Pendidikan Matematika Realistik
D
I
S
U
S
U
N
Oleh : Kelompok II
Nama Nim:
Resa Amelia Lubis 1620500031
Hotmaturrahmi Harahap 1620500016
Wilda Sari 1620500007
Raudhatul Jannah Harahap 1620500012
Dosen
Pengampu:
Dr. Ahmad Nizar Rangkuti, M.Pd
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2018
KATA
PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan taufiqnya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tugas kuliah berupa makalah. Shalawat dan salam
penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatul
hasanah bagi seluruh manusia.
Penulisan makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah kajian PPKn di SD/MI kelas tinggi yang berjudul “PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK.” Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari hambatan
dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerja
sama dari berbagai pihak sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini
penulis dengan tulus hati mengucapakan terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu bapak Dr. Ahmad Nizar Rangkuti, M.Pd yang telah memberikan arahan kepada
penulis.
2. Rekan-rekan yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini tentunya tidak lepas
dari kekurangan, baik dari segi isi dan penyusunan makalah. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca tentang pendidikan matematika realistik.
Padangsidimpuan, 25 Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah............................................................................................ 2
D. Manfaat Makalah......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan PMR........................................................................ 3
B.
Benang Merah Pendidikan Matematika Realistik dan
Kurikulum
Indonesia 5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan...................................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................................ 8
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika realistik pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Ferudenthal pembelajaran
matematika harus dekat dengan anak dan kehidupan sehari-hari adalah
pembelajaran matematika realistik. Salah satunya dengan cara pe,belajran
matematika realistik dimana pembelajraan ini mengaitkan dan melibatkan
lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari, serta menjadikan sebagai aktivitas siswa. Dengan pendekata RME tersebut, siswa tidak harus
dibawa ke dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada
dalam pikiran siswa.
Pembelajaran sekarang ini selalu dilaksanakan didalam kelasa, dimana siswa
kurang bebas bergerak, cobalah untuk memvariasikan strategi pembelajaran yang
berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah secara langsung,
sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar. Banyak hal yang kita jadikan
sebagai sumber belajar matematika, yang penting pilihlah topik yang sesuai
misalnya mengukur tinggi pohon, megukur lebar pohon dan sebagainya.
Siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai siswa memahami, mengerti
materi tersebut daripada banyak materi tetapi siswa tidak mengerti. Meski
banyak tuntunan pencapaian terhadap kurikulum sampai daya serap namun dengan
alokasi yang terbatas. Jadi guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa
dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya karena hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman siswa dalam
belajar matematika.
Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan,
jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan inovasi
pembelajaran . beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: memberikan kuis
atau teka-teki yang harus ditebak baik
secara berkelompok ataupun individu, memebrikan permainan di kelas suatu
bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas guru.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan PMR?
2. Apa yang dimaksud dengan Benang Merah PMR
Kurikulum Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui dan Memahami tentang Perkembangan PMR.
2. Untuk Mengetahui tentang Benang Merah PMR Kurikulum Indonesia.
D. Manfaat Makalah
1. Memberikan informasi kepada tenaga pendidik
khususnya guru matematika mengenai pendekatan RME sebagai alternatif dan
melakukan pembelajaran matematika.
2. Menambah wawasan guru matematika untuk
menciptakan suatu pembelajaran matematika yang menarik bagi siswa,
3. Menambah pengetahuan dan makna matematika yang
terkait erat dengan realitas yang dihadapi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan PMR
Kehadiran PMR di Indonesia dimulai dari kegundahan sekelompok kecil
pendoidik matematika terhadapa kondisi pendidikan matematika di tanah air sejak
dekade 90an. Mereka berasal dari beberapa perguruan tinggi, antara lain: ITB,
UPI, UNJ, UNESA, UNY, dan USD.
Kegiatan mereka dimotvasi dan difasilitasi oleh tim pengembangan Basic
Science LPTK yang disponsori oleh Ditjen
DIKTI sejak 1982. Sekolompok kecil pendidik matematika tersebut terus menerus
memantau arah perkembangan pendidikan matematika di dunia, khususnya setelah
bubarnya gerakan matematika modern. Mereka memantau melalui berbagai literatur,
kunjungan keluar negeri dan mengikuti konferensi internasional, khusunya yang
diselenggarakan oleh ICMI. Salah satu konferensi tersebut adalah Regional
Conference on Mathematic Education yang brelangsung di Shanghai, China, pada
agustus 1994.
Salah seorang pembicara utama di konferensi tersebut adalah Prof. Jan De
Lange dari Institut Freudental, Universitas Utrecht. De Lange menyampaikan
gagasan tentang ‘Mathematics Education Toward 2000’, berkaitan cengan
pengembangan pendidikan matematika realistik (PMR) di Belanda. Konferensi
tersebut dihadiri oleh dua orang anggota kelompok kecil pendidik matematika
sebagaimana disebutkan di atas, yaitu R. K. Sembiring dan Pontas Hutagalung.
Gagasan tentang PMR disampaikan kepada anggota lainnya. Setelah melalui diskusi
yang cukup panjang mereka menyepakati memilih PMR untuk dikembangkan di
Indonesia.
Menarik dicatat bahwa Belanda adalah salah satu negara yang menetapkan
matematika modern. Dasar penolakan terhadap matematika modern adalah gagasan
Prof. Hans Freudental, seorang ahli Topologi terkemuka waktu itu, yang
mengatakan bahwa matemtika sebaiknya diajarkan dengan konteks yang nyata (riil)
dan relevan dengan pengalaman murid. Materi ajar harus diatur sedemikian rupa
sehingga memberikan kesempatan kepada anak “Menemukan Kembali” konsep dan ide
matematika. Sehingga penekanannya bukan pada matematika sebagai barang atau produk
yang sudah jadi (berupa rumus-rumus, persamaan, danlain-lain), tetapi pada
kegiatan yang mendorong proses matematisasi.
Gagasan tentang pengembangan dan implementasi PMR di Indonesia semakin
mengkristal melalui interaksi antara kelompok kecil pendididk matematika di
Indonesia dengan pakar pendidikan matematika dari Belanda. Komunikasi mulanya
dibangun secara informal, kemudian berlanjut pada pertemuan-pertemuan formal.
Pada April sampai Mei 1998 Prof. Tjeerd Plomp dan Annie Keuper-Makkink dari
Universitas Twente di Enschede dan Prof. Jan De Lange menyeleksi calon
mahasiswa S3 lewat lokakarya selama dua minggu di Bandung. Dari 30 peserta
lokakarrya dari seluruh Indonesia, terpilih 6 orang untuk menimba ilmu di
Universitas Twente dengan dukungan dana proyek PGSM Ditjen Dikti.
Pada 19-25 Agustus 1999 semua dosen
pembimbing dari Indonesia berkunjung ke Belanda memantau perkembangan studi
keenam kandidat doktor. Kesempatan kunjungan di Belanda juga digunakan untuk
melihat beberapa sekolah dasar dan berkunjung ke institut Freudebthal, serta
APS (Pusat Nasional Pengembangan Sekolah). Pada Desember 2002 kandidat doktor
berhasil mempertahankan dsertasi mereka di Universitas Twente, sementara
seorang menyelesaikan di Unesa dan seorang menyelsaikan S3 nya di Australia.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh ke empat doktor yang lulus di
Universitas Twente di atas memberikan bukti empiris tentang proyek pengembangan
dan implementasi PMR di tanah air.
Persiapan awal perkembangan PMR di Indonesia meliputi sosialisasi pada para
dosen matematika, pimpinan LPTK, pejabat penting Diknas, khusunya Dikti, Guru,
termasuk Kepala Sekolah. Untuk mempersiapkan adanya tenaga ahli, pada tahun
1998 6 dosen matematik LPTK dikirim ke Belanda belajara RME untuk S3 atas biaya
Dikti. Sekarang mereka menjadi tenaga inti dalam PMRI. Percobaan pertama
dimulai 2001 di 12 SD termasuk 4 MIN atas permintaan Dept. Agama, bekerjasama
dengan 4 LPTK: UPI, USD, UNY, dan UNESA masing-masing bekerjasama dengan 2 SD
dan 1 MIN. Sekarang sudah mencakup 20 LPTK dan banyak sekolah. Pendukung utama
dana dari aawal sampai sekarang adalah Dikti. Dari 2003-2005 diperoleh bantuan
dari PBSY Belanda, termasuk 3 Konsultan. Dari 2006-2010 diperoleh bantuan yang
lebih besar dari Belanda melalui proyek NPT/NUFFIC. Sejak 2010 balitbang Diknas
juga turut memberi bantuan finansial.
Faktor utama yang menjadi perhatian dalam melakukanreformasi ini adalah
guru dan dosen yang harus bekerjasama. Mereka dipersiapkan melalui workshop
yang meliputi kegiatan menyiapkan bahan ajar yang kontekstual, bagaimana
mengatur siswa bekerja dalam kelompok dan memandu diskusi kelas, tidak
menggurui tapi mendoromg siswa berani mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.
Dosen didorong turun ke sekolah dan memandu pertemuan berkala antarguru.
Workshop selalu mengacu pada kegiatan di kelas. Sebelum workshop tim PMRI dan
Konsultan Belanda melakukan kunjungan ke sekolah dan melakyukan dan melakukan
observasi di kelas. Berdasarkan permaslaahan yang ditemukan di kelas dirancang
kegiatan Workshop dan peserta diajak
mencari solusinya.
IMPoME. Untuk mendukung penyedian tenaga dosen
yang paham PMRI di LPTK sejak 2009 telah dibuka
IMPoME ( Internasional Master Program on Mathematics Education) di UNESA
Surabya dan UNSRI Palembang bekerjasama dengan Universitas Utrecht, Belanda,
asal RME. Beasiswa disediakan oleh Dikti selama lebih setahun di Indonesia dan
oleh StuNed/NESO selama setahun di Utrecht. Dalam jangka tidak terlalu lama
diharapkan kedua Institusi LKPTK ini mampu mengerjakannya sendiri, dan Kemudian
Menjadi Pusat Pendidikan Matematika Realistik dalam dan luar negeri.
B. Benang Merah Pendidikan Matematika Realistik
dan Kurikulum Indonesia
Seperti sudah diinformasikan oleh Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, jika ditinjau dari sudut
pandang pendidikan matematika realistik, ketiga macam proses tersebut merupakan
karakteristik dari pendidikan matematika realistik. Oleh karena itu, bisa
dikatakan bahwa penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik untuk
pembelajaran matematika sejalan dengan kurikulum. Kegiatan eksplorasi merupakan
fokus dari karakteristik pendidikan matematika yang pertama, yaitu penggunaan
diawal pembelajaran ditujukan untuk titik awal pembangunan konsep matematika
dan untuk memeberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi
strategi penyelesaian masalah. Selain bermanfaat untuk mendukung kegitan
eksplorasi, penggunaan konteks diawal pembelajaran juga akan bisa meningkatkan
minat dan motivasi siswa dalam belajar. Pembelajran matematika yang langsung dimulai
pada tahap matematika formal seringkali menimbulkan kecemasan matematis bagi
siswa.
Hasil kegiatan eksplorasi selanjutnya dikembangkan menuju penemuan dan
pengembangan konsep melalui proses elaborasi. Begitu juga dalam pendidikan
matematika realistik, penerjemahan konteks situasi melalui matematisasi
horizontal di elaborasi menjadi penemuan matematika formal dari konteks situasi
melalui matematisasi vertikal. Proses terakhir dari rangkaian unsur proses
pembelajaran adalah proses konfirmasi yang ditujukan untuk membangun
argumenuntuk menguatkan hasil proses eksplorasi dan elaborasinya. Melalui
proses konfirmasi, gagasan sisw tidak hanya dikomunikasikan ke siswa lain
tetapi juga dapat dikembangkan berdasarkan tanggpan dari siswa lain. Karakter
interaktivitas dari pendidikan matematika realistik memberikan ruang bagi siswa
untuk saling berkomunikasi dalam mengembangkan strategi dan membangun konsep
matematika.
Kesamaan karakteristik antara kurikulum Indonesia dengan pendekatan
pendidikan realistik memiliki potensi tidak hanya untuk pengemabngan kemampuan
matematika, melainkan juga untuk pengembangan kompetensi siswa yang lebih umum,
yaitu kreativitas dan kemampuan berkomunikasi.
1. Pengembangan kreativitas melalui penggunaan
konteks dan kegiatan eksploratif.
Kreativitas siswa akan bisa berkembang ketika penekanaan pembelajaran
matematika bukan pada penggunan matematika sebagai suatu produk siap pakai,
melainkan sebagai suatu target yang harus dibangun. Penggunaan konteks memiliki
penagruh pada pengembangan kreativitas karena strategi yang dikembangkan siswa
dipengaruhi oleh dua komponen utama, yaitu pemahaman atau interpretasi terhadap
konteks situasi yang dihadapi serta pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa.
Oleh karena itu, perbedaan interpretasi dan pengetahuan awal yang mungkin
dimiliki siswa akan mendorong berkembangnya strategi yang berbeda. Selain
penggunaan konteks diawal pembelajran, penggunaan soal yang bersifat terbuka
juga merupakan hal yangsangat diperhatikan dalam pendidikan matematika realistik.
Penggunaan soal yang bersifta terbuka dan dalam bentuk uraian, yidak hanya
bermanfaat untuk memberikan ruang gerak siswa untuk mengembangkan strategi,
tetapi juga bermanfaat bagi guru untuk mengetahui dengan jelas kesulitan yang
mungkin dialami siswa atau potensi siswa yang bis dikembangkan lebih lanjut.
Penggunaan soal yang bersifat terbuka dan dalam bentuk uraian juga mampu
mengembangkan kemampuan komunikasi siswa, minimal komunikasi secara tertulis.
Siswa dituntut untuk memikirkan argumen yang mendukung penyelesaian masalah
serta dituntut untuk mengkomunikasikan proses berpikir yang mereka lakukan
dalam mengerjakan soal.
2. Kemampuan Komunikasi
Howard Gardner (1993), melalui teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan,
menegaskan pentingnya kemampuan komunikasi. Kemampuan berkomunikasi merupakan
inti dari kecerdasan intrapersonal. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran
seharusnya bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan kemampuan komunikasi
siswa.
Dalam suatu pembelajaran, proses atau kegiatan konfirmasi diperlukan untuk
mendapatkan informasi tentang pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari.
Inti dari proses konfirmasi adalah komunikasi, yaitu bagaimana siswa
mengkomunikasikan gagasan mereka. Kemampuan komunikasi dan interaksi sosial
yang baik akan menjadi bekal siswa dalam menjalani peran sebagai anggota dari
suatu sistem sosial masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kehadiran PMR di Indonesia dimulai dari kegundahan sekelompok kecil
pendoidik matematika terhadapa kondisi pendidikan matematika di tanah air sejak
dekade 90an. Mereka berasal dari beberapa perguruan tinggi, antara lain: ITB,
UPI, UNJ, UNESA, UNY, dan USD.
Gagasan tentang pengembangan dan implementasi PMR di Indonesia semakin
mengkristal melalui interaksi antara kelompok kecil pendididk matematika di
Indonesia dengan pakar pendidikan matematika dari Belanda. Komunikasi mulanya
dibangun secara informal, kemudian berlanjut pada pertemuan-pertemuan formal.
Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses mengamanatkan
bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan
matematika realistik, ketiga macam proses tersebut merupakan karakteristik dari
pendidikan matematika realistik.
B. Saran
Dengan memahami pengertian dari teori
pembelajaran, konsep belajar menurut pandangan islam, dan macam-macam teori belajar
niscaya akan melahirkan peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk
manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto, Hadi. 2017. “Pendidikan
Matematika Realistik Teori, Pengembangan, dan Implementasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Wijaya, Aiyadi. 2012. “Pendidikan
Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika”. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sembiring,
Robert k.. 2010. Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Perkembangan dan Tantangannya. IndoMS. J.ME Vol.
1 no. 1 Juli 2010. Tersedia online http://www. Researchgate.net >
Publication. Diakses pada Sabtu, 2 Maret 2019.
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar