A.
Pendahuluan
Sekarang banyak orang yang lebih memilih merintis usaha sendiri
dibandingkan dengan harus bekerja di perusahaan orang lain.
Semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi. Karena dalam
setiap bisnisdituntut untuk selalu bersikap profesional dan beretika. Dalam
setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia, selalu di ikuti oleh norma-norma
dan etika yang harus dipenuhi supaya tidak menggangu dan merugikan orang lain.
Kemajuan teknologi saat ini sangat mendukung berkembangnya sebuah bisnis.
Teknologi dimamfaatkan manusia sebagai sarana untuk memudahkan pekerjaan dan
menjaga kelancaran dan keefektifan dalam berbisnis jika teknologi digunakan
sebagaimana mestinya dan sesuai etika yang ada. Segala sesuatu yang dilakukan
manusia akan berhasil baik jika dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai
dengan aturan-aturan moral yang berlaku. Dalam bisnis diatur beberapa kode etik
yang harus diterapkan seperti kode etik sumber daya manusia, kode etik
pemasaran, kode etik keuangan, dan sebagainya yang harus dipenuhi oleh semua
pebisnis demi kesuksesan bisnis tersebut.
B.
Pengertian Etika Bisnis
1.
Pengertian Etika
Etika berasal
dari kata Yunani, Ethos berarti “adat istiadat”. Etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik,
aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari
satu orang ke orang lain atau dari generasi kegenerasi lain.
Etika merupakan
penelahaan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau
masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral
adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk
dianut.
Etika menurut
para ahli adalah berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara
bebas dan bertanggung jawab. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur pokok
dari otonomi moral yang merupakan salah satu prinsip utama moralitas, termasuk
etika bisnis.
2.
Pengertian Bisnis
Dalam ilmu
ekonomi bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business dari kata dasar busy yang
berarti “ sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam
artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi
kapalitas, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk
untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik
operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, dan
kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan
seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan
sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah,
masyarakat umum, atau serikat bekerja.
Etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuaanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan masyarakat.
Etika bisnis
lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh
ketentuan hukum.
Beberapa hal
yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
a.
Selain
mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri bahkan nasib manusia yan terlibat didalamnya.
b.
Bisnis
adalah bagian penting dalam masyarakat
c.
Bisnis
juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi
pihak-pihak yang melakukannya
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain adalah:
1.
Pengendalian
diri
2.
Pengembangan
tanggung jawab sosial (sosial responsibility)
3.
Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
4.
Menciptakan
persaingan yang sehat
5.
Menerapkan
konsep pembangunan berkelanjutan
6.
Mampu
menyatakan yang benar itu benar
7.
Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke
bawah
8.
Konsekuen
dan dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
9.
Menumbuhkembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
10.
Perlu
adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
C.
Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya
kita tindak lanjut apa saja sasaran dan ruang lingkup etika binis itu. Ada tiga
sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis yaitu:
1.
Etika
bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah
yang terakit dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika
bisnis yang pertama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankann bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama
ini lebih sering berbicara mengenai bagaimana pelaku bisnis yang baik dan etis.
2.
Etika
bisnis bisa menjadi sangat subversifkarena ia menggugah, medorong dan
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh-bodohi, dirugikan atau
diperlakukan secara tidak adil dan etis oleh praktek bisnis pihak manapun. Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan masyarakat
luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek
bisnis siapapun.
3.
Etika
bisnis juga berbicara tentang mengenai system ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat
makro, yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.
D.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan
cara yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Prinsip-prinsip etika bisnis meliputi:
1.
Prinsip
ekonomi
Perusahaan
secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan
pelaksanaannya dengan visi dan misi yang
dimilikinya dalam menetapkan kebijakan perusahaan harus diarahkan pada upaya
pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran,
kesejahteraan para pekerja, komunitas yang dihadapinya.
2.
Prinsip
kejujuran
Kejujuran
menjadi nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan.
Dalam hubungannya dengan lingkungan bisnis kejujuran diorientasikan kepada
seluruh pihak yang terkait dengan aktivitas bisnis. Dengan kejujuran yang
dimiliki oleh suatu perusahaan maka masyarakat yang ada disekitar lingkungan
perusahaan akan menaruh kepercayaan yang tinggi bagi perusahaan tersebut.
3.
Prinsip
niat baik dan tidak berniat jahat
Prinsip ini
terkait erat dengan kejujuran. Tindakan jahat tentu tidak membantu perusahaan
dalam membangun kepercayaan masyarakat, justru kejahatan dalam berbisnis akan
menghancurkan perusahaan itu sendiri. Niatan dari suatu tujuan yang ingin
dicapai dari suatu perusahaan.
4.
Prinsip
adil
Prinsip ini
menganjurkan perusahaan untuk bersikap dan berperilaku adil kepada pihak-pihak
bisnis yang terkait dengan sistem bisnis tersebut.
5.
Prinsip
hormat pada diri sendiri
Prinsip hormat
pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif pada diri sendiri. Hal ini dimulai dengan
penghargaan terhadap orang lain. Menjaga nama baik merupakan pengakuan atas
keberadaan perusahaan tersebut.
E.
Norma Khusus dan Norma Umum
1.
Norma
khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan khusus atau kehidupan
khusus. Contohnya aturan olah raga, aturan pendidikan, lebih khusus aturan
sebuah sekolah.
2.
Norma
umum adalah norma yang lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu
boleh dikatakan lebih universal atau dipahami atau dijadikan landasan
menentukan perbuatan yang baik dan buruk oleh banyak orang didunia.
F.
Kendala Pencapaian Tujuan Etika Bisnis
1.
Standar
moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak diantara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara
untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan
campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluarsa, dan memanipulasi
laporan keuangan.
2.
Banyak
perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini muncul
kerena tidak ada kesesuaian antara nilai pribadi yang di anutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik
antara nilai pribadi yang di anutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh
sebagian besar perusahaannya, atau antara kepentingan perusahaan dengan
masyarakat. Orang-orang yang kuat teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mengejar tujuan dan mengabaikan aturan.
3.
Situasi
politik dan ekonomi yang belum stabil. Hak ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan disisi lainnya memberikan bagi pihak yang
mencari dukungan elit politik guna keberhasilan bisnisnya. Situasi ekonomi yang
buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memamfaatkan peluang guna
memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4.
Lemahnya
penegakan hukum, banyak orang yang sudah divonis bersalah dipengadilan bisa
bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya dipemerinahan. Kondisi ini
mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5.
Belum
ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis
dan manajemen.
G.
Penerapan Etika Bisnis
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang
menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan
(utility), biasanya didefenisikan sebagai memaksimalkan kebahagian dan
mengurangi penderitaan. “utilitarianisme” berasal dari kata latin utilis,
yang berarti berguna, bermamfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini
juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar. Utilitarianisme sebagai
teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, Jhon
Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa
yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang
jahat atau buruk adalah yang tidak bermamfaat , tak berfaedah, dan merugikan.
Karena itu, baik dan buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi
berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah
teori tujuan perbuatan.
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang
lebih intensif masih belum dilakukan dan digerakkan secara nyata. Pada umumnya
baru sampai tahap peryataan-peryataan atau sekedar “lips service” belaka.
Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum secara jelas.
Sesungguhnya di Indonesia harus lebih awal menggerakkan penerapan
etika bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun
1998. Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada
suatu kesalahan yang menyebabkan bencana Nasional sehingga penyebab krisis
tidak terselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang
mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah
tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten, dan
konsekuen.
Demikian pula penyebab terjadinya kasus pertamina tahun 1975, Bank
Duta (1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling sering
kita jumpai pada umumnya diwujudkan dalam bentuk baku “code of conducts” atau kode
etik di masing-masing perusahaan. Hal ini barulah tahap aal praktek etika
bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis
bersama-sama corporate culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk
pernyataan tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh
manajemen karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat. Kesemuannya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku
(legal) tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum.
H.
Indikator Etika Bisnis
Kehidupan bisnis modern menurut pengamat cenderung mementingkan
keberhasilan mental, menempatkan material pada tempat da urutan prioritas
utama, dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan
menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya
dunia bisnis tidak sesadis yang dibayangakan orang dan material bukanlah harga
mati yang harus diupayakan dengan cara apa dan bagaimanapun. Dengan paradigma
sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis dapat dipandang sebagai sarana pendapatan
dan keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya.
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan
secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah
sebagai berikut:
1.
Secara
moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan dalam
kegiatana bisnis.
2.
Tanpa
memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif dalam
memacu pertumbuhan ekonomi.
3.
Keuntungan
tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat menghidupi
karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat
dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga ini akan membuka lapangan
kerja baru.
I.
Penutup
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat. Kesemuaanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah
abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Beberapa hal
yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
a.
Selain
mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan
nama, harga diri bahkan nasib manusia yan terlibat didalamnya.
b.
Bisnis
adalah bagian penting dalam masyarakat
c.
Bisnis
juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi
pihak-pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain adalah:
1.
Pengendalian
diri
2.
Pengembangan
tanggung jawab sosial (sosial responsibility)
3.
Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
4.
Menciptakan
persaingan yang sehat
5.
Menerapkan
konsep pembangunan berkelanjutan
6.
Mampu
menyatakan yang benar itu benar
7.
Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke
bawah
8.
Konsekuen
dan dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
9.
Menumbuhkembangkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
10.
Perlu
adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
J.
Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Pengajaran ,
Jakarta: PT Rineka Karya
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar