BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang
memiliki berbagai potensi, minimal potensi yang dia miliki adalah pendengaran,
penglihatan, dan hati. Guna memaksimalkan semua potensi tersebut, maka harus
ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah
sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu, manusia harus dibekali dengan
pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan
dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain.
Landasan pendidikan merupakan
fondasi untuk memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan, khususnya pendidikan
di Indonesia dalam rangka untuk membangun dan menciptakan pendidikan yang
berkualitas dan bermutu. Oleh karena itu, pengetahuan landasan pendidikan
merupakan sarana untuk memberikan dasar-dasar pemahaman tentang pendidikan
secara komprehensif integral.
Kontruktivisme merupakan aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi kita sendiri. Dan perlunya
partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan
untuk mengembangkan pengetahuan sendiri. Proses perolehan pengetahuan akan
terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang
telah dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuai dengan
karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar.
Kebudayaan Indonesia ialah
kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Kebudayaan tersebut telah mengikat dan
mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia. Pancasila membuat
indonesia tetap teguh dan bersatu didalam keragaman budaya dan menjadikan
pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan budaya
lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
2. Apa
fungsi landasan pendidikan?
3. Apa
saja jenis-jenis landasan pendidikan?
4. Apakah
yang dimaksud dengan kontruktivisme?
5. Apa
saja ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme?
6. Apa
saja prinsip-prinsip kontruktivisme?
7. Bagaimana
pembelajaran menurut kontruktivisme?
8. Apa
saja kendala-kendala dalam penerapan pembelajaran menurut kontruktivisme?
9. Apa
yang dimaksud dengan pancasila dan kebudayaan?
10. Mengapa
pancasila berakar dari kebudayaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
memberikan informasi tentang landasan pendidikan dan jenis landasan pendidikan.
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis landasan pendidikan.
3. Untuk
memberikan informasi tentang pengertian kontruktivisme.
4. Untuk
mengetahui ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme.
5. Untuk
memberikan informasi tentang pengertian pancasila dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pendidikan dan Jenis Landasan
Pendidikan
1.
Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan terdiri dari dua suku kata, yaitu kata
landasan dan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, maka dibawah ini penulis akan
mencoba untuk memaparkannya.
2.
Pengertian Landasan
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di
mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah
foundation, yang dalam bahasan Indonesia menjadi fondasi. Dalam membuat
suatu bangunan, fondasi merupakan bagian yang sangat penting agar bangunan itu
bisa berdiri tegak dan kokoh serta kuat. Tiang, genting, kaca, dan yang lain
sebagainya, dalam suatu bangunan, tidak akan bisa berdiri dan menempel tanpa
ada fondasi tersebut.
Jadi, dilihat dari pengertian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa landasan adalah fondasi atau dasar tempat berpijaknya sesuatu.
3.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, kata ini
mendapatkan awal me, sehingga menjadi mendidik, artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Selanjutnya pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Di bawah ini saya sampaikan beberapa pengertian pendidikan
menurut para ahli, di antaranya :
a. Pertama,
menurut
Ahmad D. Marimba (1989: 19), pendidikan adalah bimbingan/pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
b. Kedua,
menurut
A. Tafsir (2004: 27), menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
c. Ketiga,
menurut
John Dewey (1959), pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan di lembagakan untuk
menghasilkan kesinambungan sosial.
d. Keempat,
menurut
M.J. Langeveld (1957), pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara
orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan dalam suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung.
e. Kelima,
menurut
UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah suatu
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarak
4.
Fungsi Landasan Pendidikan
Misi utama landasan pendidikan ini
tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan
berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan
diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap
dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi pendidikan yang telah
dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi
memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan
pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan
atau studi pendidikan.
5. Jenis-Jenis Landasan Pendidikan
i.
Landasan religius pendidikan
2) Landasan
religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
3) Landasan
filosofis pendidikan
4) Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang
menjadi titik tolak dalam pendidikan.
5) Landasan
ilmiah pendidikan
Landasan ilmiah pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang menjadi titik
tolak dalam pendidikan. Dengan berbagai disiplin ilmu seperti psikologi,
sosiologi, ekonomi, antropologi, atau sejarah.
a. Landasan
psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
psikologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
b. Landasan
sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
sosiologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
c. Landasan
antropologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
antropologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
d. Landasan
ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
ekonomi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
e. Landasan
biologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
biologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
f. Landasan
politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
politik yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
g. Landasan
historis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari konsep dan praktek
pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak perkembangan
pendidikan masa kini dan masa datang.
h. Landasan
fisiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
fisiologi tentang manusia yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
i.
Landasan hukum/yuridis pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku
yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
B. Pengertian
Kontruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata kontruktiv dan isme.
Kontruktiv berarti bersifat membina, mempelajari, memperbaiki, dan membangun.
Sedangkan isme dalam kamus bahasa indonesia berarti paham atau aliran .
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Pandangan dalam
pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan
strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, Sedangkan guru yang membimbing
siswa ketingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori
yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan bantuan fasilitas orang lain.
Sedangkan menurut Martin El Al mengemukakan bahwa
konstruktivisme menekankan bahwa pentingnya sikap siswa aktif mengkonstruksikan
pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan
belajar baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai landasan pradigma
pembelajaran , Konstruktivisme menyerutkan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran, perlunya pengembangan untuk mengembangkan pengrtahuan sendiri.
1.
Ciri-ciri
pembelajaran kontruktivisme
Menurut suparno (1997:49) secara
garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah :
1) Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial,
2) Pengetahuan
tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kreaktivitas siswa sendiri
untuk bernalar,
3) Siswa
aktif mengkonstruksikan secara terus-menerus sehingga terjadi perubahan konsep
ilmiah,
4) Guru
berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan mulus.
Berikut ini ciri-ciri pembelajaran menurut beberapa
literatur yaitu :
a. Pengetahuan
dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b. Belajar
adalah proses penafsiran tentang dunia
c. Belajar
merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d. Pengetahuan
tumbuh karena adanya perundingan ( Negoisasi ) makna melalui bebagai informasi
atau menyepakati suatu pandangan dala berinteraksi atau bekerja sama dengan
orang lain.
2.
Prinsip-prinsip
kontruktivisme
Secara garis besar prinsip-prinsip
konstruktivisme yang di terapkan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut :
1. Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya keaktivan menalar.
3. Murid
aktif mengkonstruksikan secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4. Guru
sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan
lancar
5. Struktur
pembelajaran seputar konsep diutamakan pada pentingnya sebuah pernyataan.
6. Mencari
dan menilai pendapat siswa
7. Menyesuaikan
bahan pengajaran untuk menggapai anggapan siswa.
8. Dari
semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan
dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
3.
Pembelajaran Menurut konstruktivisme
Siswa mencari arti sendiri yang dari
mereka pelajari, ini merupakan proses penyesuaikan diri konsep-konsep dan
ide-ide baru yang dengan membentuk kerangka pikiran yang telah ada dalam
pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan sendiri dan guru
membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Proses perolehan
pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran
yang ideal yang telah dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang
sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar.
Pembelajaran yang dimaksud adalah diatas pembelajaran yang mengutamakan
keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan mind-on serta terjadi insteraksi
dan mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman
sebelumnya. Dalam pelaksanaan teori konstruktivisme ada beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
4. Pengertian Pancasila
Sebagai bangsa indonesia , kita
patut mengerti dan memahami apa pancasila itu . Pancasila berasal dari dua kata
yakni panca dan sila, menurut bahasa sanskerta. Sehingga mengandung arti lima
buah prinsip atau asas. asas-asas atau prinsip tersebut antara lain :
1.
Ketuhanan yang maha esa
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradap
3.
Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyarawatan / perwakilan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
5.
Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman,
Kebudayaan adalah sarana hasil karya , rasa , dan cipta masyarakat. Ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan adalah antropologi. Segala
perkembangan budaya dan perubahan masyarakat di pelajari dalam ilmu
antropologi. Ilmu ini tidak hanya mencakup perubahan secara tingkah laku saja,
namun sejarah dan konflik yang terjadi juga dapat dianalisis melalui ilmu
antropologi
6.
Kebudayaan Dan Pancasila
Kebudayaan Indonesia ialah
kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Ada dua hal yang dikandung dalam
Pancasila, Yaitu Pluralisme dan Teosentrisme. Demokrasi terletak dalam
partisipasi seluruh warga negara dalam kebudayaan. Kebudayaan Indonesia dapat
didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan Indonesia yang telah ada sebelum
terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan tempat yang
berasal daripada kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam suku-suku. Kebudayaan
tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa
Indonesia. Budaya kelompok akan tercermin dalam sikap atau kepribadian kelompok
itu. Hal ini dapat dilihat saat kebudayaan kelompok pertama kali membentuk kita
sebagai manusia yang menganut dan menghargai nilai- nilai bersama. Dengan
demikian kelompok suku bangsa akan tumbuh menjadi manusia berbudaya dengan
“kondisioning” terhadap nilai-nilai masyarakat sekitar, melalui orang tua dan
keluarga.
7.
Pancasila Berakar
Dari Kebudayaan
Kita telah mengetahui bahwa
kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang berdasarkan pancasila. Itu berarti
berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan juga dapat diartikan
sebagai nilai atau simbol . Kita gambarkan sebagai suatu perusahaan. Dalam
sebuah perusahaan yang sibuk, Kegiatan yang nampaknya bersifat praktis dan
sehari-hari saja, misalnya, ada aspek kebudayaannya, ada nilai dan simbolnya.
Nilai terletak pada kerja kerasnya, sedangkan symbol modernitas ialah sistem organisasi,
makin modern system semakin abstrak yang impersonal, berbeda dengan managemen
perorangan atau keluarga. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa dan negara.
Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas keindonesiaan. Hasil perkembangan
kebudayaan pancasila yang paling spektakuler adalah Bahasa Indonesia. Karena
melalui bahasa indonesia, Koneksi sosial antar etnis dan kebudayaan dapat
terjalin dengan sangat baik. Pluralisme mengatur hubungan luar antar
kebudayaan, prinsip yang mengatur substansi Demokrasi kebudayaan yang berdasar
Pancasila ialah teosentrisme ( tauhid, serba- Tuhan dalam etika, Ilmu, dan
estetika). Orang protestan akan lebih suka theonomy ( theos, Tuhan: Nomos,
hukum). Istilah teonomi berasal dari paul Tillich ( 1886-1965 ), hubungan dinamis
antara yang absolute dengan yang relatif, antara agama dengan kebudayaan.
Menurut konsep ini Pancasila adalah
sebuah teonomi , karena berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Keempat sila
yang lain adalah kebudayaan , yang relatif. Keperluan manusia diakui
sepenuhnya, asal keperluan itu tidak bertentangan dengan pertimbangan
keagamaan. Demokrasi kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti dari sila “
Persatuan Indonesia” yang berarti sebuah (1) Pluralisme, dan (2) teosentrisme
dari semangat sila yang pertama ketuhanan Yang Maha esa” . Demokrasi kebudayaan
itu harus mampu memberikan masa depan yang lebih. Jadi untuk menjawab “ Mengapa
Pancasila Berakar Dari Kebudayaan ?” Karena di dalam Pancasila terdapat
terkandung nilai kebudayaan, di mana nilai tersebut adalah nilai tertinggi
dalam hal persatuan bangsa yang tercantum di dalam sila ketiga. Dan dengan
menjunjung nilai teosentris pada sila pertama, kepentingan lain berdasarkan
setiap sila tidak bertentangan dengan pertimbangan keagamaan . misalkan : Pembunuhan
genosida demi mempertahankan keutuhan suatu budaya etnis tidak dengan ketentuan
agama. Jadi sekiranya, dari tindak perkembangan budaya itu sendiri harus sesuai
dengan nilai Pancasila . Karena Pancasiala mencerminkan kebudayaan kita bangsa
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi
dasar pijakan atau titik tolak. dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan. jenis-jenis landasan
pendidikan ada 3 yaitu landasan religius pendidikan, landasan filosofis
pendidikan, landasan ilmiah pendidikan.
Kontruktivisme berasal dari kata kontruktiv dan
isme yang berarti paham atau aliran. kontruktivisme merupakan aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi
kita sendiri. kita telah melihat dan membaca bahwa pancasila memang berakar
dari kebudayaan bangsa Indonesia. Karena dari segi pancasila terkandung
kebudayaan yang menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi
pancasila yang merupakan lima asas atau prinsip-prinsip yang harus di junjung
tinggi sebagai bangsa Indonesia.
B. Saran
Demikianlah makalah berjudul “ Landasan Pendidikan dan Jenis
Landasan Pendidikan, Landasan pendidikan Kontruktivisme dan Landasan pendidikan
Pancasila “. Ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Sehingga
perlulah bagi kami , dari para kelompok untuk memberikan saran yang membantu
supaya makalah ini mendekati lebih baik . Atas perhatian anda semuanya, kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
A.R.S.,(1991), Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:Mutammam), CV
Diponegoro, Bandung.
Muchtar,
O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertian dan Sejarah Perkembangan,
Balai penelitian, IKIP Bandung.
Muchtar,
O, (Penyunting), (1991), Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Bandung.
Mudyahardjo,
R., (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, PT.Remadja Rosdakarya,
Bandung.
Syam,
M. N., (1984), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
Usaha Nasional, Surabaya-Indonesia.
Syaripudin,
T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis),
Program Pascasarjana IKIP Bandung.
Abdullah,
A.R.S, Educational Theory, A Quranic
Outlook (Bandung: CV Diponegoro, 1991), hlm. 44.
Muchtar, Pendidikan Nasional Indonesia Pengertian dan
Sejarah Perkembangan, (Bandung: Balai penelitian, IKIP Bandung, 1990),
hlm.78.
Muchtar, Dasar-Dasar Kependidikan, ( Bandung:
IKIP Bandung, 1991), hlm. 65.
Syaripudin, Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis),
(Bandung: IKIP Bandung, 1994), hlm. 59.
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar