BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan
tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan
tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar mengandung pengertian
terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan
prilaku. Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam
hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam
belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah
rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya
potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas
dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan
individual masing-masing siswa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan belajar
tuntas?
2.
Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran remedial?
3.
Apa tujuan dari pembelajaran
remedial?
4.
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran
pengayaan?
5.
Bagaimana bentuk laporan hasil
belajar peserta didik?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui defenisi dari belajar
tuntas
2.
Mengetahui pengertian dari
pembelajaran remedial
3.
Mengetahui tujuan dari
pembelajaran remedial
4.
Mengetahui apa yang dimaksud pembelajaran
pengayaan
5.
Mengetahui bentuk laporan hasil
belajar peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
1. Hakikat
Belajar
Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan
tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan
tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar mengandung pengertian
terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan
prilaku.
Menurut Dewey
(2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi
siswa. Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru adalah membantu siswa
menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru
dengan yang lama. Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar yang lama
akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi
siswa. Sedangkan Menurut Vygotsky
(2001), terdapat hubungan yang erat antara pengalaman sehari-hari dengan konsep
keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan secara kualitatif antara
berpikir kompleks dan berpikir konseptual. Berpikir kompleks didasarkan atas
kategorisasi objek berdasarkan suatu situasi, sedangkan berpikir konseptual
berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.
Pengembangan
kemampuan menganalisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman sehari-hari
pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak
ditentukan oleh pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada
tipe spesifik interaksi sosial. Menurut Ausubel
(1969), pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan
akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna. Pengalaman belajar adalah
interakasi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya siswa mengerjakan
tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala,
peristiwa, percobaan, dan sejenisnya. Agar pengalaman belajar
yang baru menjadi pengetahuan baru, semua konsep dalam
matapelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.
2. Kategori
Belajar
Ada beberapa kategori dalam belajar, yaitu:
a.
Keterampilan sensosimotor.
b. Belajar asosiasi.
c. Keterampilan pengamatan motoris.
d. Belajar konseptual.
e. Cita-cita dan sikap.
f. Belajar memecahkan masalah.
3. Prinsip-prinsip
Belajar
Ada beberapa prinsip belajar yang harusdpperhatikan oleh guru, yaitu:
a.
Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan prilaku peserta didik,
b. Belajar didasarkan atas kebutuhan
dan motifasi tertentu,
c. Belajar dilaksanakan dengan latihan,
d. Belajar bersifat keseluruhan,
e. Belajar membutuhkan bimbingan,
f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri individu dan dariluar,
g. Belajar sering dihadapkan dengan
masalah dan cara memecahkannya,
h. Hasil belajar dapat ditrasferkan ke dalam situasi lain,
i.
Belajar adalah hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan perilakunya,
j.
Belajar memerlukan proses dan bertahap serta kematangan diri peserta didik,
k. Belajar melalui praktik akan lebih
efektif,
l.
Bahan belajar yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk
dipelajari.
UNESCO telahh mengeluarkan kategori
jenis belajar yang dikenal dengan empat pilar dalam kegiatan belajar yaitu:
1)
Learning to know, memfokuskan tentang pengetahuan
dasar dan umum,
2)
Learning to do, kecakapan manusia yang melengkapi
berfikir, berprakarsa dan mengasah rasa,
3)
Learning tio live togerher, seseorang ditekankan untuk mampu
hidup bersama,
4)
Learning to be,ditekankan pada pengembangan potensi
insani secara maksimal.
4.
Hakikat Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam
hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam
belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun
kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas),
tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran
tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya
pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.
Untuk merealisasikan pengakuan dan
pelayanan terhadap perbedaan individu, maka pembelajaran harus menggunakan
strategi pembelajaran yang berasaskan maju sberkelanjutan (continuous
progress). Untuk itu pendekatan sistem, yang merupakan salah satu prinsip
dasar dalam teknologi pembelajaran, harus benar-benar dapat diimplementasikan.
Salah satu caranya adalah, standar kompetensi dan kompetensi dasar harus
dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental
units), di mana siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru boleh
beranjak mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah menguasai
suatu/sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.
Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang mempelajari unit satuan
pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya
jika peserta didik yang bersangkutan misalnya telah menguasai
sekurang-kurangnya 75 % dari kompetensi dasar yang ditetapkan.
Sedangkan pembelajaran konvensional dalam
kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah
terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang
memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat
dikemukakan bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional
adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui azas-azas ketuntasan
belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya tidak/kurang
memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual.
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas
terutama dalam hal-hal berikut ini:
a.
Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang
diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan peserta didik
b.
Peserta didik baru dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya setelah ia
benar-benar menguasai materi tersebut sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
c.
Pemberian bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik yang belum
mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, pengajaran
tutorial sesuai dengan waktu yang dibutuhkan masing-masing peserta didik.
Perbandingan
Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan Pembelajaran Konvensional
Langkah
|
Aspek Pembeda
|
Pembelajaran Tuntas
|
Pembelajaran Konvensional
|
A. persiapan
|
1. Tingkat ketuntasan
|
Diukur
dari performance siswa dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kompetensi dasar)
Setiap
peserta didik harus mencapai nilai 75
|
Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak
|
|
2. Satuan Acara Pembelajaran
|
Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan dipakai
sebagai pedoman guru serta diberikan kepada peserta didik
|
Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan hanya
dipakai sebagai pedoman guru
|
|
3. Pandangan terhadap kemampuan peserta didik saat
memasuki satuan pembelajaran tertentu
|
Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi
|
Kemampuan peserta didik dianggap sama
|
B. Pelaksanaan
pembelajaran
|
4. Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau
kemampuan dasar
|
Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan
individual
|
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
|
|
5. Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau
kompetensi dasar
|
Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru (lecture),
membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara
individual
|
Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab,
dan membaca (tidak terkontrol)
|
|
6. Orientasi pembelajaran
|
Pada terminal performance peserta didik (kompetensi
atau kompetensi dasar)
secara individual
|
Pada bahan pembelajaran
|
|
7. Peranan guru
|
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik secara individual
|
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
seluruh peserta didik dalam kelas
|
|
8. Fokus kegiatan pembelajaran
|
Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secara
individual
|
Ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah
|
|
9. Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
|
Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru
|
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
|
C. Umpan
Balik
|
10. Instrumen umpan balik
|
Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara
berkelanjutan
|
Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk
penggalan waktu tertentu
|
|
11. Cara membantu siswa
|
Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok dan
tutor yang dilakukan secara individual
|
Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara
klasikal
|
5. Indikator
Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
a.
Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dalakukan dengan pendekatan diagnostik preskriptif. Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (kelas), tetapi
mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik
secara optimal. Langkah-langkahnya adalah: mengidentifikasi
prerequisite, membuat tes
untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman
atau sejawat (peer instruction), dan
bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai metode (multi
metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok. Pembelajaran
tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan kelompok kecil,
tutorial orang per orang,
pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis
komputer (Kindsvatter, 1996 dalam Direktorat PLP Depdiknas, 2003).
b.
Peran Guru dalam Pembelajaran
Tuntas
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara
individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh
Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi atau objek belajar.
Peran guru dalam pembelajaran tuntas adalah:
1.
Menjabarkan atau memecah KD ke dalam satuan-satuan (unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
2.
Mengembangkan indikator berdasarkan cakupan dan urutan unit
3.
Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
4.
Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
5.
Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi
6.
Menggunakan teknik diagnostik
B.
Peran Peserta Didik dalam
Pembelajaran Tuntas
kurikulum
2013 sangat menunjang tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek
didik. Focus program pembelajaran bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya
melainkan peserta didik dan yang akan dikerjakannya. Oleh karena itu yang
menganut pembelajaran tuntas peserta didik lebih lebih leluasa dalam menentukan
jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya peserta didik diberi kebebasan
dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan peserta didik sangat
bertumpu pada usaha serta ketekunan peserta didik secara individual.
C.
Evaluasi dalam Pembelajaran Tuntas
ketuntasan
belajar dalam kurikulum 2013 ditetapkan dengan penilaian acuan patokan
(criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar. Asumsi dasarnya adalah:
1. bahwa setiap peserta didik bisa belajar apa saja, hanya waktu yang
diperlukan berbeda
2.
standar harus ditetapkan terlebih
dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus. Sedangkan sistem
evaluasinya menggunakan ujian berkelanjutan.
Sistem penilaian dalam
kurikulum 2013 mencakup jenis dan bentuk instrument atau soal. Dalam
pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan dikemas dalam sub-sub KD sebagai alat
diagnosis terhadap program pembelajaran. Peserta didik dimyngkinkan dapat
menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali dimana ia mengalami kesulitan
dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketu ntasan, meskipun
umumnya disepakati pada skor 75, namun batas ketuntasa yang paling realistic
adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah.
D. Pembelajaran
Remedial
1. Pengertian Remedial
Remedial berasal dari kata remedy artinya:
obat, memperbaiki, menolong,. Pembelajaran remedial adalah suatu yang bersifat
mengobati, menyembuhkan, membuatnya lebih baik lagi bagi peserta didik yang
hasil belajarnya masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh guru atau
sekolah. Latar belakang pembelajaran remedial adalah:
a. Adanya
perbedaan peserta didik dalam menangkap dan menyerap materi pembelajaran
b. Adanya
tuntutan belajar tuntas yaitu pendekatan dalam pembelajran yang
memprersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran.
2. Tujuan dan
Prinsip Pembelajaran Remedial
Tujuan pembelejaran remedial adalah: 2)
peserta didik bias lebih memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat
mengenal kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga kekuatannya,
2) peserta didik dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar kea rah yang
lebih baik, 3) peserta didik dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara
tepat, 4) peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat
mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik, 5) peserta didik dapat
melaksanakan tugas-tugas belajara yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu
mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan
dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.
3. Fungsi Pembelajaran
Remedial
a. Fungsi
korektif
b. Fungsi
pemahaman
c. Fungsi
pengayaan
d. Fungsi
penyesuaian
e. Fungsi
akselerasi
f. Fungsi
terapeutik
4. Sasaran Pembelajaran
Remedial
a. Kemampuan
mengingat relatif kurang
b. Perhatian yang
sangat kurang dan mudan terganggu dengan sesuatu yang lain disekitarnya pada
saat belajar
c. Secara
relative lemah kemampuan memahami secara menyeluruh
d. Kurang dalam
hal memotivasi diri dalam belajar
e. Kurang dalam
hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya
f. Lemah dalam
kemammpuan memecahkan masalah
g. Sering gagal
dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi
h. Mengalami
kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak
i.
Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya
yang relevan
j.
Memerlukan waktu relative lebih lama dari pada yang
lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas.
5. Metode Pembelajaran
Remedial
Kegiatan
remedial direncanakan dan dilakasanakan berdasarkan kebutuhan individu atau
kelompok peserta didik. Dalam melaksanakan pembelajaran remedial dapat
menerapkan berbagai metode sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat
kemampuan peserta didik dan menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki peserta
didik.
6. Prosedur Pelaksanaan
Pembelajaran Remedial
Pembelajaran
remedial dilaksanakan setelah pengajaran biasa, pembelajaran remedial berbeda
dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi:
a. Tujuan
b. Strategi
c. Bahan
7. Langkah-langkah
Pembelajaran Remedial
a. Mengidentifikasi
kesulitan peserta didik
b. Analisis hasil
diagnosis kesulitan belajar
c. Menentukan
penyebab kesulitan
d. Menyususn
rencana kegiatan remedial
e. Melaksanakan
kegiatan remedial
f. Menilai
kegiatan remedial
E. Pembelajaran
Pengayaan
1. Hakikat
Pembelajaran Pengayaan
Secara umum pengayaan dapat diartikan
sebagai pengalaman atau bkegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan
minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta dididk dapat
melakukannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan
pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui
kemampuan peserta didik terhadap kompetensi materi yang akan dipelajari sebelum
pembelajaran dimulai.
Pada akhir program pembelajaran diadakan
penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan
untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal
atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu. Jika ada peserta
didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang
ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa pembelajaran
pengayaan.
2. Jenis
Pembelajaran Pengayaan
Ada tiga jenis
pembelajaran pengayaan yaitu:
a. Kegiatan
eksploratori, yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta
didik.
b. Keterampilan proses
yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan
investigasi terhadap topic yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c. Pemecahan
masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajara
lebih tinggi berupa pemecahan masalah
nyata. Pemecahan masalah ditandai dengan: 1) identifikasi bidang permasalahan
yang akan dikerjakan, 2) penentuan focus masalah, 3) pengguanaan berbagai
sumber, 4) pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan, 5) analisis data,
dan 6) penyimpulan hasil investigasi.
3. Pelaksanan
Pembelajaran Pengayaan
Pemberian
pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta
didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun kualitas
belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh
langkah-langkah sistematis yaitu : Mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta
didik dan Memberikan perlakuan pembelajaran pengayaan.
a. Identifikasi
kelebihan kemempuan belajar yaitu: belajar lebih cepat, menyimpan informasi
lebih mudah, keingintahuan yang tinggi, berpikir mandiri, superior berpikir
abstrak, memiliki banyak minat.
b. Teknik, yaitu:
tes IQ, tes inventori, wawancara, pengamatan.
4. Bentuk
Peleksanaan Pembelajaran Pengayaan
a. Belajar
kelompok
b. Belajar
mandiri
c. Pembelajaran
berbasis tema
F. Laporan Hasil
Belajar Peserta Didik
1. Cakupan
Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
Laporan
kemajuan hasil belajar peserta didik sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah
kepada orang tua/ peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi
terkait lainnya. Pelaporan hasil belajar hendaknya memuat:
a. Rincian hasil
belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
b. Informasi yang
jelas, akurat tentang perkembangan peserta didik
c. Bahan
informasi kepada orang tua tentang perkembangan hasil belajar anaknya.
2. Bentuk Laporan
Hasil Belajar Peserta Didik
Laporan kemajuan belajar peserta didik
disajikan dalam data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif disajikan
dalam angka ( skor), dan data kualitatif disajikan dalam bentuk deskripsi.
Laporan hasil belajar peserta didik yang dibuat oleh guru dan wali kelas.
Bentuk laporan dapat berupa lembaran, buku.
3. Isi Laporan
Hasil Belajar Peserta Didik
a. Identitas
peserta didik
b. Perkembangan
peserta didik secara akademik, fisik, social emosional dan ketakwaan menurut
agamanya
c. Potensi
peserta didik yang perlu dikembangkan
d. Partisipasi
peserta didik dalam kegiatan di sekolah
e. Rekomendasi
bagi peserta didik dan orang tua/wali
f. Tanda tangan
wali kelas, kepala sekolah dan orang tua/wali peserta didik.
4. Rekap Nilai
Rekapitulasi nilai merupakan rekap
kemajuan belajar peserta didik oleh guru, yang berisi informasi tentang
pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dala kurun waktu 1
semester.
5. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan peserta
didik dalam kurun waktu 1 semester. Rapor berisi informasi tentang pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam
hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam
belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah
rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya
potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas
dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan
individual masing-masing siswa.
Remedial berasal dari kata remedy
artinya: obat, memperbaiki, menolong,. Pembelajaran remedial adalah suatu yang
bersifat mengobati, menyembuhkan, membuatnya lebih baik lagi bagi peserta didik
yang hasil belajarnya masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh guru
atau sekolah. Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau
bkegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh
kurikulum dan tidak semua peserta dididk dapat melakukannya. Dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru
mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap
kompetensi materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai.
B. Saran
Makalah ini tidak luput dari kesalahan apabila terdapat kesalahan
penulis meminta saran, kritikdari pembaca. Terimakasih atas partisipasi dan
mohon maaf atas kesalahan penulis dalam membuat makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Mimin. 2007. Sistem Penilaian
Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek. Jakarta: Gaung Persada Press.
Ibrahim dan Nana Saodih. 2012. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi: Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm.
43.
Ibrahim dan Nana Saodih, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 54.
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar