MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH TENTANG ETIKA GURU TERHADAP SESAMA GURU (TEMAN SEJAWAT)

MAKALAH TENTANG ETIKA GURU TERHADAP SESAMA GURU (TEMAN SEJAWAT)

By: Riyadoh, Dkk.

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah sekaligus memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan dapat membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Deden, 2011). Namun demikian, untuk mengetahui keterlaksanaan tugas guru tersebut, diperlukan penilaian kinerja dengan kriteria-kriteria penilaian yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Interaksi seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya, tidak saja terjadi antara guru dengan siswa, akan tetapi juga terjadi dengan rekan sejawat, orang tua siswa, dan masyarakat. Dalam interaksi tersebut, perbedaan pendapat, persepsi, dan harapan sulit untuk dielakkan. Dan perbedaan-perbedaan tersebut sering kali menimbulkan masalah apalagi di era globalisasi saat ini.

Dalam berinteraksi dengan siswa, guru harus  menciptakan iklim belajar yang kondusif dan harmonis. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kehangatan, perhatian, keterbukaan, ketulusan dan sebagainya. Dengan kondisi belajar seperti ini, akan menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar.

B.  Rumusan Masalah

1.    Apa  pengertian etika profesi keguruan?

2.    Bagaimana etika guru terhadap sesama guru?

3.    Bagaimana adab bergaul dalam Islam?

 

C.  Tujuan Masalah

1.    Untuk mengetahui pengertian etika profesi keguruan.

2.    Untuk mengetahui etika guru terhadap sesama guru.

3.    Untuk mengetahui adab bergaul dalam Islam.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian etika profesi keguruan

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa yunani, ethos, yang artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan (costum). Etika berkaitan erat dengan moral, istilah bahasa Latin yaitu mos, atau dalam bentuk jamaknya mores, yang artinya adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan hal-hal yang baik dan menghindari perbuatan yang buruk.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian atau jabatan yang memiliki fungsi dan signifikan social, yang menentukan keterampilan dengan keahlian tertentu, memerlukan pendidikan tingkat tinggi dengan waktu yang lama.

Guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Dalam islam makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.[1]

Berdasarkan ketiga pegertian tersebut, maka etika profesi keguruan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik professional. Sebagai filsafat, etika profesi keguruan, memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai perbuatan baik yang harus dikakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sederajat, dan masyarakat.

Sementara itu sebagai filsafat dan ilmu, etika profesi keguruan menghendaki ukuran atau standar perilaku yang umum dilakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sederajat, dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan seperti apakah standar perilaku yang harus dilakukan oleh guru secara umum.[2] 

 

B.  Etika Guru Terhadap Sesama Guru

Dalam hubungan guru dengan rekan sejawat ada beberapa hal yang harus dilakukan, menghendaki supaya guru menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai berikut :

1. Membantu dalam menentukan dan menjalankan kebijakan-kebijakan sekolah.

2. Membantu teman-temannya dengan nasihat-nasihat yang konstruktif dan pikiran-pikiran yang membantu.

3. menghargai dengan ikhlas bantuan yang diterima dan kemajuan-kemajuan yang dicapai.

4. Membantu teman-teman untuk memperoleh promosi yang patut di dapat.

5. Menjauhkan diri campur tangan, perkara-perkara antara guru-guru dan murid-murid kecuali jika kedudukannya yang resmi mengharuskan.

6. Menjauhkan ocehan atau kecaman yang bersifat menentang tentang guru-guru lain.

7. Berbicara secara konstruktif tentang guru-guru lain, akan tetapi melaporkan secara jujur kepada pejabat-pejabat yang berwenang dalam perkara-perkara yang menyangkut kesejahteraan murid-murid, sekolah dan jabatan.

8. Menggabungkan diri dengan aktif dalam organisasi-organisasi guru.

 

Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini berarti bahwa:

 

1. Guru hendaknya menciptakan dan memlihara hubngan sesama guru dalam   lingkungan kerjanya, dan

2. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.

Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hubungan yang harmonis perilaku diciptakan dengan mewujudkan persaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.

Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.[3]

Etika guru terhadap teman sejawat

1.    Dalam bergaul dengan sesama guru hendaknya bersifat terus terang jujur dan terbuka.

2.    Diantara sesama guru hendaknya selalu ada kesediaan untuk saling memberi saran, nasehat dalam rangka melaksanakan jabatan masing-masing.

3.    Di dalam menunaikan tugas dan memecahkan persoalan bersama hendaknya saling tolong menolong dan penuh toleransi.

4.    Guru hendaknya tidak saling menggunjing sesama guru.[4]

 

Selain itu adab sesama guru juga antara lain:

1. Bergaul dengan mukmin

sebaiknya kita berteman dekat dengan orang mukmin. Ingatlah bahwa teman dekat sangat mempengaruhi karakter kita nantinya. Rasul sendiri telah menyarankan agar kita dekat dengan mukmin.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan seorang mukmin. Janganlah memakan makananmu melainkan orang bertakwa,” (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi no. 2395. Hadits ini hasan kata Syaikh Al Alba ).

Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali menjelaskan,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

2. Selalu berkata baik

Ketika kita berbicara dengan teman, hendaknya gunakanlah perkataan yang baik. Berkomunikasilah dengan tutur kata yang lembut dan penuh kasih sayang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya (HR. Abu Dawud No. 4682 dan At-Tirmidzi No. 1163. (Ash-Shahihah No. 284).

3. Berpakaian yang baik

Sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk selalu menjaga aurat dalam Al Quran,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb (33) :59]

Maka ketika kita bergaul, hendaknya kita juga tetap menjaga pakaian yang kita gunakan untuk selalu sopan dan menutu aurat dengan sempurna, terutama jika berada di keramaian.

4. Tidak memotong pembicaraan

Ketika teman sedang berbicara, maka janganlah kamu memotong pembicaraan mereka. Memotong pembicaraan seseorang merupakan perbuatan yang tidak sopan dan tidak menghargai orang lain.

Rasulullah bersabda, “Jika engkau mengatakan ‘diamlah’ kepada orang-orang ketika mereka sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri.” (HR. Ahmad 2/318, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/328)

5. Menghindari debat

Untuk menjaga pertemanan yang baik, maka sudah sebaiknya kita menghindari debat. Bahkan meskip[un kita tahu bahwa kita berada di pihak yang benar, namun hendaknya kita menghindarinya.

Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi).

6. Saling menasehati

Salah satu adab berteman yang baik yang saat ini banyak ditinggalkan adalah saling menasehati. Sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita saling mengingatkan dan menasehati. Saling menasehati juga merupakan perintah Allah SWT yang termaktub dalam Al Quran,

Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

7. Saling memberi hadiah

Rasa kasih sayang dalam sebuah pertemanan akan semakin indah jika dibarengi dengan saling memberi hadiah. Tidak perlu memberikan hadiah yang mewah, namun hanya dengan hadiah yang kecil saja sudah sangat menyenangkan hati teman.

Rasulullah pernah bersabda:

تَهَادُوْا تَحَابُّوْا

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601).

8. Menjaga rahasia

Dalam pertemanan, jika terdapat sebuah rahasia yang disampaikan maka hendaklah disimpan rapat-rapat. Sebagaimana yang telah dicontohkan para sahabat.

Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أتَى عَلَيَّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وَأنَا ألْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ ، فَسَلمَ عَلَيْنَا ، فَبَعَثَني إِلَى حاجَةٍ ، فَأبْطَأتُ عَلَى أُمِّي . فَلَمَّا جِئْتُ ، قالت : مَا حَبَسَكَ ؟ فقلتُ : بَعَثَني رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – لِحَاجَةٍ ، قالت : مَا حَاجَتُهُ ؟ قُلْتُ : إنَّهاَ سرٌّ . قالت : لا تُخْبِرَنَّ بِسرِّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أحَداً ، قَالَ أنَسٌ : وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أحَداً لَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَا ثَابِتُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang menahanmu?’”   Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk sesuatu keperluannya.”   Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?”   Aku menjawab, “Itu adalah rahasia.”   Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut kepada siapapun juga.”   Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari dengan ringkas).[5]

 

BAB III

PENUTUP

 A. Kesimpulan

 Etika profesi keguruan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik professional. Sebagai filsafat, etika profesi keguruan, memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai perbuatan baik yang harus dikakukan oleh guru ketika menjalin relasi dengan dirinya sendiri, peserta didik, wali peserta didik, rekan sederajat, dan masyarakat.
Dalam hubungan guru dengan rekan sejawat ada beberapa hal yang harus dilakukan, menghendaki supaya guru menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai berikut :

1. Membantu dalam menentukan dan menjalankan kebijakan-kebijakan sekolah.
2. Membantu teman-temannya dengan nasihat-nasihat yang konstruktif dan pikiran-pikiran yang  
    membantu.
3. menghargai dengan ikhlas bantuan yang diterima dan kemajuan-kemajuan yang dicapai.
4. Membantu teman-teman untuk memperoleh promosi yang patut di dapat.
5. Menjauhkan diri campur tangan, perkara-perkara antara guru-guru dan murid-murid kecuali jika
    kedudukannya yang resmi mengharuskan.
6. Menjauhkan ocehan atau kecaman yang bersifat menentang tentang guru-guru lain.
7. Berbicara secara konstruktif tentang guru-guru lain, akan tetapi melaporkan secara jujur kepada
    pejabat-pejabat yang berwenang dalam perkara-perkara yang menyangkut kesejahteraan murid- 
    murid, sekolah dan jabatan.
8. Menggabungkan diri dengan aktif dalam organisasi-organisasi guru.

Adapun adab bergaul dalam Islam yaitu :

1.      Bergaul  dengan mukmin.

2.      Selalu berkata baik.

3.      Berpakaian yang baik.

4.      Tidak memotong pembicaraan.

5.      Menghindari debat.

6.      Saling menasehati.

7.      Saling member hadiah.

8.      Menjaga rahasia.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dewi ,Annisa Anita, Guru Mata Tombak Pendidikan, Jawa Barat :: CV Jejak, 2018.

 Ayunidalisa.blogspot.com, Makalah Etika Guru Terhadap Teman, diakses pada 01-11-12, pukul 21:38.

 Reycal78.wordpress.com, Etika Profesi Keguruan, diakses pada 01-11-2020, pukul 22:06.

 Tenntang rasa.blogspot.com, Makalah Etika Teman Sejawat, diakses pada 01-11-2020, pukul 21:53.

DalamIslam.com, 8 Adab Berteman dalam Islam dan Dalilnya, diakses pada 02-11-2020, pukul 00:41.



[1] Ayunidalisa.blogspot.com, Makalah Etika Guru Terhadap Teman, diakses pada 01-11-12, pukul 21:38.

[2] Reycal78.wordpress.com, Etika Profesi Keguruan, diakses pada 01-11-2020, pukul 22:06.

[3] Tenntang rasa.blogspot.com, Makalah Etika Teman Sejawat, diakses pada 01-11-2020, pukul 21:53.

[4] Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan, (Jawa Barat :: CV Jejak, 2018), hal. 32.  

[5] DalamIslam.com, 8 Adab Berteman dalam Islam dan Dalilnya, diakses pada 02-11-2020, pukul 00:41.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL