MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA BERMASYARAKAT DALAM HADITS


PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA BERMASYARAKAT DALAM HADITS


A.    PENDAHULUAN
Sumber utama ajaran Islam adalah Al-Qur’an yang disebutkan sebagai pedoman hidup, sunnah sebagai kebenaran yang datang dari Rasul, dan ijtihad sebagai jalan terbuka untuk menggunakan inelektualitas manusia menuju kebenaran. Dalam hal ini agama Islam merupakan sember kebudayaan Islam. Sebagai bagian dari kebudayaan, pendidikan Islam juga bersumber dari ajaran Islam.
Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggungjawab yang dilakukan oleh orang dewasa pada anak sehingga timbul reaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus-menerus. Aktivitas pendidikan semuanya bertujuan untuk membentuk, keluhuran budi pekerti manusia.
Kebudayaan dalam suatu masyarakan merupakan sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkahlaku maka kebudayaan cendrung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.[1]

B.    PEMBAHASAN
1.     Pengertian Sosial Budaya
Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Kelakuan masyarakat pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya.
Sedangkan budaya adalah dalam kamus bahasa Indanesia diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Jadi, social budaya merupakan segala hal yang diciptakan manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Para ahli antropologi membagi kebudayaan dalam bentuk dan isi. Menurut bentuknya kebudayaan terdiri atas tiga, yaitu:
a.      Sistem kebudayaan
Sistem kebudayaan berwujud gagasan, pikiran, konsep, nilai-nilai, budaya, norma-norma, pandangan-pandangan yang berntuknya abstrak, serta berada dalam pikiran para pemangku kebudayaan yang bersangkutan.
b.     Sistem sosial
Sistem sosial berwujud aktivitas, tingkah laku berpola, perilaku, upacara-upacara, serta ritus-ritus yang wujudnya lebih konkrit. Sistem sosial adalah bentuk kebudayaan dalam wujud yang lebih konkrit dan dapat diamati.
c.      Benda-benda budaya
Benda-benda budaya disebut juga sebagai kebudayaan fisik atau kebudayaan materiil. Benda budaya merupakan hasil tingkah laku dan karya pemangku kebudayaan yang bersangkutan.[2]



2.     Pengertian Pendidikan Sosial Budaya Bermasyarakat
Sejak manusia diciptakan, pendidikan menempati urutan pertama sebagai alat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Meskipun belum ada istilah pendidikan formal maupun informal, substansi pendidikan sudah dibutuhkan manusia. Ketika Adam sudah diciptakan sebagai manusia pertama yang diberi jabatan oleh Allah sebagai pemimpin atau khalifah dimuka bumi, yang pertama diberikan Allah kepadanya adalah pengetahuan. Oleh karena itu, allah mendidik Adam dengan nama-nama yang ada dibelahan bumi ini.
Imam Al-Ghazali memaknakan pendidikan sebagai proses pembiasaan (riyadhah). Riyadhah artinya manaklukkan dan menundukkan anak kuda serta mengajarinya berlari. Pembiasaan yang dimaksud oleh Al-Ghazali upaya menimbulkan respons siswa melalui bimbingan emosional dan fisikal. Al-Ghazali berpendapat bahwa proses pembiasaan (riyadhah) membantu siswa menuju tujuan tertinggi. Seperti halnya Imam Al-Ghazali, Ibn Sina, mengartikan pendidikan sebagai pembiasaan atau Riyadhah.[3]
Perjalanan kebudayaan manusia dalam sejarahnya erat kaitannya dengan pendidikan. Sebab semua materi yang terkandung dalam kebudayaan yang diperoleh manusia selain dilalui secara sadar, juga dilalui dengan proses belajar. Melalui proses belajara itulah transfer nilai-nilai kebudayaan terhadap generasi-kegenerasi berikutnya dilakukan. Sehingga nilai-nilai kebudayaan senantiasa berkelanjutan dari waktu kewaktu, dari kebudayaan masa lalu menuju kebudayaan masa kini.
Ada kebudayaan masa lalu yang tetap dipertahankan dalam kebudayaan masa kini. Ada juga ditinggalkan atau tidak digunakan meskipun demikian tidak menutup kemungkinan kebudayaan pada masa lalu. Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bekerjasama dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat,
Seperti lembaga-lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan, organisasi-organisasi, perkumpulan-perkumpulan, yang kesemuanya itu merupakan unsur-unsur pelaksana asas pendidikan masyaraka. Kesemua kelompok sosial berikut unsur-unsur pelaku atau pelaksana asas pendidikan yang dengan sengaja dan sadar membawa kemasyarakat kepada kedewasaan, baik jasmani, maupun rohani yang realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat.[4]
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaannya. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu:
a.      Penganut kebudayaan
b.     Pembawa kebudayaan manipulator kebudayaan,
c.      Pencipta kebudayaan.
Sebagai penganut kebudayaan seseorang hanya menjadi pelaku tradisi dan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakatnya. Sebaliknya pembawa kebudayaan adalah pihak luar dan anggota masyarakat setempat. Tidak semua anggota masyarakat dapat beradaptasi dengan budaya baru yang dating dari luar. Umumnya budaya baru sulit diterima dan butuh waktu bertahap[5]
3.     Pendidikan Sosial Budaya Bermasyarakat dalam Hadits
a.      Musyawarah[6]
Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 159
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
من افتى بغير علم كان إثمه على من أفتاه. زاد في رواية: و من أشار على أخيه بأمر يعلم أن الرشد في غيره فقد خانه (رواه أبوداودوالحاكم ).
Artinya:  Barang siapa yang menerima fatwa tanpa pengetahuan, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberi fatwa, didalam riwayat yang lain disebutkan bahwa barangsiapa menyarankan suatu perkara kepada saudaranya, padahal ia mengetahui bahwa kebenaran bukan menurut sarannya, berarti ia telah mengkhianatinya. (H.R. Daud dan Hakim)

Maksudnya yaitu: dikatakan demikian karena sejak saudaranya menyatakan kepadanaya perihal perkara tersebut, maka ia menjadi orang yang dipercayanya. Apabila ia menyarankan hal yang tidak sesuai dengan kebenaran yang dipandangnya, berarti ia telah berkhianat terhadap saudaranya yang Muslim.
Hadis ini diketengahkan oleh Abu Daud dan Hakim dengan sanad berpredikat shahih.
            Musyawarah hanya diperlukan dalam urusan-urusan penting karena segala akibat itu tiada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. seorang juru penasehat dalam suatu urusan tiada lain hanya menggabungkan semua pendapat orang yang ia seleksi dengan baik untuk menanggulangi perkara tersebut dan membantu dia memecahkannya. Perihalnya sama dengan suatu jamaah yang bergabung menghadapi suatu pekerjaan besar, lalu mereka menanggulanginya secara bersama sehingga pekerjaan berat itu dengan mudah dapat mereka selesaikan dengan baik.
Seorang individu tidaklah sama dengan suatu jamaah, sesungguhnya jamaah itu lebih dekat kepada kebenaran dan lebih jauh dari kekeliruan dan kekecewaan, separti yang disebut dalam suatu atsar yang bersumber dari Amirul Mu-Minin ‘Ali Ibnu Abu Thalib r.a “ tidak akan kecewa orang yang beristikharah, tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah, dan tidak akan jatuh miskin orang yang ekonomis.”
b.     Adab Bertetangga[7]
وعن ابن عمروعائشة رضى الله عنهما قالا:قال رسول الله صلى عليه وسلم مازال جبريل يوصينى بالجار حتى ظننت انه سيورثه. (متفق عليه)
Artinya:Dari Ibn Umar dan Aisyah ra., mereka berkata: Rasulullah saw. “Malaikat Jibril selalu berpesan kepadaku untuk senantiasa berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisinya.” (H.R Bukhari Muslim).

Maksudnya: tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Jadi kita harus saling berbuat baik terhadap tetangga kita. Sebab jika terjadi musibah atau semacamnya, maka tetanggalah yang pertama kali membantu kita. Jadi, untuk itu harus saling tolong-menolonglah kita dalam bertetangga.

c.      Memuliakan Tamu[8]
وعنابى هريرة رضى الله عنه ان النبىى صلى الله عليه وسلم قال:من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الا خرفليصل رحمه، ومن كان يؤمن با لله واليوم الاخرفليقل خيرا اوليصمت. (متفق عليه)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menyambung tali persaudaraan. Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam!” (H.R Bukhari dan Muslim).
Maksudnya: apabila tamu datang kerumah kita sebaiknya memuliakannya seperti raja karena dengan begitu tali silaturahmi akan terjalin dengan baik dan persudaraan akan semakin erat terjalin.

C.    KESIMPULAN
Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Kelakuan masyarakat pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya.
Sedangkan budaya adalah dalam kamus bahasa Indanesia diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Jadi, social budaya merupakan segala hal yang diciptakan manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun pendidikan sosial dalam hadis yaitu: musyawarah, adab bertetangga, dan memuliakan tamu. Dimana didalam menyelesaikan sebuah masalah atau memecahkan masalah maka kita bisa melakukan musyawarah dan didalam bertetangga sebaiknya kita saling tolong-menolong karena apabila kita kena musibah atau semacamnya maka tetanggalah yang pertama menolong kita. Dan didalam memuliakan tamu sebaiknya kita harus berbuat baik terhadap tamu karena tamu adalah raja. Dan agar supaya silaturahmi juga dapat berjalan dengan baik.














DAFTAR PUSTAKA
Jalalluddin, Psikologi Agama (Memahami Perilaku dengan  Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi), Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012

Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Uin Sunan Gunung Jati, 2006

Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2010

Manshur Ali Nashif, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah saw jilid 5, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996

Achmad Sunarto, Riyadhus Shalihin jilid 1, Jakarta: Pustaka Amani,1999




[1] Jalalluddin, Psikologi Agama (Memahami Perilaku dengan  Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi), (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012), hlm. 223.
[2] Ibid., hlm. 226-227.
[3] Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Uin Sunan Gunung Jati, 2006), hlm. 13-14
[4]  Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP,  2010), hlm. 31-30.
[5] Ibid., hlm. 32.
[6] Manshur Ali Nashif, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah saw jilid 5, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), hlm. 221-223.
[7] Achmad Sunarto, Riyadhus Shalihin jilid 1, (Jakarta: Pustaka Amani,1999 ), hlm. 318-219.
[8] Ibid., hlm. 649.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL