MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH POKOK AKIDAH ISLAM DAN CABANG-CABANGNYA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Beragama adalah suatu bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang diajarkan oleh agama yang di anutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama, oleh karena itu tidak ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan agama tersebut.
Dalam agama Islam terdapatpilar-pilarkeimanan yang dikenaldenganrukuniman, terdiridarienampilar, ke-enamtersebutadalahkeyakinan Islam terhadaphal-halghaib yang dapatdiyakinisecaratrasendental, sebuahkepercayaanterhadaphal-hal yang diluardayanalarmanusia. Diantaranyaadalah, imankepada Allah, imankepadamalaikat, imankepadakitab, imankepadarasul, imankepadaharikiamatatauhariakhir, dan iman kepadaqa dadan qadar.
Enam pilar ke-imanan ummat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tanpamempercayaisalahsatunyamakagugurlahkeimanannya, sehingga mengimani ke-enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawarl agi.Oleh karena itu, penulisakan mengkaji berbagai hal yang menyangkut keimanan tersebut.

B.     RumusanMasalah
1.      PengertianImanKepada Allah?
2.      PengertiaImanKepadaMalaikat?
3.      PengertianImanKepadaRasul?
4.      PengertianImanKepadaKitab-kitab Allah?
5.      PengertianImanKepadaHariAkhir?
6.      PengertianImanKepadaQadadanQadar?


BAB II
PEMABAHASAN
A.      Pengertianimankepada Allah
Setiap orang muslim wajib mempercayai kepada adanya Allah yang maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana juga wajib mempercayai adanya keimanan-keimanan yang lain yang ditetapkan dalam Quran dan sunnah. Dalam hal itu Allah bersifat wujud (ada), baqa’ (kekal), qidam (tidak bermula), mukhalafatullilkhawadis (berlainan dengan makhluknya), qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), wahdaniyah (esa), qudrat (kuasa), iradat (berkehendak), ilmu (berpengetahuan), hayat (hidup), sama’ (mendengar), bashar (melihat), dan kalam (berkata-kata).[1]
Selain itu juga memiliki nama-nama yang paling baik yang di istilahkan dengan asmaul husna berjumlah 99 nama diantaranya: Arrahman (maha pengasih), Arrahim ( maha penyayang), al-malik (penguasa seluruh makhluk), al-kuddus (maha suci), as-salam (pemberi keselamatan), dan masih banyak lagi. DalamhalituTuhanjugawajibdisembahsesuaidenganfirmannya:
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ الْجِÙ†َّ ÙˆَالْاِÙ†ْسَ اِلاَّ Ù„ِÙŠَعْبُدُÙˆْÙ†ِ {٥٦}
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku” (Q.S. Az-Zariat: 56).
Dan sebagai orang muslim wajib bertauhid kepada Allah dengan jalan mengekuinya adanya Tuhan yang Maha Esa dengan kepercayaan atau keimanan yang sebenar-benarnya menurut dalil-dalil dari Quran dan Hadis (naqli) dan juga berdasarkan jalan pemikiran yang logis (aqli) untuk memastikan kebenaran tersebut. Sedangkan pengertian bertauhid menurut syari’at yaitu menyembah kepada Allah melalui peribadatan dengan disertai adanya kepercayaan bahwa dia bersifat Maha sempurna dan menciptakan segala makhluk. Semuanya menunjukkan betapa bijaknya dia dalam mengatur apa-apa yang ada di dalamnya. Setelah manusia mengimaninya, maka wajib baginya menyempurnakan pemahamannya sesuai dengan yang digariskan oleh syari’at agama.
Perasaan fitrah kita menunjukkan adanya kekuatan maha dassyat yang mengendalikan alam semesta. Ini merupakan dalil yang benar atau pasti akan adanya Al-khalik. Kita dapat membuktikannya dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia, yang menunjukkan perasaan fitrah benar-benar sesuai dengan kenyataan. Tidak diragukan lagi bahwa perasaan fitrah yang ada di dalam jiwa manusia tidak terjadi begitu saja. Pada dasarnya, fitrah manusia itu cocok dengan hakikat alam nyata, juga cocok dengan kebutuhan manusia. Bagaimana pun tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia tidak akan memalingkan manusia dari hal yang fitrah, kecuali jika fitrah itu sakit atau menyimpang.[2]
Salah satu perasaan fitrah manusia ialah pengakuan adanya al-khaliq, pencipta alam semesta, dan pengakuan btuhnya alam raya ini akan ilmunya untuk mengatur segala sesuatu. Semuanya merasakan bahwa adanya Allah adalah suatu hal yang pasti.
1.      Ilmu mengantarkan iman kepada Allah
Pembahasan ilmiah termasuk dalil-dalil kajian dan penelitiannya yang ilmiah terhadap rahasia alam, untuk mengenal hakikat adanya al-khaliq
a)      Islam dan penelitian ilmiah
Aktivitas penelitian yang bebas dari congkak dan sikap fanatik akan membawa penelitian kepada keimanan terhadap Allah dan sifat-sifatnya, serta keimanan kepada prinsip yang ditetapkan dan diajarkan oleh islam. Islam mendorong manusia agar menggunakan akalnya untuk meneliti, menyelidiki, serta menelaah segala sesuatu secara mendetail sehingga mencapai pengetahuan yang benar. Dalam hubungan ini, islam tidak merasa khawatir bahwa akidahnya akan luntur atau terkikis akibat di adakannya penyelidikan dan kajian ilmiah.
b)      Kesesuaian islam dengan hasil penelitian ilmiah
Kita tidak meragukan kesesuaian ajaran islam dengan hasil penelitian ilmiah yang bebas dari sikap fanatik. Bahkan dapat dikatakan, tidak ada perbedaan diantara keduanya. Hakikat yang di tetapkan oleh islam tidak akan berbeda dengan hasil penelitian ilmiah. Bahkan keduanya pasti bertemu pada satu titik kebenaran, sebab dalam masalah akidah tidak akan ada dua kebenaran, sebagaimana ketetapan di alam raya ini.
c)      Kelapangan islam dalam berdiskusi
Akidah islam bersikap lapang dada dan siap untuk berdiskusi atau berdialok secara objektif, lepas dari panatisme. Oleh karena itu meyeru dan menganjurkan penganutnya agar melakukan dialog dan berdiskusi kebenaran dengan lapang dada.
d)     Penyelidikan ilmiah mewujudkan keimanan kepada Allah
Hasil yang pasti akan diperoleh para peneliti tentang rahasia jagatraya ini melalui penelitian yang objektif adalah hakikat keimanan kepada Allah yang maha Agung dengan segala sifatnya. Ketika mereka telah samapai kepada keimanan dan telah mengenalnya dengan sejelas-jelasnya mereka akan menjadi orang yang paling besar rasa takutnya kepada Allah.
e)      Keimanan ilmuan sekuler
Para ilmuan sekuler tidak merasa puas dengan meneliti sebatas gejala alam. Mereka melangkah lebih jauh lagi sehingga mereka dihadapkan pada satu hakikat tentang adanya al-khaliq, sekalipun mereka sering berusaha mengingkarinya. Oleh karena itu, banyak ilmuan dengan berbagai macam pahampemikiran dan agama mengakui dengan setulus hati tentang adanya al-khaliq yang Maha Esa. Inilah suatu hakikat yang menunjukkan adanya ar-raab yang dibuktikan oleh banyak dalil. Allah fitrahkan kepada kita akal fikiran, kesanggupan untuk mengenalnya dengan jalan meneliti dan mengkaji.[3]

B.     Pengertian iman kepada malaikat
Iman kepada malaikat termasuk rukun akidah yaitu beriman tentang keadaan malaikat. Di dalam suatu ayat Allah berfirman bahwa orang yang mengingkari malaikat adalah orang yang sesat. Artinya :
“barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, dan harikemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.(Q.S. An-Nisa: 136).
Didalam Al-Quran, terdapat lebih dari 75 ayat yang tersebar dalam 33 surah yang membahas tentang malaikat, demikian pula hadis-hadis rasulullah menegaskan bahwa iman kepada malaikat merupakan rukun akidah islamiyah. Diantaranya adalah hadis yang sangat mashur tentang datangnya malaikat kepada rasulullah dalam suatu majlis lalu bertanya kepada beliau tentang iman, ihsan , dan hari kiamat di saat itu jibril tampil sebagai orang tua berpakaian putih dan tidak ada satupun dari sahabat rasulullah yang mengenalinya. Ketika rasulullah di tanya oleh jibril tentang iman, maka beliau menjawab, “engakau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari akhir, serta beriman kepada qada dan qadar yang baik maupun yang buruk”. Jibril kemudian menjawab, “engkau benar”. (H.R. Imam Muslim dari Umar r.a).
1.      Hikmah keberadaan malaikat
Hikmah yang dikehendaki oleh ilahi terhadap ummat manusia antara lain diberikan-Nya dengan mengutus rasul dari kalangan mereka. Kepada para rasul tadi dia mengutus utusan dari kalangan malaikat, yang berperan sebagai penyampai atau penengah antara Allah dan para rasulnya. Malaikat menyampaikan risalahnya kepada rasul berupawahyu yang di dalamnya terkandung syari’at Allah yang akan diteruskan kepada manusia. Dengan kehendak Allah juga di tetapkan kepada malaikat berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan makhluk manusia, seperti mengawasi perbuatan dan amalan manusia, menjaga manusia, menempatkan roh dalam janin, serta merenggut nyawa. Malaikat memiliki keterkaitan dengan kehidupan manusia dalam banyak hal. Allah memberitahukan kepada kita keberadaan mereka dan kita wajib meyakininya.
2.      Hakikat malaikat-malaikat dan sifat-sifatnya
Kita dapat mengenali sifat malaikat dan hakikat mereka kecuali apa yang diberikan kepada kita oleh rasulullah. Sebab, sesuai kebiasaan manusia tidak menjalin hubungan dengan malaikat secara langsung. Manusia tidak dapat mengenalnya melalui indera yang dimiliki untuk mendapat pengetahuan dan meyakinkan tentang hakikat zat maupun sifat mereka.
Sifat-sifat malaikat sebagaimana diterangkan di dalam nash antara lain:
a.       Malaikat diciptakan dari cahaya
b.      Malaikat kadang-kadang bersama kita tapi kita tidak dapat menyadarinya
c.       Malaikat dapat berubah wujud dan bentuk badannya seperti berwujud manusia yang tidak dikenal
d.      Memiliki kemampuan dengan seizin Allah
e.       Sifat malaikat adalah patuh dan taat kepada Allah
f.       Para malaikat tidak menikah dan tidak pula mempunyai keturunan karena mereka diciptakan tanpa melalui kelahiran
g.      Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada para nabi yang berupa syari’at
h.      Malaikat dapat naik dan turun antara langit dan bumi tanspa terpemgaruh oleh daya tarik dan tanpa terhalang oleh apapun.
i.        Malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia
j.        Para malaikat sangat takut kepada Allah sekalipun mereka tidak melekukan maksiat
k.      Malaikat memiliki sayap ada yang 2, 3, 4, dan lebih dari itu.

3.      Jumlah malaikat
Adapun jumlah nmalaikat secara pasti tidak dapat diketahui oleh seluruh makhluk Allah, disebebkan oleh sangat banyak jumlahnya, dan telah Allah nyatakan dalam sebuah firman bahwa para malaikat adalah tentara Allah. Tidak ada yang mengenali jumlahnya kecuali Allah. Tetapi yang wajib kita ketahui ada 10 malaikat yaitu: malaikat jibril, mikail, rakib, atid, israil, irafil, mungkar, nangkir, malik, dan ridwan.[4]
Dari kajian tentang malaikat diatas dapat disimpulkan bahwa malaikat adalah makhluk ghaib yang tidak terjangkau oleh indera manusia, diciptakan dari cahaya, ia tidak dapat dilihat pada keadaan biasa, melakukan kemampuan berbagai amalan yang diluar kebiasaan manusia.

C.     Pengertian iman kepada rasul
Mengimani semua nabi dan rasul dengan segenap kitab yang diturunkan kepada mereka termasuk bagian dari rukun akidah islamiyah. Jelas bahwa iman kepada Allah SWT tidak terlepas dari iman kepada rasul-rasunya, sebab merupakan bagian dari iman kepada Allah membenarkan semua bentuk dukungan rabbani. Tidak mungkin wahyu datang darinya kecuali disampaikan kepada para rasulnya sebagai penyampai syari’at dan agamanya dengan benar. Disamping itu, dalam mengimani Allah merupakan keharusan membenarkan semua yang dibawa dan diberitakan oleh rasul-rasulnya. Kita sekaigus harus mengimanai rasul-rasulya, seperti yang diberitakan dan ditegaskan dalam kitabnya, yang tidak datang dari sesuatu yang batil.
Tugas-tugas rasul dengan makna dan risalah dipandang dari nash-nash Al-Quran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Tidak berusaha meraih keuntunga peribadi
2.      Berlaku bijak dalam memberikan nasehat
3.      Adil dan amar ma’ruf dan nahi munkar
4.      Menjadi suri tauladan
5.      Memimpin ummat dalam urusan agama dan dunia
Setelah membahas tentang tugas-tugas rasul menjadi jelaslah bagi kita dalam mengetahui sifat-sifat para rasul:
a.       Rasul adalah hamba yang dipilih Allah dan diberi wahyu
b.      Dia adalah menyampaikan hukum syari’at dan hukum agama dari Allah
c.       Ia dibenarkan dengan Allah dengan dibekali mukjizat
d.      Ia merupakan sosok panutan yang baik amal dan akhlaknya dan dijadikan petunjuk
e.       Ia wajib dipatuhi dan diikuti denga seizin dan perintah Allah
f.       Ia adalah pemimpin bagi ummatnya yang mengatur urusan keduniaan
Dengan pengamatan tersebut dapat disimpulkan beberapa sifat yang harus ada pada setiap rasul. Seorang rasul hendaknya orang yang suci sehat, akal pikirannya, benar ucapannya, bersifat amanah dalam penyampaian, kuat rohaninya dan lain sebagainya. Rasul pada hakikatnya adalah manusia biasa yang membutuhkan apa yang lazim dibutuhkan oleh manusia, seperti makan, minum, tidur, menikah, sakit, dan melakukan kesalahan yang dilakukan manusia.[5] Adapun rincian sifat-sifat rasul yaitu:
1)      Fathanah (cerdik dan tangkas)
2)      Al-Ishamah ( terjaga dari kesalahan)
3)      As-Siddiq (benar)
4)      Tabliqh (menyamapaikan)
5)      Rasul tidak terkena penyakit yang menakutkan
6)      Rasul adalah seorang manusia biasa
7)      Allah memilih rasul dari jenis laki-laki karena lebih tepat yang berperan sebagai hakim, pemberi perintah, pemberi larangan, serta bertanggung jawab mengatasi semua prablem ummatnya.

D.    Pengertian iman kepada kitab-kitabnya
Al-kitab secara bahasa adalah bentuk dari kataba sama halnya dengan al-katbu yang berarti mengumpulkan atau menyatukan. Sedangkan menurut syar’i adalah firman-firman Allah yang didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya yang diwahyukan kepada rasul dan disampaikan kepada manusia. Secara syar’i al-kitab juga berarti semua benda berupa lembaran atau papa, wahyu secara lisan maupun tertulis yang diturunkan Allah kepada rasul untuk disampakan kepada ummat manusia dengan bahasa apapun yang terkumpul menjadi satu. Kebutuhan manusia akan kitab karena beberapa hal sebagai berikut:
1.      Agar kitab yang diturunkan kepada rasul menjadi rujukan kepada ummatnya seoanjang zaman
2.      Agar kitab tersebut dijadikan hakim pemberi keputusan yang adil pada ummatnya baik dalam segala perkara
3.      Agar kitab tersebut dijadikan penjaga akidah agama, syari’atnya serta tujuannya agar mereka terhindar dari kesesatan
4.      Agar kitab tersebut berperan sebagai penjaga dakwah dan risalah rasul, serta membantu penyebaran dan penerimaan risalah dikalangan masyrakat
Jumlah kitab yang diturunkan Allah kepada rasul ada empat, yaitu:
Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, Zabur ditunkan kepada Nabi Daud As, Taurat ditunkan kepada nabi Musa As, dan Injil diturunkan kepada Nabi Isa As.


E.     Pengertian iman kepada hari akhir atau hari kiamat
Setiap orang yang beriman diwajibkan oleh tuhan untuk percaya kepada hari akhir atau kiamat yang merupakan hari kebangkitan segala makhluk dari alam kuburnya untuk di hisab dan diperhitungkan segala amalnya antara yang baik dan buruk yang akan dibalas dengan surga atau neraka. Sebelum kiamat terjadi maka manusia yang baru saja meninggal dan ketika berada di alam kubur akan mendapat pertanyaan dari para malaikat-malaikat. Semua mereka yang telah mati baik yang telah menjadi abu, dalam perut ikan, binatang buas, dan dimana saja mereka berada akan mendapatkan pertanyaan tersebut. Kemudian tuhan akan memabangkitkan mereka semua menuju pengadilan hari kiamat. Dalam hal ini siksaan atau nikmat kubur bisa di umpamakan dengan terjadinya mimpi bagi sesorang dengan peristiwa kenikmatan atau kesedihannya yang terjadi dalam tidurnya yang tidak akan dirasakan atau di percayai oleh orang-orang yang disampingnya. Dan ini baru diketahui setelah mimpi itu di ceritakannya kepada orang-orang yang berada di sekitarnya.
Kiamat terjadi setelah adanya tiupan terompet pertama yang akan mematikan semua makhluk baik di langit maupun di bumi, kemudian terjadilah tiupan yang kedua untuk membangkitkan segala makhluk dari kuburnya masing-masing untuk di khalau kepadang masyar, di timbang segala amal kebaikan dan keburukannya dan diberikan pembalasan terhadap apa yang diusahakannya selama hidupnya. Amal yang baik dibalas dengan surga dan amal yang buruk di balas dengan neraka.
Sebelum memasuki surga dan neraka segala ummat berda pada lapangan yang luas untuk menunggu keputusan tuhan tentang nasib yang akan diterimanya sesuai amalnya. Ketika manusia menunggu keputusan dari tuhan ada namanya hari kehausan yang luar biasa aka di situlah tuhan menyediakan kolam besar atau telaga yang dinyatakan oleh Nabi bahwa airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan gelasnya sebanyak bintang dilangit. Dan apabila orang beriman minum seteguk maka dia tidak akan kehausan untuk selamanya.
Adapun tanda-tanda hari kiamat diantaranya yaitu: terjadinya asap tebal, adanya dajjal, binatang melatah, matahari terbit dari barat, turunnya nabi Isa, munculnya ya’jud dan ma’jud, terjadinya gerhana bulan, api keluar dari negeri yaman, dan lain sebagainya.

F.      Pengertian iman kepada qada dan qadar
Kata qada makna bahasanya adalah menyempurnakan sesuatu perkara melaksanakan dan menyelesaikan baik itu ucapan, amalan, dan lainnya. Sedangkan dalam syari’at makna qada dan qadar penakaran unsur segala sesuatu zatnya, sifatnya, waktunya, hukumnya, dan segala sesuatu disisi Allah. Iman kepada qada dan qadar termasuk hal pokok dan akidah islam.
Kehendak Allah menggariskan bahwa dalam menghadapi segala perkara, manusia dibatasi oleh kekuasaan qada danqadar seperti masalah hidup, mati, kesehatan, rezki. Hal ini terbukti kita rasakan dan kita alami tanpa kita mampu melakukan rekayasa ataupun mempengaruhinya. Diseputar lingkarang berbagai masalah itulah putaran qada dan qadar menyelimuti apa saja yang kita alami atau terjadi pada kita tanpa kita kehendaki samahalnya dengan burung di dalam sanggar yang bisa diperlakukan apa saja oleh pemiliknya, begitulah masalah kita dalam qada dan qadar.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun iman, terdiri dari enam pilar, ke-enam tersebut adalah keyakinan Islam terhadap hal-hal ghaib yang dapat diyakini secara trasendental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Diantaranya adalah, iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat atau hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar.
Enam pilar ke-imanan ummat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.  Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani ke-enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, penulis akan mengkaji berbagai hal yang menyangkut keimanan tersebut.






DAFTAR PUSTAKA
Husain Bahreisi, Tuntutan Islam, Surabaya: Al-ikhlas, 2001
Abdurrahman Habanakah, Pokok Akidah Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1998
Imam Muhammad Ibn Wahab, Tauhid, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004
Fauzi Saleh, Piral-piral Tauhid,Jakarta: Ummul Qura, 2007
Salih Al-Fauzan, Kitab-kitab Tauhid, Jakarta: Rineka Cipta, 2000



[1]Husain Bahreisi, Tuntutan Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 2001), hal. 19.
[2]Abdurrahman Habanakah, Pokok Akidah Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 82.
[3]Imam Muhammad Ibn Wahab, Tauhid, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), hal. 86.
[4]Fauzi Saleh, Piral-piral Tauhid, (Jakarta: Ummul Qura, 2007), hal. 199.
[5]Salih Al-Fauzan, Kitab-kitab Tauhid, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 210.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH STRATEGI KEWIRAUSAHAAN