MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH MULTIPLE INTELLIGENCES


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana serta sistematis untuk mengembangkan seluruh potensi anak untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan dimulai sejak lahir (usian dini) sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Perguruan Tinggi. Pendidikan yang baik seyogyanya dilakukan sejak usia dini, hal ini di yakini dapat menjadi pondasi kesuksesan anak di masa yang akan datang dan sekaligus dapat menentukan masa depan bangsa. Anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (0-6).                                  
Program pendidikan anak usia dini lazimnya dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Salah satu periode yang sangat penting dimana pada masa ini adalah masa the Golden Ages atau masa keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan potensi keemasan pada masa usia dini, dimana semua potensi anak berkembang pesat. Masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain. Setiap anak memiliki potensi yang dapat dikembangkan.    [1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Multiple Intellegences
                        Multiple Intelligences berasal dari dua suku kata, multiple dan intelligence. Secara bahasa,  multiple  biasa diartikan ganda, majemuk dan beragam. Intelligence  berarti kecerdasan atau inteligensi.  Selain itu cerdas dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa indikator terpenting kecerdasan adalah kesempurnaan pertumbuhan akal, budi dan fisik. Namun kenyataan pahit di ranah praktis maupun teoritis, kecerdasan lebih sering diidentikkan dengan kemampuan matematika, logika dan bahasa. Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan dan kapasitas seseorang untuk dapat menerima informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya, menyimpan informasi tersebut di dalam ingatan dan kemudian menjadikan pengetahuan yang sudah didapat itu  menjadi dasar dalam tindakan sehari-harinya.[2]
B. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Multiple Intelegences
a) Perkembangan Fisik[3]
Pertumbuhan fisik perlu diamati dari waktu ke waktu karena perkembangan yang dialami anak akan mempengaruhi ketrampilannya dalam bergerak dan bermain. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan fisik anak akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri sendiri. Hal ini karena anak memiliki kecenderungan untuk membandingakan apa yang terlihat pada dirinya sendiri dengan anak lain yang sebaya.
b) Perkembangan Keterampilan Motorik
Perkembangan keterampilan motorik pada anak ditandai dengan meningkatnya kecepatan, kestabilan, akurasi, kekuatan dan efisiensi pada saat anak melakukan salah satu gerakan keterampilan motorik tertentu. Beberapa perkembangan keterampilan motorik juga digunakan untuk mengukur kecerdasan kognisi anak seperti yang digunakan dalam skala inteligensi Stanford-Binet. Perkembangan keterampilan motorik yang terlambat dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak karena anak menyadari keterlambatannya dan merasa tidak percaya diri sehingga konsep dirinya menjadi tidak baik.
c) Perkembangan Komunikasi dan kemampuan Bicara
Kecepatan dalam menguasai kemampuan berbicara dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan kognisi anak. Anak yang cerdas mampu memahami bahasa sekaligus menggunakannya untuk bicara dalam waktu lebih cepat daripada anak yang kurang cerdas. Penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi adalah salah satu pencapaian yang besar dalam proses perkembangan anak. Komunikasi dalam hal ini adalah proses dua arah yang menuntut kemampuan anak dalam berbicara sekaligus mengerti pembicaraan orang lain.
d) Perkembangan Emosi
Pendidikan emosi anak dimulai dari lingkungan keluarga. Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional, menuliskan bahwa salah satu usaha untuk menjadi orangtua yang terampil dalam memberikan pendidikan emosi kepada anaknya adalah dengan memberi tanggapan secara serius terhadap perasaan anak, kemudian berupaya untuk memahami hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya perasaan tersebut. Hasil pendidikan emosi dari keluarga adalah pertumbuhan anak yang bebas dari stres dan tekanan batin dan mampu menenangkan dirinya saat menghadapi berbagai macam emosi dari dalam diri. Manfaat lain dari pendidikan emosi dari keluarga adalah pada perkembangan kecerdasan kognisi anak.
e) Perkembangan Sosial
Pengalaman sosial awal anak di dalam rumah dimulai dari hubungan anak tersebut dengan setiap anggota dalam keluarga. Saat hendak masuk TK sewajarnya anak sudah memiliki pengalaman sosial awal dari luar rumah yang menyenangkan. Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan hubungan sosial manusia menunjukkan bahwa pengalaman sosial awal yang dimulai pada masa kanak-kanak akan menetap pada diri seseorang dan mempengaruhi kehidupan orang tersebut.
f) Perkembangan Kreativitas
Menurut sudut pandang psikologi, kreativitas dianggap sebagai kemampuan seseorang untuk menciptakan, atau memiliki gagasan baru yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan. Seperti halnya kecerdasan, semua anak pasti memiliki kreativitas. Kecerdasan dan kreativitas pada dasarnya dapat berjalan seiring. Kreativitas mempengaruhi perkembangan pribadi anak serta penyesuaian mereka dengan lingkungan sosial. Perkembangan kreativitas yang terlambat akan mengganggu proses pembentukan kepribadian anak. Selain itu, anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Perkembangan kreativitas seseorang berlangsung secara bertahap dan melalui proses yang panjang.
h) Perkembangan Moral
Nilai moral ditentukan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu kelompok sosial tertentu. Mempelajari perilaku moral merupakan sebuah proses panjang yang dimulai sejak masa kanak-kanak sampai menjelang dewasa nanti. Anak mengalami perkembangan moral dengan mempelajari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dimana anak dibesarkan. Banyak ahli berpendapat bahwa tingkat perkembangan moral anak memiliki tahapan yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan baik kognisi maupun emosi.
i)    Perkembangan Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dan mempengaruhi orang tersebut dalam berfikir, berrsikap dan bertingkah-laku. Anak-anak yang memiliki kepribadian baik cenderung akan lebih mudah melakukan penyesuaian sosial daripada anak yang kurang baik kepribadiannya.
j) Perkembangan Bermain
Memasuki usia pra-sekolah, anak sudah mulai meninggalkan permainan yang menggunakan barang-barang mainannya. Hal ini karena permainan dengan benda-benda mainan sifatnya sangat individu atau dilakukan sendiri, sedangkan mulai masuk TK anak lebih suka bermain bersama teman-temannya.[4]
C. Jenis-Jenis Multiple Intelligences
a. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa-bahasa termasuk bahasa ibu dan bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis, serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing.
c.       Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial merupakan kecerdasan yang dikaitkan dengan bakat seni, khususnya seni lukis dan seni arsitektur.
d.      Kecerdasan Berirama-Musik
Kecerdasan musik dalah kapasitas berpikir dalam musik untuk mampu mendengarkan pola-pola dan mengenal, serta mungkin memanipulasinya. Kecerdasan musikal didefinisikan sebagai kemampuan menangani bentuk musik yang meliputi:
1. Kemampuan mempersepsi bentuk musikal seperti menangkap atau menikmati musik dan bunyi-bunyi berpola nada.
2. Kemampuan membedakan bentuk musik, seperti membedakan dan membandingkan ciri bunyi musik, suara dan alat music
3. Kemampuan mengubah bentuk musik, seperti mencipta dan memmversikan musik.
4. Kemampuan mengekspresikan bentuk musik seperti bernyanyi, bersenandung dan bersiul-siul.
e. Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik
Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan, dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu.
f.  Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap, dan perilaku orang lain. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan indikator-indikator yang menyenangkan bagi orang lain. Dengan memiliki kecerdasan interpersonal seorang anak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, menangkap maksud dan motivasi orang lain dalam bertindak sesuatu, serta mampu memberikan tanggapan yang tepat sehingga orang lain merasa nyaman.
g.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Kecerdasan ini merupakan pengimbangan terhadap kecerdasan interpersonal.
kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali berbagai jenis flora (tanaman), fauna (hewan), dan fenomena alam lainnya, seperti asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya tata surya, berbagai galaksi, dan lain sebagainya.
i.  Kecerdasan Eksistensial-Spiritual
Sebenarnya, kecerdasan yang ke-9 dalam system Multiple Intelligences Howard Garner ini bukan kecerdasan spirituall, tetapi Garner menyebutkan dengan istilah “kecerdasan eksistensial”. Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling esensial dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual, emosional, dan kecerdasan social. Menurut Garner, kata “eksistensial” mempunyai kaitan erat dengan pengalaman spiritualitas seseorang. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Kecerdasan spiritual melibatkan seperangkat kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual. Jadi, kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan, makna, dan nilai.[5]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Setiap anak mempunyai inteligensi atau kecerdasan yang berbeda- beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
 Kecerdasan anak berbeda dikembangkan pula kecerdasan majemuk atau multiple intelegensi yang dikembangkan oleh Gardner. Sebagian pendidik, meskipun sebenarnya mempunyai kesadaran yang besar dalam pendidikan, menganggap semua individu bias dinilai dengan menggunakan satu takaran seberapa pandai atau bodohnya mereka. Dengan adanya teori kecerdasan majemuk, seorang pendidik harus tahu dan dapat mengindentifikasi sedini mungkin.


















DAFTAR PUSTAKA
Garner, Howard. Multiple Intelligences: Teori Dalam Praktek,  Tangerang: Interaksara, 2012,
Jasmine, Julia,. Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa. 2007..
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. 2010.
Wawuru, Fidelis E.& Monty P. Satiadarma. Mendidik Kecerdasan, Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas. Ed 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 2003.
Yaumi, Muhammad, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat. 2012.






[1] Suyadi,  Psikologi Belajar PAUD, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hal. 11.

[2] Garner, Howard, Multiple Intelligences: Teori Dalam Praktek, (Tangerang: Interaksara, 2012), hal. 11

[3] Jasmine, Julia,  Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa. 2007), 32.

[4]. Wawuru, Fidelis E.& Monty P. Satiadarma, Mendidik Kecerdasan, Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas, Ed 1, ( Jakarta: Pustaka Populer Obor. 2003), hal. 34.

[5] Yaumi, Dr. Muhammad, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, ( Jakarta: Dian Rakyat. 2012 ), hal . 43.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN