BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mencoba
memberikan pelayanan yang tepat untuk lansia adalah salah satu cara untuk
membantu lansia agar dapat menerima keadaanya yang sesungguhnya ia jalani,
dengan begitu jika lansia dapat memahami dirinya maka ia akan berusaha untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial, dan psikologis dengan
tepat. Dengan memperlakukan lansia sesuai keinginannya hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa lansia perlahan-lahan akan lebih dapat menerima diri.
Keadaan yang
ada pada lansia cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan secara khusus, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa.
Oleh karena itu diperlukan penyuluhan kepada lansia agar dapat menerima keadaan
dengan mencari sisi positif dari kemampuan dan pengalaman yang ada pada lansia,
agar ia berfikir bahwa ia masih berguna dan dibutuhkan orang lain.
Namun pada
kenyataanya, dengan kulit keriput, fisik renta, sakit-sakitan, langkah gontai,
pakaian kusut, bahkan kadang cacat fisik, orang lanjut usia itu mengharap belas
kasih orang lain bahkan kadang dieksploitasi oleh pihak tertentu. Sementara
dirmah mewah dijumpai lansia yang merasa sudah tidak berguna, diacuhkan oleh
keluarganya, kehilangan kekuasaan, dan sakit-sakitan.
Oleh karena
itu pelayanan BK pada lansia tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor.
Konselor perlu bekerja sama dengan berbagai pihak dan adanya asas keterpaduan,
terutama peran yang sangat besar dari anggota keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling
terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”)
dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik,
bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak
terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral. Secara etimologi menurut Winkel dalam Tohirin istilah
“bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang
kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
1.
Menunjukkan jalan (showing
the way),
2.
Memimpin (leading),
3.
Memberikan petunjuk (giving
instruction),
4.
Mengatur (regulating),
5.
Mengarahkan (governing),
dan
6.
memberi nasihat (giving
advice).
Secara terminology bimbingan di
kemukakan oleh beberapa para ahli diantaranya yaitu:
a.
Miller dalam Surya, menyatakan bahwa
bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman
diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah), keluarga, dan
masyarakat.
b.
Selanjutnya Surya mengutip pendapat
Crow & Crow menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan
pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya
mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul
bebannya sendiri.
c.
Menurut Stoops mengemukakan
bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu individu dalam
perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya’.
d.
Djumhur dan M. Surya
memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan
terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di
hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self
understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance),
kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk
merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan
berarti : bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar
individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai
bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana
asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Secara etimologi istilah
konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus
artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu
nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan
pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling
secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan
bertukar pikiran.
Secara
Terminologi konseling menurut ahli yaitu:
1.
Mortensen menyatakan bahwa
konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana orang yang satu
membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya.
2.
James Adam mengemukakan bahwa
konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana
seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam
hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang
akan datang.
3.
Rogers (1982) mengemukakan bahwa
konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung antar individu, dengan
tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
4.
Mortensen dan Schmuller dalam
bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan
konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang
seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan
dalam menghadapi masalahnya.
5.
Wren dalam bukunya yang
berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling
adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan
masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang
lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara
keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan
penentuan diri sendiri.
6.
Williamson dan Foley dalam
bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling adalah
suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi
itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat
kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi,
menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
7.
Sedangkan menurut American
Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan konseling sebagai
suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu
yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau
pengambilan keputusan.
Kesimpulan
yang dapat diambil mengenai pengertian Konseling adalah kontak atau
hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah
klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien
(siswa).
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling (BK)
adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan
timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
B.
Masa Lanjut usia
a.
Pengertian lanjut Usia
Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan
penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system organ. Secara ekonomi, penduduk
lanjut usia dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak
orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan kehidupan masa tua seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh
yang tidak proporsional.
Berikut
beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua:
1.
Menurut Hurlock (2002), tahap
terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar
antara usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda
atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua
akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari
orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.
2.
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock,
2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia,
yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat
yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65
tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia
dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
3.
Menurut Bernice Neugarten(1968)James
C. Chalhoun(1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas
dengan keberhasilannya.
4.
Badan kesehatan dunia
(WHO)menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age)
45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, Lanjut usia tua (old)
75 - 90 tahun dan Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
b.
Ciri-ciri masa lanjut usia
a.
Adanya periode penurunan atau
kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.
b.
Perbedaan individu dalam efek penuaan.
Ada yang menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula
yang menganggapnya sebagai hukuman.
c.
Ada stereotip-stereotip mengenai
usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.
d.
Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan
masyarakat menganggap orang berusia lanjut tidak begit dibutuhkan katena
energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati
orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat
sekitar.
e.
Mempunyai status kelompok minoritas.
Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia lanjut.
f.
Adanya perubahan peran. Karena tidak
dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih muda.
g.
Penyesuaian diri yang buruk. Timbul
karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang
negatif.
h.
Ada keinginan untuk menjadi muda
kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat penuaan.
C.
Layanan Bimbingan Konseling Bagi
Lanjut Usia
Pelayanan BK
secara professional pada usia lanjut belum banyak dilakukan. Berbagai pelayanan
terhadap lansia, baik oleh anak-anaknya, lembaga keagamaan. LSM, umumnya
dilakukan tidak secara utuh, yang kadangkala kurang memahami permasalahan
lansia secara menyeluruh. Di lembaga keagamaan misalnya lebih menekankan aspek
spiritual, di pusat-pusat rehabilitasi sosial khususnya di panti wreda sudah
diupayakan pelayanan secara optimal, namun penekanannya masih dalam aspek
fisik kesehatan. Kesulitan dalam pelayanan BK bagi lansia juga diakui oleh
George dan Cristiani (1981), dan menuntut program pelatihan khusus bagi
konselor yang melayani usia lanjut.
1.
Tujuan pelayanan
bimbingan dan konseling
“Sebaik-baik manusia
adalah mereka yang dipanjangkun umurnya dan semakin bagus amal perbuatannya (Al
Hadist). Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh ridlo
dan diridloi, maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah dalam surga-Ku
(Al Fajr: 27-30).
Betapa bahagianya menjadi lansia yang amalnya bagus, bermanfaat bagi diri
dan masyarakat, memiliki jiwa yang tenang, kembali kepada
Tuhan dengan penuh keridloan, kedamaian, keikhlasan, dan diridloi Tuhan,
memasuki kelompok hamba yang dikasihi, memasuki syurga ... Kondisi seperti itu
yang menjadi tugas konselor lansia dalam mendampingi, membantu para lansia.
Secara umum
tujuan layanan bimbingan dan konseling pada lansia adalah membantu lansia untuk
dapat mengatasi masalah-masalahnya, dapat menerima diri, mengembangkan diri,
mengaktualisasikan diri sehingga dapat merasakan kebahagiaan hidup di usia
senja. Secara khusus tujuan layanan BK pada lansia sejalan dengan
masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi oleh lansia.
Lansia akan
merasa bahagia apabila kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi, atau mereka dapat
melaksanakan tugas perkembangan secara baik. Dalam kajian psikologi, yang
diwarnai budaya Amerika, Havinghurst mengemukakan tugas-tugas perkembangan usia
lanjut, yaitu :
a.
Menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan fisik dan kesehatan.
b.
Menyesuaikan diri dengan masa
pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga.
c.
Menyesuaikan
diri dengan kematian pasangan hidup.
d.
Membentuk
hubungan dengan orang-orang yang seusia.
e.
Membentuk
pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
f.
Menyesuaikan
diri dengan peran sosial secara luwes.
Dalam budaya
tertentu tugas perkembangan usia lanjut lebih luas lagi, misalnya dalam
masyarakat muslim para usia lanjut harus lebih intensif mempersiapkan diri
menghadapi kematian, dan kehidupan sesudah mati. Bagi lansia yang mampu
menjalankan tugas-tugas perkembangan dengan baik seperti di atas, maka dapat
dipastikan lansia akan merasakan kebahagiaan.
Hurlock
mengetengahkan tanda umum penyesuaian yang baik pada lansia yaitu: (1) minat
yang kuat dan beragama, (2) kemandirian dalam hal ekonomi, yaug memungkinkan
untuk dapat hidup mandiri, (3) melakukan banyak hubungan sosial dengan segala
umur, (4) kenikmatan kerja yang menyenangkan dan bermanfaat tetapi tidak
memerlukan banyak biaya, (5) berpartisipasi dalam organisasi kemasyarakatan,
(6) kemampuan untuk memelihara rumah yang menyenangkan, (7) kemampuan untuk
menikmati kegiatan masa kini tanpa menyesali masa lalu, (8) mengurangi kecemasan
terhadap diri sendiri maupun orang lain, (9) menikmati aktivitas dari hari ke
hari, (10) menghindari kritik dari orang lain, (1l) menghindari
kesalahan-kesalahan, khususnya tentang kondisi tempat tinggal dan perlakuan
dari orang lain.
Keberhasilan
penyesuaian diri lansia tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : persiapan
untuk hari tua, pengalaman masa lampau, kepuasan dan kebutuhan, kenangan akan
persahabatan lama, anak-anak yang telah dewasa, sikap sosial, sikap pribadi,
metode penyesuaian diri, kondisi fisik, kondisi tempat tinggal, kondisi
ekonomi.
Mengenai
kebahagiaan yang menjadi tujuan akhir layanan BK bagi lansia, Hurlock
mengetengahkan tiga komponen kebahagiaan, yaitu Acceplance, affection,
dan achievement. Acceptance menunjukkan lansia dapat menerima dan
memahami diri sendiri dan akhirnya diterima orang lain. Affection menunjukkan
lansia memiliki rasa cinta kasih pada lansia. Achievement menunjukkan lansia
masih mampu berprestasi, dan merasa bangga dengan prestasi yang dicapai, serta
orang lain menghargai prestasinya. Kebahagiaan lansia tersebut sifatnya
relatif, temporal, spasial dan setiap budaya memiliki sumber kebahagiaan yang
berbeda-beda. Setiap lansia dalam budaya apapun, latar belakang sosial ekonomi
yang berbeda memiliki dan dapat merasakan kebahagiaan, dan sumber kebahagiaan
setiap lansia dapat berbeda-beda. Ada lansia yang merasa sangat bahagia melihat
anak-anak dan cucu-cucunya rukun, ada lansia yang sangat bahagia dapat berkarya
yang bermanfaat, ada lansia yang merasa sangat bahagia karena di usia senja
mereka dapat beribadah dan mendekat kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya, dan
sebagainya.
Dalam
melihat kebahagiaan lansia, Monks mengetengahkan dua teori, yaitu :
a.
Teori pelepasan (disengegement)
yaitu
kebahagiaan lansia terwujud karena lansia melepaskan berbagai beban dan
kewajiban sosial. Pelepasan tersebut dapat berasal dari lansia sendiri, yaitu
dengan, sengaja makin melepaskan dirinya dari berbagai ikatan, dan dari luar
lansia, yaitu lansia dilepaskan oleh kehidupan bersama karena kondisi yang
tidak memungkinkan. Teori tersebut dikritik oleh berbagai fihak, karena dengan
pelepasannya itu lansia justru mengalami kesepian dan terisolasi.
b.
Teori aktivitas
yaitu dengan
tetap melakukan aktivitas, pala lansia akan memperoleh kepuasan dan
kebahagiaan, mereka merasa bermanfaat bagi orang lain, masih punya harga diri. layanan.
Dalam hal ini Lombada menekankan dua bentuk pelayanan kepada lansia yaitu
remidial dan prevention. Metode pelayanan dapat berbentuk layanan langsung,
pelatihan dan melalui media.
Kegiatan
pelayanan BK pada lansia dapat berbentuk layanan orientasi, layanan informasi,
layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, konseling individual,
konseling kelompok, dan bimbingan kelompok. Teknik pelayanan BK dapat menggunakan
berbagai model bimbingan dan konseling. Diantara metode bimbingan seperti
ceramah, sosiodrama, karyawisata, psikodrama, home room dan sebagainya.
Diantara model konseling seperti client centered, konseling eksistensial
humanistik (terutama logoterapi), konseling behavioral dan sebagainya. Dari
berbagai metode dalam layanan BK pada lansia, ada dua metode yang populer
yaitu BK kelompok sebaya lansia, dan konseling keluarga.
Dilihat dari
bidang pelayanan, maka pelayanan BK pada lansia dapat memacu pada pelayanan BK
pada umumnya, yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang karir, dan bidang
belajar. Keempat bidang tersebut saling terkait.
a.
Pelayanan bidang pribadi
Pelayanan
bidang pribadi membantu lansia agar memiliki keimanan dan ketaqwaan, kesehatan
mental psikologis, dan kesehatan fisik.
1.
Bimbingan
konseling kehidupan keagamaan/spiritual
Kehampaan,
kehilangan makna hidup, penyesalan, ketakutan akan kematian dan sebagainya
sering dirasakan lansia. Kondisi tersebut berkaitan dengan kehidupan spiritual
keagamaan. Layanan bidang ini bukan untuk mengubah keimanan lansia
terhadap agama, tetapi lebih pada membangkitkan kekuatan spiritualnya dalam
menghadapi kehidupan, sehingga para lansia, memiliki kecerdasan spiritual
(spiritual intelligent).
Para lansia
dibimbing dikembangkan komitmen, penghayatan dan pengamalan keagamaan,
melalui berbagai kegiatan, misalnya melalui perkumpulan (jamaah) sesama lansia
yang diisi ceramah misalnya tentang perjalanan kehidupan, praktek keagamaan
(dalam lslam misalnya melakukan dzikir) dan sebagainya. Bimbingan agama
hendaklah lebih menekankan pada sentuhan emosional/ perasaan bukan aspek
rasional, menekankan aspek hakekat/makrifat bukan syariat. Dengan demikian
diharapkan para lansia dapat mengisi usia senjanya dengan kehidupan yang lebih
bermakna, sehingga rasa kehampaan, kesepian, ketidakbermaknaan, penyesalan
semakin berkurang, dan diganti dengan kehidupan yang penuh pengharapan,
optimisme, sabar dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lansia dapat
merasakan makna dalam derita (meaning in suffering), dan hikmah dalam
musibah (blessing in disquise).
Dalarn hal
penghayatan keagamaan pada lansia ini, Dadang Hawari (1996) mencatat betapa
besarnya pengaruh komitmen agama pada lansia terhadap kesehatan fisik dan
mental, yaitu :
a)
Lanjut usia yang non religius angka
kematiannya dua kali lebih besar daripada yang religius.
b)
Lansia yang religius penyembuhan
penyakitnya lebih cepat daripada yang non religius.
c)
Lanjut usia yang religius lebih
kebal dan lebih tenang menghadapi operasi.
d)
Lansia yang religius lebih kuat dan
tabah menghadapi stres daripada yang kurang religius, sehingga gangguan mental
emosionalnya lebih kecil.
e)
Lanjut usia yang religius tabah dan
tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang kurang religius.
2.
Bimbingan konseling kesehatan mental
dan psikologis
Diantara
problem psikologis lansia yang pokok adalah rasa inferiority (rendah diri),
atau rasa harga diri yang kurang, sehubungan dengan proses penuaan dan
keuzuran. Problem tersebut akan berkembang menjadi problem yang lain.
Oleh karena itu konselor lansia harus berusaha untuk membantu lansia
mengatasi problem tersebut.
Dadang
Hawari mengutip teori Heinz Kohut akan pentingnya aspek “narcissisme”
(kecintaan pada diri sendiri) pada lansia. Para lansia hendaknya tetap memiliki
harga diri, mampu mengatasi cidera narcistiknya akibat proses penuaan, terlebih
manakala kehilangan dukungan dari orang-orang sekitarnya. Untuk tetap
memelihara rasa harga diri pada lansia, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah :
a.
Adanya jaminan sosial-ekonomi yang
cukup memadai untuk hidup di usia lanjut.
b.
Adanya dukungan dari orang-orang
yang melindungi dirinya dari isolasi sosial dan memperoleh kepuasan dari
kebutuhan ketergantungannya pada pihak lain.
c.
Kesehatan jiwa agar mampu
beradaptasi dengan perubahan perkembangan pada tahap lanjut usia.
d.
Kesehatan fisik agar mampu
menjalankan berbagai aktivitas secara produktif dan menyenangkan.
e.
Kebutuhan spiritual agar diperoleh
ketenangan batiniah.
Rasa
inferioritas dan harga diri yang rendah tersebut karena para lansia umumnya
kehilangan otoritas dalam segala hal, demikian pula ketergantungannya kepada
pihak lain. Oleh karena itu tugas konselor adalah mengusahakan agar para lansia
tetap memiliki otoritas, otonomi diri, dan punya kemandirian dalam hal- hal
tertentu. Kondisi tersebut akan terwujud jika lingkungan mendukungnya, terutama
peran anggota keluarga lansia.
Dalam
menghadapi permasalahan psikologis, Kartini Kartono dan Jenny Andari
(1989) memberi saran kepada lansia, yaitu “pada usia maghribi para mantan
harus lebih sabar, sareh, sumarah, sumeleh hati, dan tidak lagi bermimpi
dan berfantasi ngayawara, yang bukan-bukan”.
3.
Layanan BK kesehatan fisik
Kesehatan
fisik merupakan masalah umum para lansia. Upaya mengatasi masalah tersebut
menjadi kewenangan dokter atau ahli kesehatan. Yang terpenting bagi konselor,
terutama bagi anggota keluarga lansia adalah memberikan dukungan, support, dan
lingkungan yang menunjang agar para lansia dapat menerima dan dapat
menyesuaikan dengan kondisi kemunduran fisik secara positif dan konstruktif.
4.
Bimbingan bidang sosial
Mengacu pada
teori pelepasan (disengagement), maka para lansia perlu dikurangi tanggung
jawab dan beban sosialnya, lansia tinggal menikmati masa tuanya di rumah. Namun
banyak lansia yang mengalami kesepian, kesendirian, terisolasi dengan adanya
pelepasan tanggung jawab tersebut. Jika demikian maka lansia perlu dilibatkan
dalam aktivitas sosial yang cocok dengan kondisinya, misalnya lansia dijadikan
sesepuh dalam suatu kegiatan, menyampaikan doa, nasehat dan sebagainya. Dengan
aktivitas tersebut lansia merasa masih bermanfaat, punya kebanggaan.
Bimbingan
dan Konseling lansia sebaya perlu diselenggarakan melalui perkumpulan lansia,
sebagai wahana bertukar wawasan, berbagi rasa, supaya merasa tidak sendirian.
Bagi anggota keluarga lansia (anak dan cucu), perlu memberikan dukungan kepada
lansia, menciptakan suasana kehangatan dan atensi yang cukup. Jika keluarga
lansia tidak ada waktu memberikan kehangatan, atensi dan dukungan mungkin panti
wreda akan memberikan suasana persahabatan dan kehangatan. Budaya timur umumnya
kurang menerima kalau lansia ditempatkan di panti wreda.
5.
Bimbingan karir
Kemiskinan,
pengangguran, atau kerja berat umumnya menjadi masalah para lansia. Para lansia
jelas memerlukan aktivitas dalam bentuk berkarya. Dengan bekerja, di samping
memiliki nilai ekonomi, juga memberikan nilai tambah bidang sosial dan
psikologis, sehingga mereka akan memiliki harga diri, kemandirian. Mengingat
berbagai kondisi fisik, psikologis dan budaya, tentu lansia meniti karir yang
sesuai dengan kondisinya, misalnya bekerja yang tidak menuntut kekuatan dan
kecepatan, otot. Beberapa bentuk karir lansia seperti beternak, bertanam,
menulis, berdakwah, meneruskan usaha sebelumnya dengan mengurangi perannya.
6.
Bimbingan bidang belajar
Para lansia
perlu terus diberikan pelayanan yang sifatnya pembelajaran, agar mereka lebih
mampu menjalankan tugas perkembangannya. Para lansia diberi kesempatan untuk
mengikuti perkembangan informasi melalui media massa, buku-buku, pelatihan,
ceramah dan sebagainya.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Individu
usia lanjut umumnya memiliki sikap yang lemah, baik lemah terhdapa kondisi
fisik maupun lemah menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang perlu digaris bawahi
adalah meraih usia panjang tidak hanya persoalan untuk menjaga fisik pada
lansia, tetapi yang lebih penting adalah mental seseorang dalam menyikapi
rentang hidupnya. Seperti halnya usia lanjut disini mereka harus mampu
menyikapi rentang hidupnya dengan berusaha memahami keadaan yang ada pada
dirinya.
Pelayanan BK
secara professional pada usia lanjut belum banyak dilakukan. Berbagai pelayanan
terhadap lansia, baik oleh anak-anaknya, lembaga keagamaan. LSM, umumnya
dilakukan tidak secara utuh, yang kadangkala kurang memahami permasalahan
lansia secara menyeluruh. Di lembaga keagamaan misalnya lebih menekankan aspek
spiritual, di pusat-pusat rehabilitasi sosial khususnya di panti wreda sudah
diupayakan pelayanan secara optimal, namun penekanannya masih dalam aspek
fisik kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tohirin, Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008.
Tohirin, Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014.
Hurlock,
Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (edisi kelima) di terjemahkan oleh Istiwidayanti Jakarta:
Erlangga, 1996.
Monks F.J, Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1994.
Jalaluddin, Pslkologi
Agama Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi
Jakarta: Rajawali Pers, 2002
Monks F.J,
Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta
: Universitas Gadjah Mada, 1994), hlm. 76.
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Makasih loh udah membantu kami lewat adanya makalah ini dalam menyelesaikan tugas mata kuliah paatoral konseling 😊
BalasHapus