MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH KEPERIBADIAN GURU

 MAKALAH KEPERIBADIAN GURU

By: Adawiyah


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Guru merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam pendidikan. Guru adalah suatu amanah yang sangat berat untuk dilaksanakan. Dikatakan berat, karena guru harus membimbing dan mengarahkan peserta didiknya kearah yang positif dan lebih baik. Seorang guru bisa mengemban amanah sebagi pendidik dengan baik, apabila ia mengerti akan berbagai teori yang menyangkut dirinya yang bertugas sebagai guru. Jadi kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode perilaku yang diharapkan masyarakat dan sifaf pekerjaannya.

Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan. Pendidikan dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap semua aspek yang ada dalam anak didik. Dalam Islam, orang yang pertama bertanggung jawab adalah ayah dan ibu (orang tua), tapi seiring berkembangnya dan kemajuan zaman tugas itu diserahkan kepada pihak lembaga pendidikan yang bertugas sebagai pendidik kedua setelah orang tua.

Oleh karena itu, seorang guru dikatakan profesional jika telah melekat padanya kompetensi kepribadian yang mencakup pribadi yang disiplin, pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, memiliki akhlak yang mulia dan menjadikan peserta didiknya menjadi insan kamil. Factor terpenting seorang guru adalah kepribadiannya   . kepribadian itulah yang menentukan apakah pendidik bisa menjadikan anak didiknya menjadi baik atau tidak, sehingga menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat sekitarnya.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah Pengertian Kepribadian Guru?

2.       Bagaimana Kepribadian Guru Dalam Al-Qur’an dan Hadist?

3.      Apakah Manfaat Kepribadian Guru?

 

C.    Tujuan Masalah

1.      Untuk Mengetahui Pengertian Kepribadian Guru.

2.       Untuk Mengetahui Kepribadian Guru Dalam Al-Qur’an dan Hadist

3.      Untuk Mengetahui Manfaat Kepribadian Guru.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Kepribadian Guru

Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker)yang dipakainya. Pada mulanya istilah per­sona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.

Istilah personality terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psikofisik yang menyebabkan individu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya, kepercayaannya, nilai-nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.[1]

Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus. [2]

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri yang miliki. Kepribadian sebenarnya adalah suatu yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan cara menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah sesuatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Walaupun gambaran tentang guru itu tidak lengkap dan mungkin juga tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotip guru itu.

Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Orang yang berintelegensi tinggi akan menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam kenyataaan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dapat melakukan tugasnya dengan baik sebagai profesi lainnya.[3]

Kepribadian mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasan-kebiasan belajar siswa. Sejumlah percobaan dan hasil-hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali yang dipelajari oleh siswa dari gurunya. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat belajar yang terus menerus pada diri siswa yang bersumber dari kepribadian guru.[4]

Kepribadian guru juga merupakan satu sisi yang selalu menjadi sorotan karena guru menjadi teladan baik bagi anak didik atau bagi masyarakat, untuk itu guru harus bisa menjaga diri dengan tetap mengedepankan profesionalismenya dengan penuh amanah, arif dan bijaksana sehingga masyarakat dan peserta didik lebih mudah meneladani guru yang memiliki kepribadian utuh bukan kepribadian yang terbelah.

Sebagai seorang yang menjadi teladan, guru adalah seorang yang telah dewasa, bisa bertanggung jawab kepada anak didik dalam mengembangkan jasmani dan rohaninya, taat kepada Tuhan, dan sosial terhadap sesamanya sehingga sebagai individu ia patut menjadi teladan bagi anak didik dan masyarakatnya. Selain mentransfer ilmu kepada anak didik ia juga harus mampu menciptakan anak didik yang berkepribadian mulia.

Saat ini banyak orang pintar, pandai, cerdas IQ-nya tetapi tidak memiliki kepribadian yang baik dan tidak memiliki kecerdasan emosional dan spiritual, sehingga ia tidak mampu memanfaatkan kelebihannya dengan baik untuk diri dan sesamanya. Guru yang memiliki multi kecerdasan dan berkepribadian utama ia akan menjadi tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik yang diperlukan pada masya sekarang.[5]

 

B.     Kepribadian Guru dalam Al-Quran dan Hadist

 Pribadi yang arif bijaksana seperti ini sangat perlu dimiliki seorang guru yang menginginkan anak didiknya memiliki perilaku-prilaku yang baik menurut syariat.[6]
            Sifat guru yang tergambar dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Daramiy adalah menerangkan untuk takut kepada Allah, tidak sombong, dzikir, serta memohon ampun kepada Allah.

 

أخبرنا أَحمد  بن عبد الله حدثنا زائدة عن الأعمش عن مسلم عن مسروق قال :

كفى بالمرء علما أن يخش الله، و كفى بالمرء جهلا أن يعجب بعلمه. قال و قال مسروق :

المرء حقيق أن تكون له مجالس يخلو فيها فيذكر ذنوبه فيستغفر اللهَ- الدارمي

 

“Menceritakan kepada kami ahmad bin ‘abdullah, menceritakan kepada kami zaidah  dari al- a’masy dari muslim dari masruq berkata: Cukup bagi seseorang yang berilmu untuk takut kepada Allah. Dan cukup bagi seorang yang bodoh untuk membanggakan ilmunya. Muslim Berkata, dan masruq berkata: seseorang yang benar adalah apabila dia dalam majlis yang kosong didalamnya, maka ia akan mengingat dosanya dan memohon ampun kepada Allah”.

 

  Hadits diatas memberikan gambaran, bahwa seorang guru harus mempunyai sifat takut, yang bisa diperluas dengan menggunakan kata taqwa. Taqwa disini dimaksudkan agar guru senantiasa merasa takut untuk berbuat yang dilarang, agar anak didiknya tidak meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Hal semacam ini yang penting untuk diterapkan oleh guru. Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar atau mentransfer ilmu. Akan tetapi sangat jauh dari pada itu, seorang guru adalah pendidik dari semua aspek yang ada pada manusia baik dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Selain takut kepada Allah, hadits diatas juga melarang untuk menyombongkan diri dengan ilmu, dan senantiasa mengingat dosa atau kesalahannya lalu meminta ampun kepada Allah SWT. Matan hadits diatas hendaknya dilaksanakan dengan baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.         

   Selanjutnya sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik, banyak dibahas dalam Alqur’an, diantaranya dalam Surat Ar-rahman ayat 1.

 

الرَّحْمَنُ (1)

(tuhan) yang Maha pemurah

 

 Ayat diatas menggambarkan akan sifat guru yang harus memiliki rasa kasih sayang. Hal ini dimaksudkan agar guru senantiasa memberikan limpahan perasaan yang mendalam kepada seluruh anak didiknya dengan kasih sayang agar kegiatan belajar berjalan dengan khidmat dan tentunya dapat membuat anak didik merasa nyaman ketika belajar serta KBM (kegiatan belajar mengajar) akan membuahkan hasil yang baik sesuai dengan keinginan.

 Kepribadian yang baik seorang guru akan baik, akan senantiasa memperlancar kegiatan belajar, dan dengan pribadi baik pula akan menghasilkan pendidikan yang di inginkan. Dalam Al-qur’an juga banyak membahas tentang berbagai sifat yang baik, yang secara eksplisit harus dimiliki oleh seorang guru. Dalam surat An-najm ayat 5 menjelaskan tentang sifat kuat.

 

عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5)

 

Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.

 

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW di ajari oleh jibril. Jibril itu sangat kuat, baik ilmunya maupun amalnya. Dalam firman Allah SWT dijelaskan dalam surat At-Takwir: 19-21:

 

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (19) ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (20) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (21)

 

Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.

 

Kemudian Nabi Muhammad SAW mempelajarinya dan mengamalkannya.

Ayat ini merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongeng (legenda-legenda) orang-orang dahulu. Dari sini jelas bahwa Rasulullah SAW itu bukan di ajari seorang manusia akan tetapi di ajari oleh malaikat jibril yang sangat kuat,

  Yang dimaksud syadidul quwa pada surat An najm ayat 5 adalah malaikat jibril, yang selanjutnya disifati dengan Dzu mirrah yang dalam banyak kitab tafsir diberi pengertian dzu quwwah (yang mempunyai kekuatan). Jibril itu memang sangat kuat, kekuatannya ada pada dirinya. Jibril mempunyai kekuatan yang sangan luar biasa.

  Ayat diatas juga memberikan pelajaran bagi guru tentang sifat kuat. Sifat Kuat disini bukan berarti kuat secara fisik.[7] Namun kuat dalam ayat ini dimaksudkan dalam kekuatan mental yang ada pada seorang guru. Kekuatan mental yang tinggi akan mengurangi rasa negatif yang menimpa diri seperti, cemas, malas, bosan, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru harus kuat dalam menghadapi segalam macam hal yang ada dalam tugasnya. Dan apabila ada masalah yang menyelimuti, seorang guru hendaknya kuat, sabar dan tabah menghadapinya serta berusaha untuk memecahkan masalah yang ada.

Banyak sifat kepribadian guru yang harus dimiliki seorang pendidik, namun dalam penulisan ini hanya ada beberapa yang harus dimiliki, yaitu:

1.      Penyampai Ilmu

من سئل عن علم عمله ثم كتمه ألجم يوم القيامة بلجا م من النار  (رواه بو داود و الترمذي)

Artinya: “Barang siapa yang ditanya sesuatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka ia nanti pada hari kiamat dikendalikan dengan tali kendali dari api neraka”. (HR. Abu Daud dan At-Turmudzi).

Dari arti hadist di atas, diantara sifat guru yang baik adalah menyebarluaskan ilmu pengajaran, pembelajaran, menulis buku, internet, dan lain-lain. Ilmu hendaknya dikonsumsi oleh semua umat manusia secara luas, agar manfaatnya lebih luas dan masyarakat mendapat pancaran sinarnya ilmu. Menyampaikan ilmu adalah wajib dan menyimpannya merupakan perbuatan dosa. Tugas guru adalah penyampai ilmu, penyampai ayat, dan penyamapai hadis. Orang yang menyimpan ilmu ancamannya besar sebagaimana disebutkan hadist di atas adalah neraka.

Sifat guru yang baik adalah terbuka, transparan, pemurah, dan tidak pelit dalam ilmu agama baik siapa saja yang memerlukannya.

2.      Adil

Secara bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada tempatnya, kepada yang benar. Kemudian secara istilah, pengertian dari perilaku terpuji adil yaitu menetapkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama.

Dari Nu’man Bin Basyir r.a. bahwa ayahnya datang membawanya kepada Rasulullah SAW dan berkata: “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang budak (pembantu) kepada anakku ini”. Maka Rasulullah SAW bertanya: “Apakah semua anakmu kamu beri budak seperti ini?” Ayah menjawab: “Tidak”. Rasulullah SAW lantas bersabda: Tariklah kembali pemberianmu itu”. (HR. Muttafaq Alayh).

Diterangkan juga dalam hadist dari Nu’man bin Basyir, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu! Berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu!” (HR. An-Nasa’I dan Baihaqi).

Dalam hadist diatas dengan tegas Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat (umatnya) agar berlaku adil diantara anak-anaknya. Dalam konteks pendidikan, peserta didik adalah anak sipendidik. Dengan demikian pendidik wajib berlaku adil dalam berbagai hal terhadap peserta didiknya.

Muhammad Athiyah Al-Abrasi menegaskan agar pendidik harus memiliki sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan. Keadilan pendidik terhadap peserta didik mencakup dalam berbagai hal, seperti memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan, pengajaran, dan pemberian nilai. Apabila sifat ini tidak dimiliki oleh seorang pendidik, maka pendidik tidak akan disenangi oleh peserta didiknya, dan apabila terjadi proses pembelajaran maka tidak akan mendapatkan hasil. Jadi pendidik harus melayani dengan sikap yang sama. Tidak ada bedanya antara anaknya orang kaya dan orang yang tidak kaya ataupun yang lainnya. Keadilan seorang guru dalam kelas akan menumbuhkan suasana kondusif terhadap pendidikan mereka.

 

3.      Tawadhu’

Tawadhu’ artinya sifat rendah hati, tidak takabbur/sombong atau angkuh atas kelebihan yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Guru pun atau para calon guru agar bersikap tawadhu’ atau rendah hati dalam ilmu, terutama ketika tidak mengetahui ilmu. Sifat tawadhu’ adalah posisi pertengahan antara kesombongan (takabbur) dan rendah hati (mudzillah). Seorang berilmu tidak boleh sombong dengan ilmunya karena ilmu pemberian Allah.

 

4.      Toleran dan Bijaksana

Demikian sikap seorang pendidik yang diberikan Rasulullah pada saat menghadapi kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak didiknya. Sikap lemah lembut, toleran dan bijaksana akan dapat menyelesaikan masalah. Kesalahan dan pelanggaran tidak harus dihadapi dengan kekejaman namun jika masalah itu dibesarkan maka hanya akan menimbulkan masalah baru dan merusak keberhasilan dalam pendidikan. [8]

Dengan sikap lapang dada dan jauh dari kedengkian akan mewujudkan keseimbangan jiwa bagi manusia dan akan membiasakannya untuk selalu cinta kepada kebaikan. Ia juga akan memberikan jalan kebaikan pada manusia untuk sampai kepada puncaknya.

 

C.    Manfaat Kepribadian Guru

Guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru secara profesional yang pantas menjadi figure atau teladan bagi peserta didiknya. Karena guru merupakan salah satu factor penting dalam pembinaan dan kualitas pendidikan dalam suatu proses yang ikut menentukan keberhasilan peserta didik. Seorang guru tentuny tidak hanya profesional dalam mengajar saja akan tetapi juga harus memiliki kepribadian baik dalam segala tingkah lakunya maupun dalam krhidupan sehari-hari.

Sebagai contoh kepribadian guru, apabila seorang furu berjumpa dengan orang lain di jalan ia murah senyum, berlaku baik terhadap orang miskin, dan menyanyagi murid-muridnya. Guru menutup hatinya dari perbuatan keji, marah, sombong, munafik, dan menghina orang lain. Guru selalu cinta ilmu pengetahuan, menjunjung moral, cinta, dan loyal kepada agama. Hal demikian dilakukan oleh guru dengan kesadaran utuh tanpa paksaan dan dilakukan terus menerus dalam berbagi aktifitasnya saat berinteraksi dengan lingkungannya. Dasar perilakunya bukan hanya karena komitmen guru terhadap tugas, taat dan cinta kepada Allah yang kemudian terlahir dalam sikap dan prilakunya di hadapan murid dan masyarakat.

Untuk menyempurnakan kepribadian guru diperlukan kebiasaan sikap kelapangan hati dalam menerima segala masukan sehingga lambat laun kepribadian guru mrnjadi lebh dewasa dan matang. Ini merupakan kebiasaan yang terjadi kalau ingin maju dan berkembang[9]

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing orang. Dan setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri yang miliki. Kepribadian hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan cara menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah sesuatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Walaupun gambaran tentang guru itu tidak lengkap dan mungkin juga tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotip guru itu.

Adapun sifat-sifat yang harus di miliki oleh seorang guru adalah:

1.      Menyampaikan ilmunya.

2.      Adil

3.      Tawadhu’

4.      Dan bijaksana.

 

  

 

DAFTAR PUSTAKA

Afdholi43.blogspot.com Makalah Sifat dan Kepribadian Pendidik Hadist Tarbawi. Diakses pada malam minggu tgl 07november2020 pukul 20.32 wib.

 

 AR Muhammad, 2003. Pendidikan di Alaf Baru Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan, Jogjakarta : Primasophie.

 

Asep Jihad, Suyanto. 2013. Menjadi Guru Profesional, Esensi: Jakarta.

 

Daradjat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam 1992. Jakarta: Bumi Askara.

 

Muhaimin. 2003.  Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung : Nuansa.

 

Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an) volume 7, Jakarta: lentera Hati.

 

Uhbiyati, Nur. 1997.  Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Bandung : Pustaka Setia.

 

Undang-Undang Nomor 14  Tahun 2005, Guru dan Dosen, Pasal 1 Ayat (1).



[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 1992), hlm.44-46.

[2] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 154.

[3] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung : Nuansa, 2003), hlm. 154.

[4] Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Esensi: Jakarta, 2013), hlm. 16.

[5] Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta : Hikayat, 2006),hlm. 7.

[6] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Bandung : Pustaka Setia, 1997), hlm. 85.

[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an) volume 7, (Jakarta: lentera Hati, 2002), hlm. 233-235.

[8] Afdholi43.blogspot.com Makalah Sifat dan Kepribadian Pendidik Hadist Tarbawi. Diakses pada malam minggu tgl 07november2020 pukul 20.32 wib.

[9] Muhammad AR, Pendidikan di Alaf Baru Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan,( Jogjakarta : Primasophie, 2003), hlm. 70-72.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN