BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagian
besar orang mengatakan bahwa filsafat itu sangat susah dan sulit, namun
demikian orang-orang tersebut tidak menyadari bahwa keseharian mereka di isi
dengan filsafat, atau bisa dikatakan mereka telah berfilsafat dalam
kehidupannya. Pemikiran seperti ini didasari, karena pemahaman mereka tentang
filsafat masih sangat sedikit dan bahkan belum tau tentang filsafat itu apa.
Orang-orang
terdahulu hingga sekarang, yang mencintai filsafat atau para filosof
mengartikan filsafat yaitu mencintai kebijaksanaan, sehingga ketika berfilsafat
berarti mereka telah mencintai kebijaksanaan, namun bukan berarti merasa
dirinya sudah benar. Cinta kebijaksaan berarti akan selalu mencari bagaimana
mendapatkan kebijaksaan itu, karena hal yang kita cintai tentulah ada usaha
untuk mendapatkan hal tersebut. Sejarah tentang filsafat ini membawa
kita untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang pemikiran-pemikiran para
filosof terdahulu. Dengan hasrat ingin mengetahui pemikiran tersebut, membawa
kita untuk lebih dalam lagi mengkaji tentang pemikiran filosof-filosof itu. Perlunya
mengkaji pemikiran tersebut adalah sebagai sarana untuk merangsang pikiran kita
untuk bisa lebih berkembang lagi, dan lebih luas lagi. Dari sekian banyak
pemikiran tersebut pemakalah akan mengangkat tentang pemikiran filosof Plato
dan Aristoteles. Pemikiran Plato dan Aristoteles ini sangat menarik untuk di
bahas, karena sebagaimana kita ketahui bahwa Plato dan Aristoteles dikenal
sebagai bapak Filsafat.
Atas
dasar pemikiran Plato dan Aristoteles inilah yang menjadi latar belakang
pembuatan makalah ini, Sejarah filosof dari thales sampai socrates belum pernah
terdengar bahwa mereka menuangkan pemikiran mereka ke dalam sebuah tulisan,
karena mereka lebih bersifat dialektika. Namun, setelah masuk zamannya Plato,
kemudian pemikiran-pemikiran filsafat itu pun dibukukan, sehingga ada sebuah
pedoman atau bahan untuk generasi berikutnya yang ingin mengkaji tentang
pemikiran para filosof terdahulu.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
biografi Plato ?
2. Apa
saja idealisme Plato tentang ilmu filsafat?
3. Bagaimana
itu ajaran nilai Plato?
C. Tujuan
Penulisan
1. Agar
mengetahui biografi Pluto
2. Agar
mengetahui idealisme plato tentang ilmu filsafat
3. Agar
mengetahui ajaran nilai Plato
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Biograpy Plato
Plato dilahirkan sekitar tahun
428/427 SM di Athena. Dan meninggal di sana pada tahun 347 SM. Dalam usia 80
tahun. dia berasal dari keluarga bangsawan. Salon (abad ke-6 SM), sang pemberi
hukum bagi Athena, adalah salah satu kakek dari sisi ibunya. Sementara dari
pihak ayahnya, ia masih keturunan raja terkakhir Athena. Plato memiliki dua
saudara ( Adimantes dan Glaukon ) serta satu saudari (Potone). Saat Plato
lahir, Athena merupakan sebuah Kota yang paling berkuasa di Yunani dengan
sistem demokrasi. Kekuatan militer dan maritimnya nomor satu, kultur
intelektual dan artistiknya jauh mengatasi polis-polis lain di Yunani. Dia
masih mudah ketika Athena kalah perang, dan dia menunjuk sistem demokrasi lah
penyebab kekalahan itu. Pelajaran yang diperoleh dimasa kecilnya Selain dari
pelajaran umum, ialah menggambar dan melukis, belajar musik dan puisi. Ketika
beranjak dewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersajak.
Pada masa anak-anaknya plato
mendapat pendidikan dari guru-guru filosofi. pelajaran filosofi mula-mula
diperolehnya dari Kratylos. Kratylos dahulunya adalah murid Herakleitos. Sejak
berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Socrates. Pelajaran itulah yang
memberi kepuasaan baginya. Pengaruh Socrates makin hari makin mendalam padanya.
Ia menjadi murid socrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya socrates tetap
menjadi pujaanya.
Plato mempunyai kedudukan yang
istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni dan
filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekali pun dapat dilukiskannya
dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya yang
dapat menandinginya dalam hal ini. Ketika socrates meninggal, ia sangat sedih
dan menamakan dirinya seorang anak yang kehilangan bapak. Tak lama
sesudah socrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia
mengembara dua belas tahun lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Mula-mula ia
pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Di ceritakan bahwa di
Megara ia mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian
dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran Socrates.
2.
Idealisme Plato Tentang Ilmu
Filsafat
a.
Ajaran Tentang Ide
Salah satu pemikiran Plato yang
sangat fenomenal yakni ajaran tentang ide-ide. Ajaran tentang ide-ide ini
merupakan inti dasar seluruh filsafat Plato. Namun, arti ide yang dimaksud oleh
Plato berbeda dengan pengertian orang-orang moderen sekarang, yang hanya
mengartikan bahwa kata ide adalah suatu gagasan atau tanggapan yang hanya
terdapat dalam pemikiran saja. Sehingga orang-orang akan menganggap bahwa ide
merupakan suaatu yang bersifat subjektif belaka. Plato mengartikan kata ide itu
merupakan suatu yang objektif. Menurut Plato ada ide-ide yang terlepas dari
subjek yang berpikir. Beliau mengatakan bahwa semua yang ada di entitas ini
semuanya ada di alam ide tersebut, yakni alam tersebut di analogikan
seperti cetakan kue dan kue-kuenya itu adalah entitas-entitas ini.
Menurut Plato ide-ide tidak
bergantung pada pemikiran, sebaliknya pemikiran bergantung pada ide-ide. Justru
karena ada ide-ide yang berdiri sendiri. Pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran
itu tidak lain dari pada menaruh perhatian kepada ide-ide itu.
b.
Adanya Ide-Ide
Munculnya pemikiran Plato tentang
ide-ide adalah terinspirasi dari gurunya yakni socrates. Dimana socrates
dikisahkan bahwa beliau berusaha mencari defenisi-defenisi, ia tidak puas
dengan menyebut satu persatu perbuatan-perbuatan yang adil atau
tindakan-tindakan yang berani. Ia ingin menyatakan apa keadilan atau keberanian
itu sendiri, atau bisa dikatakan bahwa socrates mencoba mencari hakikat atau
esensi keadilan dan keutamaan-keutamaan lain tersebut. Karena pemikiran gurunya
ini lah Plato kemudian meneruskan usaha gurunya tersebut lebih jauh lagi.
Menurut dia esensi itu mempunyai realitas, terlepas dari segala perbuatan
kongkret. Ide keadilan, ide keberanian dan ide-ide lain itu ada.
Menurut
Plato realitas itu terbagi menjadi dua yakni:
1.
Dunia indrawi
Realitas yang pertama ini yakni
adalah yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada panca indra,
atau bisa dikatakan relaitas yang pertama yang dimaksud Plato adalah sesuatu
yang dapat dijangkau oleh indra seperti bunga, pohon dan lain-lain. Pada taraf
ini harus diakui bahwa semuanya tetap berada dalam perubahan. Bunga yang kini
bagus keesokan harinya sudah layu, lagi pula dunia indrawi ditandai oleh
pluralitas. Sehingga bunga tadi, masih ada banyak hal yang bagus juga.
a.
Dunia ide
Disamping ada dunia indrawi yang senantiasa berubah, menurut
Plato ada juga sebuah dunia yang tidak pernah berubah yakni disebut dunia yang
terdiri atas ide. Semua ide bersifat abadi dan tak terubahkan. Dalam dunia
ideal tidak ada banyak hal yang bagus karena hanya terdapat satu ide “ yang
bagus”. Demikian pula dengan ide-ide yang lain yang bersifat abadi dan
sempurna. Namun, ketika Plato mengatakan bahwa dunia itu ada yakni dunia
indrawi dan dunia ideal, kemudian apa keterkaitan antara kedua dengan dunia ini
tersebut? Ide-ide sama sekali tidak di pengaruhi oleh benda-benda jasmani.
Lingkaran yang digambarkan pada papan tulis lalu di hapus lagi, sama sekali
tidak mempengaruhi ide “lingkaran”. Tetapi Ide-ide mendasari dan menyebabkan
benda-benda jasmani. Hubungan antara ide-ide dan realitas jasmani bersifat
seperti yang ada di atas, sehingga benda-benda jasmani tidak bisa tanpa
pendasaran oleh Ide-ide itu.
2.
Manusia Menurut Plato
Plato menganggap jiwa sebagai pusat
atau inti sari keperibadian manusia. Dalam anggapannya tentang jiwa, Plato
tidak saja dipengaruhi oleh socrates, tetapi juga oleh orfisme dan madzhab
Pythagorean. Dengn mempergunakan semua unsur itu, plato menciptakan suatu
ajaran tentang jiwa yang berhubungan erat dengan pendiriannya mengenai ide-ide.
a.
Kebaikan jiwa
Plato meyakini dengan teguh bahwa
jiwa manusia bersifat baka. Keyakinan ini bersangkut paut dengan ajarannya
tentang ide-ide. Dalam dialog-dialognya plato sering kali merumuskan
argumen-argumen yang mendukung pendapat-pendapatnya tentang kebakaan jiwa.
Salah satu argumennya adalah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan
ide-ide. Dalam dialog Phaidros terdapat argumen lain yang bermaksud
membuktikan kebakaan jiwa. Disini Plato menganggap jiwa sebagai prinsip yang
menggerakkan dirinya sendiri dan oleh karenya juga dapat menggerakan badan.
Plato tidak menjelaskan secara detail mengenai kebakaan jiwa. Dia hanya
memberikan mitos yang melukiskan nasib jiwa sesudah kematian badan.
b.
Mengenal sama dengan mengingat
Bagi Plato jiwa itu bukan saja
bersifat baka, dalam artian bahwa jiwa tidak akan mati pada saat kematian
badan, melainkan juga kekal, karena sudah ada sebelum hidup di bumi ini.
Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami suatu Pra eksistensi, dimana
ia memandang ide-ide. Plato berpendapat bahwa pada ketika itu tidak semua jiwa
melihat hal yang sama, berdasarkan pendiriannya mengenai Pra Eksistensi jiwa,
Plato merancang suatu teori tentang pengenalan. Bagi Plato pengenalan pada
pokoknya tidak lain dari pada pengingatan akan ide-ide yang telah dilihat
pada waktu Pra Eksistensi itu.
c.
Bagian-bagian jiwa
Jiwa terdiri dari 3’’bagian’’. Kata
“ bagian” ini harus dipahami sebagai “fungsi” , sebab Plato sama sekali tidak
memaksudkan bahwa jiwa mempunyai keluasan yang dapat dibagi-bagi. Pendirian
Plato tentang tiga fungsi jiwa tentu merupakan kemajuan besar dalam pandangan
filsafat tentang manusia. Bagian pertama ialah bagian rasional (to logistikon).
Bagian kedua ialah “bagian keberanian” (to thymoaeides). Dan
bagian ketiga ialah “bagian keinginan” (to epithymetikon). “ bagian
keberanian “ dapat dibandingkan dengan kehendak, sedangkan “ bagian keinginan”
menunjukkan hawa nafsu.
Plato menghubungkan ketiga bagian
jiwa masing-masing dengan salah satu keutamaan tertentu. Bagian keinginan
mempunyai pengendalian diri ( sophorosyne ) sebagai keutamaan khusus. Untuk “
bagian keberanian” keutamaan yang spesifik (andreia). Dan “bagian rasional”
dikaitkan dengan keutamaan kebijaksanaan (phronesis atau
sophia). Dikatakan bahwa karena hukum lah sehingga jiwa di
penjarakan dalam tubuh. Secara mitologisnya kejadian ini diuraikan dengan
pengibaratan jiwa adalah laksana sebuah kereta yang bersais (fungsi rasional),
yang di tarik oleh dua kuda bersayap, yaitu kuda kebenaran, yang lari keatas,
ke dunia ide, dan kuda keinginan atau nafsu, yang lari ke bawah, ke dunia
gejala. Dalam tarik-menarik itu akhirnya nafsu lah yang menang, sehingga kereta
itu jatuh ke dunia gejala dan dipenjarakanlah jiwa. Agar supaya jiwa
dapat dilepaskan dari penjaranya, orang harus mendapatkan pengetahuan, yang
menjadikan orang dapat melihat ide-ide, melihat ke atas. Jiwa yang di dalam ini
berusaha mendapatkan pengetahuan itu kelak setelah orang mati, jiwa akan
menikmati kebahagiaan melihat ide-ide, seperti yang telah dia alami sebelum
dipenjarakan di dalam tubuh. Menurut Plato bahwa ada praeksistensi jiwa dan
jiwa tidak dapat mati. Hidup di dunia bersifat sementara saja, sekali pun
demikian manusia begitu terpikat kepada dunia gejala yang dapat diamati,
sehingga sukar baginya untuk naik ke dunia ide. Hanya orang yang benar-benar
mau mengerahkan segala tenaganyalah yang akan berhasil. Dalam kenyataan hanya
sedikit orang yang berhasil, karena masyarakat di sekitarnya tidak dapat
mengerti perbuatan orang bijak yang mencari kebenaran dan berusaha keras untuk
menahan orang bijak di dunia gejala ini.
3.
Ajaran Nilai Plato
Dikatakan dalam buku-buku yang
menjelaskan tentang Plato, sebagian besar membahas tentang pemikiran-pemikiran
Plato dibandingkan sejarah beliau. Disamping itu Plato menjelaskan
ajaran-ajaran tentang ide dan jiwa, namun Plato juga mengeluarkan pemikiran
yang berkaitan dengan ketata negaraan. Plato membahas tentang sebuah negara
yang ideal yakni disebutkan bahwa puncak pemikiran Plato adalah pemikiran
tentang negara, yang tertera dalam bukunya polites dan nomoi.
Pemikirannya tentang negara ini adalah untuk upaya memperbaiki keadaan negara
yang telah rusak dan buruk.
Di athena pada waktu itu memiliki
suatu sistem negara yang buruk menurut Plato, sehingga mendorong beliau untuk
membuat suatu konsep yang bisa memperbaiki konsep negara yang buruk itu.
Konsepnya tentang negara yang dikeluarkan oleh Plato yakni konsep negara yang
di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara yang ideal. Konsep etika
yang dikemukakan oleh Plato seperti halnya konsep etika yang dikeluarkan
socrates gurunya sendiri, yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik
(eudamonia atau well-being). Akan tetapi untuk hidup yang baik tidak mungkin
dilakukan tanpa di dalam negara. Alasannya, karena manusia mempunyai kodrat
yakni makhluk yang sosial dan di dalam polis (negara). Sehingga untuk
mendapatkan hidup yang baik harus di dalam negara yang baik. Dan sebaliknya,
negara yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup
dengan baik. Menurut Plato, untuk membangun sebuah negara yang ideal
diperlukan sebuah konsep tentang negara yang baik. Menurutnya, negara yang
ideal harus terdapat tiga golongan yang menjadi bagian terpenting dalam sebuah
negara yakni:
a.
Golongan yang tertinggi, terdiri
dari orang-orang yang memerintah yakni seorang filosof.
b.
Golongan pelengkap atau menengah
yakni yang terdiri dari para prajurit, yang bertugas untuk menjaga keamanan
negaradan menjaga ketaatan para warganya.
c.
Golongan terendah atau golongan
rakyat biasa, yakni yang terdiri para petani, pedagang, tukang, yang bertugas
untuk memikul ekonomi negara.
Menurut Plato terciptanya negara
yang baik tergantung pada siapa yang memerintah, jika akal yang memerintah
sebagaimana kepala mengatur tubuh, maka filosoflah yang harus mengatur
masyarakat, sehingga dia mengatakan bahwa negara yang baik tidak akan pernah
ada apabila filosof belum menjadi pemimpin di negara tersebut.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Plato adalah tokoh filsafat yang paling terkenal dalam abad
yunani kuno dan diantara lainnya. Dia memerintah pada 427-347 SM. Dia seorang
tokoh yang sanagt bijaksana dan pandai dalam mengatur pemerintahannya. Semua
konsep-konsep kepemimpinannya dituangkan dalam sebuah karyanya yang terkenal Republic.
Dia juga merupakan keturunan bangsawan Athena.
Dalam kepemimpinanya lebih dikenal dengan metode dialektika
yang menuangkan dialo-dialog, teori, dan ide-ide yang mengidealkan negara
pesemakmuran. Pandangan Plato yang bersendi pada ajaran tentang ide-ide
diaplikasikan melalui teori pengetahuan dualisme dunia yang dipraktikkan
dalam kehidupan. Ajaran-ajaran Plato dibagi sebagai berikut:
a.
Ajaran tentang ide-ide
b.
Ajaran tentang jiwa
c.
Ajaran tentang etika
d.
Ajaran tentang Negara
2 Saran
Setelah kita mempelajari bersama tentang Idealisme Plato (Forma, Becoming,
Kebaikan Universal) dan juga dari
beberapa pemaparan dari kami sebagai pemakalah. Maka dari itu kita sebagai
mahasiswa tentunya dapat memahami idealisme dari Plato, dan dapat membandingkan
perkembangan pemikiran – pemikiran dari para pakar sebagai sarana pebelajaran
kita.
Theo, Huijbers. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta:
Kanisius,2006), hal: 102
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar