MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH PEMBELAJARAN TUNTAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku. Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan belajar tuntas?
2.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran remedial?
3.      Apa tujuan dari pembelajaran remedial?
4.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran pengayaan?
5.      Bagaimana bentuk laporan hasil belajar peserta didik?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui defenisi dari belajar tuntas
2.      Mengetahui pengertian dari pembelajaran remedial
3.      Mengetahui tujuan dari pembelajaran remedial
4.      Mengetahui apa yang dimaksud pembelajaran pengayaan
5.      Mengetahui bentuk laporan hasil belajar peserta didik



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Belajar Tuntas (Mastery Learning)
1.      Hakikat Belajar
      Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku.[1]
      Menurut  Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi  pengalaman belajar yang tepat bagi siswa. Selanjutnya ditegaskan bahwa  tugas guru adalah membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar yang lama akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi siswa.  Sedangkan Menurut Vygotsky  (2001), terdapat hubungan yang erat antara pengalaman sehari-hari dengan konsep keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan secara kualitatif antara berpikir kompleks dan berpikir konseptual. Berpikir kompleks didasarkan atas kategorisasi objek berdasarkan suatu situasi, sedangkan berpikir konseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.
      Pengembangan kemampuan menganalisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman sehari-hari pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak ditentukan oleh  pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada tipe spesifik interaksi sosial. Menurut Ausubel (1969), pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna. Pengalaman belajar adalah interakasi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya siswa mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, peristiwa,  percobaan, dan sejenisnya.   Agar pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru,  semua  konsep dalam matapelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.
2.      Kategori Belajar
Ada beberapa kategori dalam belajar, yaitu:
a.       Keterampilan sensosimotor.
b.      Belajar asosiasi.
c.        Keterampilan pengamatan motoris.
d.      Belajar konseptual.
e.       Cita-cita dan sikap.
f.       Belajar memecahkan masalah.
3.      Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip belajar yang harusdpperhatikan oleh guru, yaitu:
a.       Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan prilaku peserta didik,
b.      Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motifasi tertentu,
c.       Belajar dilaksanakan dengan latihan,
d.      Belajar bersifat keseluruhan,
e.       Belajar membutuhkan bimbingan,
f.       Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dariluar,
g.      Belajar sering dihadapkan dengan masalah dan cara memecahkannya,
h.       Hasil belajar dapat ditrasferkan ke dalam situasi lain,
i.         Belajar adalah hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan            perilakunya,
j.         Belajar memerlukan proses dan bertahap serta kematangan diri peserta didik,
k.      Belajar melalui praktik akan lebih efektif,
l.        Bahan belajar yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari.

        UNESCO telahh mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal dengan empat pilar dalam kegiatan belajar yaitu:
1)      Learning to know, memfokuskan tentang pengetahuan dasar dan umum,
2)      Learning to do, kecakapan manusia yang melengkapi berfikir, berprakarsa dan mengasah rasa,
3)      Learning tio live togerher, seseorang ditekankan untuk mampu hidup bersama,
4)      Learning to be,ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.
4.      Hakikat Belajar Tuntas (Mastery Learning)
      Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.
      Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, maka pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang berasaskan maju sberkelanjutan (continuous progress). Untuk itu pendekatan sistem, yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran, harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah, standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units), di mana siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru boleh beranjak mempelajari kompetensi dasar berikutnya setelah menguasai suatu/sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu. Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika peserta didik  yang bersangkutan misalnya telah menguasai sekurang-kurangnya 75 % dari kompetensi dasar yang  ditetapkan.
      Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
      Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui azas-azas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya tidak/kurang  memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual.
      Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut ini:
a.       Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan peserta didik
b.      Peserta didik baru dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai materi tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
c.       Pemberian bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik yang belum mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, pengajaran tutorial sesuai dengan waktu yang dibutuhkan masing-masing peserta didik.[2]

Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan Pembelajaran Konvensional
Langkah
Aspek Pembeda
Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran Konvensional
A. persiapan
1.     Tingkat ketuntasan
    Diukur dari performance siswa dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kompetensi dasar)
    Setiap peserta didik harus mencapai nilai 75
Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak
2.    Satuan  Acara Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan dipakai sebagai pedoman guru serta diberikan kepada peserta didik
Dibuat untuk satu minggu pembelajaran, dan hanya dipakai sebagai pedoman guru
3.    Pandangan terhadap kemampuan peserta didik saat memasuki satuan pembelajaran tertentu
Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi
Kemampuan peserta didik dianggap sama
B.  Pelaksanaan pembelajaran
4.    Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar
Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
5.    Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau kompetensi dasar
Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara individual
Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol)
6.    Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance peserta didik (kompetensi atau kompetensi dasar) secara individual
Pada bahan pembelajaran
7.    Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik dalam kelas
8.    Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secara individual
Ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah
9.    Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
C.  Umpan Balik
10. Instrumen umpan balik
Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan
Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk penggalan waktu tertentu
11. Cara membantu siswa
Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok dan tutor yang dilakukan secara individual
Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal
5.      Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
a.       Metode Pembelajaran
      Pembelajaran tuntas dalakukan dengan pendekatan diagnostik preskriptif. Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Langkah-langkahnya adalah: mengidentifikasi prerequisite, membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi.[3]
      Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok. Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan kelompok kecil, tutorial orang per orang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996 dalam Direktorat PLP Depdiknas, 2003).
b.      Peran Guru dalam Pembelajaran Tuntas
      Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi atau objek belajar.
      Peran guru dalam pembelajaran tuntas adalah:
1.      Menjabarkan atau memecah KD ke dalam satuan-satuan (unit) yang lebih   kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
2.      Mengembangkan indikator berdasarkan cakupan dan urutan unit
3.      Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
4.      Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
5.      Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi
6.      Menggunakan teknik diagnostik
B.     Peran Peserta Didik dalam Pembelajaran Tuntas
            kurikulum 2013 sangat menunjang tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Focus program pembelajaran bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya melainkan peserta didik dan yang akan dikerjakannya. Oleh karena itu yang menganut pembelajaran tuntas peserta didik lebih lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunan peserta didik secara individual.
C.    Evaluasi dalam Pembelajaran Tuntas
            ketuntasan belajar dalam kurikulum 2013 ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar. Asumsi dasarnya adalah:
1.      bahwa setiap peserta didik bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda
2.      standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus. Sedangkan sistem evaluasinya menggunakan ujian berkelanjutan.
                        Sistem penilaian dalam kurikulum 2013 mencakup jenis dan bentuk instrument atau soal. Dalam pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan dikemas dalam sub-sub KD sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Peserta didik dimyngkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali dimana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketu ntasan, meskipun umumnya disepakati pada skor 75, namun batas ketuntasa yang paling realistic adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah.
D.    Pembelajaran Remedial
1.      Pengertian Remedial
      Remedial berasal dari kata remedy artinya: obat, memperbaiki, menolong,. Pembelajaran remedial adalah suatu yang bersifat mengobati, menyembuhkan, membuatnya lebih baik lagi bagi peserta didik yang hasil belajarnya masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh guru atau sekolah. Latar belakang pembelajaran remedial adalah:
a.       Adanya perbedaan peserta didik dalam menangkap dan menyerap materi pembelajaran
b.      Adanya tuntutan belajar tuntas yaitu pendekatan dalam pembelajran yang memprersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran.[4]
2.      Tujuan dan Prinsip Pembelajaran Remedial
      Tujuan pembelejaran remedial adalah: 2) peserta didik bias lebih memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga kekuatannya, 2) peserta didik dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar kea rah yang lebih baik, 3) peserta didik dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat, 4) peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik, 5) peserta didik dapat melaksanakan tugas-tugas belajara yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar.[5]
3.      Fungsi Pembelajaran Remedial
a.       Fungsi korektif
b.      Fungsi pemahaman
c.       Fungsi pengayaan
d.      Fungsi penyesuaian
e.       Fungsi akselerasi
f.       Fungsi terapeutik
4.      Sasaran Pembelajaran Remedial
a.       Kemampuan mengingat relatif kurang
b.      Perhatian yang sangat kurang dan mudan terganggu dengan sesuatu yang lain disekitarnya pada saat belajar
c.       Secara relative lemah kemampuan memahami secara menyeluruh
d.      Kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar
e.       Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya
f.       Lemah dalam kemammpuan memecahkan masalah
g.      Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi
h.      Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak
i.        Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan
j.        Memerlukan waktu relative lebih lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas.
5.      Metode Pembelajaran Remedial
Kegiatan remedial direncanakan dan dilakasanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok peserta didik. Dalam melaksanakan pembelajaran remedial dapat menerapkan berbagai metode sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan peserta didik dan menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki peserta didik.
6.      Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial dilaksanakan setelah pengajaran biasa, pembelajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi:
a.       Tujuan
b.      Strategi
c.       Bahan
7.      Langkah-langkah Pembelajaran Remedial
a.       Mengidentifikasi kesulitan peserta didik
b.      Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar
c.       Menentukan penyebab kesulitan
d.      Menyususn rencana kegiatan remedial
e.       Melaksanakan kegiatan remedial
f.       Menilai kegiatan remedial
E.     Pembelajaran Pengayaan
1.      Hakikat Pembelajaran Pengayaan
      Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau bkegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta dididk dapat melakukannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap kompetensi materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai.
      Pada akhir program pembelajaran diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu. Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa pembelajaran pengayaan.
2.      Jenis Pembelajaran Pengayaan
Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan yaitu:
a.       Kegiatan eksploratori, yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik.
b.      Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topic yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c.       Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajara lebih tinggi  berupa pemecahan masalah nyata. Pemecahan masalah ditandai dengan: 1) identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan, 2) penentuan focus masalah, 3) pengguanaan berbagai sumber, 4) pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan, 5) analisis data, dan 6) penyimpulan hasil investigasi.

3.      Pelaksanan Pembelajaran Pengayaan
Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun kualitas belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis yaitu : Mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik dan Memberikan perlakuan pembelajaran pengayaan.
a.       Identifikasi kelebihan kemempuan belajar yaitu: belajar lebih cepat, menyimpan informasi lebih mudah, keingintahuan yang tinggi, berpikir mandiri, superior berpikir abstrak, memiliki banyak minat.
b.      Teknik, yaitu: tes IQ, tes inventori, wawancara, pengamatan.
4.      Bentuk Peleksanaan Pembelajaran Pengayaan
a.       Belajar kelompok
b.      Belajar mandiri
c.       Pembelajaran berbasis tema
d.      Pemadatan kurikulum.[6]
F.     Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
1.      Cakupan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orang tua/ peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Pelaporan hasil belajar hendaknya memuat:
a.       Rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
b.      Informasi yang jelas, akurat tentang perkembangan peserta didik
c.       Bahan informasi kepada orang tua tentang perkembangan hasil belajar anaknya.
2.      Bentuk Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
      Laporan kemajuan belajar peserta didik disajikan dalam data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka ( skor), dan data kualitatif disajikan dalam bentuk deskripsi. Laporan hasil belajar peserta didik yang dibuat oleh guru dan wali kelas. Bentuk laporan dapat berupa lembaran, buku.
3.      Isi Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
a.       Identitas peserta didik
b.      Perkembangan peserta didik secara akademik, fisik, social emosional dan ketakwaan menurut agamanya
c.       Potensi peserta didik yang perlu dikembangkan
d.      Partisipasi peserta didik dalam kegiatan di sekolah
e.       Rekomendasi bagi peserta didik dan orang tua/wali
f.       Tanda tangan wali kelas, kepala sekolah dan orang tua/wali peserta didik.
4.      Rekap Nilai
      Rekapitulasi nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik oleh guru, yang berisi informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dala kurun waktu 1 semester.
5.      Rapor
      Rapor adalah laporan kemajuan peserta didik dalam kurun waktu 1 semester. Rapor berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.[7]


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
          Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa.
          Remedial berasal dari kata remedy artinya: obat, memperbaiki, menolong,. Pembelajaran remedial adalah suatu yang bersifat mengobati, menyembuhkan, membuatnya lebih baik lagi bagi peserta didik yang hasil belajarnya masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh guru atau sekolah. Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau bkegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta dididk dapat melakukannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap kompetensi materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai.

B.  Saran
          Makalah ini tidak luput dari kesalahan apabila terdapat kesalahan penulis meminta saran, kritikdari pembaca. Terimakasih atas partisipasi dan mohon maaf atas kesalahan penulis dalam membuat makalah.




DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik ( Penilaian Hasil Belajar  Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Haryati, Mimin. 2007. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek. Jakarta: Gaung Persada Press.
Ibrahim dan Nana Saodih. 2012. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.





                [1] Kunandar, Penilaian Autentik ( Penilaian Hasil Belajar  Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 321.
                [2] Kusnandar, Penilaian  Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013…, hlm. 327.

                [3] Kusnandar, Penilaian  Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013…, hlm. 329.
                [4] Kusnandar, Penilaian  Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013…, hlm. 332.
                [5] Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 43.


                [6] Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi: Teori dan Praktek…, hlm. 46.
                [7] Ibrahim dan Nana Saodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 54.


<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL