BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan realitas masa lalu,
keseluruhan fakta, dan peristiwa yang unik dan barlaku. Hanya sekali dan tidak
terulang untuk yang kedua kalinya oleh karena itu ada pandangan bahwa masa
silam tidak perlu dihiraukan lagi, angap saja masa silam itu “kuburan”.
Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu
kerajaan Turki Usmani kerajaan Syafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India
telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan
Turki Usmani?
2. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan
Syafawi?
3. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan
Mughal?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui seluk-beluk berdirinya kerajaan
Turki Usmani.
2. Mengetahui sejarah berdirinya kerajaan
Syafawi di Persia.
3. Mengetahui sejarah berdirinya kerajaan
Mughal di India.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Turki Usmani di Turki 1288-1924 M
1.
Pendahuluan Tentang Timbulnya Daulat Usmaniyah
Sesudah runtuh kerajaan Bani Abbas di Bagdad dengan
naiknya kerajaan Mongol dan Tartar, boleh dikatakan tidak ada lagi sebuah
kerajaan yang besar dan dapat menjadi tumpuan harapan dunia Islam.
Negeri-negeri islam berpecah belah, apalagi wilayah Islam itu memang telah luas
sekali. Tetapi dengan munculnya kerajaan Usman atau daulah Usmaniyah, dapatlah
islam menunjukkan kembali kegagahperkasaannya yang luar biasa, dan dapat
menyambung usaha dan kemegahan yang lama. Daulah Usmaniyah, sampai permulaan
abad kedua puluh telah dapat mempertahankan kemegahan dunia islam, baik secara
menyerang dijaman jayanya maupun secara bertahan dijaman menurun.
Seratus tahun yang lalu, negeri-negeri Eropa Timur adalah
kerajaan-kerajaan yang bernaung dibawah pemerintahan Turki Usmani. Kekuasaannya
meluas kemenara-menara menjulang langit di bekas kekuasaan kerajaan Byzantium
(constantinopel).
Negeri-negeri
islam, Mesir, Hijaj (Mekkah-Madinah), Yaman, Irak, Palestina, tunisia, Maroko,
Al-Jazair dan Tripoli, semuanya itu dahulunya adalah wilayah dari kerajaan
Turki Usmani. Bangsa turki memang bangsa gagah perkasa, keturunan darah Tauran.
Yang tahan panas dingin, dan sabar dalam berperang.
Bahkan Raja-raja Islam di Indonesia yang bersemarak pada
abad-abad ketujuh belas, sebagai Raja-raja Aceh dan Banten pernah meminta
pengakuan memakai gelar “Sultan” dari Istanbul. Dalam beberapa Istana Raja-raja
Indonesia itupun dapat dilihat sisa-sisa hadiah yang dijadikan lambang
kebesaran, karena hadiah itu diterima dari Istmbul. Ulama-ulama penyiar islam
yang besar-besar di Indonesia ini, sebagai syekh Nawawi di Banten, Syekh Daud
Fatani (Siam) dan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabaui bersemarak nama mereka di
tanah air kita, adalah mereka yang belaja islam mendalam di tanah Makkah,
tatkala negeri makkah dibawah pemerintahan kerajaan Turki usmani. Maka
kesan-kesan kebudayaan islam Turki itu,
banyak atau sedikit, langsung atau tidak langsung, masuk juga ke tanah air kita
Indonesia ini.
Demikianlah besar pengaruh Turki dalam hati umat Islam,
sehingga diantara Turki dengan Islam tidaklah dapat dipisahkan lagi. Dan memang
begitu dahulu keadaannya. Sebab 600 tahun lamanya kerajaan Turki-Usmani
berkuasa, yaitu sejak lahir abad ketiga belas, sampai permulaan abad
keduapuluh. Jasa-jasanya, pengruh bahasanya, riwayat keberaniaannya, bekas
kebudayaanya dari pustaka zaman tengah sampai sekarang masih dapat dilihat.
Oleh sebab itu, bagaimanapun keadaan kerajaan Turki yang
sekarang, yang telah berobah dari pada satu negeri memakai Sultan Khalifah,
menjadii sebuah republik “secular” yang tidak berdasar agama, namun bangsa
Turki sendiri tetaplah bangsa pemeluk Islam yang teguh beragama dan mempunyai
sejarah gilang gemilang. Walaupun pakaiannya telah berobah, namun jiwa Islam
masihlah teguh di Turki. Maka di dalam kita mempelajari sejarah umat Islam,
tidaklah dapat kita mengabaikan sejarah kerajaan Turki Usmani itu.
2.
Sejarah
Berdirinya Kerajaan Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan
kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani ibn Sauji ibn Arthogol
ibn Sulaiman Syah ibn Kia Alp, kepada kabilah Kab di Asia Tengah.
Tatkala bangsa Tartar
menyeru ke Dunia Islam, menakluk, membakar, membunuh dan merampas, maka
Sulaiman Syah, Datuk dari Sultan Usman, melihat bahaya itu bagi negerinya di
Mahan. Bermupakatlah ia dengan anggota persukuannya yang besar itu, supaya
lekas pindah ke negeri lain yang lebih aman, yaitu tanah Anatolia di Asia
kecil. Kehendaknya itu dituruti oleh anak buahnya. Merekapudn berangkatlah
menuju Anatolia di Asia kecil. Meninggalkan kampung halamannya yang kelak akan
menjadi padang terkukur saja, bila tantara Tartar masuk dan tidak akan dapat
mereka pertahankan. Adapun banyak anak buahnya yang mengikuti dia itu adalah
1000 orang berkuda. Kejadian ini adalah dijaman abad ketujuh hijrah, abad
ketiga belas Masehi.
Beberapa
lamanya mereka berhenti di negeri Akhlat. Tetapi tidak lama kemudian, tantara
Tartarpun telah dekat pula sampai ke negeri itu, sehingga dengan segera mereka
pindah pula ke negeri Azerbijan. Kemudian terdengarlah berita, bahwa gelombang
bangsa Tartar itu telah jauh dari negeri meraka Mahan, dan negeri yang telah
kosong itu tidak jadi mereka masuki. Maka terniatlah di hati Sulaiman Syah
hendak pulang dan membangunkannya kembali. Dalam perjalanan itu seketika lamanya
mereka berhenti di benteng Ja’bar dalam wilayah Orga. Setelah itu mereka
seberangilah sungai Ephart. Tiba-tiba sedang menyeberang itu, air menjadi
besar, sehingga Sulaiman Syah, kepala kabilah itu tenggelam dalam sungai yang
besar itu dan tidak dapat ditolong. Jenajahnya dikebumikan di dekat benteng
Ja’bar itu.
Beliau
meninggalkan empat orang putra; Sankurtakin, kuntogdai, Arthogrol dan Dandan.
Dan anak yang pertama melanjutkan maksud ayahnya, pulaang kembali ke kampung,
dan anak yang berdua lagi, yaitu Arthogrol dan Dandan meneruskan niat ayahnya
yang kedua, yaitu melanjutkan perjalanan ke daerah Anatolia, mencari daerah
yang subur. Mereka memiliki tanah Erzerum. Arthogrol diangkatlah oleh
pasukannya menjadi kepala kabilah.
Adapun
yang pulang ke negerinya itu tidaklah terdengar kabar beritanya lagi dalam
sejarah. Setelah kedua saudara yang kecil sampai ke daerah Anatolia, maka
Arthogrol mengutus putranya Sauji menghadap Sultan ‘Alaed-Din Kaikubaz, Sultan
Saljuk Rumi, memohon supaya sudi memberikan izin berdiam di dalam wilayah
kekuasaannya, dan mohon untuk diberi tanah untuk bercocok tanam dab
mengembalakan binatang ternak mereka. Permohonan itu diperkenankan oleh Sultan
‘Ala ed-Din. Dan dalam perjalanan pulang hendak menyampaikan berita ini kepada
ayahnya, meninggallah Sauji. Setelah selesai mereka menguburkan jenajah Sauji dalam
keadaan girang mendapat tanah dan sedih karena kematian., merekapun meneruskan
perjalanan menuju tanah yang telah dihadiahkan itu. Tiba-tiba
di tengah perjalanan mereka melihat dua angkatan tantara tengah bertempur
hebat. Yang satu pihak besar jumlahnya sedang pihak lawannya bilangannya kecil.
Maka
timbullah semangat keadilan pada pihak arthogrol, sehingga dengan segera ia
menyerukan anak buahnya suapaya segera menyerbu ke medan perang itu dan berdiri
di pihak yang lemah. Dan semangat mereka bertambah bergelora, demi mereka
ketahui, bahwa pihak yang lemah itu adalah tantara Mongol, musuh besar mereka,
dan pihak yang lemah itu adalah tantara Sultan ‘Ala ed-Din Saljuk yang mempertahankan
negerinya dari serangan bangsa Mongol. Dan yang telah memberikan hadiah tanah
terhadap mereka. Maka oleh karena bantuan yang tiba-tiba itu, keadaanpun
berbaikalah. Serangan Mongol dapat ditangkis, dan akhirnya kedudukan tantara
Saljuk bertukar dari bertahan kepada menyerang. Dengan segera tantara Mongol
mengundurkan diri.
Sangat
gembira Sultan Alaed- Din mendengar berita kemenangan itu. Diundangnyalah
Arthogrol dan diterimanya dengan serba kehormatan, diberinya pakaian persalinan
dan diberinya pula tanah dan wilayah kekusaan, lebih luas daripada apa yang
telah dijanjikan kepada putranya Sauji. Dan apabila terjadi peperangan dengan
pihak musuh, senantiasalah Arthogrol membawa anak buahnya memberikan bantuan
kepada Sultan Alaed-Din dengan penuh kesetiaan. Dan setiap mencapai
kemenangan,Sultan memberinya hadiah juga wilayah tanah yang baru, di tambah
dengan harta benda yang banyak. Kemudian itu tantara Artthogrol diberi gelar
oleh sultan “Muqaddamah Sultan”, (tantara pelopor baginda), karena bila berperang,
tantara Arthogrol juga yang dibarisan muka.
Pada
tahun 687 H, 1288 M, mangkatlah Arthogrol. Untuk gantinya Sultan Alaed-Din menunjuk
cucunya yang sulung, Usman, putera Sauji.
Usman
terus setia berkhidmat, sebagai kepala perang tantara Sultan Alaed-Din
Kaikubaz, dan tetaplah tantara asuhannya menjadi tantara “pelopor sultan”.
Pada tahun 699
H, 1300 M, tiba-tiba dating sekali lagi serangan hebat bangsa Tartar ke Asia
kecil. Dengan gagah perkasa usman mempertahankan wilayahnya dan wilayah Sultan
Alaed-Din yang telah berjasa menaikkan bintangnya, sehingga serangan bangsa
Tartar dapat digagalkan. Tetapi belum selang beberapa lama sehabis perang,
tiba-tiba mangkatlah Sultan Alaed-Din, dan keturunannya sendiri tidaklah ada
yang pantas menjadi menjadi raja (700 H). Sehingga putuslah kerajaan Saljuk
Rumi dengan sebab kematian itu. Maka terbukalah jalan bagi Usman untuk naik
lebih tinggi. Diperteguhnya kedudukannya dan diperkuatnya pertahanan
tanah-tanah wilayah yang sah itu, ditambah lagi dengan pusaka Sultan Alaed-Din,
dan dimulainyalah memakai gelar “ padisyah Aal Usman” (Raja Besar Keluarga
Usman). Dipilihnya negeri iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Tentara diperkuat,
negeri dimajukan dan pertahanan dikokohkan.
Setelah menduduki kerajaan besar, kemudian ia mengirimi
surat kepada raja-raja kecil yang belum islam, yang memerintah di negeri-negeri
Asia kecil, memberitahu bahwa dialah raja yang terbesar sekarang. Raja-raja
itu memilih satu diantara tiga perkara: pertama Islam, kedua mebayar jaziyah,
ketiga perang!
Setelah
menerima surat itu, setengah langsung masuk islam dan menggabungkan diri dengan
baginda, dan sebagiannya lagi sudi membayar jaziyah. Akan tetapi ada pula yang
bertahan pada agamanya yang lama, dengan jalan meminta bantuan kepada bangsa
Tartar. Tetapi Sultan Usman tidak merasa gentar perbantuan tantara Tartar itu,
sebaliknya tantara untuk menghadapi serangan itu dibawah pimpinan putranya
Ourkhan. Ourkhan berperang melawan bangsa Tartar dengan gagah berani, sehingga
bangsa Tartar kocar-kacir. Setelah itu ia kembali mengepung kota Bursa pada 717
H, 1317 M, dan dapat dimasukinya kota itu setelah menaklukkan satu demi satu
benteng yang ada di sekelilingnya.
Dari
Usman inilah sebagaimana yang kita terangkan terdahulu diambil dari nama
keturunan kerajaan Bani Usman itu.
B.
Kerajaan Syafawi di Persia (1501-1736 M).
1.
Pandangan Umum Daulat Syafawiyah
Oleh bangsa Iran (persia) dipandanglah bahwasanya
kerajaan Syafawiyah ini sebagai peletak batu pertama sejarah kebangsaan Iran.
Tetapi kalau kita periksa dengan teliti, kata-kata kebangsaan dengan arti yang
umum dizaman sekarang belum juga dapat di letakkan kepada bangunnya bangsa iran
sebagai suatu bangsa. Sebelum daulat syafawiyah memeng tetap ada perasaan
memisahkan diri dari pada bangsa pemeluk Islam yang lain. Tetapi untuk mengisi
lantaran darah dan keturunan adalah suatu hal yang sulit. Sebab sesudah jatuh
kerajaan Iran keturunan sasan ke tangan kaum muslimin, boleh dikatakan telah
bercampur aduklah darah bangsa itu. Ada darah turki, ada darah Kurdistan dan
darah Mongol, dan ada lagi darah Arab. Pendiri kerajaan syafawi sendiri adalah
keturunan bani Hasyim (Arab) dating dari tanah Arab selatan. Kalua hendak
mencari darah Iran sejati, atau Aria sejati, payahlah akan berjumpa lagi,
kecuali barang kali pada bangsa Iran yang terkenal dengan nama bangsa Persia
dan telah lari keBenua India, menjadi suatu penyembah api suci dan berpusat di
Bombay. Oleh sebab itu maka keistimewaan bangsa Iran hanya dapayt diambil dari
jalan yang lain, yaitu jalan paham agama. Seluruh negeri-negeri Islam pada
umumnya memiliki paham ahli sunah. Meskipun ada paham Khawarij, namun itu hanya
sedikit saja., terdapat di Muscat, Bahrein, dan Zanjibar. Mereka itu pun adalah
keturunan Arab belaka, yang teguh memegang sejarah nasabnya.
2.
Sejarah
Berdirinya kerajaan safawiyah
Diwaktu kerajaan Timurlak masih berkuasa, di negeri
Ardabil telah timbul sebuah gerakan tasawuf, yang sangat teguh pemegang ajaran
agama. Biasanya suatau pelajaran agama yang dipegang dengan fanatik, kerap kali
menimbulkan keinginan akan berkuasa. Karena dengan merebut kekuasaan, dapatlah
cita ajaran agama yang diyakininya itu dijalankan.
Mula tujuannya ialah memerangi orang ingkar, dan akhirnya
memerangi golongan yang mereka namai “ahli-ahli bid’ah”. Di awal abad keempat
belas telah sangat kuat gerakan tasawuf ini di Ardabil. Gurunyaialah syekh
Ishak Syafiuddin, seorang guru sufiyah, berpindah dari tanah Arab sebelah
selatan ke negeri Ardabil di Azerbiyan sebelah Timur. Beliau adalah keturunan
dari Imam Syiah yang keenem, Musa Al-Kazim. Karena alimnya dan zahidnya,
sangatlah beliau dihormati orang, sehingga diterima mennantu oleh seorang syekh
yang terpandang pula di negeri itu. Yaitu Syekh Zahid Al-Jailani. Dan beliaupun
diterima dan dihormati dalam majelis wajir
besar Rosyiduddin, wajir kerajaan Mongol. Kian lama muridnya kian
banyak, dan tuan syekhpun puaslah dengan kehormatan ruhaniat yang diterimanya,
dan tidaklah beliau mengharapkan kebesaran dunia, sampai kepada keturunannya
yang ketiga. Tetapi cucunya Khoza Ali
mencapai kemasyhuranyang tinggi sekali, karena kebesaran pengaruhnya
dalam pimpinan tasawuf mengakibatkan Timurlak mengakui kekuasaannya diatas
tanah luas tempat muridnya berkumpul dari mana-mana yang dipusakainya dari
nenek moyangngnya. Tetapi satu peraturan yang berlaku dalam susunan tarikat
yang mereka anut memebuat keturunan tuan syekh lama-kelamaan dapat mencapai
kekuasaan duniawi. Yaitu kalau seorang ayah mati, tidaklah tarikat diserahkan
kepada barang siapa diantara muridnya yang paling cerdik, tetapi terserah
kepada putranya yang ditentukannya.
Di negeri-negeri lain di luar Ardalbil, tuan Syeh itu
menanam wakil yang kan memeimpin murid-muridnya. Wakil beliau bergelar
“khalifah”.
Lama-kelamaan
murid-murid tarikat itu telah berubah menjadi tentara yang teratur, fanantik
terhadap kepercayaannya dan menentang setiap orang yang tidak mengikut
pahamnya. Sama bencinya terhadap orang yang tidak bermazhab Syiah. Meskipun
Islam juga dengan kebenciannya seperti kepada orang-orang nasrani sendidri.
Kian lama mereka kian mengatur kekuasaan dandisiplin, hingga menimbulkan curiga
pada pihak kerajaan yang berkuasa.
Melihat bahaya ini, maka pada tahun 1360 M pemimpinnya
Syeh Shadruddin ibn Syekh Shafiuddin ditangkap dan dipenjarakan, dengan perintah
dari wali-wali negeri Azerbiyan. Setelah yang berhak menggantikannya ialah
putranya Syeh Junaid, tetapi berebut kuasa pula dengan pamannya jafar, sehingga
terpaksalah syekh Junaid menyembunyikan diri ke Diarbekir. Tetapi sampai disana
dia dapat mengumpulkan pengikutnya yang kian lama kian banyak. Apalagi dia
mendapat bantuan pula dari Amir di Negeri itu dan dikawinkan dengan putrinya.
Disana bertambah kembanglah tarikat yang dipimpinyya itu. Di tahun 1459 M. Dia pulang kembali kenegerinya, tetapi
diusir oleh kerajaan Kara-Kiyunli. Di tahun 1460 M. Mangkatlah Syekh Junaid
dalam satu peperangan di Furat Barat.
Setelah dia mangkat, isterinya melahirkan seorang putra
diberi nama Haidar. Ouzon Hasan. Ayah dari ibunya telah mendidik dan
mengasuhnya sampai dewasa dan sampai mampu memegang kendali pemerintahan pusaka
ayahnya dan nenek moyangnya itu. di tahun 1470 M. Dalam usianya baru 10 tahun,
Amir Ouzon Hasan telah mengantarnya kembali ke Ardadil. Setelah itu dikawinkan
pula dengan cucunya. Maka pada tanggal 17 juli 1487 M lahirah putranya yang
kedua, dinamai Ismail.
Ismail
inilah yang dipandang sebagai pendiri yamg pertama dari kerajaan syafawiyah.
Syekh
Haidar membuat perlambang baru dari pengikut tarikatnya, yaitu serban merah
mempunyai 12 jambul, sebagai lambang dari pada 12 Imam yang diagungkan di dalam
Mazhab Syiah Istana Asyriyah.
Dia wafat meninggalkan tiga orang putera. Pertama Sultan
Ali, yang tewas pada satu peperangan, kedua Ismail dan ketiga Ibrahim. Oleh
karena takut dianiya oleh musuh-musuh ayahnya, beberapa lamanya Ismail dan
Ibrahim disembunyikan oleh pengikutnya
Ismail dihitung sebagai raja pertama dan pendiri kerajaan
Iran (Persia) yang besar. Di waktu naik tahta kerajaan, usianya baru 13 tahun.
Dan pengikutnya yang setia permulaannya adalah hanya 7 orang saja. Tetapi
kekerasan hatinya telah dapat mengatasi kesulitan. Melihat bahaya yang akan
menimpa, maka Sultan Ali Bey Caqarli, Sultan Turkman mengusirnya keluar dari
Ardabil.
Maka pergilah ia ke Kizwin dabn disana berkumpullah
pengikutnya yang kian lama kian banyak terutama dari bangsa Turki, sehingga di
tahun 1500 M. Dia telah sanggup memaklumkan jihad terhadap orang Nasrani
Gergia. Setelah itu diperanginyalah musuh nenek moyangnya hakim negeri Syirwan,
sehingga negeri itu dapat dikalahkan. Melihat kemenangan ini, beberapa orang
amir yang lain menjadi cemas, sehingga diperangilah ia.
Tetapi semuanya dapat diatasainya dan dikalahkannya, dan
dimaklumkannya dirinya sebagai Raja besar dari negeri Iran (persia) dan pembela
dari mazhab Syiah sedang uianya ketika itu baru 15 tahun.
Setlah
itu diserangnya dan didudukinya bangku, dari sana dilancarkannya serangan ke
Azerbiyan, untuk memerangi Khan Aga-Kiyunli. Di Tibriz dia mendapat sambutan
yang baik dari ulama-ualama yang kebanyakan bermazhab Syiah. Sejak waktu itu
mazhab Syiah dijadikan mazhab resmi bagi negeri Iran (persia).
C.
Sejarah kerajaan Mughal di India (1626-1857 M)
Sebelum Islam berdirinya
masuk di India, sekitar 6000-5000 SM bangsa Dravida datang dari Asia Barat ke
India dengan kepercayaan terhadap adanya Tuhan secara abstrak. Pada tahun 557
SM lahir Gautama Budha di Kapilabastu di kaki gunung Himalaya dan menjadi
pelopor lahirnya agama Budha.
Menjelang masuknya Islam, agama
Jaina tidak populer dan Agama Budha sedang menurun. Pada saat itulah Islam
mulai masuk di India. Karena kelompok Budha lebih banyak terkalahkan dalam
persaingan, akhirnya mereka lebih terbuka untuk menerima Islam. Sejarah awal
masuknya Islam di India dapat dibagi
dalam empat periode yaitu : Zaman Nabi Muhammad SAW, Dinasti Umayyah, Ghaznawi,
dan Ghuri.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW
(mulai tahun 610 M), pedagang-pedagang Arab yang telah menganut Islam sudah
berhubungan erat dengan dunia Timur
melalui pelabuhan-pelabuhan India, sehingga mereka berdagang sambil berda’wah.
Pada masa ini, Cheraman Perumal, raja Kadangalur dari pantai Malabar telah
memeluk Islam dan menemui nabi. Inilah sejarah awal masuknya Islam di Anak Benua
India.
Pada masa Mu’awiyah I, terjadi
perampokan terhadap orang-orang Islam di India. Atas izin Khalifah Al-Walid, ia
mengirim Muhammad Ibn Qasim (usianya 17 tahun), untuk memimpin pasukan. Dalam
waktu 4 tahun lebih, Sind dan Punjab dapat ditaklukkan dan dikuasai. Bin Qasim
menjadi gubernur yang menjalankan pemerintahan dengan rasa kemanusiaan yang
tinggi. Riwayatnya berakhir tragis akibat pertikaian politik, setelah itu ada 9
orang gubernur tetap berkuasa di wilayah itu sampai datangnya dinasti Ghazni.
Pada akhir abad ke-10, Alptgin
menaklukkan Ghazni dan memperkuat kota dengan parit dan benteng. Pada tahun 997
M Sabktegin digantikan oleh putranya Mahmud, yang kemudian terkenal dengan
gelar Mahmud Ghaznawi. 1024-1025 M menyerang dan menaklukkan Gujarat dan
menghancurkan berhala Samonath yang terkenal besar dan megah di India. Mahmud
digantikan oleh putranya Muhammad, tetapi Muhammad tidak lama memerintah, lalu
digantikan oleh saudaranya Mas’ud Ibn Mahmud. Mas’ud memperluas kekuasa annya dengan menaklukkan negeri Oudh (Ayyuda)
dan Benaras. Sepinggal Mas’ud tidak ada lagi pengganti yang kuat.
Pada tahun 1186 M, Alauddin
Husain Ibn Husain merebut negeri Ghaznah yang sudah lemah, setelah itu ia
digantikan oleh Ghias al-Din Abul Muzaffar Muhammad Ibn Sam. Kemudian ia
digantikan oleh saudaranya Syihab al-Din. Kemudian naiklah Alauddin Muhammad
Ibn Sam. Tokoh yang terkenal dalam sejarah adalah Sultan Muhammad Abdul
Muzaffar Ibn al-Husain al-Ghori (Muhammad Ghuri). Ia menguasai seluruh wilayah
yang dahulunya dikuasai Dinasti Ghazni. Sepeninggal Muhammad Ghuri, naiklah
Quthubuddin Aibek yang merupakan bekas budak dan panglima perang Ghuri, yang
memberi letter of manumission (merdeka dari perbudakan). Aibek mendapat gelar
sultan pada tahun 1206 M. Sejak saat itu berdirilah kesultanan Delhi yang
meliputi : Dinasti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1290-1320 M), Tughlug
(1320-1414 M), Sayyed (1414-1451 M), dan Lodi (1451-1526 M).
Dinasti Mamluk didirikan oleh
seorang budak yang bernama Altamasy yang di merdekakan oleh Aibek dan di angkat
menjadi pembesar istana karena pada saat itu menganti Aibek, anaknya Aram Shah
tidak bisa memimpin dengan baik. Altamasy berhasil memperluas kekuasaan Islam
ke sebelah utara (Malawa) dan menyelamatkan negerinya dari serangan Mongol.
Setelah itu ia menunjuk anak perempuannya, Raziya, sebagai pengganti dengan
alasan semua anak laki-lakinya tidak ada yang mampu. Dalam sejarah Islam Sultan
Raziya adalah perempuan pertama yang berkuasa. Pada tahun 1240 M terjadi
pemberontakan untuk menolak sultan perempuan yang menjatuhkan Raziya oleh
Bahram Shah, putra dari Iltutmish, namun Bahram Shah tidak mampu memimpin,
akhirnya pada tahun 1246 M pamannya, Nasiruddin Mahmud naik tahta, kemudian ia
di gantikan oleh Balban.
Setelah Balban wafat,
penggantinya Kaikobad, tidak cakap sebagai pemimpin. Dengan dukungan para
pembesar istana, Alaluddin Khalji (75 tahun) naik tahta pada tahun 1290M.
Setelah itu Alauddin Khalji yang merupakan keponakan sekaligus menantu
Jalaluddin Kahlji naik tahta berkat dukungan para bangsawan. Alauddin Khalji
memperluas kekuasaannya sampai ke Gujarat, Rajasthan, Deccan, dan sebagian
wilayah India Selatan. Pengganti Alauddin Khalji adalah Quthubuddin Mubarak
Khalji, namun ia dan keluarganya dibunuh oleh Khusru, gubernur Deccan yang ingin
merebut tahta. Lima bulan kemudian Ghazi Malik Tughlaq, gubernur Depalpur,
dapat menguasai Delhi dengan membunuh Khusru. Ghazi Malik menduduki tahta
dengan gelar Ghiyasuddin Tughlug. Beberapa wilayah dikuasainya antara lain
Bidar, Warrangal dan Bangla.
Namun dalam perjalanan kembali
dari Bengla, Ghiyasuddin Tughlug meninggal dunia pada tahun 1325 M. Juna Khan
terpilih sebagai pengganti Sultan ia naik tahta dengan gelar Muhammad Ibn
Tughlug. Ia merupakan sultan pertama yang mengangkat warga non-Muslim dalam
tugas kemiliteran dan tugas-tugas administratif pemerintahan, terlibat di dalam
perayaan lokal, dan mengizinkan pembangunan kuil-kuil Hindu. Ia wafat pada
tahun 1351 M ketika negara dilanda pemberontakan. Fihruz Shah, sepupunya, naik
tahta setelah meredam pemberontakan di Sind dan penyerangan Mongol. Setelah
kematian Fihruz pada tahun Shah pada tahun 1388 M penggantinya tidak ada yang
mampu. Nashiruddin Muhammad Tughluq adalah orang terakhir dalam Dinasti
Tughlug.
Pada tahun 1414 M, Khizir Khan, utusan Timur di Debalpur
dan Multan dapat menguasai politik di Delhi. Khizr Khan merupakan pendiri dari
Dinasti Sayyid yang alim, pemberani dan sangat mampu memimpin. Ia meninggal
dunia pada tahun 1421 M. Kemudian Mubarak Shah naik tahta, namun ia terbunuh
pada tahun 1434 M oleh seorang bangsawan bernama Sardarul Mulk. Keponakan
Mubarak, Muhammad Shah, naik tahta. Ia membalas kematian pamanya dengan
menangkap dan membunuh Sardarul Mulk. Muhammad Shah memimpin selama 12 tahun,
ia di gantikan oleh anaknya, Alauddin Alam Shah, yang merupakan raja terakhir
dan terlemah dalam Dinasti Sayyid. Ia secara sukarela menyerahkan tahtanya
kepada Bahlul Lodi. Bahlul Lodi naik tahta pada tahun 1451 M. Pada 21 April
1526 M terjadi pertempuran yang dahsyat di panipat antara Babur dan Ibrahim
Lodi.Pasukan Lodi berjumlah 100.000 kekuatan tentara dengan 1000 pasukan gajah,
sedangkan tentara Babur hanya berjumlah 25.000. Babur berhasil tampil sebagai
panglima yang memenangkan pertempuran. Setelah Babur memperoleh kemenangan ia
beserta pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan. Dengan
ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah kerajaan Mughal
di India pada tahun 1526 M. Adapun periodesasi Kerajaan Mughal di India sebagai
berikut:
1. Babur (1526-1530 M)
Babur bernama lengkap
Zahiruddin Muhammad Babur. Secara geneologis Babur merupakan cucu Timur Lenk
dari pihak ayah dan keturunan Jenghiz Khan dari pihak ibu. Ayahnya Umar Mirza,
merupakan seorang penguasa Ferghana. Masa pemerintahan Babur ditandai oleh dua
persoalan besar yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu yang mencoba
melepaskan diri dari kekuasaan Islam, mereka memberontak antara tahun 1526 dan
1527 M dan munculnya penguasa muslim yang mengakui pemerintahannya di
Afghanistan yang masih setia kepada keluarga Lodi. Namum Babur dapat
menyelesaikan semua persoalan tersebut.
2. Hamayun (1530-1540 M dan 1556 M)
Babur digantikan oleh putra
sulungnya, Humayun yang bernama lengkap Naseeruddin Humayun. Namanya berarti
"yang disukai oleh keberuntungan". Humayun adalah orang yang cinta
damai, ia adalah orang yang berkualitas, tapi ia tidak bisa menyesuaikan diri
dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Selain itu adalah seorang raja yang
dermawan, ramah dan suka memaafkan. Pada awal pemerintahannya, Humayun mengalami
kesulitan karena perilaku dari saudara-saudaranya yang menuntut hak untuk
memerintah. Dalam wasiatnya, Babur telah menginstruksikan Humayun untuk
bersikap baik kepada saudara-saudaranya. Humayun memperlakukan
saudara-saudaranya dengan ramah.
Pada tahun 1555 M ia menyerbu
Delhi yang saat itu diperintah Sikandar Sur (dari Dinasti Sur 1540-1555).
Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai tahun
1556 M. Pada tahun 1556 M, ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Jalaludin
Muhammad Akbar.
3.
Akbar (1556-1605
M)
Sepeninggal Humayun, tahta
kerajaan Mughal dijabat oleh putranya Akbar. Ia bergelar Sultan Abdul Fath
Jalaluddin Akbar Khan. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan
dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India.
4. Jehangger (1605-1627 M)
Penerus Akbar, yaitu anaknya Jehangir.72 Masa
pemerintahan Jehangir kurang lebih selama 23 tahun. Ia adalah penganut ahl
al-sunnah wa al jama’ah, sehingga Din-i-Ilahi yang dibentuk ayahnya menjadi
hilang pengaruhnya.
5. Syah Jehan (1627-1658 M)
Syah Jehan tampil menggantikan
pemerintahan Jehangir. Syah Jehan adalah seorang yang terpelajar, ia memiliki
bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni. Secara umum, pada
periode Syah Jehan, terutama di akhir-akhir kekuasaannya, ada dua kebijakan
secara keseluruhan yang dimainkan oleh kedua putranya, Darsyikuh dan Aurangzeb.
Darsyikuh lebih berpikiran universal, yakni lebih banyak menggunakan
hukum-hukum Hindu bila dalam Al-Qur’an tidak ditemukan, dibandingkan
hasil-hasil ijtihad para ulama saat itu. Sedangkan Aurangzeb lebih menekankan
tradisi keislaman (nilai-nilai syari’ah, tradisional). Dan pada akhirnya
Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb. Syah Jehan meninggal dunia pada 1657 M,
setelah menderita sakit keras.
6.
Aurangzeb / Alamghiri (1658-1707 M)
Aurangzeb adalah penguasa
Mughal pertama yang membalik kebijakan konsiliasi dengan hindu. Di antara
kebijakannya adalah pada tahun 1659 M, melarang minuman keras, perjudian,
prostitusi, dan pengguanaan narkotika.
7. Pemerintah Pasca
Aurangzeb
Sepeninggal Aurangzeb pada
tahun 1707 M, kesultanan Mughal di perintah oleh generasi-generasi yang lemah.
Sampai tahun 1858 M sultan Mughal tidak mampu lagi mengendalikan wilayah yang
cukup luas dan kekuatan lokal Hindu yang cukup dinamis, di samping karena
konflik di antara mereka sendiri yang berebut kekuasaan. Sultan-sultan penerus
Aurangzeb yaitu : Bahadur Syah (1707-1712 M), Azimusyah (1712-1713 M), Farukh
Siyar (1713-1719 M), Muhammad Syah (1719-1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M),
Alamghir II (1754-1759 M), Syah Alam (1761-1806 M), Akbar II (1806-1837 M), dan
Bahadur Syah II (1837-1858 M.
Sampai tahun 1858 M,
sultan-sultan Mughal tidak mampu lagi mengendalikan wilayah yang cukup luas dan
kekuatan lokal Hindu yang cukup dinamis, di samping juga karena konflik di
antara mereka sendiri yang berebut kekuasaan. Di tahun ini pula Inggris dengan
bantuan raja-raja Hindu dapat mematahkan perlawanan yang mereka lakukan
terhadap Inggris.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada
tiga kerajaan besar yang berpengaruh pada Islam, yaitu: kerajaan Usmani
didirikan oleh Usman putra Ertoghol, kerajaan Syafawi di Persia di dirikan oleh
Syafi Al-Din, dan kerajaan Mughal di India yang didirikan oleh Jahiruddin
Babur.
B. Saran
Dengan
adanya makalh ini dapat membantu untuk mengetahui tiga kerajaan besar, dan u
nutk mengetahui lebih jauh lagi disarankan untuk membaca lebih lanjut dibku
atau di artikel.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamka, 1981, Sejarah
Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Dian Akbas, 2014, Best Of Turki, Jakarta: Kompas Gramedia.
Ira. M. Lapidus, 1999, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syalabi, 2000, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, Jakarta: PT Al Husna Zikra.
Karen Armstrong, 2002, Islam Sejarah Singkat, Yogyakarta: Jendela.
M. Abdul Karim, 2004, Peradaban Islam di Anak Benua India, Yogyakarta: LESFI.
Sandi Nur Rohman , 2007, Dinasti Mughal, Jakarta: Diandra Kreatif.
Komentar
Posting Komentar