BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana serta sistematis untuk mengembangkan seluruh
potensi anak untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan
dimulai sejak lahir (usian dini) sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
seperti Perguruan Tinggi. Pendidikan yang baik seyogyanya dilakukan sejak usia
dini, hal ini di yakini dapat menjadi pondasi kesuksesan anak di masa yang akan
datang dan sekaligus dapat menentukan masa depan bangsa. Anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun (0-6).
Program
pendidikan anak usia dini lazimnya dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia dini merupakan
periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan
dan perkembangan kehidupan manusia. Salah satu periode yang sangat penting
dimana pada masa ini adalah masa the Golden Ages atau masa keemasan. Banyak
konsep dan fakta yang ditemukan memberikan potensi keemasan pada masa usia
dini, dimana semua potensi anak berkembang pesat. Masa anak usia dini adalah
masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain. Setiap
anak memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Multiple Intellegences
Multiple Intelligences berasal dari
dua suku kata, multiple dan intelligence. Secara bahasa, multiple
biasa diartikan ganda, majemuk dan beragam. Intelligence berarti kecerdasan atau inteligensi. Selain itu cerdas dapat pula berarti sempurna
pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya. Berdasarkan definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa indikator terpenting kecerdasan adalah
kesempurnaan pertumbuhan akal, budi dan fisik. Namun kenyataan pahit di ranah
praktis maupun teoritis, kecerdasan lebih sering diidentikkan dengan kemampuan
matematika, logika dan bahasa. Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan
dan kapasitas seseorang untuk dapat menerima informasi yang diperoleh dari
lingkungan sekitarnya, menyimpan informasi tersebut di dalam ingatan dan
kemudian menjadikan pengetahuan yang sudah didapat itu menjadi dasar dalam tindakan sehari-harinya.
B. Aspek-Aspek
Perkembangan Anak Usia Dini Multiple Intelegences
Pertumbuhan
fisik perlu diamati dari waktu ke waktu karena perkembangan yang dialami anak
akan mempengaruhi ketrampilannya dalam bergerak dan bermain. Dapat dikatakan
bahwa pertumbuhan fisik anak akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri
sendiri. Hal ini karena anak memiliki kecenderungan untuk membandingakan apa
yang terlihat pada dirinya sendiri dengan anak lain yang sebaya.
b) Perkembangan
Keterampilan Motorik
Perkembangan
keterampilan motorik pada anak ditandai dengan meningkatnya kecepatan,
kestabilan, akurasi, kekuatan dan efisiensi pada saat anak melakukan salah satu
gerakan keterampilan motorik tertentu. Beberapa perkembangan keterampilan
motorik juga digunakan untuk mengukur kecerdasan kognisi anak seperti yang
digunakan dalam skala inteligensi Stanford-Binet. Perkembangan keterampilan
motorik yang terlambat dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak karena
anak menyadari keterlambatannya dan merasa tidak percaya diri sehingga konsep
dirinya menjadi tidak baik.
c) Perkembangan
Komunikasi dan kemampuan Bicara
Kecepatan
dalam menguasai kemampuan berbicara dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan kognisi
anak. Anak yang cerdas mampu memahami bahasa sekaligus menggunakannya untuk
bicara dalam waktu lebih cepat daripada anak yang kurang cerdas. Penguasaan
bahasa sebagai alat komunikasi adalah salah satu pencapaian yang besar dalam
proses perkembangan anak. Komunikasi dalam hal ini adalah proses dua arah yang
menuntut kemampuan anak dalam berbicara sekaligus mengerti pembicaraan orang
lain.
d) Perkembangan Emosi
Pendidikan
emosi anak dimulai dari lingkungan keluarga. Daniel Goleman dalam bukunya yang
berjudul Kecerdasan Emosional, menuliskan bahwa salah satu usaha untuk menjadi
orangtua yang terampil dalam memberikan pendidikan emosi kepada anaknya adalah
dengan memberi tanggapan secara serius terhadap perasaan anak, kemudian berupaya
untuk memahami hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya perasaan tersebut. Hasil
pendidikan emosi dari keluarga adalah pertumbuhan anak yang bebas dari stres
dan tekanan batin dan mampu menenangkan dirinya saat menghadapi berbagai macam
emosi dari dalam diri. Manfaat lain dari pendidikan emosi dari keluarga adalah
pada perkembangan kecerdasan kognisi anak.
e) Perkembangan Sosial
Pengalaman sosial awal anak di dalam rumah dimulai dari hubungan anak tersebut dengan
setiap anggota dalam keluarga. Saat hendak masuk TK sewajarnya anak sudah
memiliki pengalaman sosial awal dari luar rumah yang menyenangkan. Sebagian
besar penelitian yang berkaitan dengan hubungan sosial manusia menunjukkan
bahwa pengalaman sosial awal yang dimulai pada masa kanak-kanak akan menetap
pada diri seseorang dan mempengaruhi kehidupan orang tersebut.
f) Perkembangan
Kreativitas
Menurut sudut
pandang psikologi, kreativitas dianggap sebagai kemampuan seseorang untuk
menciptakan, atau memiliki gagasan baru yang sebelumnya tidak pernah
dipikirkan. Seperti halnya kecerdasan, semua anak pasti memiliki kreativitas.
Kecerdasan dan kreativitas pada dasarnya dapat berjalan seiring. Kreativitas
mempengaruhi perkembangan pribadi anak serta penyesuaian mereka dengan
lingkungan sosial. Perkembangan kreativitas yang terlambat akan mengganggu
proses pembentukan kepribadian anak. Selain itu, anak akan mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Perkembangan kreativitas seseorang
berlangsung secara bertahap dan melalui proses yang panjang.
h) Perkembangan Moral
Nilai moral
ditentukan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu kelompok
sosial tertentu. Mempelajari perilaku moral merupakan sebuah proses panjang
yang dimulai sejak masa kanak-kanak sampai menjelang dewasa nanti. Anak
mengalami perkembangan moral dengan mempelajari norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat dimana anak dibesarkan. Banyak ahli berpendapat bahwa tingkat
perkembangan moral anak memiliki tahapan yang berkaitan dengan perkembangan
kecerdasan baik kognisi maupun emosi.
i) Perkembangan Kepribadian
Kepribadian
adalah karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dan mempengaruhi orang
tersebut dalam berfikir, berrsikap dan bertingkah-laku. Anak-anak yang memiliki
kepribadian baik cenderung akan lebih mudah melakukan penyesuaian sosial
daripada anak yang kurang baik kepribadiannya.
j) Perkembangan Bermain
Memasuki usia
pra-sekolah, anak sudah mulai meninggalkan permainan yang menggunakan
barang-barang mainannya. Hal ini karena permainan dengan benda-benda mainan
sifatnya sangat individu atau dilakukan sendiri, sedangkan mulai masuk TK anak
lebih suka bermain bersama teman-temannya.
C. Jenis-Jenis Multiple
Intelligences
a. Kecerdasan
Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa-bahasa termasuk bahasa ibu dan bahasa asing
untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan
verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan
tertulis, serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing.
c. Kecerdasan
Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial merupakan
kecerdasan yang dikaitkan dengan bakat seni, khususnya seni lukis dan seni
arsitektur.
d. Kecerdasan
Berirama-Musik
Kecerdasan musik dalah kapasitas
berpikir dalam musik untuk mampu mendengarkan pola-pola dan mengenal, serta
mungkin memanipulasinya. Kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan
menangani bentuk musik yang meliputi:
1. Kemampuan
mempersepsi bentuk musikal seperti menangkap atau menikmati musik dan
bunyi-bunyi berpola nada.
2. Kemampuan
membedakan bentuk musik, seperti membedakan dan membandingkan ciri bunyi musik,
suara dan alat music
3. Kemampuan
mengubah bentuk musik, seperti mencipta dan memmversikan musik.
4. Kemampuan
mengekspresikan bentuk musik seperti bernyanyi, bersenandung dan bersiul-siul.
e. Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik
Kecerdasan jasmaniah-kinestetik
adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide,
perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi
sesuatu.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini
merupakan kecerdasan indikator-indikator
yang menyenangkan bagi orang lain. Dengan memiliki kecerdasan interpersonal
seorang anak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud
dan motivasi orang lain dalam bertindak sesuatu, serta mampu memberikan
tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.
g. Kecerdasan
Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri. Kecerdasan ini merupakan pengimbangan terhadap kecerdasan
interpersonal.
kecerdasan naturalis adalah
kemampuan untuk mengenali berbagai jenis flora (tanaman), fauna (hewan), dan
fenomena alam lainnya, seperti asal usul binatang, pertumbuhan tanaman,
terjadinya tata surya, berbagai galaksi, dan lain sebagainya.
i. Kecerdasan
Eksistensial-Spiritual
Sebenarnya, kecerdasan yang ke-9
dalam system Multiple Intelligences Howard Garner ini bukan kecerdasan spirituall,
tetapi Garner menyebutkan dengan istilah “kecerdasan eksistensial”. Kecerdasan
spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan
manusia dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain seperti kecerdasan
intelektual, emosional, dan kecerdasan social. Menurut Garner, kata
“eksistensial” mempunyai kaitan erat dengan pengalaman spiritualitas seseorang.
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan
memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari
alam semesta. Kecerdasan spiritual melibatkan seperangkat kemampuan untuk
memanfaatkan sumber-sumber spiritual. Jadi, kecerdasan spiritual adalah suatu
kecerdasan yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan, makna, dan nilai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap anak mempunyai inteligensi atau kecerdasan yang
berbeda- beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kecerdasan anak berbeda dikembangkan pula kecerdasan majemuk atau multiple
intelegensi yang dikembangkan oleh Gardner. Sebagian pendidik, meskipun
sebenarnya mempunyai kesadaran yang besar dalam pendidikan, menganggap semua
individu bias dinilai dengan menggunakan satu takaran seberapa pandai atau
bodohnya mereka. Dengan adanya
teori kecerdasan majemuk,
seorang pendidik harus tahu dan dapat mengindentifikasi sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Garner, Howard. Multiple Intelligences: Teori Dalam Praktek, Tangerang: Interaksara, 2012,
Jasmine, Julia,. Panduan Praktis
Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa. 2007..
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD.
Yogyakarta: Pedagogia. 2010.
Wawuru, Fidelis E.& Monty P.
Satiadarma. Mendidik Kecerdasan, Pedoman bagi orang tua dan guru dalam
mendidik anak cerdas. Ed 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 2003.
Yaumi, Muhammad, Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat. 2012.
Suyadi, Psikologi
Belajar PAUD, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hal. 11.
Garner, Howard, Multiple
Intelligences: Teori Dalam Praktek, (Tangerang: Interaksara, 2012), hal. 11
Jasmine, Julia, Panduan Praktis
Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa. 2007), 32.
. Wawuru, Fidelis
E.& Monty P. Satiadarma, Mendidik Kecerdasan, Pedoman bagi orang
tua dan guru dalam mendidik anak cerdas, Ed 1, ( Jakarta: Pustaka Populer
Obor. 2003), hal. 34.
Yaumi, Dr. Muhammad, Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences, ( Jakarta: Dian Rakyat. 2012 ), hal . 43.
Komentar
Posting Komentar