BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Etika
kerja Islam memberikan dampak yang baik terhadap perilaku individu dalam
bekerja. Sikap kerja yang positif memungkinkan hasil yang menguntungkan seperti
kerja keras, komitmen dan dedikasi terhadap pekerjaan dan sikap kerja lainnya
yang tentu saja hal ini dapat memberi keuntungan bagi individu itu sendiri dan
organisasi. Agama Islam adalah agama serba lengkap, yang di dalamnya mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia baik kehidupan spiritual maupun kehidupan material
termasuk di dalamnya mengatur masalah Etos kerja. Secara implisit banyak ayat
al Qur’an yang menganjurkan umatnya untuk bekerja keras, diantaranya dalam
Quran surat al Insirah: 7-8, yang artinya ”Apabila kamu telah selesai (dari
satu urusan), maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusa) yang lain”. Juga
dijelaskan dalam hadis Rosul yang artinya: ”Berusahalah untuk urusan duniamu
seolah-olah engkau akan hidup selamanya.
Etos kerja dalam Islam terkait erat
dengan nilai-nilai (values) yang terkandung dalam al-Qur’an dan
al-Sunnah tentang “kerja” yang dijadikan sumber inspirasi dan motivasi oleh
setiap Muslim untuk melakukan aktivitas kerja di berbagai bidang kehidupan.
Manusia diciptakan di dunia ini sebagai makhluk yang paling sempurna bentuknya
(fi ahsani taqwīm), yang ditugaskan untuk menyembah Allah dan menjauhi
larangannya. Manusia merupakan makhluk jasmaniah dan rohaniah yang memiliki
sejumlah kebutuhan sandang, pangan, papan, udara dan sebagainya. Guna memenuhi
kebutuhan jasmaniah itu manusia bekerja, berusaha, walaupun tujuan itu tidak
semata-mata hanya untuk keperluan jasmaniah semata.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Etika Kerja Islam ?
2. Apa
pedoman Etika Kerja dalam Islam ?
3. Bagaimana
meneladani Etos Kerja yang Islami ?
4. Apa yang
dimaksud Kerja dan produktivitas atau Produktivitas kerja ?
C. Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui Pengertian Etika Kerja Islam
2. Untuk
mengetahui Pedoman Etika Kerja Dalam
Islam
3. Untuk
mengetahui Meneladani Etos Kerja Yang Islami
4. Untuk
mengetahui Kerja dan Produktivitas atau Produktivitas Kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Etika Kerja Islam
Secara etimologis, menurut Endang
Syaifuddin Anshari, etika berarti perbuatan, dan ada sangkut pautnya dengan
kata-kata Khuliq( pencipta) dan Makhluq (yang diciptakan). Akan tetapi, ditemukan
juga pengertian etika berasal dari kata jamak dalam bahasa Arab “Akhlaq”. Kata
Mufradnya adalah khulqu, yang berarti : sajiyyah: perangai, mur’iiah : budi,
thab’in : tabiat, dan adab: adab (kesopanan). Etika pada umumnya diidentikkan
dengan moral (moralitas). Meskipun sama terkait dengan baik-buruk tindakan
manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian. Secara singkat, jika
moral lebih cenderung pada pengertian “nilai baik dan huruk dari setiap
perbuatan manusia, etika mempelajari tentang baik dan buruk”. Jadi,bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori dan perbuatan baik dan buruk( ethics
atau ‘ilm al-akhlaq) dan moral (akklaq) adalah praktiknya. Sering pula yang
dimaksud dengan etika adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa
berupa perbuatan baik maupun buruk.
Etika adalah
salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang tingkah laku manusia,
perkataan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti adat
kebiasaan. Etika adalah sebuah pranata prilaku seseorang atau kelompok orang
yang tersusun dari suatu sistem nilai atau norma yang diambil dari
gejala-gejala alamiyah sekelompok masyarakat tersebut.
Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar ( standard of conduct )
yang memimpin individu, etika adalah suatu studi mengenai perbuatan yang sah
dan benar dan moral yang lakukan seseorang.
Aristoteles mendefinisikan etika sebagai suatu kumpulan aturan yang harus
dipatuhi oleh manusia.
Etika juga
memiliki stresing terhadap kajian sistem nilai-nilai yang ada. Oleh karena itu
apabila kita kaitkan etika dengan perdagangan dalam Islam, maka akan melahirkan
suatu kesimpulan bahwa perdagangan harus mengacu nilai- nilai keislaman yang
telah baku dari sumber aslinya yaitu al-Quran dan al- Sunnah.
Jika etika diartikan sebagai kumpulan peraturan sebagaimana yang diungkapkan
oleh Aristoteles, maka etika perdagangan dalam Islam dapat diartikan sebagai
suatu perdagangan yang harus mematuhi kumpulan aturan-aturan yang ada dalam
islam. Pemakaian istilah etika disamakan dengan akhlak, adapun persamaannya
terletak pada objeknya, yaitu keduanya sama-sama membahas baik buruknya tingkah
laku manusia. Segi perbedaannya etika menentukan baik buruknya manusia dengan
tolak ukur akal pikiran. Sedangkan akhlak dengan menetukannya dengan tolak ukur
ajaran agama (al-Quran dan al-Sunnah).
Sementara dalam
bahasa arab etika dikenal juga sebagai akhlak yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan secara istilah ada beberapa
pengertian tentang etika itu sendiri seperti :
1.
Menurut
Hamzah Ya’kub etika adalah ilmu tingkah laku manusia yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip dan tindakan moral yang betul , atau tepatnya etika adalah ilmu
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk.
2.
Menurut
Amin etika/akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya.
Menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat . Ajaran etika
berpedoman pada kebaikan dari suatu perbuatan yang dapat dilihat dari
sumbangasihnya dalam menciptakan kebaikan hidup sesama manusia, baik buruknya
perbuatan seseorang dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya dia memberikan
manfaat kepada orang lain. Dalam menentukan baik atau buruknya perbuatan
seseorang, maka yang menjadi tolak ukur adalah akal pikiran. Selain etika ada
juga yang dapat menentukan suatu perbuatan baik atau buruk yaitu akhlak. Namun
dalam menentukan baik atau buruknya perbuatan yang menjadi tolak ukur dalam
akhlak yaitu al-Quran dan al-Sunnah.
Manusia dalam
konsepsi Islam diposisikan sebagai makhluk theomorfis yaitu makhluk
dengan potensi yang dimiliki serta usaha yang dilakukannya dapat
menyerupai sifat-sifat ketuhanan. Kegiatan moral, spiritual dan keduniaan
manusia semuanya harus diintegrasikan dan dipadukan untuk direfleksikan satu
sama lainnya. Islam memberikan suatu perspektif kepada manusia yaitu yang
ditanam dan ditumbuhkan melalui pengembangan rasa pribadi yang tak lain
merupakan sumber kekuatan bagi dirinya. Cita Etika Islam ialah membebaskan
manusia dari rasa takut dan memberikan kepadanya suatu rasa kepribadian agar ia
dapat menyadari bahwa ia adalah sumber kekuatan.
Dalam Al Qur’an manusia ditegaskan sebagai makhluk yang diciptakan dalam
bentuk yang paling baik, yaitu orang-orang beriman dan mengerjakan amal shaleh.
Manusia adalah makhluk yang memiliki sifat kedewasaan dan tanggung jawab yang
menjadikan dalam kehidupannya mempunyai kemampuan untuk memikul tanggung jawab
terhadap amalnya. Hal ini ditegaskan Al Qur’an dengan ungkapan al-basyar. Ungkapan
ini menunjukkan bahwa amal manusia harus dipertanggungjawabkan dibawah hukum
manusia, masyarakat dan Tuhan. Islam
adalah agama yang menghargai kerja keras sebagaimana Firman Allah dalam
Al-Qur'an antara lain Surat Az-Zumar (39) : ayat (39) yang berbunyi :
قُلۡ يَٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ إِنِّي عَٰمِلٞۖ
فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ
Artinya :
Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya
Aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui.
Surat At-Taubah
(09) : ayat (105)
وَقُلِ
ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا
كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Artinya : Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Berdasarkan
beberapa ayat Al Qur’an di atas menunjukkan bahwa Islam memiliki sikap dan
pandangan bahwa kerja keras merupakan perintah Allah bernilai ibadah yang harus
ditunaikan manusia. Islam menggambarkan peranan manusia dalam alam semesta ini
atas dasar 3 masalah pokok penting yaitu:
a.
Allah
SWT menciptakan seluruh alam semesta sesuai dengan peraturan dan hukum-Nya.
b.
Allah
SWT memerintahkan tunduk kepada umat manusia dari seluruh alam semesta ini, apa
saja yang ia butuhkan dalam usahanya untuk hidup dan kelangsungan kehidupannya.
Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia dalam memakmurkan
planet ini, mengeksploitasi sumber-sumber kemakmuran yang ada di bumi dan
mengharapkan anugerah Allah yang tersimpan dalam planet ini.
c.
Kerja
adalah segala kemampuan dan kesungguhan yang dikerahkan manusia baik jasmani
maupun akal pikiran, untuk mengolah kekayaan alam ini bagi kepentingannya.
Syari’ah adalah hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Khalik maupun
makhluk. Syari’at Islam merupakan ciptaan Allah SWT, sehingga tidak terbatas
oleh ruang dan waktu, yaitu sistem universal, atau sesuai untuk sepanjang zaman
dan semua tempat, tidak lapuk ditelan zaman dan tidak kering dimakan hari.
Prinsip Syari’ah Islamiyah tidak dapat berubah, walaupun hukum-hukum cabangnya
mungkin dapat berubah.
B.
Pedoman Kerja dalam Islam
Islam sebagai sumber kebenaran telah memberikan ruang yang
seluas-luasnya kepada umatnya untuk bekerja sepanjang yang dikerjakan tidak
bertentangan dengan syariah. Syariah lah yang menjadi pedoman dan referensi
utama ketika manusia mengerjakan sesuatu baik untuk dirinya maupun untuk orang
lain. Allah swt. berfirman, “Dan katakanlah bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasulnya dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui Yang Gaib dan Yang Nyata, lalu
Dia terangkan kepadamu tentang apa yang telah kamu kerjakan” (Qs.
at-Taubah: 105). Maksud perintah Allah swt. supaya manusia bekerja, namun tidak
boleh lupa bahwa apapun yang dikerjakan akan dilihat oleh Allah dan Rasul-Nya,
serta orang-orang mukmin yang bermakna penyaksian dan kelak akan diperhadapkan
kembali kepada Allah swt. mengenai apa yang telah dikerjakan. Di sinilah makna
penting jawaban manusia terhadap pekerjaan atau amal yang dilaksanakannya.
Berusaha
dalam bidang bisnis dan perdagangan termasuk usaha kerja keras. Dalam kerja
keras itu, tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati oleh profesi lain.
Kemauan keras ini dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-
sungguh. Orang-orang yang berhasil atau bangsa yang berhasil ialah bangsa yang
mau kerja keras, tahan menderita, tapi berjuan terus memperbaiki nasibnya.
Pekerjaan dakwah yang dilakukan oleh Rasul pun mencerminkan kerja keras,
sehingga dapat berhasil mendapat kejayaannya. Dalam al-Quran dinyatakan bahwa, “Apabila
engkau telah berazam, maka bertakwalah kepada Allah” (Qs.
Ali Imran: 159). Kerja keras bukan yang dilakukan pada saat memulai saja,
tetapi juga terus dilakukan walaupun kita sudah berhasil.
Sebagai
orang muslim kita dituntut agar tidak hanya mementingkan atau mengutamakan
kerja keras untuk dunia saja atau akhirat saja, tetapi ditengah-tengah antara
keduanya, maksudnya jangan sampai kita dilalaikan oleh pekerjaan mencari harta
saja, tapi berusahalah dan selalu dekat kepada Allah swt. seperti dinyatakan
dalam al-Quran surat al-Qashas ayat 77,“Dan carilah (pahala) negeri
akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi jangan
lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Ajaran
ini akan menggugah seorang muslim agar mau bekerja keras dalam segala bidang
kehidupan, tidak hanya menyerah kepada nasib. Sebelum nasib tiba, kita harus
berusaha lebih dulu dengan penuh tawakal kepada Allah. Allah tidak akan
mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha dan tidak mau
mengubah nasibnya sendiri. Jadi intinya ialah inisiatif, motivasi, kreatif, dan
akhirnya akan meningkatkan produktivitas guna perbaikan kehidupan. Berusaha dan
bekerja keras sangat ditekankan oleh Rasulullah saw., kita tidak boleh
berpangku tangan, mengharap rezeki hanya dengan berdoa saja. Berdoa tanpa usaha
tidak ada gunanya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab selesai salat menjumpai
sekelompok orang yang membenamkan dirinya di masjid, dengan alasan tawakal dan
berdoa kepada Allah, maka beliau memperingatkan: “Janganlah
sekali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk malas mencari rezeki dan
membaca doa Ya Allah limpahkanlah rezeki kepadaku, padahal mereka mengetahui
bahwa dari langit tidak akan turun hujan emas dan perak”.
Bahkan,
Rasulullah sebagai utusan Allah dan penutup sekalian para Rasul, juga bekerja.
Selain berdagang, beliau pernah menggembala kambing. Itu juga bukand kambingnya
sendiri, tetapi ia menggembala dengan upah miliki sebagian penduduk Mekah.
Diterangkannya hal ini kepada umatnya untuk mengajar mereka, bahwa kebesaran
justru dimiliki oleh orang-orang yang suka bekerja, bukan oleh orang yang suka
berfoya-foya tetapi menganggur. Al-Quran juga mengkisahkan kepada kita tentang
kisah Nabi Musa a.s., bahwa dia pun bekerja sebagai buruh untuk seseorang yang
sudah sangat tua. Dia bekerja sebagai buruh selama 8 tahun sebagai persyaratan
untuk dikawinkan dengan salah seorang puterinya. Nabi Musa dinilai orang tua
tersebut sebagai pekerja yang baik dan buruh yang terpuji. Maka benarlah
firasat puteri orang tua itu, ketika ia mengatakan kepada bapaknya, Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya” (Qs. al-Qashash: 26). Diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas, “bahwaNabi Daud bekerja sebagai
tukang besi untuk membuat baju besi. Adam bekerja sebagai petani, Nuh sebagai
tukang kayu, Idris sebagai penjahit, sedangkan Musa sebagai penggembala
kambing” (HR. Hakim).
C.
Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan.
Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk
meraih keridaan Allah SWT.
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz
Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong
kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?,"
tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad,
"Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk
mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliau
mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka".
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan
melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat
dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, andaikata
bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah
baiknya." Mendengar itu Rasul pun menjawab, "Kalau ia bekerja untuk
menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia
bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah
fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak
meminta-minta, itu juga fi sabilillah." (HR AthThabrani).
Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh,
maka kerja adalah ibadah. Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia
tidak bisa dilepaskan dari kerja. Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk
beribadah kepada-Nya? Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia
ditentukan oleh aktivitas kerjanya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ
ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum
mereka mengubah apa yang ada pada dirinya. (QS Ar-Ra'd [13]: 11).
Dalam ayat lain diungkapkan pula:
وَأَن
لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
“Dan bahwasannya seorang manusia tidak akan
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (QS Al-Najm [53]: 39).
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah
SAW terhadap kerja. Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang
ditetapkan agama. Demikian besarnya penghargaan beliau, sampai-sampai dalam
kisah pertama, manusia teragung ini "rela" mencium tangan Sa'ad bin
Mu'adz Al-Anshari yang melepuh lagi gosong. Rasulullah SAW, dalam dua kisah
tersebut, memberikan motivasi pada umatnya bahwa bekerja adalah perbuatan mulia
dan termasuk bagian dari jihad.
Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan
para sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai
ushwatun hasanah; teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita
berbicara tentang etos kerja islami, maka beliaulah orang yang paling pantas
menjadi rujukan. Dan berbicara tentang etos kerja Rasulullah SAW sama artinya
dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada
lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW, yaitu:
Pertama, sebagai
rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut
beliau harus berdakwah menyebarkan Islam; menerima, menghapal, menyampaikan,
dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran; menjadi guru (pembimbing)
bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai.
Kedua, sebagai
kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala memegang posisi
ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik "negara-negara
sahabat". Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin, Nasrani, dan Yahudi, mengatur perekonomian, dan
setumpuk masalah lainnya.
Ketiga, sebagai
panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin
pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus memikirkan
strategi perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan
lainnya.
Keempat, sebagai
kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik, membahagiakan, dan
memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau, tujuh anak, dan
beberapa orang cucu. Beliau dikenal
sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap keluarganya. Di tengah
kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri bajunya.
Kelima, sebagai seorang
pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah mengajaknya melakukan perjalanan
bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari
usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis
Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain senior
dalam perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship
Rasulullah SAW terbukti dengan "terpikatnya" konglomerat Mekah,
Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian melamarnya menjadi suami. Afzalurrahman
dalam bukunya, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti
Yaman, Oman, dan Bahrain. Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika
mencapai usia 37 tahun.
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya
tersebut dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para
ilmuwan, baik itu yang Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai
orang yang paling berpengaruh, paling pemberani, paling bijaksana, paling bermoral,
dan sejumlah paling lainnya.
Apa
rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW?
Pertama, Rasul selalu
bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja,
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya".
Kedua, dalam bekerja
Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas,
pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
Ketiga, Rasul tidak
pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa yang
dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak
tahu kapan ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.
Keempat, dalam bekerja
Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga
segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
Kelima, Rasul tidak
pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.
Keenam, Rasul bekerja
secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada
cita-cita bersama.
Ketujuh, Rasul adalah
pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali
menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah SAW
menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja
bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan
Allah SWT. Inilah kunci terpenting.
Semoga Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk meneladani
etos kerja Rasulullah SAW.
D.
Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja berasal dari kata produktif artinya segala kegiatan
yang menimbulkan kegunaan (utility). Jika seseorang bekerja, ada
hasilnya, maka dikatakan ia produktif. Tapi kalau ia menganggur, ia disebut
tidak produktif, tidak menambah nilai guna bagi masyarakat. Para penganggur
merupakan beban bagi masyarakat. Biasanya orang-orang kreatif, ada-ada saja
yang akan dikerjakannya, makin lama ia makin produktif.
Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan
dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan konsumen. Produktivitas
dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini
dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan (pekerja) dan pelanggan yang
mencakup:
1.
Ketepatan
waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan
pelanggan.
2.
Penampilan
karyawan, berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian.
3.
Kesopanan
dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan.
Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, kelompok maupun
organisasi. Produktivitas juga mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam
mencapai efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan sumber
daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja termasuk sumber daya
yang sangat penting dan perlu diperhitungkan. Produktivitas mencakup sikap
mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan
diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya suatu
kerja yang efektif dan produktif, yang sangat diperlukan dalam rangka
peningkatan produktivitas kerja
Sama halnya menurut Simanjuntak, Produktivitas mengandung
pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis,
produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan mutu kehidupan lebih baik dari hari ini
Dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja suatu organisasi sangat
dipengaruhi oleh produktivitas kerja karyawannya. Sedangkan produktivitas kerja
karyawan sangat dipengaruhi oleh faktor etika kerja, motivasi kerja dan juga
faktorfaktor lain seperti kepemimpinan, tingkat pendidikan, budaya kerja, dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerja
Islam yang dikemukakan oleh para peneliti banyak kita ketahui melalui tulisan
dalam jurnal penelitian ilmiahnya. Menurut Ahmad,Set.almendefinisikan
etika kerja Islam sebagai berikut:
“Islamic
Work Ethics as a set of value or system of beliefs derived from the
Qur’an and Sunnah concerning work and hard work.”
Etika kerja Islam
adalah sebagai seperangkat nilai atau sistem kepercayaan
yang diturunkan dari Al-Qur’an dan Sunnah / Hadist mengenai
kerja
dan kerja keras. Etika kerja Islam adalah orientasi terhadap pekerjaan, dan
pendekatan itu sebagai kebajikan dalam kehidupan manusia. Islam menempatkan
pemahaman setinggi-tingginya pada nilai-nilai etika seperti mengatur semua aspek
kehidupan.
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan
ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja
untuk meraih keridaan Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa, 2014, Manajemen Bisnis
Syariah: Menanamkan Nilai dan Praktik Syariah dalam Bisnis Kontemporer, Bandung:
Alfabeta.
Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 105, Al-Qur’an dan Terjemahannya
DepartemenAgama RI, Mekar Surabaya, Danakarya, 2004
Al-Qur’an Surat Az-Zumar Ayat 39, Al-Qur’an dan Terjemahannya
Departemen Agama RI, Mekar Surabaya, Danakarya, 2004
Badroen,Faisal., 2006, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta :
Kencana Perdana Media Group, Cet. Ke- II
Novita, Pasaribu Popy, et al, 2013,“Model Sumber Daya
Manusia Berdasarkan Nilai-nilai Islam”. Jurnal Ekonomi IPB, Bogor
Pajar, 2008, “Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan bagian keperawatan
pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas
Ekonomi UMS.
Qaradhawi,
Yusuf., 2007, Halal dan Haram, diterjemahkan oleh Tim Kuadran dari Halal
wal Haram fil Islam, Bandung: Jabal
Vincent, Gaspersz., 2003, Total Quality Manajemen, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka.
Ya’kub, Hamzah., 1983, Etika Islami : Pembinaan Akhlakkul Karimah,
(Suatu Pengantar), Bandung: CV, Diponegoro.
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana Perdana
Media Group, 2006), Cet. Ke-
Hamzah Ya’kub , Etika Islami : Pembinaan Akhlakkul Karimah, (Suatu
Pengantar), (Bandung: CV,
Al-Qur’an Surat Az-Zumar Ayat 39, Al-Qur’an dan Terjemahannya Departemen
Pasaribu Popy Novita, et al,“Model Sumber Daya Manusia Berdasarkan
Nilai-nilai
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, diterjemahkan oleh Tim Kuadran dari Halal
wal Haram fil Islam, (Bandung: Jabal, 2007), hlm. 140-141
Prof. Dr. H. Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis
syari’ah,
Gaspersz
Vincent, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003,
Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan bagian keperawatan pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”,
Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008, hlm.37
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar