MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS DALAM IBADAH DZIKIR DAN DOA


A.    PENDAHULUAN
Sebagaimana pada makalah ini akan mengkaji tentang dzikir dan doa dalam menjalankan perintah Allah SWT. Kita diwajibkan mengenal betul tentang agama islam. Hal ini dimaksudkan agar perintah yang dikerjakan mendapatkan pahala disisi Allah SWT. Adapun perintah yang harus kita pahami yaitu sholat, dzikir dan doa. Dalam ketiga perintah diatas, kita harus mengetahui tata cara mengerjakannya waktu yang mustajab serta bilangan-bilangan dalam dzikir dan tempat yang tepat dalam pelaksanaannya.
B.    PEMBAHASAN
1.     Perintah Berdzikir dalam Islam
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata dzakaro, yazkuru, zikran artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan. Dalam kehidupan manusia unsur “ingat” ini sangat dominan adanya, karena merupakan salah satu fungsi intelektual. Menurut pengertian psikologi, dzikir (ingatan) sebagai suatu “daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian atau tanggapan-tanggapan kita”.[1]
Sedangkan dzikir dalam arti menyebut Nama Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut wirid dan amalan ini termasuk ibadah murni yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT. Sebagai ibadah maka dzikir jenis ini terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus mat’tsur (ada contoh atau perintah dari Rasulullah Saw).
Secara terminologi defenisi dzikir banyak sekali. Ensiklopedia Nasional Indonesia menjelaskan dzikir adalah ingat kepada Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, ke-Maha Suciannya, ke-Maha Terpujiannya, dan ke-Maha Besarannya.[2] Dzikir sebagai fungsi intelektual, ingatan kita akan apa yang telah dipelajari, informasi dan pengalaman sebelumnya, memungkinkan kita untuk memecahkan masalah-masalah baru yang kita hadap juga sangat membantu kita dalam melangkah maju untuk memperoleh informasi dan menerima realitas baru. Namun dalam pengertian disini pengertian yang dimaksud adalah “Dzikir Allah” atau mengingat Allah.[3]
Dalam sebuah riwayat Shahih Muslim juga dikatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
Tidak ada suatu kaum yang duduk dan berdzikir kepada Allah SWT, kecuali malaikat mengelilingi mereka dan memberi rahmat dan menurunkan ketenangan kepada mereka, serta Allah Swt, akan menyebut mereka termasuk dalam orang-orang yang ada disisi Allah Swt”.
Di dalam  Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyuruh kita untuk berdzikir kepada Allah atau menganjurkan orang supaya berdzikir dan menyatakan tentang keutamaan berdzikir kepada Allah. Diantaranya adalah firman Allah QS. Al-Ahzab: 41-42:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#râè0øŒ$# ©!$# #[ø.ÏŒ #ZŽÏVx. ÇÍÊÈ   çnqßsÎm7yur Zotõ3ç/ ¸xϹr&ur ÇÍËÈ  
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikir dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadan-Nya pada waktu pagi dan petang”.
Dalam QS. Ar-Ra’d: 28 Allah berfirman:
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% ̍ø.ÉÎ/ «!$# 3 Ÿwr& ̍ò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# ÇËÑÈ  
Artinya: “Orang-orang yang beriman hatinya menjadi tentram karena mengingat Allah, ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. [4]
2.     Perintah Berdoa dalam Islam
Kata prayer (doa) diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan kata-kata baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi untuk mengajukan tuntunan-tuntunan kepada Tuhan. Ibnu Arabi memandang doa sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan sebagai satu upaya untuk membersihkan dan menghilangkan nilai-nilai kemusyrikan dalam diri.
Sebagian filsuf mengatakan bahwa doa merupakan buah dari pengalaman spiritual ilmiah dan menjadi satu kajian yang berkaitan dengan otentisitas wahyu dan Tuhan. Doa merupakan pemujaan universal, baik tanpa suara maupun bersuara, yang dilakukan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umum, baik secara spontan maupun dilakukan secara rutin.
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyuk dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepadanya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedanga mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan.
Dengan  tadharru’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehngga doa kepada Allah akan senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan.[5] Dalam Al-qur’an Allah telah menegaskan QS. Al-Kahfi: 28:
÷ŽÉ9ô¹$#ur y7|¡øÿtR yìtB tûïÏ%©!$# šcqããôtƒ Næh­/u Ío4rytóø9$$Î/ ÄcÓÅ´yèø9$#ur tbr߃̍ム¼çmygô_ur ( Ÿwur ß÷ès? x8$uZøŠtã öNåk÷]tã ߃̍è? spoYƒÎ Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( Ÿwur ôìÏÜè? ô`tB $uZù=xÿøîr& ¼çmt7ù=s% `tã $tR̍ø.ÏŒ yìt7¨?$#ur çm1uqyd šc%x.ur ¼çnãøBr& $WÛãèù ÇËÑÈ 
Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan di dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
tA$s%ur ãNà6š/u þÎTqãã÷Š$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9 4 ¨bÎ) šúïÏ%©!$# tbrçŽÉ9õ3tGó¡o ô`tã ÎAyŠ$t6Ïã tbqè=äzôuy tL©èygy_ šúï̍Åz#yŠ ÇÏÉÈ     
60. dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina" (QS. Al-Mu’min, ayat 60)
3.     Aspek-Aspek Psikologis dalam Ibadah Dzikir
Selain sebagai sarana ibadah kepada Allah Swt, dzikir juga ternyata memiliki manfaat secara psikologis aspek-aspek tersebut yaitu:
a.   Aspek menghilangkan segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatangkan kegembiraan dan kesenangan.
b.   Aspek mendatangkan wibawa dan ketenangan bagi pelakunya.
c.   Aspek mengilhamkan kebenaran dan sikap istiqamah dalam setiap urusan.
d.   Aspek mendatangkan sesuatu yang paling mulia dan paling agung yang dengan itu kalbu manusia menjadi hidup seperti hidupnya tanaman karena hujan. Dzikir adalah makanan rohani sebagaimana nutrisi bagi tubuh manusia, dzikir juga merupakan perangkat yang membuat kalbu bersih dari karat yang berupa lalai dan mengikuti hawa nafsu.
e.   Aspek dzikir juga menjadi penyebab turunnya sakinah (ketenangan), penyebab adanya naungan para malaikat, penyebab turunnya mereka ata seorang hamba, serta penyebab datangnya limpahan rahmat dan itulah nikmat yang paling besar bagi seorang hamba.
f.    Aspek menghalangi lisan seorang hamba melakukan gibah, berkata dusta, dan melakukan perbuatan buruk lainnya.
g.   Aspek orang yang berdzikir akan diteguhkan kalbunya, dikuatkan tekadnya, dijauhkan dari kesedihan, dari kesalahan, dari setan dan tentaranya.selain itu kalbunya akan didekatkan pada akhirat dan dijauhkan dari dunia.
h.   Aspek orang yang berdzikir akan membuat teman duduknya tentram dan bahagia.
i.    Aspek apabila kelalaian merupakan penyakit, dzikir merupakan obat baginya. Ada ungkapan: “jika kami sakit, kami berobat dengan dzikir. Namun kadangkala kami lalai hingga iapun kambuh lagi”.
j.    Aspek memudahkan pelaksanaan amal saleh, mempermudah urusan yang pelik, membuka pintu yang terkunci, serta meringankan kesulitan.
k.   Aspek memberi rasa aman kepada mereka yang takut sekaligus menjauhkan bencana.
l.    Aspek dzikir menghilangkan rasa dahaga disaat  kematian tiba sekaligus memberi rasa aman dari segala kecemasan.
Pengaruh yang ditimbulkan dari berdzikir secara konstan akan mampu mengontrol perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada Allah, kadang-kadang tanpa sadar dapat saja berbuat maksiat, namun manakala ingat kepada Tuhan kemudian mengucapkan dzikir, kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan segera muncul kembali. [6]
4.     Aspek-aspek Psikologis dalam Ibadah Doa
Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendirian tetapi membutuhkan orang lain atau sesuatu yang lebih dapat melakukan sesuatu dibandingkan dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu manusia tentunya meminta pertolongan. Sebagai seorang muslim maka berdoa adalah suatu yang wajib yang mencirikan bahwa kita menjadi hamba yang lemah yang membutuhkan pertolongan Allah. Sebagai hamba Allah yang beriman hendaklah menyertakan dalam setiap usaha kita dengan dengan berdoa kepada Allah. Jangan lupa menyerahkan segala usaha yang telah kita tempuh dengan penuh tawakkal kepada-Nya agar Allah senantiasa meridhoinya.
 Adapun manfaat atau faedah berdoa yaitu:
a.     Menghadapkan muka kepada Allah dengan menunduk.
b.   Memajukan permohonan kepada Allah yang memiliki perbendaharaan                          yang tidak akan ada habis-habisnya.
c.    Memperoleh naungan rahmat Allah.
d.    Menunaikan kewajiban taat dan menjauhi maksiat.
e.    Membendaharakan suatu yang diperlukan untuk masa susah dan sempit.  f..Memperoleh kasih sayang Allah.
g.   Memperoleh hasil yang pasti, karena setiap doa itu dipelihara dengan baik disisi Allah maka adakalanya permohonan itu dipenuhi dengan cepat dan adakalanya ditunda dikemudian hari.
h.   Melindungi diri dari bencana.
i.    Menolak bencana atau meringankan tekanannya.
j.    Menjadi perisai untuk menolak bencana.
k.   Menolak tipu daya musuh, menghilangkan kegelisahan dan menghasilkan hajat serta mempermudah kesulitan.[7]
Doa manusia kepada Tuhan mengandung arti antara lain memohon sesuatu kepada-Nya. Dalam konsep ajaran islam, doa selalu untuk tujuan kebaikan. Doa adalah unsur yang paling esensial dalam ibadat atau agama. Doa adalah otak ibadah, manusia adalah makhluk yang lemah, baik secara fisik, mental maupun spiritual. Dengan keadaan seperti ini tak jarang manusia dihadapkan pada situasi yang berat. Dihadapkan dengan bencana, yang sulit diatasi secara fisik, kemampuan akalnya juga ternyata sangat terbatas.
 Kehidupan manusia sama sekali tak dapat dilepaskan dari aspek spiritualitas. Segala yang berhubungan dengan unsur non-materi, yakni keyakinan atau nilai-nilai ajaran agama. Doa merupakan salah satu wujud dari aspek spiritualitas itu. Dalam pendekatan psikologi agama, manusia memiliki kebutuhan rohaniah. Salah satu diantaranya adalah kebutuhan akan rasa bebas, penindasan tekanan, ketidak-adilan ataupun kezhaliman akan mengungkung kebebasan manusia. Mereka yang tidak mampu melawan secara fisik biasanya akan melarikan diri dari aspek spiritualitas, berdoa.
Banyak orang yang percaya kepada Tuhan dan dapat menjadikan Tuhan tempat ia mengungkapkan apa yang terasa, meminta apa yang sukar dicapai, berdoa dan bermohon kepada Tuhan yang selalu akan memperkenankan apa yang diingininya. Kalau ia betul-betul dapat merasakan Tuhan itu dekat dan akan memperkenankan apa yang diingininya, selama ia meminta kepada Tuhan.
Orang –orang yang beriman, akan merasa dilindungi oleh Tuhan dalam suasana dan keadaan bagaimanapun. Mereka tidak merasa takut, mereka yakin bahwa tidak ada suatu kekuatan atau suatu daya upaya yang akan mempengaruhi dan membinasakannya, kalau Tuhan tidak mengijinkan. Kepercayaan kepada Tuhan, sebagai kebutuhan akan rasa aman akan memberikan ketenangan jiwa. Adapun aspek-aspek dalam berdoa yaitu:
1)   Aspek behavioral features (aspek perilaku)
    Dalam berdoa terdapat beberapa perilaku yang lazim dilakukan seperti menghadap kearah tertentu, berdir, duduk, berlutut, sujud, atau bahkan ada agama yang berdoa melalui tarian.
2)  Aspek linguistic features (aspek bahasa)
   Berdoa dilakukan dengan menggunakan bahasa, berkata-kata. Adapun suara untuk mengungkapkan bisa suara yang keras, diam atau dalam hati.
3)  Aspek cognitive features
   Berdoa dilakukan dengan penuh tujuan dan pemaknaan atas apa yang diungkapkan.
4)  Aspek emotional features
   Berdoa diiringi rasa kedekatan terhadap yang di sembah, merendah, tenang dan nyaman.[8]






C.    Kesimpulan
     Dzikir merupakan suatu bentuk ibadah yang mendekatkan seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Semakin banyak seseorang melakukan dzikir, semakin terasa manis, semakin terasa dekat dengan sang khalik, bahkan lebih dekat dari pada urat nadi.
     Doa adalah suatu cara ibadah kepada Tuhan dalam bentuk permohonan, permintaan sebagai bentuk pengakuan atas kelemahan diri dan kekuasaan suatu dzat tertinggi. Dibalik kata doa sudah terkandung pengertian bahwa manusia merasa dirinya kecil dan Allah SWT memiliki sifat Maha kuasa dan Maha besar. Doa juga adalah otaknya (sumsum/ intinya ibadah). Selain itu doa adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.
Pengendalian diri seseorang hanyalah kepada sang pencipta Allah SWT dengan melakukan ibadah, karena doa termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala dalam menghadapi permasalahan yang rumit.





                                                        DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Fajar Dadang, Epistimologi Doa, Bandung: Nuansa Cendekia, 2011.
Arif, M, Ansori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Modren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2012.
Masyhudi, In’ammuzahidin, Nurul Wahyu, Berdzikir dan Sehat Ala Ustad Haryanto, Semarang: Syifa Press, 2006.
Sunarto, Ahmad, Doa Bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits, Jakarta: Bintang Terang, 2013.      


[1] In’ammuzahidin Masyhudi, Nurul Wahyu, Berdzikir dan Sehat Ala Ustad Haryono, (Semarang: Syifa Press, 2006), hlm. 7.
[2] Ibid.,hlm. 8
[3] M. Arif Ansori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Modren, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.16.
[4] Departemen Agama, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-qur’an, (Semarang: Mas Inti, 1992), hlm. 674 dan 373.
[5] Dadang Ahmad Fajar, Epistimologi Doa, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2011), hlm. 39.
[6] In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu, Op. Cit, hlm. 22-26.  
[7] Ahmad Sunarto, Doa Bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits, (Jakarta: Bintang Terang, 2013), hlm. 21.
[8] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2012), hlm. 345-347.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN