MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekol...

MAKALAH PENGERTIAN DAN TUJUAN DESAIN PEMBELAJARAN


PEDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laku dalam bersikap, berfikir, dan berbuat. Istilah “desain” ini menjadi kata yang cukup memberi wibawa bila digandengkan dengan kata lain. Desain grafis, desain komunikasi visual, desain interior, desain eksterior.  Awalnya, kita mengenal kata ‘rancang, merancang, rancangan’. Sejalan dengan perkembangan sosial budaya, kata ini selanjutnya dinilai tidak lagi sepenuhnya dapat melingkupi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor profesi. Ada lagi kata ‘rancang bangun’. Namun kata itupun lebih menjurus kepada praktek rekayasa. Para ahli (pasar) kemudian lebih memilih meng-Indonesiakan kata aslinya design (Inggris) menjadi desain. Ini mungkin yang lebih mewakili cabang ilmu, profesi, program studi, maupun istilah yang dipergunakan pada beberapa undang-undang perlindungan intelektual.

B.           Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian desain pembelajaran !
2.      Jelaskan apa tujua desain pembelajaran !

C.           Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian desain pembelajaran
2.      Untuk mengetahui tujuan desain pembelajaran.


PEMBAHASAN
A.           PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN
Desain dalam sebuah istilah diambil dari kata design dalam bahasa Inggris, yang berarti perencanan atau rancangan, persiapan.  Herbert Simon mengertikan desain adalah sebagai proses pemecahan masalah. Pembelajaran, Jika di tinjau dari sudut kebahasaan pembelajaran berasal dari kata ajar, demikian juga dengan pengajaran, berasal dari kata ajar. Kata kerja ajar adalah mengajar yang berarti memberi pelajaran. Orang yang mengajar disebut pengajar, dan proses/cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan disebut dengan pengajaran.[1]
Berbeda dengan pengajaran pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang untuk belajar. Orang yang belajar tersebut disebut pembelajar. Kemudian, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, latihan, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[2] Jadi, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses menjadikan orang agar mau belajar dan mampu belajar melalui berbagai pengalamannya agar tingkah lakunya dapat berubah menjadi lebih bik lagi.
Pembelajaran adalah proses atau suatu cara ataupun perbuatan untuk menjadikan orang (anak didik) mau belajar. Pembelajaran adalah proses intraksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[3]
Desain pembelajaran adalah proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Desain pembelajaran adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.Defenisi lain, desain pembelajaran adalahhubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan , penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.
Carl dan Rosalind mengadaptasi defenisi desain pembelajaran dari Training And Intructional Design Applied Research Laboratory, Penn State University mengatakan bahwa defenisi desain pembelajaran dapat di dekati dari berbagai persfektif, yakni ; 1) sebagai suatu proses, 2) sebagai suatu disiplin, 3) ilmu pengetahuan, 4) sebagai realitas.
Pertama, desain pembelajaran sebagai suatu proses adalah pengembangan sistematik tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk mencapai kualitas pembelajaran. Dari defenisi tersebut desain pembelajaran dipandang sebagai keseluruhan proses analisis terhadap kebutuhan belajar, tujuan, dan pengembangan system penyemapaian untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Poses yang dimaksud mencangkup materi, dan aktivitas pembelajaran, uji lapangan, dan evaluasi terhadap seluruh pembelajran dan aktivitas-aktivitas peserta didik. Kedua, desain pembelajran sebagai suatu disiplin adalah cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian dan teori tentang strategi pembelajaran dan proses untuk mengembangkan dan implementasi strategi-strategi tersebut.
Ketiga, desain pembelajaran sebagai suatu sains adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mncipkatan spesifikasi perinci untuk pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan situasi yang dapat memfasilitasi belajar tentang satuan kecil dan besar dari mata pelajaran /kuliah dalam berbagai tingkat kesulitan.Keempat, desain pembelajaran sebagai suatu realitas dapat dimulai dari titik dimana saja dalam proses desain. Sering muncul suatu pandanagan baru yang dikembangkan menjadi inti dari suatu situasi pembelajaran. Pada saat seluruh proses telah dilakukan, perancang pembelajaran mengkaji lebih dalam dengan melihat seluruh bagian dari ilmu pengetahuan telah diperhitungkan.[4]
Beberapa pendapat  para ahli tentang pengertian desain pembelajaran diantaranya adalah:
1.         Reigeluth, 1983
Bagi Reigeluth desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan teori pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang. Reigulth membedakan antara desain dengan pengembangan.
Reigulth menyatakan pengembangan adalah penerapan kisi-kisi desain dilapangan. Kemudian setelah uji coba selesai, maka desain tersebut diperbaiki atau diperbaharui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh. Reigulth mengkaji desain dan pengembangan pembelajaran berdasarkan teori belajar dan teori pembelajaran.
2.         Rothwell dan Kazanas, 1992
Merumuskan desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi. Bagi mereka peningkatan kinerja berarti peningkatan kinerja organisasi. Desain pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia, rumusan Rothwell dan kazanas ini bermanfaat jika desain pembelajaran diterapkan pada suatu pelatihan di organisasi tertentu.
3.         Gagne, Briggs, Wager, 1992
Mengembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan bahwa desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu sendiri meemiliki tahapan segera dan jangka panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri pelajar, sedang kondisi eksternal adalah pengetahuan lingkunganyang didesain.
Penyiapan kondisi eksternal  belajar inilah yang disebut oleh mereka sebagai desain pembelajaran. Untuk itu, desain pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang. Mereka percaya bahwa proses belajar yang terjadi  secara internal, dapat ditumbuhkan.

B.            KRITERIA  DESAIN PEMBELAJARAN
Mendesain pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang dilakukan secara tiba-tiba, bukan pula suatu perencanaan tanpa posedur sistematis, melainkan harus merujuk pada model-model desain yang memeiliki karakteristik yang jelas. Bagaimanapun bentuk dan modelnya suatu desain pembelajaran, karakteristik utama dapat diklasifikasikan kedalam enam bagian yakni; 1) student centered, 2) goal oriented, 3) focuses on meaningful performance, 4) assumes outcomes can be measured in a realible and valid way, 5) enperical, iteratif, and self correction,and 6) a team offort.[5]Desain pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik, berorientasi pada tujuan, terfokus pada pengembangan dan peningkatan kinerja, hasil  belajar harus bias di ukur dengan cara yang valid dan terpercaya. Selain itu desain pembelajaran harus mengandung hal-hal yang empiris, berulang, dapat dikoreksi sendiri dan merupakan usaha yang dilakukan secara bersama

1.            Desain Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Desain pembelajaran seharusnya mempertimbangkan suatu pendekatan pembelajan yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta didiklah yang mempengaruhi konten, aktivitas, materi dan fase belajar. Pendekata ini memosisikan peserta didik pada pusat proses belajar. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara independen da saling membantu Antara satu dengan yang lainnya, serta melatih mereka dengan memperhatikan keterampilan yang dibutuhkan untuk berbuat secara efektif.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mencangkup berbagai teknik, seperti mengganti system penyajian yang mengguakan ceramah dengan pengalaman belajar aktif, menetapkan teknik open-end-ed-prroblemmerupak pendekatan yang membutuhkan proses berpikir kritis dan kreatif, melibatkan peserta didik dalam simulasi dan bermain peran, dan menggunakan self-phase dan comperatif learning.
Implementasi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara tepat akan membawa dampak pada meninggkatanya motivasi belajar, semakin menguat daya pemahaman, semakin mendalam pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dan semakin positif sikap peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan.[6]
Learning is active, it involves reaching out of the mind. It involves organic assimilation starting from whitin. Literally, we must take our stand with the child and our departure from him. It is he and not the subject-matter which determines both quality and quantity of learning.[7]
Belajar aktif dapat menjangkau pikiran, melibatkan asimilasi organic yang dimulai dari dalam. Kita mengambil posisi untuk berada pada pihak anak dan juga berangkat darinya. Yang perlu dipelajari itu adalah anak, bukan mata peajaran yang menentukan kualitas dan kuantitas belajar. Pernyataan diatas menunjukka bahwa john dewey telah meletakkan anak pada posisi yang sangat penting, oleh karena itu belajar harus terpusat pada peserta didik.

2.            Desain Pembelajaran Berorientsasi Tujuan
Mendesain pembelajaran dengan menyajikan tujuan secara akurat merupakan titik sentral dalam proses desain pembelajaran. Tujuan seharusnya menjadi pijakan dasar terutama dalam mengembangan materi, strategi, dan metode pembelajaran, media, dan evaluasi. Desain pembelajaran yang tidak menjadikan tujuan sebagai inti pengembangan dapat menimbulkan pelaksanaan pembelajara yang tidak sistematis, sistemik, dan cendrung persial, dan tidak utuh. Tujuan pembelajran mencangkup lima kemampun sebagaimana di sebutkan oleh Gagne, seperti ; 1) informasi verba, 2) kemampuan intelektual, 3) kemampuan kognisi, 4) sikap dan 5) kemampuan motorik.[8] Tujuan pembelajran, dapat juga diarahkan pada jenis kemampuan dalam taksonomi blomm yang mencangkup tiga domain ; kognisi,afeksi, dan psikomotorik, atau empat ranah yang pernah disinyari oleh Dewantara dengan istilah olah piker, olah rasa, olah hati. Singkatnya apapun bentuk dari kemampuan yang diingikan, rancangan pembelajaran harus terfokus pada tujuan pembelajaran.[9]

3.               Desain Pembelajran Terfokus Pada Pengembangan Atau Perbaikan Kinerja Peserta Didik
Desain harus diarahkan pada upaya perbaikan yang berarti suatu perbuatan untuk meningkatkan atau membuat lebih baik dalam hal kualitas, nilai, atau kegunaan. Memperbaiki artinya harus dapat membuat suatu menjadi kredibel (dapat dipercaya) untuk menawarkan beberapa manfaat yang berlaku secara umum. Memperbaiki juga berarti mempersiapkan cara-cara yang jauh lebih unggul dari yang biasa untuk mencapai tujuan yang layak.
Kinerja dalam desain pembelajaran tidak merujuk pada ddua komponen utama : pertama, desain pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi peserta didik dalam mendapatkan pengetahuan dan menggunkan atau menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru yang diperoleh. Kedua, desain pembelajran dapat mengkomodasi dan mengembangkan kinerja peserta didik dalam upaya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
 Artinya daripada hanya ekedar mengingatkan informasi dan menghapal komponen-komponen penting dari segala sesuatu yang dipelajari, desain pembelajaran fokus pada menyediakan peserta didik untuk mampu melakukan sesuatu yang berarti dengan menunjukkan kemampuan perilaku yang lebih kompleks, termasuk dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi. Desain pembelajaran seharusnya dapat mendorong terciptanya kesesuaian Antara lingkungan belajar dengan situasi dimana kemampuan dapat di tunjukkan.

4.                  Desain Pembelajran Mengarahkan Hasil Belajar Yang Dapat Diukur Melalui Cara Yang Valid Dan Dapat Dipercaya
Mengembangkan instrument pengukuraan hasil belajar yang valid dan dapat dipercaya tentu merupkan harapan semua pendidik. Namun, sering juga terjadi pengukuran yang keliru karena tidak mencangkup aspek-aspek yang diukur atau dapat  mengembangkan instrument yang sesuai dengan objek yang diukur. Jika objek adalah respon dan pandangan peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran, maka instrumen yang dibuat adalah wawancara yang mencangkup berbagai aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup, dan tindak lanjut.
 Jika instrumen yang dikembangkan berupa tes, multiplechoise, atau tes essay atau menjodohkan, maka sasaran kinerja yang diukur tidak valid apalagi jika diukur tentang reliabilitasnya. Kecuali aspek yang diukur adalah pemahaman belajar atau penguasaan materi pembelajarannya, maka tes (pre tes dan post tes) merupakan instrumen yang cocok untuk dikembangkan.

5.                  Desain pembelajaran bersifat empiris, berulang, dan dapat dikoreksi sendiri.
Data merupakan jantungnya proses desain pembelajaran. Pengumpulan data dimulai sejak analisis awal dan berlanjut hinga sampai pada tahap implementasi. Misalnya, selama fase analisis data dapat dikumpulkan sehingga dapat dibandingkan apa yang telah dipahami peserta didik dengan apa yang dibutuhkan untuk dipahami. Bimbingan dan umpan balik dari ahli mata pelajaran/kuliah menentukan ketepatan dan relevansi keterampilan dan pengetahuan untuk diajarkan. Hasil penelitian dan pengalaman pendahuluan mengarahkan penyeleksian strategi dan media pembelajaran.

6.               Desain Pembelajaran Adalah Upaya Tim
Memang benar bahwa mungkin saja desain pembelajaran dapat dilakukan sendiri, baik dalam menyediakan sumber, kerangka, mampu dalam hal peyeleksian dan pengembangan media, materi, dan metode yang digunakan. Tetapi keterlibatan pihak lain dalam suatu tim sangat dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek desain merupakan usaha bersama dalam upaya menciptakan suatu produk yang lebih baik.
Ditinjau dari segi luas kawasan, ruang lingkup, dan kompleksitas teknis, kebanyakan proyek desain pembelajaran membutuhkan kemampuan khusus dari individu. Pada tingkat minimum, suatu tim terdiri atas ahli konten mata pelajaran/kuliah, pengembangan pembelajaran, satu atau lebih personel produksi, dukungan tenaga khusus, dan seorang menejer proyek. Kadang-kadang seorang individu mengambil peran lebih banyak dari individu  lainnya dalam suatu tim, tetapi proyek yang lebih besar tanpa kecuali membutuhkan spesialis yang lebih besar pula. Misalnya, proyek berteknologi tinggi, membutuhkan programmer computer, vidiograper, editor. Seni grafik, dan para pengembang.


C.                TUJUAN DESAIN PEMBELAJARAN
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu  proses yang bersifat linear yang di awali dengan penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancanagan untuk merespons kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicoba dan akhirnya dilakukan evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (disain) yang disusun.
Tujuan desain pendidikan agama islam adalah untuk mengaktifkan dan mendukung pembelajaran siswa secara individu. Tujuan ini merupakan karakteristik dimanapun pembelajaran pendidikan agama islam itu terjadi dan berlangsung. Pembelajaran pendidikan agama islam ini harus menjadi sesuatu yang dirancangkan daripada hanya sekedar asal jadi. Pendidikan agama islam akan lebih membantu siswa dalam melaksanakan kecerdasan yang ia miliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berintraksi secara fisik dan social.
Menurut Marrison, Ross & Kemp terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran, yaitu :
1.            Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan ? (karakteristik siswa atau peserta ajar)
2.            Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa?  (tujuan)
3.            Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik dipelajari? (strategi pembelajaran)
4.            Bagaimana cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai? (prosedur evaluasi). .
Peran desain pembelajaran
1.         Agar belajar dapat bermakna dan efektif
2.         Agar tersedia atau termanfaatkan sumber belajar.
3.         Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola belajar
4.         Agar belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan.

D.                PERBEDAAN PERENCANAAN DAN DESAIN PEMBELAJARAN
Perencanaan pembelajaran (Lesson Plans) berbeda dengan desain pembelajaran (Intructional design), namun keduanya memiliki hubunga yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajran didalam kelas. Perencanaan program pembelajaran dapat berupa perencanaan untuk kegiatan sehari-hari, kegiatan mingguan, bahkan rancangan kegiatan untuk tahunan sesuai dengan tujuan kurikulum yang hendak dicapai.[10]
Walaupun perencanaan berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembanagan dan penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa, seperti yang dikemukakan Zook bahwa desain intruksional adalah a systematic thinking process to help learners learn.
 Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku disebuah lembaga ; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.







Perbedaan Antara desain pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran.[11]
No
Desain Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran
1.       
Lebih menekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar peserta didik
Lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan kurikulum suatu sekolah
2.       
Kegiatan desain pembelajaran lebih mempertimbangkan peserta didik sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari materi pembelajaran yang dirancang berdasarkan tujuan pembelajaran.
Kegiatan perencanaan pembelajaran lebih mempertimbangan kurikulum yang sedang berlaku disuatu sekolah
3.       
Sebelum menyusun desain pembelajaran kita harus mengetahui bagaimana caranya agar peserta didik dapat belajar dengan mudah.
Sebelum menyusun perencanaan pembelajaran kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana desain kurikulum di suatu sekolah.


PENUTUP
KESIMPULAN
Desain pembelajaran adalah proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Desain pembelajaran adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan persoalan.









DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajarannya, (Bandung : Alfabeta, 2012).

Begger, Carl, Dan Kam Rosalind, Definitions Of Instructional Design. Online; Http://Www.Umich.Edu/~Ed626/Define.Html (Diakses 10 Maret 2012).

Driscoll, Marcy, P, Psychology Of Learning Instruction Second Edition, ( Massachusertts : Pearson Educationcompany,200)

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2001).

John Dewey Dalam Virginia Ricardson. 1997. Contructivist Teacher Education : Building New Understandings. Wachingtong D.C : The Falmer Press.

Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, (Yogjakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,1997) 

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Dengan Kurikulum 2013 Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana,2013).

Novan Ardy Wiyana, Desain Pembelajaran Pendidikan Tata Rancang Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi, (Yogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013).

Reiser, Robert A And Dempsey, Trend And Issues In Instructional Design And Techonology, (New York : Pearson, 2012).

Wina Sanjaya, Perencanaan Dan System Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2008)



[1]Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2001), H. 17
[2]Ibid., H. 17
[3]Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajarannya, (Bandung : Alfabeta, 2012),H. 12
[4]Begger, Carl, Dan Kam Rosalind, Definitions Of Instructional Design. Online; Http://Www.Umich.Edu/~Ed626/Define.Html (Diakses 10 Maret 2012)

[5]Reiser, Robert A And Dempsey, Trend And Issues In Instructional Design And Techonology, (New York : Pearson, 2012).
[6]Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Dengan Kurikulum 2013 Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana,2013),H. 13
[7]John Dewey Dalam Virginia Ricardson. 1997. Contructivist Teacher Education : Building New Understandings. Wachingtong D.C : The Falmer Press, H,19
[8]Driscoll, Marcy, P, Psychology Of Learning Instruction Second Edition, ( Massachusertts : Pearson Educationcompany,200)
[9]Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, (Yogjakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,1997) 
[10]Wina Sanjaya, Perencanaan Dan System Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2008), H. 69
[11]Novan Ardy Wiyana, Desain Pembelajaran Pendidikan Tata Rancang Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi, (Yogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013),H. 24

<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL