MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki berbagai potensi, minimal potensi yang dia miliki adalah pendengaran, penglihatan, dan hati. Guna memaksimalkan semua potensi tersebut, maka harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu, manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain.
Landasan pendidikan merupakan fondasi untuk memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia dalam rangka untuk membangun dan menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena itu, pengetahuan landasan pendidikan merupakan sarana untuk memberikan dasar-dasar pemahaman tentang pendidikan secara komprehensif integral.
Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Dan perlunya  partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan untuk mengembangkan pengetahuan sendiri. Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang telah dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar.
Kebudayaan Indonesia ialah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Kebudayaan tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia. Pancasila membuat indonesia tetap teguh dan bersatu didalam keragaman budaya dan menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan budaya lain.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
2.      Apa fungsi landasan pendidikan?
3.      Apa saja jenis-jenis landasan pendidikan?
4.      Apakah yang dimaksud dengan kontruktivisme?
5.      Apa saja ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme?
6.      Apa saja prinsip-prinsip kontruktivisme?
7.      Bagaimana pembelajaran menurut kontruktivisme?
8.      Apa saja kendala-kendala dalam penerapan pembelajaran menurut kontruktivisme?
9.      Apa yang dimaksud dengan pancasila dan kebudayaan?
10.  Mengapa pancasila berakar dari kebudayaan?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk memberikan informasi tentang landasan pendidikan dan jenis landasan pendidikan.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis landasan pendidikan.
3.      Untuk memberikan informasi tentang pengertian kontruktivisme.
4.      Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme.
5.      Untuk memberikan informasi tentang pengertian pancasila dan kebudayaan.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Pendidikan dan Jenis Landasan Pendidikan
1.      Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan terdiri dari dua suku kata, yaitu kata landasan dan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, maka dibawah ini penulis akan mencoba untuk memaparkannya.
2.      Pengertian Landasan
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasan Indonesia menjadi fondasi. Dalam membuat suatu bangunan, fondasi merupakan bagian yang sangat penting agar bangunan itu bisa berdiri tegak dan kokoh serta kuat. Tiang, genting, kaca, dan yang lain sebagainya, dalam suatu bangunan, tidak akan bisa berdiri dan menempel tanpa ada fondasi tersebut.
Jadi, dilihat dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan adalah fondasi atau dasar tempat berpijaknya sesuatu.[1]
3.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, kata ini mendapatkan awal me, sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Di bawah ini saya sampaikan beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli, di antaranya :
a.       Pertama, menurut Ahmad D. Marimba (1989: 19), pendidikan adalah bimbingan/pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
b.      Kedua, menurut A. Tafsir (2004: 27), menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
c.       Ketiga, menurut John Dewey (1959), pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan di lembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
d.      Keempat, menurut M.J. Langeveld (1957), pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
e.       Kelima, menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarak
4.      Fungsi Landasan Pendidikan
Misi utama landasan pendidikan ini tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.[2]
5.  Jenis-Jenis Landasan Pendidikan
                                                              i.      Landasan religius pendidikan
2)      Landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
3)      Landasan filosofis pendidikan
4)      Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
5)      Landasan ilmiah pendidikan
Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Dengan berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, atau sejarah.

a.       Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah psikologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
b.      Landasan sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah sosiologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
c.       Landasan antropologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
d.      Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah ekonomi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
e.       Landasan biologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah biologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
f.       Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah politik yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
g.      Landasan historis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang.
h.      Landasan fisiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah fisiologi tentang manusia yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
i.        Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. [3]

B. Pengertian Kontruktivisme

Konstruktivisme berasal dari kata kontruktiv dan isme. Kontruktiv berarti bersifat membina, mempelajari, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan isme dalam kamus bahasa indonesia berarti paham atau aliran . Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Pandangan dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, Sedangkan guru yang membimbing siswa ketingkat pengetahuan yang lebih tinggi.  Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan bantuan fasilitas orang lain.
Sedangkan menurut Martin El Al mengemukakan bahwa konstruktivisme menekankan bahwa pentingnya sikap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai landasan pradigma pembelajaran , Konstruktivisme menyerutkan perlunya  partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan untuk mengembangkan pengrtahuan sendiri.[4]


1.    Ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme
Menurut suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah :
1)      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial,
2)      Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kreaktivitas siswa sendiri untuk bernalar,
3)      Siswa aktif mengkonstruksikan secara terus-menerus sehingga terjadi perubahan konsep ilmiah,
4)      Guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Berikut ini ciri-ciri pembelajaran menurut beberapa literatur yaitu :
a.       Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b.      Belajar adalah proses penafsiran tentang dunia
c.       Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d.      Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan ( Negoisasi ) makna melalui bebagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dala berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.

2.        Prinsip-prinsip kontruktivisme
Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang di terapkan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya keaktivan menalar.
3.      Murid aktif mengkonstruksikan secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.      Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar
5.      Struktur pembelajaran seputar konsep diutamakan pada pentingnya sebuah pernyataan.
6.      Mencari dan menilai pendapat siswa[5]
7.      Menyesuaikan bahan pengajaran untuk menggapai anggapan siswa.
8.      Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.[6]

3.      Pembelajaran Menurut konstruktivisme
Siswa mencari arti sendiri yang dari mereka pelajari, ini merupakan proses penyesuaikan diri konsep-konsep dan ide-ide baru yang dengan membentuk kerangka pikiran yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang telah dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar. Pembelajaran yang dimaksud adalah diatas pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan mind-on serta terjadi insteraksi dan mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya. Dalam pelaksanaan teori konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
4. Pengertian Pancasila
Sebagai bangsa indonesia , kita patut mengerti dan memahami apa pancasila itu . Pancasila berasal dari dua kata yakni panca dan sila, menurut bahasa sanskerta. Sehingga mengandung arti lima buah prinsip atau asas. asas-asas atau prinsip tersebut antara lain :
1.      Ketuhanan yang maha esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradap
3.      Persatuan Indonesia
4.  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyarawatan / perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

5.      Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman, Kebudayaan adalah sarana hasil karya , rasa , dan cipta masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan adalah antropologi. Segala perkembangan budaya dan perubahan masyarakat di pelajari dalam ilmu antropologi. Ilmu ini tidak hanya mencakup perubahan secara tingkah laku saja, namun sejarah dan konflik yang terjadi juga dapat dianalisis melalui ilmu antropologi
6.          Kebudayaan Dan Pancasila
Kebudayaan Indonesia ialah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Ada dua hal yang dikandung dalam Pancasila, Yaitu Pluralisme dan Teosentrisme. Demokrasi terletak dalam partisipasi seluruh warga negara dalam kebudayaan. Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan Indonesia yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan tempat yang berasal daripada kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam suku-suku. Kebudayaan tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia. Budaya kelompok akan tercermin dalam sikap atau kepribadian kelompok itu. Hal ini dapat dilihat saat kebudayaan kelompok pertama kali membentuk kita sebagai manusia yang menganut dan menghargai nilai- nilai bersama. Dengan demikian kelompok suku bangsa akan tumbuh menjadi manusia berbudaya dengan “kondisioning” terhadap nilai-nilai masyarakat sekitar, melalui orang tua dan keluarga.

7.      Pancasila Berakar Dari Kebudayaan
Kita telah mengetahui bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang berdasarkan pancasila. Itu berarti berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai nilai atau simbol . Kita gambarkan sebagai suatu perusahaan. Dalam sebuah perusahaan yang sibuk, Kegiatan yang nampaknya bersifat praktis dan sehari-hari saja, misalnya, ada aspek kebudayaannya, ada nilai dan simbolnya. Nilai terletak pada kerja kerasnya, sedangkan symbol modernitas ialah sistem organisasi, makin modern system semakin abstrak yang impersonal, berbeda dengan managemen perorangan atau keluarga. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa dan negara. Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas keindonesiaan. Hasil perkembangan kebudayaan pancasila yang paling spektakuler adalah Bahasa Indonesia. Karena melalui bahasa indonesia, Koneksi sosial antar etnis dan kebudayaan dapat terjalin dengan sangat baik. Pluralisme mengatur hubungan luar antar kebudayaan, prinsip yang mengatur substansi Demokrasi kebudayaan yang berdasar Pancasila ialah teosentrisme ( tauhid, serba- Tuhan dalam etika, Ilmu, dan estetika). Orang protestan akan lebih suka theonomy ( theos, Tuhan: Nomos, hukum). Istilah teonomi berasal dari paul Tillich ( 1886-1965 ), hubungan dinamis antara yang absolute dengan yang relatif, antara agama dengan kebudayaan.
Menurut konsep ini Pancasila adalah sebuah teonomi , karena berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Keempat sila yang lain adalah kebudayaan , yang relatif. Keperluan manusia diakui sepenuhnya, asal keperluan itu tidak bertentangan dengan pertimbangan keagamaan. Demokrasi kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti dari sila “ Persatuan Indonesia” yang berarti sebuah (1) Pluralisme, dan (2) teosentrisme dari semangat sila yang pertama ketuhanan Yang Maha esa” . Demokrasi kebudayaan itu harus mampu memberikan masa depan yang lebih. Jadi untuk menjawab “ Mengapa Pancasila Berakar Dari Kebudayaan ?” Karena di dalam Pancasila terdapat terkandung nilai kebudayaan, di mana nilai tersebut adalah nilai tertinggi dalam hal persatuan bangsa yang tercantum di dalam sila ketiga. Dan dengan menjunjung nilai teosentris pada sila pertama, kepentingan lain berdasarkan setiap sila tidak bertentangan dengan pertimbangan keagamaan . misalkan : Pembunuhan genosida demi mempertahankan keutuhan suatu budaya etnis tidak dengan ketentuan agama. Jadi sekiranya, dari tindak perkembangan budaya itu sendiri harus sesuai dengan nilai Pancasila . Karena Pancasiala mencerminkan kebudayaan kita bangsa Indonesia.[7]




BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak. dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. jenis-jenis landasan pendidikan ada 3 yaitu landasan religius pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan ilmiah pendidikan.
Kontruktivisme berasal dari kata kontruktiv dan isme yang berarti paham atau aliran. kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. kita telah melihat dan membaca bahwa pancasila memang berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia. Karena dari segi pancasila terkandung kebudayaan yang menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi pancasila yang merupakan lima asas atau prinsip-prinsip yang harus di junjung tinggi sebagai bangsa Indonesia.

B.  Saran
Demikianlah makalah berjudul “ Landasan Pendidikan dan Jenis Landasan Pendidikan, Landasan pendidikan Kontruktivisme dan Landasan pendidikan Pancasila “. Ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Sehingga perlulah bagi kami , dari para kelompok untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik . Atas perhatian anda semuanya, kami ucapkan terimakasih.








DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A.R.S.,(1991), Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:Mutammam), CV Diponegoro, Bandung.
                                        
Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertian dan Sejarah Perkembangan, Balai penelitian, IKIP Bandung.

Muchtar, O, (Penyunting), (1991), Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Bandung.

Mudyahardjo, R., (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, PT.Remadja Rosdakarya, Bandung.

Syam, M. N., (1984), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya-Indonesia.

Syaripudin, T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis), Program Pascasarjana IKIP Bandung.



[1] Abdullah, A.R.S, Educational Theory, A Quranic Outlook (Bandung: CV Diponegoro, 1991), hlm. 44.
                                                     

[2] Ibid., hlm. 47.
[3] Muchtar, Pendidikan Nasional Indonesia Pengertian dan Sejarah Perkembangan, (Bandung: Balai penelitian, IKIP Bandung, 1990), hlm.78.


[4] Ibid,. hlm. 79
[5] Muchtar, Dasar-Dasar Kependidikan, ( Bandung: IKIP Bandung, 1991), hlm. 65.


[6] Ibid., hlm. 67
[7] Syaripudin, Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis),  (Bandung: IKIP Bandung, 1994), hlm. 59.



<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN