MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK) BERBASIS AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD/MI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK) BERBASIS AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD/MI
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama                                                                                     NIM
    Nurintan Hasibuan                                                               1620500005
PGMI-1
Dosen Pengampu:
Nashran Azizan Hasibuan, M.Pd.



JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2019



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis hanturkan karena dengan limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas rekayasa ide pada mata kuliah Pembelajaran IPS di SD/MI dengan buku yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetik (VAK) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS”. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai uswatul hasanah bagi seluruh manusia dan mengemban pencerahan kehidupan.
Tugas rekayasa ide ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPS di MI/SD. Dimana bertujuan untuk  menambah  pengetahuan  dan  lebih  mengerti tentang pembelajaran dan hal-hal tentang IPS yang digunakan ketika mengajarkan Pembelajaran IPS di MI/SD agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
            Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan rekayasa ide ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kepada teman-teman yang membantu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran atas terselesainya tugas rekayasa ide ini.
            Semoga penulisan rekayasa ide ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk diaplikaskan dalam kehidupan sehari-hari, dan penulis sadar bahwa rekayasa ide ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran  yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca agar pembuatan rekayasa ide kedepannya lebih baik lagi daripada yang sebelumnya.
Amin Yaa Robbal ‘Alamin

Padangsidimpuan, 15 April 2019
Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.    Tujuan ................................................................................................. 2
D.    Manfaat............................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
A.    Pengertian model pembelajaran........................................................ 3
B.    Visualization, Auditory, Kinestetik (VAK)...................................... 4
C.    Media Pembelajaran Video............................................................... 7
D.    Pembelajaran IPS............................................................................... 8
BAB III REKAYASA IDE.......................................................................... 11
BAB IV KESIMPULAN
A.    Kesimpulan...................................................................................... 13
B.    Saran................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik, di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Model pembelajaran mempunyai tujuan untuk membantu siswa memperoleh informasi, ide-ide, keterampilan-keterampilan, nilai-nilai, cara-cara berpikir, alat-alat untuk mengekspresikan diri serta cara-cara belajar. Sesungguhnya tujuan jangka panjang dari pengajaran yang terpenting adalah agar siswa nantinya mampu meningkatkan kemampuan belajar kearah yang lebih mudah dan efektif.
Pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositori sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pembelajaran kurang menarik. Karena hal ini hasil belajar peserta didik akan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya. Untuk mengatasi masalah ini, maka sebagai guru mata pelajaran IPS di SD/MI perlu menerapkan  model pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK).
Pada satu sisi betapa pentingnya peranan pendidikan IPS dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan social agar siswa menjadi warga masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang baik namun di pihak lain masih banyak masalah-masalah yang diperlukan penelitian berkaitan dengan pembelajaran IPS. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran.
Seringkali dalam proses pembelajaran IPS siswa kurang respon terhadap pembelajaran, pembelajaran tidak kondusif sehingga siswa yang duduk paling belakang akan berbicara dengan temannya. Hal ini terjadi karena kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran, guru belum menggunakan model pembelajaran secara maksimal selain itu juga media pembelajaran yang digunakan juga mempengaruhi lancar atau tidaknya proses pembelajaran.
B.    Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian Model Pembelajaran?
2.     Jelaskan Model Pemebalajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)
3.     Jelaskan Media Pembelajaran Video?
4.     Jelaskan Pembelaajaran IPS?
C.    Tujuan
1.     Menjelaskan Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)
2.     Untuk Mengetahui Model Pemebalajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)
3.     Menjelaskan Media Pembelajaran Video?
4.     Menjelaskan Pembelaajaran IPS?
5.     Manfaat  
Manfaat dari rekayasa ide ini yaitu terciptanya pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, yang berlangsung secara menarik, efektif dan efesien. sehingga dalam proses pembelajaran akan tercapai tujuan yang diinginkan.







BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian  Model Pembelajaran
     Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode atau prosedur. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu; rasional teoritik yang logis dan disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajatran itu dapat dicapai (Depdiknas, 2004).[1]
Menurut Soekamto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencankan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka adan arah bagi guru untuk mengajar.[2]
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang menggambarkan proses kegiatan belajar-mengajar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Selain itu model pembelajaran juga merupakan bungku satau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi dan teknik pembelajaran.[3]
Jadi model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang menggambarkan proses kegiatan pembelajaran dalam merencanakan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dari model pembelajaran inilah guru mulai merancang pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Agar model pembelajaran lebih maksimal lagi maka seorang guru harus mampu menguasai materi, mempunyai wawasan luas, memiliki keterampilan mengajar yang baik serta menggabungkan materi pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari siswa.
B.    Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)
Model pembelajaran visual, auditory, kinesthetic atau VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si peserta didik merasa nyaman. Model pembelajaran visualization, auditory, kinestetic merupakan cabang dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pembelajaranya di masa depan.
VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagi gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Pembelajaran dengan model ini pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung debgan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (auditory) dan belajar dengan gerak dan emosi (kinesthetic). [4]
Ada tiga karakteristik yang dimiliki oleh model pembelajaran ini yaitu sesuai dengan namanya:
1.     Visual yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Di dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Setiap siswa yang menggunkan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang di pelajari. Secara khusus pembelajar visual yang baik akan dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta dan sebaginya dalam belajar.
2.     Auditory, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar. Pendidik hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara.
3.     Kinestetik, yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran kinestetik adalah pembelajaran yang melibatkan dan memanfaatkan tubuh.[5]
Model VAK ini merupakan solusi yang sanagt cerdas di mana ketiga kecenderungan gaya belajar peserta didik digabungkan menjadi satu. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya kesulitan belajar peserta didik disebabkan oleh gaya belajar yang kurang sesuai pada saat pembelajaran belangsung. Melaui model pembelajaran VAK Ini diharapkan dapat merangsang ide-ide peserta didik dalam pembelajaran IPS, sehingga dapat menumbuhkan kreatifitas siswa.
Ada beberapa kelebihan jika digunakan model pembelajaran visualization, auditory, kinesthetic (VAK) ini antara lain yaitu:
1.     Pembelajaran akan lebih efektif karena mengombinasikan ketiga gaya belajar.
2.     Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswayang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
3.     Memberikan pengalam langsung kepada siswa.
4.     Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep ,melalui kegiatan fisik, seperti demostrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
5.     Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
6.     Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.


Selain kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran ini, ada kelemahan dari penggunaannya yaitu, tidak banyak orang yang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian, orang yang hanya mampu menggunkaan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih menfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.[6]
Langkah-Langkah Visualization, Auditory, Kinstetik (VAK)
1.     Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan ini, guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
2.     Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti, guru mengarahka siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenagkan, relevan, melibatkan pancaindra yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.
3.     Tahap pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Padaa tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara uyang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
4.     Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Inti Pada Konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru dalam membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keteramilan baru yang mereka dapatkan, pada krgiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.[7]


C.    Media Pembelajaran Video
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti “tengah, perantara atau pengantar”. Dalam bahasa arab media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Wina Sanjaya media pembelajaran adalah alat untuk memberikan rangsangan bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan Hamzah B. Uno berpendapat segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka mengikuti kegiatan pembelajaran. [8]
Jadi media pembelajaran adalah segala alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai perangsang pikiran siswa agar lebih bergairah dan proses pembelajaran lebih mudah dipahami siswa dalam pembelajaran.
Media Video merupakan media audio visual yang mampu menayangkan pesan dan informasi melalui unsur gambar dan suara yang disampaikan secara simultan. Media video mampu menampilkan unsur gambar atau suara secara bersamaan pada saat digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan kepada siswa. Media video mampu memperlihatkan objek, tempat dan peristiwa dalam format gambar bergerak secara komprehensif. [9]
Ada beberaapa keunggulan dari media Video diantanya adalah:
1.     Menayangkan gambar bergerak.
2.     Memperlihatkan sebuah proses dan prosedur.
3.     Sarana observasi yang aman.
4.     Sarana untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan tertentu.
5.     Memperlihatkan contoh sikap dan tindakan yang dapat dipelajari.
6.     Mendorong munculnya apresiasi terhadap seni dan budaya.[10]
Disamping memiliki kelebihan yang diperlukan dalam menayangkan informasi dan pengetahuan, media video juga memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Heinich dan kawan-kawan keterbatasan tersebut meliputi:
1.     Kecepatan penayangan informasi dan pengetahuan secara konstan.
2.     Kadang-kadang menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap informasi dan pengetahuan yang ditayangkan.
3.     Pengeluaran untuk biaya produksi program video sangat mahal.
Media video dapat digunakan untuk keperluan belajar, baik untuk keperluan belajar invidual maupun kelompok. Biaya produksi yang relative mahal dapat diimbangi dengan kemampuan media video dalam menjangkau jumlah peserta didik yang lebih besar jika diproduksi secara massal. Media video juda dapat ditayangkan berulang kali terhadap kelompok peserta didik yang berbeda-beda.  [11]
D.    Pembelajaran IPS
Menurut Ahmadi pembelajaran IPS merupakan ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat. Sedangkan menurut Ali Imran Udin IPS Merupakan ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah.[12]
Dari pendapat kedua ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial atau yang sering disingkat dengan IPS merupakan ilmu-ilmu sosial yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang terdiri dari geografi, sosilogi, sejarah, antropologi, psikologi sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum dan ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan dengan ilmu sosial yang digunakan sebagai bahan ajar pada program pendidikan di SD, SLTP dan SLTA.
Pelajaran IPS di SD/MI mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subyek didik menjadi warga Negara yang baik. Pembelajaran pendidikan IPS memiliki tujuan yang sangat agung dan mulia, yaitu untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan social, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu mereflesikan dalam kehiduapan masyarakat, bangsa dan Negara.[13]
Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu mata pelajaran yang bersumber dari  ilmu-ilmu sosial terpilih dan dipadukan untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah. Sebagai suatu mata pelajaran yang berisi perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial , menuntut pengajaran yang terpadu sehingga batas atau sekat masing-masing disiplin ilmu sosial dalam mata pelajaran ini tidak begitu terlihat jelas. Dalam praktiknya di lapangan belum sepenuhnya guru mata pelajaran IPS belum dapat melaksanakan program terpadu sebagaimana tuntutan kurikulum.
Materi dari perpaduan beberapa disiplin ilmu sosial yang terpilih untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrasah, maka pembelajarannya juga harus menerapkan pembelajaran terpadu. Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu berarti harus menggunakan tema untuk mengkaitkan/mengikat berbagai kompetensi/isi materi ilmu sosial yang dikaji dalam IPS dalam kegiatan pembelajarannya.[14]
Menurut Chapin dan Messick (dalam Susanto, 2014: 10) karakteristik pembelajaran IPS adalah:
a.    Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
b.   Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.
c.    Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
d.   Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.
e.    Ditunjukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berpikir dan kemampuan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.
f.    Ditunjukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang
g.   bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, karakteristik IPS merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang menyangkut masalah social seperti peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.[15]














BAB III
REKAYASA IDE
Penerapan Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) Berbasis Audio Visual Dalam Pembelajaran IPS di SD/MI”

Adanya model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) berbasis media video (audio visual), ini tentu dapat membantu para pendidik di dalam mengajar materi IPS di SD/MI. Dengan model ini pendidik dapat memberikan pelajaran melalui pendengaran, penglihatan, dan gerak tubuh. Dibantu lagi dengan media video sehingga mampu menarik perhatian dan minat peserta didik untuk lebih semangat dalam belajar.
Dengan model VAK berbasis media video ini dapat mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan peserta didik lebih nyaman dan menyenangkan. Cara belajar peserta didik dimulai dari menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi materi pelajaran. Pada model ini tidak setiap peserta didik harus masuk ke dalam tiga modalitas tersebut, tetapi di mana peserta didik lebih dominan.
Belajar harus menggunakan indra mata, melalui model VAK berbasis media maka peserta didik dapat mengamati, melihat, membaca materi pada video. Karakteristik peserta didik bergaya visual  yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan. Dalam hal ini ketiga proses pembelajaran sebaiknya guru membuat video agar siswa dapat belajar dan memahami materi dengan cepat.
Gaya auditory atau belajar dengan cara mendengar. Maka peserta didik akan mendengar dan menyimak materi melalui suara yang dikeluarkan dari media video tersebut. Peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggubakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.  Peserta didik akan mencerna materi pelajaran dari video melalui tone, suara, tinggi rendahnya, kecepatan berbicara dan hal-hal yang berkaitan dengan suara dari video. Informasi tertulis kadang mempunyai makana yang minim bagi peserta didik auditory. Peserta didik seperti ini biasanya dapat menghapal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengar suara dari video.
Contoh pada materi tentang sejarah raja Purnawarman, peserta didik akan lebih terfokus kepada suara dari video dari pada gambar bergerak pada tayangannya. Agar mereka mengingat lebih lama materi ini, maka mintalah mereka untuk mengulang kembali apa yang mereka dengar sebelumnya.
Pada gaya belajar kinestetik, belajar dengan bergerak. Banyak peserta didik belajar lebih mudah baginya melalaui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Peserta didik akan lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan sendiri gerakan tubuh. Dengan media video ini ajak peserta didik untuk memperagakan materi yang ada pada video. Seperti pada materi jual-beli, buat mereka seolah berada di pasar dan melakukan aktivitas tersebut, ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi karena setelah ditonton melalui video mereka langsung memperagkan yang melibatkan aktivitas fisik.
Dalam hal ini dengan adanya media video maka model pembelajaran VAK ini akan lebih maksimal prose pembelajaran yang terjadi serta tujuan kahir dari pembelajaran akan tercapai. Peserta didik lebih semangat mengikuti pembelajaran dan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan.








BAB IV
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
1.     Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang menggambarkan proses kegiatan belajar-mengajar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
2.     Model pembelajaran visual, auditory, kinesthetic atau VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si peserta didik merasa nyaman. Model pembelajaran visualization, auditory, kinestetic merupakan cabang dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman dan menjanjikan kesuksesan bagi pembelajaranya di masa depan.
3.     media pembelajaran adalah segala alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai perangsang pikiran siswa agar lebih bergairah dan proses pembelajaran lebih mudah dipahami siswa dalam pembelajaran.
4.     Media Video merupakan media audio visual yang mampu menayangkan pesan dan informasi melalui unsur gambar dan suara yang disampaikan secara simultan. Media video mampu menampilkan unsur gambar atau suara secara bersamaan pada saat digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan kepada siswa.
5.     pembelajaran ilmu pengetahuan sosial atau yang sering disingkat dengan IPS merupakan ilmu-ilmu sosial yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang terdiri dari geografi, sosilogi, sejarah, antropologi, psikologi sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum dan ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan dengan ilmu sosial yang digunakan sebagai bahan ajar pada program pendidikan di SD, SLTP dan SLTA.


B.    Saran
Melihat kurangnya keefektivan  proses pembelajaran di dalam kelas khususnya pendidikan sekolah dasar, maka diharapkan kepada pendidik untuk lebih inovatif dan kreatif serta mampu memanfaatkan teknologi yang sudah berkembang dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik lebih mampu memahami materi pelajaran dengan model dan media pembelajaran.








DAFTAR PUSTAKA
Lefudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21. Medan: Akasha Sakti.  
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21. Medan: Akasha Sakti. 
Nasikun, Ahmad. 2017. Penerapan Metode Problem Solving untuk meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 2 Endang Rejo. (Lampung: Univesitas Lampug. tersedia online di Http://digilib.unila.ac.id/29641/3/skripsi%2520TANPA-PEMBAHASAN%
Nasution, Toni. dan Maulana  Arafat Lubis. 2018. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Samudera Biru.
Pribadi, Benny A., Media dan Teknologi dalam Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2017.
Saidaturrohmah, U., 2017. Implementasi Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Kelas V MI Al-Islam Bangsri Jepara, Tesis Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, tersedia onlone http://eprints.stainkudus.ac.id.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Wahidmurni. 2017. Metodologi Pembelajaran IPS Pengembangan Standar Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/Madrasah Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.


[1]Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hlm. 172.
[2]Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm. 23
[3]Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn di SD/MI Implementasi Pendidikan Abad 21, (Medan: Akasha Sakti, 2018), hlm. 215. 
[4]Op. Cit, hlm 226.
[5]Ibid.,  hlm. 230.
[6]Ibid., hlm. 228.
[7] Ibid., hal. 227-228.
[8]U, Saidaturrohmah, Implementasi Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Kelas V MI Al-Islam Bangsri Jepara, Tesis Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2017, tersedia onlone http://eprints.stainkudus.ac.id,  hlm. 8-9.
[9]Benny, A. Pribadi, Media dan Teknologi dalam Pembelajaran, )Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 137-138. 
[10]Ibid., hlm 142.
[11]Ibid., hlm. 148. 
[12]Toni, Nasution dan Maulana  Arafat Lubis, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (Yogyakarta: Samudera Biru, 2018), hlm. 6. 
[13]Ahmad, Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 1-3. 
[14]Wahidmurni, Metodologi Pembelajaran IPS Pengembangan Standar Proses Pembelajaran IPS di Sekolah/Madrasah, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA,  2017), hlm. 24.   
[15] Ahmad, Nasikun. Penerapan Metode Problem Solving untuk meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 2 Endang Rejo, (Lampung: Univesitas Lampug, 2007), tersedia online di Http://digilib.unila.ac.id/29641/3/skripsi%2520TANPA-PEMBAHASAN% , Diakses Pada Tanggal 28 April 2019,  Hlm. 9.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL