MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH JENIS-JENIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setelah kita mengetahui apa itu penelitian, maka hal selanjutnya yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini yaitu jenis-jenis penelitian, kenapa hal itu perlu dibahas, karena penelitian itu beragam, yang semua itu tentunya memiliki peran dan fungsi yang berbada antara satu dengan yang lainnya, sehingga kita akan tau jenis penelitian apa yang akan dilaksanakan dan sering dilaksakan di lapangan, baik itu oleh ilmuwan, guru atau mahasiswa sekalipun. Salah satu jenis penelitian diantaranya yaitu Penelitian Tindakan Kelas atau yang sering kita sebut dengan PTK, yang mana PTK ini merupakan salah satu tindakan yang sengaja dimunculkan yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas agar lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas ini biasanya dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui bagaimana kondisi kegiatan belajar mengajar dikelas apakah terlaksana dengan baik atau tidak, bagaiamana menemukan solusinya dan cara memperbaikinya, karena tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan suatu materi pembelajaran saja melainkan bagaimana cara membuat siswanya mau belajar.
Selain itu, guru yang hebat adalah guru yang berupaya untuk belajar, disamping ia mengajar. Dan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah ajang pembelajaran yang terbaik bagi guru. Seorang guru akan menjadi guru yang luar biasa, ketika ia mampu melaporkan penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.
Untuk mengatahui lebih dalam lagi mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka dalam makalah ini selain akan membahas mengenai jenis-jenis penelitian juga akan membahas mengenai ciri khas dan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
B.     Rumusan Masalah                                                                                           
Berdasarkan latar belakang belakang diatas, adapun masalah yang ingin digali dalam pembuatan makalah ini seperti terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1.      Apasaja jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?  
2.      Apa ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
3.      Bagaimana karakteristik Penilitian Tindakan Kelas (PTK)?
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian.
2.      Untuk mengetahui ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3.      Untuk mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas
Jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) secara umum dibagi menjadi 4 kelompok menurut Chein dalam Paizaluddin dan Ermalinda mengemukakan bahwa jenis penelitian tindakan kelas terbagi menjadi 4 yaitu: [1]
1.       Penelitian Tindakan Diagnostik
PTK Diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menentukan peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini Peneliti mendiagnosis dan memasuki sistuasi yang terdapat di dalam latar penelitian.
Penelitian tindakan diagnostik ini dirancang untuk menuntun kearah tindakan. Contohnya penelitian tindakan diagnostik yang dapat dilakukan adalah penelitian yang dilakukan di suatu sekolah, atau organisasi masyarakat tertentu. Di sekolah tersebut banyak terjadi pertengkaran antar beberapa kelompok siswa yang sering diikuti oleh perkelahian. Suatu tim peneliti dari lembaga penelitian diundang. Wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang lain, kepuasannya, kekecewaannya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan sekolah. Informasi yang diperoleh ditabulasikan dan ditabulasi silang, hasil-hasilnya dianalisis, dan rekomendasi dibuat.
Rekomendasi itu sendiri tidak diuji sebelumnya, dan juga bukan merupakan obyek penelitian tertentu. Rekomendasi itu dihasilkan lebih kurang melalui proses intuitif berdasarkan kumpulan pengalaman masa lalu dan diagnosis saat itu. Karena rekomendasi dibuat oleh seorang ahli penelitian atau tim peneliti yang tidak terlibat dalam kehidupan dalam ajang sasaran, ada kemungkinan bahwa rekomendasi tersebut tidak realistic. Inilah kelemahan penelitian jenis.

2.       Penelitian Tindakan Partisipan
Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas: (1) diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan. Dan (2) ketidakterlibatan tim peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan. Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal. Dengan demikian, mereka itu tidak hanya dapat menyadari perlunya melaksanakan program tindakan tertentu, tetapi secara jiwa raga akan terlibat dalam program tindakan tersebut.
Contoh penelitian tindakan jenis ini dapat sama dengan contoh pada jenis pertama di atas, namun peneliti harus berada di sekolah dari awal penelitiannya, yaitu pada waktu mendiagnosis/menganalisis keadaan dan melihat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dan merumuskan rencana tindakan.
Kelemahannya adalah bahwa model ini menuntut curahan tenaga, pikiran, dan waktu peneliti, yang kadang sulit dipenuhi karena dia juga memiliki pekerjaan sendiri.

3.      Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian tindakan jenis ini adalah melakukan sesuatu dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Sebuah contoh dapat diberikan sebagai berikut. Pengurus jurusan di suatu perguruan tinggi melihat adanya masalah dalam proses rapat jurusan. Dia mengemukakan kepeduliannya di depan forum dosen, dan dia sangat lega karena semua dosen merasakan hal yang sama. Dia mengajak semua dosen untuk bersama-sama merumuskan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Kelemahan penelitian tindakan jenis ini adalah bahwa simpulan ditarik dari pengalaman dengan satu kelompok atau beberapa kelompok yang berbeda dalam berbagai segi yang tak terkontrol. Meskipun punya kelemahan, penelitian tindakan empiris dapat menuntun peneliti untuk mengembangkan secara bertahap prinsip yang secara umum sahih.
Penelitian jenis ini cukup banyak kelemahannya, diantaranya:
a.       Banyak organisator dan pimpinan kelompok yang tidak memiliki kemampuan merumuskan hipotesis tindakan secara eksplisit atau menyatakan simpulannya secara cermat.
b.      Pelaku penelitian yang juga dibebani dengan tanggung jawab tindakan biasanya tidak mampu menyisihkan waktu untuk mencatat secara lengkap amatannya atau dalam beberapa hal bahkan tidak dapat melakukan amatan itu sendiri.
c.       Jika penyimpanan catatan benar-benar memadai, biasanya begitu banyak yang berhasil dikumpulkan, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk menganalisis seluruhnya.
d.      Bahkan dengan niat yang terbaik sekalipun sulit bagi pelaku penelitian untuk benar-benar obyektif dalam menilaikeluaran usaha tindakannya sendiri. Faktor luar selalu mempengaruhi apa yang terjadi dalam situasi kelompok, dan penafsiran terhadap pengaruhnya selalu agak subjektif.

4.      Penelitian Tindakan Eksperimental
Penelitian tindakan eksperimental adalah penelitian yang berbagai teknik tindakannya sangkil. Hampir selalu ada lebih dari satu cara untuk mencapai sesuatu.
Dari semua jenis penelitian tindakan, jenis eksperimental memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi ia merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit untuk dilaksanakan dengan berhasil. Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul termasuk:
a.       Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi keakuratannya;
b.      Kekurang mampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan sosial; dan
c.       Kekurang mampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial.
Kesulitan ini sebagian besar dapat dihindari jika program penelitiannya dari awal direncanakan dengan bekerja sama dengan agen pelaksana yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaannya, sehingga tindakan yang perlu benar-benar dilaksanakan. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa penelitian tindakan eksperimental akan berhasil jika didukung oleh perencanaan dan kerja sama yang sangat baik dengan setiap orang yang terkait dengan program tersebut.
Pemilihan jenis penelitian tindakan akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang dihadapi oleh peneliti. Namun, hendaknya kelemahan-kelemahan setiap jenis selalu diingat sehingga manfaat dapat dipetik secara optimal.

B.     Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki beberapa ciri yang dapat membedakannya dengan penelitian yang lain, adapun ciri-ciri tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yakni ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri-ciri umum adalah sebagai berikut:[2]
1.      Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi, dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis atau masalah dalam konteks tertentu da usaha untuk memecahkan masalah dalam konteks tersebut. Subjeknya bisa siswa di kelas, petatar di kelas penataran, mahasiswa dan dosen di ruang kuliah dan sebagainya.
2.      Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis. Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku.
3.      Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK.
4.      Partisipatori karena peneliti dan atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK.
5.      Self-evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang di evaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu.
6.      Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7.      Secara ilmiah kurang ketat karena keshahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun di upayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
Sementara itu, ciri-ciri khusus Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:[3]
1.      Dalam PTK ada komitmen pada peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap yang terlibat memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.
2.      Dalam PTK, ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan meningkatkan pemahaman dan praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.
3.      Pada PTK melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen dan bermaksud. Tindakan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat di ubah ke arah perbaikan.
4.      Dalam PTK dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid. Mengingat hasil PTK adalah pemahamn yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi, pengumpulan datanya harus sistematis sehingga peneliti dapat mengetahui arah perbaikannya dan juga dalam hal apa pembelajaran telah terjadi.
5.      PTK melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi disini bukan penjelasan, melainkan rangkaian certita tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan.
6.      Perlunya validasi. Dalam hal ini melibatkan: (1) Pembuatan pernyataan; (2) Pemeriksaan kritis terhadap pernyataan lewat pencocokkan dengan bukti; dan (3) Pelibatan pihak lain dalam validasi.
Validasi terjadi dalam beberapa tingkatan, yakni (1) Validasi diri, yaitu penjelasan yang diberikan peneliti tentang taktik atau kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) Validasi sejawat, yaitu pemeriksaan kritis terhadap bukti oleh teman sejawat, sehingga dapat dihindari penyampuradukkan deskripsi dengan penjelasan, data dengan bukti dan menyediakan kompensasi bagi kelemahan karena kurang lengkapnya catatan; dan (3) Validasi publik, yaitu upaya meyakinkan publik tentang kebenaran klaim peneliti.[4]



C.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  
PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut:[5]
1.      On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2.      Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru sejak awal dan dini menyadari ada permasalahan dalam peraktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya dikelas dalam PBM tidak bermasalah PTK tidak diperlukan. Dengan kata lain, PTK diperlukam jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM dikelas dan ia merasa perlu untuk memperbaiki secara profesional.
3.      Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Dengan peningkatan mutu pendidikan secara makro. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
4.      Ciclic (siklus). Konseo tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.
5.      Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM dikelas. Jadi, tindakan dalam PTK adalah sebagai alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru dikelas. Perbedaan yang menonjol antara PTK dengan penelitian penelitian lainnya adalah harus ada perbaikan tindakan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu dalam konteks dan situasi saat itu pula. Tindakan (action) itu benar-benar dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori, dan juga tidak dimaksudkan untuk menari solusi yang berlaku umum disetiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada generalisasi hasil PTK. Disamping adanya tindakan, dalam PTK tindakan yang dilakukan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya, pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada saat pengamatan atau observasi.
6.      Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan pesertan didik.   
7.      Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM di lahan kelas. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Oleh karena itu dalam PTK berbeda dengan penelitian pada umumnya. Misalnya penelitia survey, ekperimen, deskripsi dan beberapa jenis penelitian lainnya. Dalam PTK populasi dan sempelnya tidak terlalu canggih sebagaimana penelitian pada umumnya. Metodologi dalam PTK bersifat longgar dan fleksibel tidak terlalu mengedepankan pembukuan instrumen. Namun, sebagai kajian ilmiah pengumpulan data dalam PTK tetap dilakukan dengan menekankan objektifitas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM dikelas. Solusi terhadap masalah-masalah yang digarap di dalam suatu kegiatan PTK tdak untuk digeneralisasikan secara langsung. Jadi, setiap msalah yang muncul harus segera dicarikan solusinya untuk saat itu dan kondisi dan konteks saat iru pula. Tidak harus menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap situasi, konidsi, dan konteks. Namun demikian, tidak berarti PTK tidak dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTK yang berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, pola situasi umum untuk beberapa masalah akan muncul sehingga generalisasi hasil suatu kegiatan PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.
8.      Participatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipaasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam pelaksanaannya, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan widyaswara dengan dosen dan guru dengan pengawas.
9.      Peneliti sekaligus sebagai praktis yang melakukan refleksi. Kegiatan penting lainnya dalam PTK adalah adanya reflesi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebenarnya kegiatan refleksi ini sering dilakukan guru tanpa guru itu menyadarinya. Sebagai contoh refleksi yang sering dilakukan oleh guru adalah pada saat seorang guru mengeluhkan tingkah laku negatif seorang siswa atau sekelompok siswa di dalam kelas ketika proses belajar mengajar. Dengan melakukan kegiatan refleksi menyebabkan munculnya berbagai pertanyaan pada diri seorang guru, seperti: jangan-jangan ia mengajar kurang baik, atau jangan-jangan penampilannya kurang disukai siswa, atau jangan-jangan siswa merasa bosan dengan pelajarang yang ia ajarkan, atau jangan-jangan siswa kurang tertarik kepada pelajaran itu, atau seterusnya. Jadi sebenarnya guru sering sekali melakukan kegiatan refleksi terhadapr apa yang terjadi dalam PBM di kelasnya itu guru tersebut tertarik untuk mencari solusinya dengan melakukan kegiatan PTK atau keluhan-keluhan tersebut berlalu begitu saja.
10.  Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planing), tidakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali beberapa siklus.
Sedangkan menurut Richart Winter, ada 6 karakteristik PTK:[6]
1.      Kritik refleksi; salah satu langkan dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi.
2.      Kritik dialektik; peneliti melakukan kritik terhadap fenomena yang di telitinya.
3.      Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan adanya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, peserta didik dan sebagainya. Ke semuanya itu di harapkan dapat di jadikan sumber data atau data sumber.
4.      Resiko; dengan adanya ciri resiko di harapkan dan di tuntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada aktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada di antaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi
5.      Susunan jamak; bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif.
6.      Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.
Jadi, karakteristik PTK yang paling jelas adalah bahwa penelitian ini  bukan sekedar ingin tahu persoalan, tapi ingin mencari solusi persoalan dalam rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ditinjau dari berbagai aspek, penelitian memiliki berbagai macam jenis, yang perlu kita ketahui, diantaranya: (1) Menurut tujuannya, yaitu penelitian eksploratif, deskriptif, eksperimen dan evaluasi, (2) Menurut model penelitiannya, yaitu, penelitian kualitatif dan kuantitatif, (3) Menurut ketersediaan data, ada penelitian eksperimen dan non eksperimen, (4) Berdasarkan manfaatnya, ada penelitian terapan dan penelitian dasar, dan (5) Menurut tempat, yaitu ada penelitian laboratorium, lapangan dan perpustakaan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu penelitian yang dapat digunakan sebagai ajang pembelajaran yang terbaik bagi guru. Seorang guru akan menjadi guru yang luar biasa, ketika ia mampu melaporkan penelitiannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merukan suatu tindakan yang digunakan oleh guru didalam kelas guna meningkatkan dan memperbaiki praktek-praktek pembelajaran agar lebih baik, professional dan bermutu.

B.     Saran
Alhamdulillah akhirnya makalah ini berhasil kami susun. Kami sadar dalam proses penyusunan hingga tersusunnya makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami akan sangat menghargai kritik dan saran dari rekan-rekan semua, agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan ,manfaat bagi kita semua. Terimakasih.





DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru Bandung: CV Yrama Widya.2009.
Kartini, Kartono. Pengantar Metodologi Riset Sosial Bandung: Mandar Maju.1996.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2013.
Mahmud. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik Bandung: Tsabita.2008
Moh. Nazir. Metode Penelitian Jakarta: Ghalia Indonesia.2003.
Nizar, Ahmad. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Ciputaska Media.2016.
Prasetyo. Metode Penelitian Kuantitatif;Teori dan Aplikasi Jakarta: Raja Grafindo Persada.2003.




[1] Ahmad, Nizar. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media.2016), hlm. 201.
[2] Zainal, Akib. Penelitian Tindakan Kelas (Bandung:CV Yrama widya.2009), hlm. 17.
[3] Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju. 1996), hlm. 17.
[4] Kumandar. Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas Sebagai Pengembangan (Jakarta:PT. Rajagrafindo Presda.2013),hlm.45.
[5] Mahmud. Penelitian Tindakan Kelas Praktek dan Teori (Bandung: Tsabita.2008), hlm.20.
[6] Nazir, Moh. Metode Penelitan (Jakarta: Ghalia Indonesia.2003), hlm. 15.

<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL