tunalaras mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain atau lingkungannya. Hal ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membentuk hubungan sosial dengan semua orang. Dalam banyak kejadian ternyata mereka dapat menjalin hubungan sosial yang sangat erat dengan teman-temannya. Anak tunalaras memiliki penghayatan yang keliru, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya. Mereka menganggap dirinya tidak berguna bagi orang lain dan merasa tidak berperasaan. Oleh karena itu timbullah kesulitan apabila akan menjalin hubungan dengan mereka.
Program pendidikan bagi anak dengan gangguan emosi membutuhkan perhatian termasuk dukungan moral, bantuan agar mereka menguasai akademisnya, membangun kemampuan sosialnya, meningkatkan kesadaran diri, kemampuan mengontrol diri dan kepercayaan diri. Menurut Meimulyani dan Caryoto (2013), terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak tunalaras, yaitu:
1. Berusaha mengatasi
semua masalahnya dengan menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kondisi
anak tunalaras.
2. Berusaha mengembangkan
kemampuan fisik, mengembangkan bakat dan menegmbangkan intelektual
3. Memberi keterampilan
khusus untuk bekal hidupnya.
4. Memberi kesempatan
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
5. Member rasa aman agar
mereka punya percaya diri dan tidak merasa disia-siakan oleh lingkungan
sekitar.
6. Menciptakan suasana
yang tidak menambah rasa rendah diri dan rasa bersalah bagi anak tunalaras[2].
B.
Anak Berbakat
Renzuli berpendapat bahwa anak berbakat
merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu, ikatan
terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata,
komitmen yang tinggi terhadap tugas tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak
berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga
sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak
yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu memperoleh kesempatan pendidikan yang
luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler
(Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted
adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh
anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak anak gifted memiliki pandangan
sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan
sesudah anak dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para
ahli ialah anak-anak gifted mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Dalam
hal superioritas bidang akademik tidak sulit untuk dipahami, sebab salah satu
syarat penting untuk meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan
intelegensi. Kepribadian yang dimiliki oleh anak gifted juga menjadi bagian
yang mempengaruhi karya dan prestasinya. Dengan dasar kepribadian yang baik
maka akan dilahirkan pula karya-karya yang baik pula, sehingga manfaat yang
diberikan menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui
bahwa sebuah karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruhi yang besar
pula kepada hidup dan kehidupan manusia[3].
1. Karakteristik Anak Berbakat
Sebagai mahluk sosial, anak berbakat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat,
pemikiran, sikap dan aktivitas anggota masyarakat yang lain. Dalam pergaulan
inilah emosi mereka merasa sedih atau bahagia. Ditinjau dari budaya, anak
berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh
kebudayaan di manamereka memperoleh pengalaman budaya dari lingkungannya
Disamping itu faktor agama akan memberikan dasar dan norma pribadi anak
berbakat. Untuk mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat
beberapa segi diantaranya sebagai berikut:
1. Potensi
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Berdasarkan studi yang dilakukan U. Branfenbrenner (1972) dan Scarr Salaptek (1975) terhadap tingkat kecerdasan bahwa U. Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.
2. Cara menghadapi masalah
Setiap anak berbakat dalam menghadapi masalah selalu melibatkan seluruh aspek psikologis dan biologis pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan dan alat yang strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif. Langkah awal dapat dilihat bahwa setiap anak berbakat mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui banyak hal (Gearheart, 1980) kemudian mereka akan melakukan ekspedisi dan eksplorasi terhadap pengukuran saja. Prilaku anak berbakat akan muncul dari hasil pemikiran. Tingkah laku yang dimunculkan dala bentuk pertanyaan-pertanyaan kritis. Pertanyaan ini dituj pada diri sendiri atau orang lain (sebaya atau orang dewasa).
3. Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik. psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubul yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis. Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979). Secara psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima[4].
2. Menangani anak berbakat
Kemampuan dasar atau bakat luar biasa yang dimiliki seorang anak
memerlukan serangkaian perangsang (stimulasi) yang sistematis, terencana dan
terjadwal sehingga bakat yang dimiliki menjadi aktual dan berfungsi secara
optimal. Pendidikan khusus yang akan diberikan kepada anak-anak berbakat luar
biasa jelas mempunyai tujuan mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki
seorang anak agar bisa mencapai prestasi yang luar biasa, sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh pendidik, masyarakat dan pemerintah.
C. Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan
belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan dilapangan ilmu
pendidkan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Kesulitan belajar khusus adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan[5].
Anak yang berkesulitan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh,
menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas,
dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan
mempengaruhi performa akademi. Gangguan belajar sangat berbeda dari
keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual
tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada
anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara
luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar
a. Gangguan
membaca,
b. Gangguan
menuliskan ekspresi,
c. Gangguan
matematik.
Penyebab gangguan belajar tidak
sepenuhnya dimengerti. Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang
berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau
numerik dan pertimbangan ruang Diperkirakan sampai 15% anak hersekolah di Amerika
Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu gangguan belajar.
Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding
satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa
mengalami gangguan belajar. Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak
kurang baik di sekolah dan gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak
dengan jenis gangguan belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan
baik, menghindari diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang
lama.
2.
Gejala
anak berkesulitan belajar
Anak kecil kemungkinan lambat untuk
mempelajari nama-nama warna atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek
yang dikenal, untuk menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar
lain. Belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala
lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang
kacau. berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak
tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi
motor yang baik, seperti mencetak dan mengkopi. Anak dengan gangguan belajar
bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan
kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau,
hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.
3.
Diagnosa Anak berkesulitan belajar
Anak yang tidak membaca atau
belajar pada tingkatan yang diharapkan untuk kemampuan verbal atau kecerdasan
harus dievaluasi. Pemeriksaan pendengaran dan penglihatan harus dijalankan,
karena masalah pikiran sehat ini bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca
dan menulis. Agar mengetahui dengan tepat perlu melakukan rangkaian tes
kecerdasan, baik verbal maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca,
menulis, dan keahlian aritmatik.
4.
Pengobatan
untuk anak yang berkesulitan belajar
Pengobatan yang paling berguna
untuk gangguan belajar adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan
dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan aditif, menggunakan
vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali
dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada
pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Beberapa
anak yang berkesulitan belajar mengalami ADHD (deficit hyperactivity
disorder) atau disebut dengan gangguan mental yang menyebabkan anak sulit
memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku implusif dan hiperaktif,kondisi
ini dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah. Obat-obatan tertentu
seperti, methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi,
meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.
Ketidakmampuan belajar dapat di
kategorikan baik dengan jenis pengelolaan informasi yang dipengaruhi atau
dengan kesulitan-kesulitan khusus yang disebabkan oleh kekurangan pengelolaan.
Penyebab ketidakmampuan belajar tidak dapat dipahami secara pasti, dan kadang
tidak ada penyebab jelas untuk ketidakmampuan belajar pada anak. Namun ada
beberapa penyebab gangguan neurologis yaitu, keturunan, ataupun
kecelakaan setelah melahirkan. Neuropsikologi dapat berdampak pada persepsi
terhadap masalah sosial dengan teman sebaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak tunalaras merupakan anak dengan hambatan, gangguan atau kelainan
tingkah laku dan
emosi yang tidak dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan baik sehingga kurang
dapat diterima oleh lingkungannya. Anak tunalaras atau anak tunasosial adalah
bentuk tingkah laku anak yang menunjukkan penentangan terhadap norma-norma
sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu atau menyakiti
orang lain. Selain itu, anak tunalaras juga mempunyai kebiasaan melanggar nilai
kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk sopan santun dalam berbicara maupun bersosialisasi dengan orang lain.
Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara
tiga sifat dasar manusia yang menyatu, ikatan terdiri dari kemampuan umum
dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap
tugas tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki
kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan
dalam setiap tindakan yang bernilai.
Anak yang berkesulitan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi. Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso Hargio“cara
memahami dan mendidik anak berkebutuhan khusus” (cetakan pertama) 2021
Abdurrahman Mulyono “Anak berkesulitan
belajar: Teori, diagnosis dan remediasinya Jakarta: Rineka cipta, 2012
Riadi Muchlisin, anak tunalaras (klasifikasi, karakteristik dan layanan
pendidikan) jakarta 2022
Riadi, Muchlisin. (2022). Anak
Tunalaras (Klasifikasi, Karakteristik, dan Layanan Pendidikan). Diakses pada 6/10/2022, dari:
https://www.kajianpustaka.com/2022/05/anak-tunalaras.html
[1]Muchlisin Riadi, anak tunalaras
(klasifikasi, karakteristik dan layanan pendidikan) jakarta 2022 hlm 1-2
[2]Riadi,
Muchlisin. Anak Tunalaras
(Klasifikasi, Karakteristik, dan Layanan Pendidikan).2022, dari https://www.kajianpustaka.com/2022/05/anak-tunalaras.html
[3] Hargio santoso,
“cara memahami & mendidik anak berkebutuhan khusus” (sendangadi,
miati, sleman, yogyakarta 2021) hlm 57-58
[4]Hargio santoso, “cara memahami &
mendidik anak berkebutuhan khusus” (sendangadi, miati, sleman, yogyakarta
2021) hlm 59-63
[5] Prof. Dr Mulyono Abdurrahman, “anak
berkesulitan belajar” (teori diagnosis dan remediasinya) jakarta: Rineka
cipta 2012 hlm1-2
Komentar
Posting Komentar