MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH PENDIDIKAN LOGIKA DALAM HADITS


PENDIDIKAN LOGIKA DALAM HADITS


A.    PENDAHULUAN

Pendidikan logika tidak mengajar kan manusia untuk berpikir, karena semua manusia telah allah swt ciptakan dengan memiliki potensi serta kemampuan untuk berpikir. Pendidikan  logika ialah ilmu yang tentang aturan-aturan agar manusia dapat berpikir dengan benar. Dengan kata lain, pendidikan logika ialah berupa aturan-aturan logika yang menjadi tolak ukur dan sarana penilaian pada saat kita ingin berpikir dan berargumentasi dalam obyek-obyek keilmuan dan filsafat.
Pendidikan akal (rasio) adalah membentuk pola pikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar‟i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran, pemikiran, dan peradaban.Sehingga akal anak menjadi matang secara pemikiran dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan. Dalam konsep pendidikan, akal dan intelektual perlu dikembangkan, mendidik akal melalui kurikulum yang tersistem, agar ia mampu mengembangkan potensi akalnya ke jenjang yang lebih tinggi, yang pada gilirannya akan menjadi manusia cerdas, pintar dan kreatif.

B.    PEMBAHASAN
1.     Pengertian pendidikan dalam hadist
Kata pendidikan pada awalnya berasal dari bahasa Yunani, paedagogie yang terdiri atas dua kata, paes dan ago.  Kata paes berarti anak, dan kata ago berarti aku membimbing. Dengan demikian, pendidikan secara etimologis selalu dihubungkan dengan kegiatan bimbingan terutama kepada anak, karena anak yang menjadi objek didikan. Selanjutnya, kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan education  dan dalam bahasa Arab ditemukan penyebutannya dalam tiga kata, yakni al-tarbiyah, al-ta’līm, dan al-ta’dīb yang secara etimologis kesemuanya bisa berarti bimbingan dan pengarahan.
Mengenai kata al-ta’līm menurut Abd. al-Fattah, adalah lebih universal dibandingkan dengan al-tarbiyah dengan alasan bahwa al-ta’līm berhubungan dengan pemberian bekal. pengetahuan. Pengetahuan ini dalam Islam dinilai sesuatu yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi.  Selain itu, al-Attās justru menyatakan bahwa al-tarbiyah terlalu luas pengertiannya, tidak hanya tertuju pada pendidikan manusia, tetapi juga mencakup pendidikan untuk hewan sehingga dia lebih memilih penggunaan kata al-ta’dīb karena kata ini menurutnya, terbatas pada manusia.
 Berkaitan dengan uraian-uraian yang telah dikemukakan, dan dengan merujuk pada makna dasar term-term pendidikan tersebut, penulis merumuskan bahwa kata al-ta’dīb lebih mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab); sementara kata al-ta’līm lebih mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan); sedangkan kata tarbiyah, lebih mengacu pada pengertian bimbingan, pemeliharaan, arahan, penjagaan, dan pembentukan kepribadian. Karena itu, term yang terakhir ini, kelihatannya menunjuk pada arti yang lebih luas, karena di samping mencakup ilmu pengetahuan dan adab, juga mencakup aspek-aspek lain, yakni pewarisan peradaban, sebagaimana yang dikatakan Ahmad Fu’ad al-Ahwaniy.

أن الرتبية عبارة عن نقل احلضارة من جيل إىل جيل
Pada dasarnya, istilah al-tarbiyah mengandung makna pewarisan peradaban dari generasi ke generasi. Lebih lanjut, Muhammad al-Abrāsy menyatakan bahwa al-tarbiyah mengandung makna kemajuan yang terus menerus menjadikan seseorang dapat hidup dengan berilmu pengetahuan berakhlak mulia, mempunyai jasmani yang sehat, dan akal cerdas.  Dengan demikian, kata tarbiyah lebih cocok digunakan dalam mengkonotasikan pendidikan menurut ajaran Islam.[1]
2.     Pengertian logika
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan.

لكل شيء معدن ومعدن التقوى قلوب العاقلين

Segala sesuatu memiliki tambang dan tambang takwa didapat pada hati orang yang berpikir .”
Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan.

لما خلق الله العقل قال له أقبل فأقبل ثم قال له أدبر فأدبر فقال ما خلقت خلقا أكرم علي منك بك آخذ وبك أعطي

Tatkala Allah menciptakan akal, Allah menyerunya, “Mari sini.” Ia pun memenuhi seruan tersebut. Lantas dikatakan lagi padanya, “Baliklah”. Ia lantas balik. Tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan yang lebih mulia darimu (dari akal). Karenamu diambil dan karenamu diberi.”[2]
3.     Pengertian pendidikan logika dalam hadist
Pendidikan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syibani pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Sedangkan akal, berasal dari bahasa Arab „aqala „aqlan(عقل عقال) yang artinya akal pikiran.[3]
Dari pengertian ini kemudian dihubungkan bahwa akal adalah daya yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau mengikat pemiliknya dari perbuatan buruk atau jahat. Dalam kitab al-Tarbiyah alaqliyah menyebutkan:
Ketahuilah kiranya, bahwa ini sebahagian dari ilmu mukasyafah. Maka tidak layak diterangkan dengan ilmu mu'amalah. Dan maksud kami sekarang menerangkan ilmu mu'amalah. Dari Anas ra. bahwa dia menerangkan : "Suatu rombongan memujikan seorang laki-laki di sisi Nabi saw. dengan bersangatan sekali. Lalu Nabi menegur : "Bagaimanakah akal orang itu?". Menjawab rombongan tadi : "Kami menerangkan kepada engkau, tentang kesungguhannya pada beribadah dan bermacam-macam kebajikan lain. Dan engkau menanyakan kami tentang akal?

Maka menjawab Nabi saw. :
 إن الأحمق يصيب بجهله أكثر من فجور الفاجر وإنما يرتفع العباد غدا في الدرجات الزلفى من ربهم على قدر عقولهم 

"Sesungguhnya orang bebal itu memperoleh lebih banyak dengan kebodohannya daripada kedhaliman orang yang dholim. Sesunguhnya pada hari esok, terangkatlah hamba Allah itu ke tingkat tinggi pada sisi Tuhannya menurut tingkat akal pikirannya".
Dari Umar ra. bahwa Nabi saw. bersabda :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما اكتسب رجل مثل فضل عقل يهدي صاحبه إلى هدى ويرده عن ردى وما تم إيمان
عبد ولا استقام دينه حتى يكمل عقله

(Maktasaba rajulun mitsla fadlli 'aqlin yahdii shaahibahu ilaa hudan wa yarudduhu 'an radan wa maa tamma iimaanu 'abdin wa lasta-qaama diinuhu hattaa yakmula 'aqluhu).   Artinya : "Tidak adalah usaha seseorang seperti keutamaan akal, yang memberi petunjuk kepada yang empunya akal itu kepada petunjuk dan menarikkannya dari jalan yang hina. Tidak sempurnalah iman seseorang dan tidak berdiri tegak agamanya sebelum akalnya itu sempurna". )
Pendidikan akal (rasio) adalah membentuk pola pikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar‟i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran, pemikiran, dan peradaban.Sehingga akal anak menjadi matang secara pemikiran dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan.  Dalam konsep pendidikan, akal dan intelektual perlu dikembangkan, mendidik akal melalui kurikulum yang tersistem, agar ia mampu mengembangkan potensi akalnya ke jenjang yang lebih tinggi, yang pada gilirannya akan menjadi manusia cerdas, pintar dan kreatif.
 Mendidik akal adalah mengaktualisasikan potensi dasarnya. Potensi yang sudah ada sejak lahir, berkembang menjadi akal yang baik bahkan sebaliknya sesuai pendidikan yang didapatnya.Akal yang telah teraktualkan melalui pendidikan dapat didayagunakan untuk kepentingan kemanfaatan kemanusiaan baik berupa agama, pengetahuan, kebudayaan, peradaban dan lain sebagainya.[4]

4.     Tujuan Pendidikan Logika
Tujuan pendidikan pada dasarnya sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia, termasuk anak keturunannya menjadi manusia yang baik. Sekarang ini, pendidikan menjadi alat mobilisasi sosial ekonomi individu atau Negara.Dominasi sikap yang seperti ini dalam dunia pendididkan telah melahirkan patologi psiko-sosial, terutama di kalangan peserta didik dan orangtua, yang terkenal dengan sebutan penyakit diploma (diploma disease), yaitu usaha dalam meraih suatu gelar pendidikan bukan karena kepentingan pendidikan itu sendiri, melainkan karena nilai-nilai ekonomi dan sosial.
 Tercapainya tujuan pendidikan akal atau pengembangan intelektual tergantung pada kesadaran dan kesediaan para pencari ilmu, seharusnya dengan bukti dan fakta yang relevan yang dipelajari member pemahaman yang lebih baik.
Dirawikan Dawud bin AI Majar dari Abi Hurairah.
Bersabda Nabi saw. :

أول ما خلق الله العقل فقال له أقبل فأقبل ثم قال له أدبر فأدبر ثم قال الله عز وجل وعزتي وجلالي ما خلقت خلقا أكرم على منك بك آخذ وبك أعطي وبك أثيب وبك أعاقب

"Yang mula pertama dijadikan oleh Allah, ialah akal.
Maka berfirman Allah kepadanya : "Menghadaplah!". Lalu menghadaplah dia. Kemudian Allah berfirman kepada akal : "Membelakang-lah?'. Lalu membelakanglah dia. Kemudian berfirman Allah Ta'ala : "Demi kemuliaanKu dan demi kebesaranKu! Tidak Aku jadikan suatu makhlukpun yang lebih mulia pada sisiKu selain engkau. Dengan engkau Aku mengambil, dengan engkau Aku memberi,dengan engkau Aku memberi pahala dan dengan engkau Aku memberi siksaan". [5]

C.    KESIMPULAN
Pendidikan akal (rasio) adalah membentuk pola pikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar‟i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran, pemikiran, dan peradaban.Sehingga akal anak menjadi matang secara pemikiran dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan.  Dalam konsep pendidikan, akal dan intelektual perlu dikembangkan, mendidik akal melalui kurikulum yang tersistem, agar ia mampu mengembangkan potensi akalnya ke jenjang yang lebih tinggi, yang pada gilirannya akan menjadi manusia cerdas, pintar dan kreatif.
Mendidik akal adalah mengaktualisasikan potensi dasarnya. Potensi yang sudah ada sejak lahir, berkembang menjadi akal yang baik bahkan sebaliknya sesuai pendidikan yang didapatnya.Akal yang telah teraktualkan melalui pendidikan dapat didayagunakan untuk kepentingan kemanfaatan kemanusiaan baik berupa agama, pengetahuan, kebudayaan, peradaban dan lain sebagainya.






DAFTAR PUSTAKA
Mujib Abdul. Ilmu Pendidikan Islam.  Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Ibn Hambal  Ahmad.  Hadist-hadist Imam Ahmad. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2oo6.
Thabrani Muis  Abd. Pengantar Pendidikan. Jember: STAIN Jember pers,2006
Hamzah Al Husaini Al Hanafi AD Damsyiqi Ibnu. Asbabul Wurud 1. Jakarta: Kalam Mulia, 2003.
Ali Nashif, Syekh Manshur. Materi Pokok-Pokok Hadist Rasulullah SAW Jilid 5. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 1996.


[1] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 35.
[2] Ahmad, Ibn Hambal, Hadist-hadist Imam Ahmad,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2oo6), hlm.3.
[3] Abd Thabrani Muis, Pengantar Pendidikan,( Jember: STAIN Jember pers,2006), hlm.12.
[4] Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi AD Damsyiqi, Asbabul Wurud 1, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2003), cet. Ke-7, hlm.142.
[5] Syekh Manshur Ali Nashif, Materi Pokok-Pokok Hadist Rasulullah SAW Jilid 5,( Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset, 1996), cet. Ke-1, hlm. 179.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL