MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH EPISTIMOLOGI SAINS


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang masalah.
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, akan tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dengan upaya untuk memperoleh informasi, manusia serigkali melakukan komunukasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang dapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memeberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan.
Dalam mencari pengetahuan tak jarang manusia harus mempelajari epistimologi. Epistimologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-ilmu manusia,termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu maanusia yang bersifat gemblang,dan merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.
Sejak semula, epistimologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit. Sebab,epistomologi menjangakau permasalahan-permasalahan yang memebentang luas, sehingga tidak ada sesuatupun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu pengetahuan merupakan merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang digunakan permasalahan ilmiah didalam kehidupan sehari-hari.pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja.oleh karena itu, perlu diketahui apa saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapaat digunakan manusia untuk mengembangkan diri dalam mengikuti perkembangan informasi yang  pesat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian epistimologi sains
Epistimologi berasal dari bahasa yunani’’episteme”dan”logos”. “episteme” artinya  pengetahuan (knowledge).”logos” artinya teori. Dengan demikian epistimologi secara etimologi adalah teori pengetahuan. Istilah-istilah lain yang setara dengan epistimologi adalah:
1.       Kriteriologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya pengetahuan.
2.       Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.
3.       Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah (gnosis).
4.       Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi bentuknya.
Objek material epistimologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Setiap filsafat menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntutan lain yang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan. Tetapi setiap perangkat aturan harus benar-benar mapan. Sebab defenisi “kepercayaaan”,”kebenaran” merupakan problem yang tetap dan terus menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat.[1]
Persoalan-persoalan penting yang dikaji daalam epistimologi berkisar pada masalah: asal- usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalaam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia. Semua persoalan tersebut di atas terkait dengan persoalan-persoalan penting filsafat yang lainnyaseperti: kodrat kebenaran, kodrat pengalaman dan makna.
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada di dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tak akan eksis. Oleh karena itu, ketrkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati. Bahm menyebutkan delapn hal penting yang penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia yaitu:[2]
a.       Mengamati (observes), pikiran berperan dalam mengamati objek-objek. Dalam melaksanakan pengamatan terhadap objek itu maka pikiran haruslahmengandung kesdaran. Oleh karena itu disini pikiran merupakan suatu bentuk bentuk kesadaranmeskipun demikianpikiran tidak melalu kesadaran,sehingga kita perlu juga mempelajari berbagi bentuk pikiran seperti,pemikiran bawah sadar(subconscious mind), pikiran tanpa sadar(unconscious mind) dan berbagai level kejiwaan yang lainnya. Kesadaran adalah suatu karakteristik atau fungsi pikiran. Kesadaran jiwa(consiouness) ini melibatkan dua unsure yang penting yakni kesadaran untuk mengetahaui sesuatu(awareness)dan penampakan suatu objek(appearance).kodarat kesadaran untuk mengetahui sesuatu dan penampakan . hal-hal yang diamati tadi adalah dinamakanobjek. Dengan demikian pengamatan ini melibatka pulafungsi-funsi pikiran yang lain.
b.       Menyelidiki (inquires). Yaitu ketrtarikan kepada objek yang tapil.objek-objek sebagai kodrati yang merupakan suatu cara menampakkan, cara persepsi, dikonsepsi,diingat, diantisipasi, baik secra sederhana maupun secra komplek,dinamika atau statikanya, perubahan atau ketetapannya, keterhubungan antara antesendennya, konsekuennnya, atau cara berkorelasi atau interelasi dengan objek-objek yang lain. Cara tumbuh dan berkembangnya objek-objek tersebut, cara kemungkinannya  digunakan,konotasi nilai-nilai yang dikandungnnya dan signifikansi khusus. Serta apakah objek-objek itu melibatkan ungkap-ungkapan linguistic atau tidak. Tenggang waktu ata durasi suatu minat biasanya bersaing dengan minat-minat yang lainnhya,sehingga paling tidakl seseorang memiliki banyak minat pada perhatian ynag terarah. Minat-minat ini ada dalam cara. Ada yang berkaitan dengan jasmaniaah,perminataan lingkungan, tuntutan masyarakat, tujuan-tujuan pribadi, konsepsi diri rasa tanggung jawab, rasa kebebasan bertindak, dan lai-lainnya.minat terhadap objek cenderung melibatkan komitmen, kadangkala komitmen ini hanya merupakan kelanjutan atau menyertai pengamatan terhadap objek. Minat yang membing-bing seseorang secarar ilamiah, untuk terlibat kedalam pemahaman kepda objek-objek.
c.       Percaya (believes). Mana kala suatu objek muncul dalam kesdaran, biasanya objek tersebut diterima sebagi objek yang Nampak.kata percaya biasanya dilawankan dengan keraguan. Sikap menerima sesuatu yang menampak sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan, dinamkan kepercayaan.
d.       Hasrat (desires), yaitu mencakup kondisi-kondisi biologis dan psikologis dan interaksi dialektik antar tubuh dan jiwa. Karena pikiran dibutuhkan untuk aktualisasi hasrat, maka kita dapat mengatakannya sebagai hasrat pikiran. Tanpa pikiran tak mungkin ada hasrat.
e.       Maksud (intends), meskipun seseorang memeiliki maksud ketika akan mengobservasi, menyelidiki, mempercayai dan berhasrat, namun sekaligus perasaannya tidak berbeda atau bahkan tidak terdorong untuk melakukannya.
f.        Mengatur(organizer), setiap pemikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri seseorang. Pikiran mengatur melalui kesadaran yang sudah menjadi. Kesadaran adalah suatu kondisi dan fungsi mengetahui secara bersama. Pikiran mengatur melalui intuisi yakni melalui kesadaran penampakan dalam stiap kehadiran.[3]
g.       Menyesuaikan (adapts), menyesuaikan pikiran-pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam dalam otak dan tuuh dalam fisik, biologis, lingkungan social, dan cultural keuntugan yang terlihat kepada tindakan, hasrat dan kepuasan.
h.       Menikmati (enjoys), pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan. Orang yang asyik dalam menekuni suatu persoalan, maka ia akan menikmati itu dalam pikirannya.
Perbincangan penting dalam epistomologi juga terkait dengan jenis-jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan ilmiah dan non ilmiah. Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa cirri pengenal sebagai berikut:
a.        Berlaku umum.
b.       Mempunyai kedudukan maandiri.
c.       Mempunyai dasr pembenaran.
d.       Sistematik.
e.       Intersubjektive. [4]
Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebaagi berikut:
a.       pengetahuan biasa.
b.       pengetahuan ilmiah.
c.       Pengetahuan filsafati.
d.       pengetahuan agama.
Pengetahuan dipandang atas dasar criteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut:
a.       Pengetahuan indrawi
b.       Pengetahuan akal budi.
c.       Pengetahuan intuitif.
d.       Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritif. [5]
B.      Objek dan tujuan epistimologi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu, bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedangkan tujuan sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab, objeklah yang menghantar tercapainya tujuan.[6]
Menurut jujun s. suriasumatri beerupa,segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi menghantarkan tercapainya tujuan, sebab tujuan sasaran itu merupakan suatu tahap pengantar yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasran, mustahil tujuan bisa terealisir,sebaliknya tanpa tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali. Tujuan epistimologi bukan lah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu? Tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang mungkin dapat saya tahu, bahwa sanya epistimologi bukan untuk memperoleh pengetahuan meskipun keadaan ini tidak dapat dihindari, dan yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistimologi adalah  lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. [7]
C.      Landasan pemikiran epistimologi.
Landasan epistimologi disebut juga metode ilmiah. Yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan ptosedure yang ingin mendapat kan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu  merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sesuatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum  dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya  pengetahuan menjadi ilmu. Sehingga memilki fungsi yang sangat penting daam bangunan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun,  dan mengembangkan pengetahuan umum.
Menurut baharuddin salam metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagia berikut:
a.       Penemuan dan penentuan masalah
b.       Perumusan kerangka masalah
c.       Penajuan hipotesis
d.       Hipotesis dari deduksi
e.       Pembuktian hipotesis
f.        Penerimaan hipotesis[8]
Epistimologi diperlukan dalam pendidikan antara lain salah saatunya dalm hubungannya dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang akan diberikan kepada siswa ataupun anak didik. Diajarkan  di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan bagaaimna cara  memperoleh pengetahuan dan cara menyampaikannya seperti apa? Dan itu semua adalah epistimologi pendidikan.
Ada juga kajian epistimologi matematika yaitu sekelompok pernytaan mengenai apakah matemtika itu, jenis pengetahuan apa( pengetahuan empirik ataukah pengetahuan pra-pengalaman.[9]
D.      Aliran- aliran epistimologi
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang epistimologi yaitu:
1.       Empirisme
2.       Rasionalisme
3.       Positisme
4.       Intuitisme
5.       Kritisme
6.       Idealisme[10]
E.      Pengaruh epistimologi
Secara global epistimologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban sudh tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistimologi mengatur semua aspek  studi manusia dari filsafat dan ilmu murni, sampai ilmu social. Epistimologi daari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh. Epistimologi senantiasa  mendorong manusia untuk selalu berfikir dan bereaksi dalam menemukan  dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran yang epistimologis yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara  mewujudkan sesuatu peringkat-peringkat yang harusdisediakn untuk mewujudkan sesuatu itu dan sebagainya. [11]



BAB II
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu,
1.       Pengetahuan diperoleh dari akal, yakni pengakuan yang didapatkan melalui proses berputar yang logis sehingga dapat diterima oleh akal. Dari sini memunculkan aliran yang rasional.
2.       Pengetahuan diperoleh dari pengalaman,  yaitu pengetaahuan yang baru muncul ketika, indera manusia menimba pengalaman dengan cara  melihat dan mengamati berbagai kejadian dalam hidupan. Jadi ketika manusia lahir benar-benar dalam keadaan yang bersih dan suci dari apapun. Aliran yang mempunyai paham ini adalah aliran empirisme.
3.       Pengetahuan diperoleh dari intuisi , yakni pengetahuan yang bersifat personal, dan hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan pengetahuan ini.
B.      SARAN.
Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari yang telah ditetapkan atau seharusnya . apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis harapkan dari pembaca , mohon kritik dan sarannya guna perbaikan penyusunan selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA
Ahmad tafsir,filsafat ilmu( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,2013)
Rizal mustansyir dan misnar munir, filsafat ilmu,(yogyakarta: pustaka pelajar,2006).
sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular,(Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2013)
Achmadi, asmoro,filsafat umum, (Jakarta: PT. Raja grafindo persada,2012)
Hakim,bani, ahmad saebani, filsafat umum, dari metodologi sampai teofilosofi,( bandung: pustaka setia,2008)









[1] Rizal mustansyir dan misnar munir, filsafat ilmu,(yogyakarta: pustaka pelajar,2006).hlm.16
[2] Ibid, hlm.19
[3] Ibid. hlm. 22.
[4] Ibid,hlm. 24.
[5] Ahmad tafsir,filsafat ilmu( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,2013),hlm.35
[6] Ibid, hlm. 45
[7] Ibid. hlm,60.
[8] Hakim,bani, ahmad saebani, filsafat umum, dari metodologi sampai teofilosofi,( bandung: pustaka setia,2008),hlm 46.

[9] Rizal mustansyir dan misnal munir, opcit. Hlm. 25.
[10] Jujun sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular,(Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2013),hlm.67.
[11] Achmadi, asmoro,filsafat umum, (Jakarta: PT. Raja grafindo persada,2012),hlm. 118-119.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL