MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

Makalah Kedudukan PMR Terhadap Pendekatan Kontruktivisme, Kontekstual, dan PAIKEM


Kedudukan PMR Terhadap Pendekatan Kontruktivisme, Kontekstual, dan PAIKEM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

Nama:                                                                                        NIM:
Dedek Safitri Purba                                                                             1620500004
Risca Armitha                                                                                      1620500018
Suryani Fitri Siregar                                                                             1620500027
Rezk Nur Azizah                                                                                 1620500022


Dosen Pengampu:
Ahmad Nizar Rangkuti, S.Si., M.Pd.
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2019

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, berkat taufik dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah yang menjadi petunjuk serta rahmat bagi seluruh alam.
Atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan untuk membuat makalah ini penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Nizar Rangkuti, S.Si.,M.Pd Selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Matematika Realistik. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi masukan untuk makalah ini.
Adapun makalah ini yang berjudul ” Kedudukan PMR Terhadap Pendekatan Kontruktivisme, Kontekstual, dan PAIKEM”. Semoga dengan adanya makalah ini, kita semua dapat mengetahui, mempelajari, dan menambah pengetahuan kita. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari ibu dan teman-teman sekalian.
                                                                                                                   


Padangsidimpuan, 04 April 2019

Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A.  Latar Belakang......................................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C.   Tujuan Makalah....................................................................................................... 3
D.  Manfaat Makalah..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 4
A. Pengertian Pendekatan dalam PMR........................................................................ 4
B. Pendekatan Terhadap Pembelajaran Matematika Realistik..................................... 4
a. Pendekatan Konstruktivisme............................................................................. 4
b. Pendekatan Kontekstual.................................................................................... 6
c. Pendekatan PAKEM......................................................................................... 7
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 9
A.  Kesimpulan.............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dari berbagai macam permasalahan hidup, salah satu permasalahan yang muncul terkait dengan dunia pendidikan khususnya pendidikan matematika adalah bagaimana melakukan transformasi berbagai konsep matematika yang telah dikenal masyarakat dengan ilmu ‘matimatian’-nya menjadi konsep-konsep yang mengasyikkan untuk dipelajari dan mudah untuk diaplikasikan. (Novikasari, 2007:1). Sebagai ilmu dasar, matematika perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar karena pada setiap aktivitas sehari-hari yang dilakukan manusia hampir bisa dipastikan tidak mungkin dapat terlepas dari kegiatan matematika.Ini berarti bahwa matematika sangat diperlukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu memecahkan permasalahan. Oleh karena itu, tidak salah jika pada bangku sekolah, matematika menjadi salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan dari bangku taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Namun, pada kenyataannya masih ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam belajar matematika.
Orientasi pendidikan kita yang mempunyai ciri cenderung memperlakukan siswa berstatus sebagai obyek; guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner; materi bersifat subject-oriented dan manajemen bersifat sentralis. Orientasi pendidikan yang demikian menyebabkan praktik pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan nyata yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan di sekolah dengan kebutuhan pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak sejalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian.
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu teori dalam pendidikan matematika di Indonesia yang dikembangkan pertama kali di negeri Belanda. Teori ini berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal.
Dunia real adalah segala sesuatu di luar matematika.Ia bisa berupa mata pelajaran lain selain matematika atau bidang ilmu yang berbeda dengan matematika ataupun kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Dunia riil diperlukan untuk mengembangkan situasi kontekstual dalam menyusun materi kurikulum.Materi kurikulum yang berisikan soal-soal kontekstual akan membantu pembelajaran bagi siswa. Dalam PMRI, proses belajar mempunyai peranan penting. Rute belajar (learning route) dimana siswa mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika, harus dipetakan, sebagai kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar mereka.
Teori PMR sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, disingkat CTL).Namun, baik pendekatan konstruktivis maupun CTL mewakili teori belajar secara umum, PMRI adalah suatu teori pembelajaran yang dikembangkan khusus untuk matematika.

B.     Rumusan Masalah
a.    Apa yang dimaksud dengan Pendekatan dalam PMR?
b.    Bagaimana Kedudukan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pendekatan Konstruktivisme?
c.    Bagaimana Kedudukan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pendekatan Kontekstual?
d.   Bagaimana Kedudukan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pendekatan PAKEM?
C.    Tujuan Makalah
a.    untuk mengetahui pengertian Pendekatan dalam PMR.
b.    untuk mengetahui Kedudukan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pendekatan Konstruktivisme.
c.    untuk mengetahui Kedudukan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pendekatan Kontekstual.
d.   untuk mengetahui Kedudukan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Pendekatan PAKEM.
D.    Manfaat Makalah
            Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui pendekatan yang baik digunakan pada pembelajaran matematika realistik agar membuat kita lebih mengenal kemampuan dan potensi diri kita dan  peserta didik, dengan menggunakan pendekatan terhadap teori-teori dalam pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan dalam PMR
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih snagat umum.[1] Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan yang menjanjikan dalam pembelajaran matematika. Penerapan PMR Indonesia sudah berlangsung cukup lama, yaitu kurang lebih 10 tahun. Tetapi juga bukan waktu yang lama untuk suatu gerakan yang berlangsung disebuah Negara yang luas seperti Indonesia. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran PMR adalah student centered apporoaches yaitu pendekatan yang berpusat pada peserta didik dimana pendidik memberikan rangsangan terlebih dahulu baru peserta didik menalarkan atau mencari jawaban sendiri dengan  pengetahuan yang diperolehnya.
                                                                                                   
B.     Pendekatan Terhadap Pembelajaran Matematika Realistik
a. Pendekatan Konstruktivisme
Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha adalah proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan  hasil interaksi dengan lingkungannya.
Model pembelajaran konstruktivisme menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiransiswa (mind-on) Tobin dan Timmons menegaskan bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat hal, yaitu:
a)      Berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior knowledge)
b)      Belajar melalui pengalaman (experiences)
c)      Melibatkan interaksi sosial (socialiri teraction)
d)     Kepahaman (sensemaking)
Menurut Samsul Hadi Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,  atau  kaidah  yang  siap  untuk  diambil  dan  diingat.  Manusia  harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.[2]
Konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal skemata. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif yang terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Asimilasi merupakan proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang sudah ada. Sedangkan akomodasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skemata yang sudah ada secara tidak langsung.
Prinsip-prinsip kontruktivisme dalam pembelajaran sains dan matematika
1.    Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial
2.    Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar
3.    Muridaktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga terjadi perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah
4.    Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus
Menurut penulis pembelajaran matematika realistik ini dilakukan dalam belajar berhitung di sekolah dasar menunjukkan bahwa siswa yang mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka dalam meyelesaikan soal-soal multi angka dalam operasi hitung bilangan cacah jauh lebih unggul dari pada siswa yang diajari logarithme dalam menyelesaikan soal tersebut.[3]
Pendekatan dengan kontruktivisme dan PMRI memiliki kesamaan yaitu berorientasi pada siswa, siswa harus aktif dalam pembelajaran, yang dipentingkan adalah proses dan pemahaman. Pendekatan keduanya adalah pendekatan kontruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang bersifat umum, sedangkan PMR secara khusus dikembangkan untuk pendidikan matematika, maka penerapan PMR dalam praktek lebih mudah dibandingkan dengan pendekatan kontruktivisme.
b. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan sistem yang holistic (menyeluruh). Ia terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan, yang apabila dipadukan akan menghasilkan efek yang melebihi apa yang dapat dihasilkan oleh suatu bagian sendiri (tunggal).[4]
Pembelajaran  kontekstual  (Contextual  Teaching  and  Learning)  adalah  konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan  mereka  sehari-hari,  sementara  siswa  memperoleh  pengetahuan  dan keterampilan  dari  konteks  yang  terbatas  sedikit  demi  sedikit,  dan  dari  proses mengkonstruksi  sendiri,  sebagai  bekal  untuk  memecahkan  masalah  dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Pendekatan  kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi  dunia  nyata  siswa  dan  mendorong  siswa  membuat  hubungan  antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota  keluarga  dan  masyarakat.  Dengan  konsep  itu,  hasil  pembelajaran  diharapkan lebih  bermakna  bagi  siswa.  Proses  pembelajaran  berlangsung  alamiah  dalam  bentuk kegiatan  siswa  bekerja  dan  mengalami,  bukan  mentransfer  pengetahuan  dari  guru  ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. Dalam  kelas  kontekstual,  tugas  guru  adalah  membantu  siswa  mencapai tujuannya.[5]
Guru bukanlah sebagai yang paling tahu, melainkan guru harus mendengarkan siswa-siswanya  dalam  berpendapat  mengungkapkan  ide  atau  gagasan  yang dimiliki oleh  siswa.  Guru  bukan  lagi  sebagai  penentu  kemajuan  siswa-siswanya,  tetapi  guru sebagai  seorang  pendamping  siswa  dalam  pencapaian  kompetensi  dasar.
Dalam PMR untuk mewujudkan pendekatan kontekstual ini, siswa dituntut untuk mengaitkan pembelajaran matematika dalam kehidupan nyata dan lingkungannya. Baik itu lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan disini disebut dengan kehidupan sehari-hari.
c. Pendekatan PAIKEM
PAIKEM adalah sebuah strategi yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara itu guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Keberhasilan pembelajaran di kelas sangat ditentukan oleh pendekatanyang dipakai guru kelas.Salah satu pendekatan yang populer adalah PAIKEM.  merupakan singkatan dari Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai pendekatan mengajar yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Diantara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: a) Metode ceramah plus, b) metode diskusi; c) metode demonstrasi; d) metode; dan e) metode simulasi.
Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi ini adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses juga diamanatkan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran juga harus dilakukan secara menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.kegiatan pembelajaranini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan komfirmasi. Jadi secara yuridis pembelajaran berbasis pakem sudah jadi keharusan dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah.[6]
Penerapan PAIKEM ini terhadap PMR adalah guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam suasana pembelajaran matematika. Misalnya dengan mengajak siswa ikut serta dalam memecahkan masalah tentang pembelajaran atau tugas yang diberikan guru di rumah. Siswa dituntut aktif menjawab atau mengerjakan soal yang diberikan guru di dalam ruangan. Dengan kegiatan atau tugas yang diberikan guru siswa mampu memecahkan dan menjawab soal yang diberikan oleh guru. Siswa kemudian dituntut untuk melaksanakan berbagai kegiatan misalnya membuat sebuah bangun ruang dari beberapa alat yang diketahuinya. Kemudian siswa berusaha untuk mendapatkan tujuan yang diharapkannya. Dengan pembelajaran ini guru dan siswa mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa tegang dan bosan. Misalnya di sela-sela pembelajaran guru membuat permainan ataupun tebak-tebakan.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih snagat umum. Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan yang menjanjikan dalam pembelajaran matematika.
Pendekatan terhadap pembelajaran matematika realistic:
1. Pendekatan Kontruktivisme
Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha adalah proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan  hasil interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran konstruktivisme menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiransiswa (mind-on).
2. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan sistem yang holistic (menyeluruh). Ia terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan, yang apabila dipadukan akan menghasilkan efek yang melebihi apa yang dapat dihasilkan oleh suatu bagian sendiri (tunggal). Pembelajaran  kontekstual  (Contextual  Teaching  and  Learning)  adalah  konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan  mereka  sehari-hari.
3. Pendekatan PAIKEM
PAIKEM adalah sebuah strategi yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara itu guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.
           
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Sutarto. 2017, Pendidikan Matematika Realistik: Teori, Pengembangan, dan Implementasinya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).
Juwita. Skripsi. 2018, Pengarus Strategi PAKEM Berbasis Permainan Teka-Teki Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Mata Pelajaran IPS di MIS Fadhilah Bandar Setia Tahun ajaran 2017/2018.( Medan: UIN Sumatera Utara).
Misbahuddinalmutaali. 2016 Pembelajaran Kontekstual dan Matematika. Tersedia Online: misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/04/pembelajaran-kontekstual-dan matematika.html.
Prastowo, Andi. 2015, Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran ( RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI. ( Jakarta: Kencana).
Sutisna, Yaya. 2016,  Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tersedia online: http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/04/pembelajaran-kontekstual-dan-matematika.html. Universitas Pendidikan Indonesia.





[1] Andi.Prastowo ,Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran ( RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI. ( Jakarta: Kencana. 2015). Hlm. 239
[2] Yaya Sutisna.  Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tersedia online: http://misbahuddinalmutaali.blogspot.com/2016/04/pembe lajaran-kontekstual-dan-matematika.html. Diakses pada tanggal 4 April 2019 pukul 12.42 WIB. Universitas Pendidikan Indonesia
[3] Sutarto, hadi. Pendidikan Matematika Realistik: Teori, Pengembangan, dan Implementasinya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2017). Hlm. 21.
 [4]Ibid., Hlm. 23
[5] Misbahuddinalmutaali.Pembelajaran Kontekstual dan Matematika. Tersedia Online: misbahuddinal mutaali.blogspot.com/2016/04/pembelajaran-kontekstual-dan-matematika.html. diakses pada tanggal 4 April 2019 pukul 13.52 WIB.
[6] Juwita.Skripsi.Pengarus Strategi PAKEM Berbasis Permainan Teka-Teki Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Mata Pelajaran IPS di MIS Fadhilah Bandar Setia Tahun ajaran 2017/2018.( Medan: UIN Sumatera Utara. 2018). Tersedia Online


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL