MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

Makalah Pendidikan Matematika Realistik



Pendidikan Matematika Realistik
D
I
S
U
S
U
N
Oleh : Kelompok II
Nama                                                   Nim:
Resa Amelia Lubis                                          1620500031
Hotmaturrahmi Harahap                                 1620500016
Wilda Sari                                                       1620500007
Raudhatul Jannah Harahap                             1620500012
Dosen Pengampu:
                                                      Dr. Ahmad Nizar Rangkuti, M.Pd



PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2018

KATA PENGANTAR
            Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan taufiqnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas kuliah berupa makalah. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatul hasanah bagi seluruh manusia.
            Penulisan makalah ini  dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian PPKn di SD/MI kelas tinggi yang berjudul “PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK.” Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerja sama  dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
            Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapakan terima kasih kepada:
1.      Dosen pengampu bapak Dr. Ahmad Nizar Rangkuti, M.Pd yang telah memberikan arahan kepada penulis.
2.      Rekan-rekan yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik dari segi isi dan penyusunan makalah. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang pendidikan matematika realistik.



Padangsidimpuan, 25 Februari 2019       



Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.     Tujuan Makalah............................................................................................ 2
D.    Manfaat Makalah......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan PMR........................................................................ 3
B.     Benang Merah Pendidikan Matematika Realistik dan Kurikulum
Indonesia                                                                                                       5
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan...................................................................................................... 8
B.     Saran............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pembelajaran matematika realistik pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Ferudenthal pembelajaran matematika harus dekat dengan anak dan kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran matematika realistik. Salah satunya dengan cara pe,belajran matematika realistik dimana pembelajraan ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan sebagai aktivitas siswa. Dengan  pendekata RME tersebut, siswa tidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa.
Pembelajaran sekarang ini selalu dilaksanakan didalam kelasa, dimana siswa kurang bebas bergerak, cobalah untuk memvariasikan strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah secara langsung, sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar. Banyak hal yang kita jadikan sebagai sumber belajar matematika, yang penting pilihlah topik yang sesuai misalnya mengukur tinggi pohon, megukur lebar pohon dan sebagainya.
Siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai siswa memahami, mengerti materi tersebut daripada banyak materi tetapi siswa tidak mengerti. Meski banyak tuntunan pencapaian terhadap kurikulum sampai daya serap namun dengan alokasi yang terbatas. Jadi guru harus memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya karena  hal ini dimaksudkan  agar tidak terjadi kesalahpahaman siswa dalam belajar matematika.
Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan inovasi pembelajaran . beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: memberikan kuis atau teka-teki  yang harus ditebak baik secara berkelompok ataupun individu, memebrikan permainan di kelas suatu bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas guru.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Perkembangan PMR?
2.      Apa yang dimaksud dengan Benang Merah PMR Kurikulum Indonesia?
C.  Tujuan Makalah
1.      Untuk Mengetahui dan Memahami tentang Perkembangan PMR.
2.      Untuk Mengetahui tentang Benang Merah PMR Kurikulum Indonesia.
D.  Manfaat Makalah
1.      Memberikan informasi kepada tenaga pendidik khususnya guru matematika mengenai pendekatan RME sebagai alternatif dan melakukan pembelajaran matematika.
2.      Menambah wawasan guru matematika untuk menciptakan suatu pembelajaran matematika yang menarik bagi siswa,
3.      Menambah pengetahuan dan makna matematika yang terkait erat dengan realitas yang dihadapi manusia.







BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah Perkembangan PMR
Kehadiran PMR di Indonesia dimulai dari kegundahan sekelompok kecil pendoidik matematika terhadapa kondisi pendidikan matematika di tanah air sejak dekade 90an. Mereka berasal dari beberapa perguruan tinggi, antara lain: ITB, UPI, UNJ, UNESA, UNY, dan USD.
Kegiatan mereka dimotvasi dan difasilitasi oleh tim pengembangan Basic Science LPTK  yang disponsori oleh Ditjen DIKTI sejak 1982. Sekolompok kecil pendidik matematika tersebut terus menerus memantau arah perkembangan pendidikan matematika di dunia, khususnya setelah bubarnya gerakan matematika modern. Mereka memantau melalui berbagai literatur, kunjungan keluar negeri dan mengikuti konferensi internasional, khusunya yang diselenggarakan oleh ICMI. Salah satu konferensi tersebut adalah Regional Conference on Mathematic Education yang brelangsung di Shanghai, China, pada agustus 1994.
Salah seorang pembicara utama di konferensi tersebut adalah Prof. Jan De Lange dari Institut Freudental, Universitas Utrecht. De Lange menyampaikan gagasan tentang ‘Mathematics Education Toward 2000’, berkaitan cengan pengembangan pendidikan matematika realistik (PMR) di Belanda. Konferensi tersebut dihadiri oleh dua orang anggota kelompok kecil pendidik matematika sebagaimana disebutkan di atas, yaitu R. K. Sembiring dan Pontas Hutagalung. Gagasan tentang PMR disampaikan kepada anggota lainnya. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang mereka menyepakati memilih PMR untuk dikembangkan di Indonesia.
Menarik dicatat bahwa Belanda adalah salah satu negara yang menetapkan matematika modern. Dasar penolakan terhadap matematika modern adalah gagasan Prof. Hans Freudental, seorang ahli Topologi terkemuka waktu itu, yang mengatakan bahwa matemtika sebaiknya diajarkan dengan konteks yang nyata (riil) dan relevan dengan pengalaman murid. Materi ajar harus diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kesempatan kepada anak “Menemukan Kembali” konsep dan ide matematika. Sehingga penekanannya bukan pada matematika sebagai barang atau produk yang sudah jadi (berupa rumus-rumus, persamaan, danlain-lain), tetapi pada kegiatan yang mendorong proses matematisasi.
Gagasan tentang pengembangan dan implementasi PMR di Indonesia semakin mengkristal melalui interaksi antara kelompok kecil pendididk matematika di Indonesia dengan pakar pendidikan matematika dari Belanda. Komunikasi mulanya dibangun secara informal, kemudian berlanjut pada pertemuan-pertemuan formal. Pada April sampai Mei 1998 Prof. Tjeerd Plomp dan Annie Keuper-Makkink dari Universitas Twente di Enschede dan Prof. Jan De Lange menyeleksi calon mahasiswa S3 lewat lokakarya selama dua minggu di Bandung. Dari 30 peserta lokakarrya dari seluruh Indonesia, terpilih 6 orang untuk menimba ilmu di Universitas Twente dengan dukungan dana proyek PGSM Ditjen Dikti.
Pada 19-25  Agustus 1999 semua dosen pembimbing dari Indonesia berkunjung ke Belanda memantau perkembangan studi keenam kandidat doktor. Kesempatan kunjungan di Belanda juga digunakan untuk melihat beberapa sekolah dasar dan berkunjung ke institut Freudebthal, serta APS (Pusat Nasional Pengembangan Sekolah). Pada Desember 2002 kandidat doktor berhasil mempertahankan dsertasi mereka di Universitas Twente, sementara seorang menyelesaikan di Unesa dan seorang menyelsaikan S3 nya di Australia.
Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh ke empat doktor yang lulus di Universitas Twente di atas memberikan bukti empiris tentang proyek pengembangan dan implementasi PMR di tanah air.[1]
Persiapan awal perkembangan PMR di Indonesia meliputi sosialisasi pada para dosen matematika, pimpinan LPTK, pejabat penting Diknas, khusunya Dikti, Guru, termasuk Kepala Sekolah. Untuk mempersiapkan adanya tenaga ahli, pada tahun 1998 6 dosen matematik LPTK dikirim ke Belanda belajara RME untuk S3 atas biaya Dikti. Sekarang mereka menjadi tenaga inti dalam PMRI. Percobaan pertama dimulai 2001 di 12 SD termasuk 4 MIN atas permintaan Dept. Agama, bekerjasama dengan 4 LPTK: UPI, USD, UNY, dan UNESA masing-masing bekerjasama dengan 2 SD dan 1 MIN. Sekarang sudah mencakup 20 LPTK dan banyak sekolah. Pendukung utama dana dari aawal sampai sekarang adalah Dikti. Dari 2003-2005 diperoleh bantuan dari PBSY Belanda, termasuk 3 Konsultan. Dari 2006-2010 diperoleh bantuan yang lebih besar dari Belanda melalui proyek NPT/NUFFIC. Sejak 2010 balitbang Diknas juga turut memberi bantuan finansial.
Faktor utama yang menjadi perhatian dalam melakukanreformasi ini adalah guru dan dosen yang harus bekerjasama. Mereka dipersiapkan melalui workshop yang meliputi kegiatan menyiapkan bahan ajar yang kontekstual, bagaimana mengatur siswa bekerja dalam kelompok dan memandu diskusi kelas, tidak menggurui tapi mendoromg siswa berani mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. Dosen didorong turun ke sekolah dan memandu pertemuan berkala antarguru. Workshop selalu mengacu pada kegiatan di kelas. Sebelum workshop tim PMRI dan Konsultan Belanda melakukan kunjungan ke sekolah dan melakyukan dan melakukan observasi di kelas. Berdasarkan permaslaahan yang ditemukan di kelas dirancang kegiatan Workshop dan peserta diajak mencari solusinya.[2]
IMPoME. Untuk mendukung penyedian tenaga dosen yang paham PMRI di LPTK sejak 2009  telah dibuka IMPoME ( Internasional Master Program on Mathematics Education) di UNESA Surabya dan UNSRI Palembang bekerjasama dengan Universitas Utrecht, Belanda, asal RME. Beasiswa disediakan oleh Dikti selama lebih setahun di Indonesia dan oleh StuNed/NESO selama setahun di Utrecht. Dalam jangka tidak terlalu lama diharapkan kedua Institusi LKPTK ini mampu mengerjakannya sendiri, dan Kemudian Menjadi Pusat Pendidikan Matematika Realistik dalam dan luar negeri.
B. Benang Merah Pendidikan Matematika Realistik dan Kurikulum Indonesia
Seperti sudah diinformasikan oleh Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan matematika realistik, ketiga macam proses tersebut merupakan karakteristik dari pendidikan matematika realistik. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa penerapan pendekatan pendidikan matematika realistik untuk pembelajaran matematika sejalan dengan kurikulum. Kegiatan eksplorasi merupakan fokus dari karakteristik pendidikan matematika yang pertama, yaitu penggunaan diawal pembelajaran ditujukan untuk titik awal pembangunan konsep matematika dan untuk memeberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi strategi penyelesaian masalah. Selain bermanfaat untuk mendukung kegitan eksplorasi, penggunaan konteks diawal pembelajaran juga akan bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Pembelajran matematika yang langsung dimulai pada tahap matematika formal seringkali menimbulkan kecemasan matematis bagi siswa.
Hasil kegiatan eksplorasi selanjutnya dikembangkan menuju penemuan dan pengembangan konsep melalui proses elaborasi. Begitu juga dalam pendidikan matematika realistik, penerjemahan konteks situasi melalui matematisasi horizontal di elaborasi menjadi penemuan matematika formal dari konteks situasi melalui matematisasi vertikal. Proses terakhir dari rangkaian unsur proses pembelajaran adalah proses konfirmasi yang ditujukan untuk membangun argumenuntuk menguatkan hasil proses eksplorasi dan elaborasinya. Melalui proses konfirmasi, gagasan sisw tidak hanya dikomunikasikan ke siswa lain tetapi juga dapat dikembangkan berdasarkan tanggpan dari siswa lain. Karakter interaktivitas dari pendidikan matematika realistik memberikan ruang bagi siswa untuk saling berkomunikasi dalam mengembangkan strategi dan membangun konsep matematika.
Kesamaan karakteristik antara kurikulum Indonesia dengan pendekatan pendidikan realistik memiliki potensi tidak hanya untuk pengemabngan kemampuan matematika, melainkan juga untuk pengembangan kompetensi siswa yang lebih umum, yaitu kreativitas dan kemampuan berkomunikasi.[3]
1.      Pengembangan kreativitas melalui penggunaan konteks dan kegiatan eksploratif.
Kreativitas siswa akan bisa berkembang ketika penekanaan pembelajaran matematika bukan pada penggunan matematika sebagai suatu produk siap pakai, melainkan sebagai suatu target yang harus dibangun. Penggunaan konteks memiliki penagruh pada pengembangan kreativitas karena strategi yang dikembangkan siswa dipengaruhi oleh dua komponen utama, yaitu pemahaman atau interpretasi terhadap konteks situasi yang dihadapi serta pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Oleh karena itu, perbedaan interpretasi dan pengetahuan awal yang mungkin dimiliki siswa akan mendorong berkembangnya strategi yang berbeda. Selain penggunaan konteks diawal pembelajran, penggunaan soal yang bersifat terbuka juga merupakan hal yangsangat diperhatikan dalam pendidikan matematika realistik. Penggunaan soal yang bersifta terbuka dan dalam bentuk uraian, yidak hanya bermanfaat untuk memberikan ruang gerak siswa untuk mengembangkan strategi, tetapi juga bermanfaat bagi guru untuk mengetahui dengan jelas kesulitan yang mungkin dialami siswa atau potensi siswa yang bis dikembangkan lebih lanjut. Penggunaan soal yang bersifat terbuka dan dalam bentuk uraian juga mampu mengembangkan kemampuan komunikasi siswa, minimal komunikasi secara tertulis. Siswa dituntut untuk memikirkan argumen yang mendukung penyelesaian masalah serta dituntut untuk mengkomunikasikan proses berpikir yang mereka lakukan dalam mengerjakan soal.
2.      Kemampuan Komunikasi
Howard Gardner (1993), melalui teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan, menegaskan pentingnya kemampuan komunikasi. Kemampuan berkomunikasi merupakan inti dari kecerdasan intrapersonal. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran seharusnya bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.
Dalam suatu pembelajaran, proses atau kegiatan konfirmasi diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Inti dari proses konfirmasi adalah komunikasi, yaitu bagaimana siswa mengkomunikasikan gagasan mereka. Kemampuan komunikasi dan interaksi sosial yang baik akan menjadi bekal siswa dalam menjalani peran sebagai anggota dari suatu sistem sosial masyarakat.
              




BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan

Kehadiran PMR di Indonesia dimulai dari kegundahan sekelompok kecil pendoidik matematika terhadapa kondisi pendidikan matematika di tanah air sejak dekade 90an. Mereka berasal dari beberapa perguruan tinggi, antara lain: ITB, UPI, UNJ, UNESA, UNY, dan USD.
Gagasan tentang pengembangan dan implementasi PMR di Indonesia semakin mengkristal melalui interaksi antara kelompok kecil pendididk matematika di Indonesia dengan pakar pendidikan matematika dari Belanda. Komunikasi mulanya dibangun secara informal, kemudian berlanjut pada pertemuan-pertemuan formal.
Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan matematika realistik, ketiga macam proses tersebut merupakan karakteristik dari pendidikan matematika realistik.

B.  Saran
Dengan memahami pengertian dari teori pembelajaran, konsep belajar menurut pandangan islam, dan macam-macam teori belajar niscaya akan melahirkan peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk manusia  Indonesia seutuhnya.


 


DAFTAR PUSTAKA

Sutarto, Hadi. 2017. “Pendidikan Matematika Realistik Teori, Pengembangan, dan Implementasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wijaya, Aiyadi. 2012. “Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sembiring, Robert k.. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Perkembangan dan Tantangannya. IndoMS. J.ME Vol. 1 no. 1 Juli 2010. Tersedia online http://www. Researchgate.net > Publication. Diakses pada Sabtu, 2 Maret 2019.


[1]Sutarto Hadi, Pendidikan Matematika Realistik Teori, Pengembangan, dan Implementasinya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Hal. 39-40
[2]Robert K. Sembiring. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Perkembangan dan Tantangannya. IndoMS. J.ME Vol. 1 no. 1 Juli 2010. Tersedia online http://www. Researchgate.net > Publication. Diakses pada Sabtu, 2 Maret 2019.
[3]Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu), hal. 28-29.
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL