MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH ETIKA BISNIS


A.    Pendahuluan
Sekarang banyak orang yang lebih memilih merintis usaha sendiri dibandingkan dengan harus bekerja di perusahaan orang lain.
Semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi. Karena dalam setiap bisnisdituntut untuk selalu bersikap profesional dan beretika. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia, selalu di ikuti oleh norma-norma dan etika yang harus dipenuhi supaya tidak menggangu dan merugikan orang lain.
Kemajuan teknologi saat ini sangat mendukung berkembangnya sebuah bisnis. Teknologi dimamfaatkan manusia sebagai sarana untuk memudahkan pekerjaan dan menjaga kelancaran dan keefektifan dalam berbisnis jika teknologi digunakan sebagaimana mestinya dan sesuai etika yang ada. Segala sesuatu yang dilakukan manusia akan berhasil baik jika dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan aturan-aturan moral yang berlaku. Dalam bisnis diatur beberapa kode etik yang harus diterapkan seperti kode etik sumber daya manusia, kode etik pemasaran, kode etik keuangan, dan sebagainya yang harus dipenuhi oleh semua pebisnis demi kesuksesan bisnis tersebut.

B.    Pengertian Etika Bisnis
1.    Pengertian Etika
Etika berasal dari kata Yunani, Ethos berarti “adat istiadat”. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari generasi kegenerasi lain.[1]
Etika merupakan penelahaan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika menurut para ahli adalah berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara bebas dan bertanggung jawab. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral yang merupakan salah satu prinsip utama moralitas, termasuk etika  bisnis.[2]


2.     Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business dari kata dasar busy yang berarti “ sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.[3]
Dalam ekonomi kapalitas, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, dan kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat bekerja.
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuaanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:[4]
a.      Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri bahkan nasib manusia yan terlibat didalamnya.
b.     Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
c.      Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak-pihak yang melakukannya


Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
1.     Pengendalian diri
2.     Pengembangan tanggung jawab sosial (sosial responsibility)
3.     Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4.     Menciptakan persaingan yang sehat
5.     Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6.     Mampu menyatakan yang benar itu benar
7.     Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
8.     Konsekuen dan dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
9.     Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
10.  Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
C.    Sasaran Dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansinya etika bisnis ada baiknya kita tindak lanjut apa saja sasaran dan ruang lingkup etika binis itu. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis yaitu:[5]
1.        Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terakit dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankann bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering berbicara mengenai bagaimana pelaku bisnis yang baik dan etis.
2.        Etika bisnis bisa menjadi sangat subversifkarena ia menggugah, medorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh-bodohi, dirugikan atau diperlakukan secara tidak adil dan etis oleh praktek bisnis pihak manapun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun.
3.        Etika bisnis juga berbicara tentang mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.

D.    Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip etika bisnis meliputi:[6]
1.        Prinsip ekonomi
Perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan  misi yang dimilikinya dalam menetapkan kebijakan perusahaan harus diarahkan pada upaya pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran, kesejahteraan para pekerja, komunitas yang dihadapinya.
2.           Prinsip kejujuran
Kejujuran menjadi nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan lingkungan bisnis kejujuran diorientasikan kepada seluruh pihak yang terkait dengan aktivitas bisnis. Dengan kejujuran yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka masyarakat yang ada disekitar lingkungan perusahaan akan menaruh kepercayaan yang tinggi bagi perusahaan tersebut.
3.               Prinsip niat baik dan tidak berniat jahat
Prinsip ini terkait erat dengan kejujuran. Tindakan jahat tentu tidak membantu perusahaan dalam membangun kepercayaan masyarakat, justru kejahatan dalam berbisnis akan menghancurkan perusahaan itu sendiri. Niatan dari suatu tujuan yang ingin dicapai dari suatu perusahaan.
4.           Prinsip adil
Prinsip ini menganjurkan perusahaan untuk bersikap dan berperilaku adil kepada pihak-pihak bisnis yang terkait dengan sistem bisnis tersebut.
5.           Prinsip hormat pada diri sendiri
Prinsip hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif  pada diri sendiri. Hal ini dimulai dengan penghargaan terhadap orang lain. Menjaga nama baik merupakan pengakuan atas keberadaan perusahaan tersebut.

E.    Norma Khusus dan Norma Umum
1.     Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan khusus atau kehidupan khusus. Contohnya aturan olah raga, aturan pendidikan, lebih khusus aturan sebuah sekolah.
2.     Norma umum adalah norma yang lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan lebih universal atau dipahami atau dijadikan landasan menentukan perbuatan yang baik dan buruk oleh banyak orang didunia.
F.     Kendala Pencapaian Tujuan Etika Bisnis
1.     Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak diantara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2.     Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini muncul kerena tidak ada kesesuaian antara nilai pribadi yang di anutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang di anutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaannya, atau antara kepentingan perusahaan dengan masyarakat. Orang-orang yang kuat teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mengejar tujuan dan mengabaikan aturan.
3.     Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hak ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang satu sisi membingungkan masyarakat luas dan disisi lainnya memberikan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memamfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4.     Lemahnya penegakan hukum, banyak orang yang sudah divonis bersalah dipengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya dipemerinahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.[7]
5.     Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
G.   Penerapan Etika Bisnis
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefenisikan sebagai memaksimalkan kebahagian dan mengurangi penderitaan. “utilitarianisme” berasal dari kata latin utilis, yang berarti berguna, bermamfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar. Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, Jhon Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermamfaat , tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik dan buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Di Indonesia tampaknya masalah penerapan etika perusahaan yang lebih intensif masih belum dilakukan dan digerakkan secara nyata. Pada umumnya baru sampai tahap peryataan-peryataan atau sekedar “lips service” belaka. Karena memang enforcement dari pemerintah pun belum secara jelas.
Sesungguhnya di Indonesia harus lebih awal menggerakkan penerapan etika bisnis secara intensif terutama setelah tragedi krisis ekonomi tahun 1998. Sayangnya bangsa ini mudah lupa dan mudah pula memberikan maaf kepada suatu kesalahan yang menyebabkan bencana Nasional sehingga penyebab krisis tidak terselesaikan secara tuntas dan tidak berdasarkan suatu pola yang mendasar. Sesungguhnya penyebab utama krisis ini, dari sisi korporasi, adalah tidak berfungsinya praktek etika bisnis secara benar, konsisten, dan konsekuen. 
Demikian pula penyebab terjadinya kasus pertamina tahun 1975, Bank Duta (1990) adalah serupa praktek penerapan etika bisnis yang paling sering kita jumpai pada umumnya diwujudkan dalam bentuk baku “code of conducts” atau kode etik di masing-masing perusahaan. Hal ini barulah tahap aal praktek etika bisnis yakni mengkodifikasi-kan nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis bersama-sama corporate culture atau budaya perusahaan, kedalam suatu bentuk pernyataan tertulis dari perusahaan untuk dilakukan dan tidak dilakukan oleh manajemen karyawan dalam melakukan kegiatan bisnis.
Secara sederhana yang dimaksud etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat. Kesemuannya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku (legal) tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum.

H.    Indikator Etika Bisnis
Kehidupan bisnis modern menurut pengamat cenderung mementingkan keberhasilan mental, menempatkan material pada tempat da urutan prioritas utama, dapat mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan menggunakan paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia bisnis tidak sesadis yang dibayangakan orang dan material bukanlah harga mati yang harus diupayakan dengan cara apa dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat berkonotasi bahwa bisnis dapat dipandang sebagai sarana pendapatan dan keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. [8]
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai berikut:
1.     Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan dalam kegiatana bisnis.
2.     Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya, dan itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
3.     Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga ini akan membuka lapangan kerja baru.



I.      Penutup
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuaanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:
a.      Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri bahkan nasib manusia yan terlibat didalamnya.
b.     Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
c.      Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak-pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
1.     Pengendalian diri
2.     Pengembangan tanggung jawab sosial (sosial responsibility)
3.     Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4.     Menciptakan persaingan yang sehat
5.     Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6.     Mampu menyatakan yang benar itu benar
7.     Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
8.     Konsekuen dan dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
9.     Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
10.  Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
J.     Daftar pustaka
Agus, Sukrisno, 2012, Etika Bisnis dan Profesi, Jakarta: Selemba Empat.
Arikunto,  Suharsimi, 1993, Manajemen Pengajaran , Jakarta: PT Rineka Karya
Erni Ernawan,  Erni, 2016, Etika Bisnis, Bandung: Alfabeta,
Gibson,   1997, Organisasi, Prilaku, Struktur, dan Proses, Jakarta: Erlangga.
Priansa, Dodi Juni,   2014, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: Alfabeta









[1] Sukrisno Agus,Etika Bisnis dan Profesi, (Jakarta: Selemba Empat, 2012),hlm. 45.
[2] Ibid., hlm. 56
[3] Erni Ernawan, Etika Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 4.
[4] Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran , (Jakarta: PT Rineka Karya, 1993),hlm. 56
[5] Dodi Juni Priansa, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Alfabeta, 2014),hlm. 89.
[6]Gibson, Organisasi, Prilaku, Struktur, dan Proses, (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 78.
[7] Ibid.
[8] Dodi Juni Priansa,Op.Cit., hlm. 134.

<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL