BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara Bahasa, hadist berarti baru, dekat dan khabar
(cerita). Sementara dalam tradisi hokum Islam, hadist berarti segala perkataan,
perbuatan apakah menembus, Rasullah saw. Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh,
menerima hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad yang menerima dengan hukum.
Sementara bertindak sebagai takrir (penetapan) mereka bertemu dengan as-sunnah.
Dari pengertian-pengertian ini yang menarik di bahas
tentang para perawi dan karya-karyanya, yang menjadi sumber hokum yang
digunakan pada saat ini untuk menjadi sumber pembelajaran tentang hukum-hukum
islam.
Kitab sittah termasuk diantara kitab yang terbagus
penulisan dan penyusunannya, paling banyak benarnya dan sedikit salahnya,
paling meluas umum manfaatnya dan paling banyak faedahnya,
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Siapa itu para perawi hadist?
2.
Apa saja macam-macam kitab hadist tersebut?
C. TUJUAN RUMUSAN MASALAH
1.
Agar mengetahui siapa saja perawi hadist tersebut
2.
Dan tau apa saja macam-macam kitab hadist itu
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perawi Kutub Al-Sittah
Istilah kutub
al-sittah digunakan untuk menyebut enam kitab induk hadist, yaitu sebagai
berikut:
1. Shahih Al-Bukhari
Ishaq Ibn Ruhawaih salah seorang guru Imam Al-Bukharoi
pernah berwasiat kepadanya “Hendaklah engkau menyusun sebuah kitab yang khusus
berisi sunnah rasul yang shahih”. Wasiat keinginan gurunya inilah yang
mendorong dan mengilhami Imam Al-Bukhari untuk menyusun sebuah kitab yang
berbeda dari kitab-kitab yang telah disusun oleh ulama sebelumnya, yaitu dengan
cara mebukukan hadist-hadist yang shahih saja . untuk itu kitab susunannya ia
beri judul dengan nama al-jam’i, al-musnad al-shahih al-mukhtasar min umur
rasul Allah wa sunnanih wa ayyamih.
Menurut Muhammad Ajjaj Al-Khatib, yang dimaksud dengan
kata Al-Jami’ dalam judul diatas adalah dalam kitab tersebut termuat
hadist-hadist tentang hukum, keutamaan amal, tata pergaulan, sejarah dan kabar
yang akan datang. Sedangkan kata Al-Musnad mengandung arti bahwa Immam
Al-Bukhari hanya memasukkan hadist-hadist yang sanadnya bersambung sampai
Rasulullah, dan kata Al-Sahih dimaksudkan bahwa dalam kitab tersebut tidak
dimasukkan hadist-hadist yang da’if.
2. Shahih Muslim
Kitab
himpunan hadist sahih karya Muslim ini judul aslinya ialah Al-Musnad Al-Sahih
Al-Mukhtasar min Al-Sunan bi Al-Naql Al-Adl ‘an Al-Adl ‘an-Rasul Allah saw,
namun lebih dikenal dengan nama al-Jami’ al-Sahih’ atau sahih Muslim.
Penyusunan kitab ini memakan waktu lima belas tahun.
Immam Muslim mengerjakan proyek monumental ini secara terus-menerus. Proses
persiapan dan penyusunan kitabnya itu beliau lakukan baik ketika sedang berada
di tempat tinggalnya maupun dalam perlawatan ke berbagai wilayah. Dalam
penggarapannya, beliau menyeleksi ribuan hadist baik dari hafalannya maupun
catatannya. Informasi lain menyatakan bahwa kitab Al-Jami’ Al-Sahih atau Sahih
Muslim ini merupakan hasil seleksi dari sejumlah 300.000 hadist.
Kitab ini memuat hadist yang cukup banyak. Hanya saja
mengenai penentuan jumlah hadistnya, terdapat informasi atau pendapat yang
berbeda-beda. Menurut keterangan Ahmad bin Salamah, salah seorang sahabat Immam
Muslim sekaligus sebagai penulis naskah kitab ini, ia menyatakan bahwa dalam
Sahih Muslim memuat 12.000 hadist. Sementara yang lainnya ada yang menyatakan
berjumlah 7.275 hadist, 5632 hadist, 4000 hadist, dan 3033 hadist.
3.
Sunan An-Nasa’i
Imam Nasa’I mempunyai hafalan dan kepahaman yang
jarang dimiliki oleg orang-orang pada zamannya, sebagaimana beliau memiliki
kejelian dan ketelitian yang sangat mendalam, maka beliau dapat meriwayatkan
hadist-hadist dari ulama-ulama kibar, berjumpa dengan para imam huffazh dan
yang lainnya, sehingga beliau dapat menghafal banyak hadist, mengumpulkannya
dan menuliskannya, sampai akhirnya beliau memperoleh derajat yang pantas dalam
disiplin ilmu.
Beliau menuliskan hadist dhaif sebagaimana beliau pun
telah menuliskan hadist shahih, padahal pekerjaan ini hanya dilakukan oleh
ulama pengkritik hadist, tapi beliau mampu melakukan pekerjaan ini, bahkan
beliau memiliki kekuatan kritik yang detail dan akurat.
Imam Nasa’I mempunyai lawatan ilmiah cukup luas,
beliau berkeliling kenegeri Islam, baik timur maupun di barat, hingga beliau
dapat mendengarkan daei banyak orang yang mendengar hadist dari para hafidz dan
syaikh.
4.
Sunan Abi Dawud
Abi dawud termasuk ulama yang mencapai derajat tinggi
dalam beribadah, kesucian, kesalihan dan wara’ yang patut diteladani. Sifat dan
kepribadian seperti ini menujukkan kesempurnaan beragama, perilaku dan akhlak
Abu Dawud mempunyai filsah tersendiri dalam berpakaian. Salah satunya lengan
bajunya lebar dan satunya sempit. Bila ada yang bertanya, dia menjawab “lengan
yang lebar untuk membawa kitab, sedangkan yang satunya tidak diperlukan, kalua
dia lebar berarti pemborosan.”
Ulama memuji Abu Dawud, beliau adalah tokoh ahli
hadist yang menghafal dan memahami hadist beserta illatnya. Dia mendapatkan
kehormatan dari para ulama terutama gurunya Imam Ahmad Bin Hanbal. Al Hafiz
Musa bin Harun berkata “ Abi Dawud diciptakan dunia untuk Hadist, dan akhirat
untuk surga. Aku tidak pernah melihat orang yang lebih utama dari dia.”
5.
Sunan Al-Tirmidzi
Beliau memiliki kelebihan hafalan yang begitu kuat dan
otak encer yang cepat menangkap pembelajaran. Imam Tirmidzi keluar dari
negerinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam rangka menuntut ilmu.
Disana beliau mendengarkan kalangan ulama yang beliau temui, sehingga dapat
mengumpulkan hadist dan memahaminya. Akan tetapi sangat disayangkan beliau
tidak masuk ke daerah Syam dan Mesir, sehingga hadist-hadist beliau di
riwayatkan dari ulama kalangan Syam dan Mesir harus melalui perantara.
6.
Sunan Ibnu Majah
Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan tidak
puas jika hanya tinggal di negerinya. Beliau pun mengadakan rihlah ilmiahnya ke
sekitar negeri tetangga, beliau mendengarkan hadist dari negeri tetangga
tersebut.
Beliau adalah seorang tsiqah,
berwibawa dan banyak meriwayatkan hadist. Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu
pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah dalam rangka menuntut ilmu. Maka
beliau pun keluar dan meninggalkan negerinya untuk mendengarkan hadist dan
mendapatkan ilmu. Baakat dan minatnya di bidang hadist makin besar. Hal inilah
yang membuat beliau berkelana ke beberapa daerah dan negeri guna untuk
mencari,mrngumpulkan, dan menulis hadist.
Kutub al-sittah ini termasuk kitab yang terbagus
penulisan dan penyusunannya, paling banyak benarnya dan sedikit kesalahannya,
paling banyak faidahnya, paling mudah kesukarannya, paling baik penerimaan
disisi orang pro dan kontra dan paling penting posisinya dikalangan semua
orang.
Masing-masing
kitab yang enam tersebut memiliki ciri khas yang hanya diketahui oleh orang
yang ahli dibidang hadist, sehingga kitab-kitab tersebutdikenal oleh manusia
dan tersebar diseluruh pelosok negeri islam dan pemanfaatannya menjadi besar
serta para penuntut ilmu berusaha keras untuk mendapatkannya dan memahaminya.
Banyak
sekali karya tulis berupa syara ta’liq terhadap kitab-kitab tersebut.
Sebagiannya mengkaji tentang mengenal isi kandungan dari matan-matan hadist
yang temuat didalamnya, dan sebagian yang lain mengkaji tentang mengenal
kandungan sanad-sanadnya, sebagian yang lain mengkaji tentang gabungan semua
itu.
B. Macam-macam Kitab Hadist
1.
Kitab Al-Jami’
Secara bahasa kata Jami’ berarti sesuatu yang
mencakup, mengumpulkan, dan menggabungkan. Menurut terminology ahli hadist
Jami’ adalah tipe penyusunan kitab-kitab yang memuat hadist-hadist berbagai
macam masalah keagamaan seperti akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan
minum, bepergian dan tinggal dirumah, tafsir sejarah, perilaku hidup, pekerti
baik dan buruk, dan sebagainya. Dengan kata lain, tipe Jami’ ini mencakup
segala aspek keagamaan tidak hanya terbatas pada bidang fiqh saja sebagaimana
kitab-kitab muwatta’ mushannaf, dan sunnan tetapi bidang-bidang keagamaan
umumnya.
Kitab-kitab yang digunakan tipe Jami’ jumlahnya cukup
banyak diantaranya
a.
Kitab karya Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari (w.256 H)
yang berjudul Al-Jami’ Al-Sahih Al-Musnad Al-Mukhtasar min umur Rasul Allah
ShallaAllah ‘alayh wa Sallam wa Sunanih wa Ayyamih yang dikenal dengan Al-Jami’
Al-Sahih atau Sahih Al-Bukhari.
b.
Kitab Al-Jami’ Al-Sahih karya Muslim Ibn al-hajjaj
Al-Qusyayri Al-Naysaburi (w. 261 H), dan Al-Jami’ Al-Sahih oleh Abu ‘Isa
Muhammad Ibn ‘Isa al-Turmudzi (w.279 H).
c.
Kitab Al-Jami’ karya Ma’mar Ibn Rasyid Al-Azdi
Al-Bashari (w. 153 H).
d.
Kitab Al-Jami’ karya sufyan Al-Tsawri (w. 161 H).
e.
Kitab Al-Jami’ karya Ibn Wahab Abu Muhammad ‘Abd Allah
bin Wahab Ibn Muslim Al-Quraysyi (w. 97 H).
f.
Kitab Al-Jami’ karya Sufyan Ibn ‘Uyaynah (w. 198 H).
g.
Kitab Al-Jami’ karya Muhammad Ibn ‘Isa Al-Turmudzi (w.
279 H).
2.
Kitab Musnad
Kitab hadist yang disusun berdasarkan nama-nama
sahabat yang meriwayatkan menggunakan tipe musnad. Hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh sahabat-sahabat tertentu dikelompokkan menjadi satu, demikian
pula hadist-hadist yang diriwayatkan oleh sahabat yang lain. Misalnya,
hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah dikumpulkan menjadi satu
tanpa membedakan topic dan kandungannya. Demikian pula hdist-hadist yang
diriwayatkan oleh Ibn Abbas, dan seterusnya. Urutan nama-nama sahabat dalam
musnad itu sebagian berdasarkan huruf hijaiyah, ada yang berdasarkan pada kabilah
dan suku, serta sebagian yang lain berdasarkan yang terlebih dahulu masuk
islam, atau berdasarkan negara dimana mereka lahir.
Kitab-kitab hadist yang disusun menggunakan tipe
musnad yaitu sebagai berikut:
a.
Musnad Ahmad karya Ahmad ibn Hanbal (w. 241 H)
b.
Musnad al-Humaydi karya Abu Bakar Abdullah ibn
al-Zubayr al-Humaydi
c.
Musnad Abi Dawud oleh Abu Dawud Sulayman ibn Dawud
al_thiyalisi (w. 204 H)
d.
Musnad olal-Umawi oleh As’ad ibn Musa al-Umawi (w. 212
H0
e.
Musnad karya Musaddad ibn Musarhad al- Asadi al-Bashari
(w. 228 H)
f.
Musnad oleh Nu’aym ibn Hammad
g.
Musnad karya Ubayallah ibn Musa al-Aysi
h.
Musnad oleh Abu
Khyasamah Zuhayr ibn Harb
i.
Musnad karya Abu Ya’la Ahmad ibn Ali al-Mushili (w.
249 H)
j.
Musnad oleh Aid ibn Humayd (w. 249 H)
3.
Kitab Zawaid
Secara bahasa zawaid adalah berarti tambahan-tambahan.
Menurut terminology ulama hadist, zawaid adalah tipe penulisan kitab hadist
dengan menghimpun hadist-hadist tambahan dalam sebagian kitab selain yang
terdapat dalam kitab tertentu. Kitab zawaid berisi hadist-hadist yang ditulis oleh seorang mukharij dalam
kitabnya tidak terdapat dalam kitab-kitab hadist lain. Misalnya, Misbah
al-Zujajah fi zawaid ibn Majah karya al-Busayri (w. 840 H) yang berisikan
hadist-hadist yang dituliskan oleh Ibnu Majah. Karakteristik zawaid adalah :
a.
Berisi hadist- hadist yang ditulis oleh seorang
mukharij dalam kitabnya dan tidak tersedia dalam hadist-hadist lain.
b.
Seharusnya disusun berdasarkan bab fiqh
c.
Kualitas hadist di prioritaskan bervariasi ada yang
sahih, hasa, dan dhaif.
4.
Kitab mu’jam
Hadist yang disusun berdasarkan nama-nama para sahabat, guru-guru hadist
menggunakan tipe ma’jam. Sesuai dengan nama-nama yang berdasarkan huruf ma’jam
tersebut. Karakteristinya ialah
a.
Kualitas hadist yang di himpun beragam ada yang sahih,
hasan dan dhaif
b.
Todak disusun berdasarkan bab fiqh
c.
Sulit digunakan untuk mencari hadist berdasarkan topik
tertentu.
5.
Kita Athraf
Kitab Atraf merupakan bentuk jamak dari tharaf. Secara bahasa
athraf artinya pangkal-pangkal atau
bagian-bagian, yaitu bagian dari hadist yang dapat menunjukkan keseluruhannya.
Secara terminologis tipr athraf adalah tipe pembekuan hadist dengan menyebutkan
pangkal hadist saja sebagai petunjuk pada matan hadist selengkapnya.
Kitab athraf ditulis dengan menyebutkan bagian tharaf hadist yabf dapat
menunjukkan pada keseluruhannya, kemudian menyebutkan sanad-sanadnya, baik cara
diterjemahkan atau hanya dinisbahkan pada buku-buku tertentu.
Penyusunan buku tipe athraf terkadang menggunakan dua cara :
a.
Berdasarkan nama-nama sahabat sesuai dengan huruf
hijaiyah, misalnya dimulai dari nam asahabat yang hurufny alif kemudian bad an
seterusnya
b.
Berdasarkan huruf awal matan hadist seperti yang
dilakukan oleh Abu al- Fadhl ibn Thahir dakam kitabnya Athraf al Gharaib wa
al-afrad dan Muhammad ibnal Husaisi dalam kitabnya al-kasyf fi Ma’rifah al- Athraf yang menulis buku kitab.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah
kutub sittah digunakan untuk menyebut enam kitab induk hadist, yaitu :
1. Shahih Al Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan An Nasa’i
4. Sunan Abi Dawud
5. Sunan At Tirmizi
6. Sunan Ibnu Majah
Kutub sittah termasuk diantaranya kitab yang
terbagus penulisan dan penyusunannya, paling banyak benarnya dan paling sedikit
salahnya. Masing-masing kitab enam ini memiliki ciri khas yang hanya diketahui
oleh orang yang ahli dibidang ini, sehingga kitab-kitab tersebut dikenal oleh
manusia dan tersebar luas keseluruh pelosok negeri Islam dan pemanfaatannya
menjadi besar serta para penuntut ilmu berusaha keras untuk mendapatkannya dan
memahaminya.
B. SARAN
Kami
berharap ada yang dapat diambil dari makalah kami ini yaitu ilmu, yang tentunya
akan menambah wawasan kita sebagai mahasiswa. Kami tahu selaku pemakalah masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kami mengharapkan kritikan dan
masukan dari Ibu selaku dosen pengampu dan teman-teman selaku audiens.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhri, Muh. 2003. Hadist Nabi Telaah historis dan metologis. Yogyakarta : PT. Tiara Teras
Al-Asqalani,ibnu Hajar.1980. Muqaddimah Fath al Bari. Beirut : Dar al-
Ma’rifah
Nuruddin. 2012. Ulumul Hadist, Tangerang :
Rosdakarya
tulisannya banyak typo
BalasHapus