BAB I
PENDAHULUAN
Pendidik (guru) merupakan salah satu aspek yang
terpenting dalam pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan suatu amanah yang
sangat berat untuk dilaksanakan. Dikatakan berat, karena guru harus bisa
membimbing dan mengarahkan peserta didiknya ke arah yang positif dan lebih
baik, dari semua aspek yang ada pada peserta didik baik dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Seorang guru bisa mengemban amanah sebagai
pendidik dengan baik, apabila ia mengerti akan berbagai teori yang menyangkut
dirinya yang bertugas sebagai guru. Dalam kaitannya dengan masalah ini, akan
dibahas dalam makalah ini berbagai asumsi yang diambil dari sumber utama agama Islam yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam kedua sumber
tersebut terdapat banyak sekali literatur-literatur yang membahas tentang
pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari
bahasa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound
through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan
seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker)yang dipakainya. Pada
mulanya istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di
mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu
berarti pemain sandiwara itu sendiri.
Istilah personality terutama menunjukkan suatu
organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku lainnya
yang saling berhubungan di dalam suatu individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek
ini bersifat psikofisik yang menyebabkan individu berbuat dan bertindak seperti
apa yang dia lakukan, dan menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan
individu itu dengan individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya,
kepercayaannya, nilai-nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya,
macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.
Pengertian Kepribadian menurut para Ahli
berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandang ahli yang bersangkutan. Banyak ahli
yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan.
Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi pengertian kepribadian sebanyak
ahli yang merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli yang definisinya
dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian. Gordon W. Allport Pada
mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man really is.”
Tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia merevisi
definisi tersebut. Definisi yang kemudian dirumuskan oleh Allport
adalah: “Personality is the dynamic organization within the individual of
those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his
environment”. Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan
menjadi: Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai
sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya
yang berjudul Elements of Psychology merumuskan definsi kepribadian
sebagai berikut :“Personality is the integration of all of an individual’s
characteristics into a unique organization that determines, and is modified by
his attemps at adaption to his continually changing environment.” (Kepribadian adalah
integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik
yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus). Semuanya ini telah ditata dalam caranya yang
khas di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah
lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”. Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instrument.
Berdasarkan pengertian kepribadian
menurut para ahli di atas dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian
sebagai berikut:
1. Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek
psikis, seperti:inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. serta aspek
fisik, seperti : bentuk tubuh,kesehatan jasmani, dst.
2. Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang
mengalamiperubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang
khas atau unik.
3. Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi
dalam perubahantersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.
4. Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
individu. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepribadian adalah segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam
dirinya, digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik yang datang dari luar dirinya (eksternal) maupun dari dalam
dirinya sendiri (internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing
sesuai dengan ciri-ciri yang miliki. Kepribadian sebenarnya adalah suatu yang
abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara
berpakaian, dan cara menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Oleh karena
itu masalah kepribadian adalah sesuatu hal yang sangat menentukan tinggi
rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat.
Walaupun gambaran tentang guru itu tidak lengkap dan mungkin juga tidak benar
seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotip
guru itu.
Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi
murid-muridnya, namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang
yang pandai yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Orang yang berintelegensi
tinggi akan menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam
kenyataaan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dapat melakukan tugasnya
dengan baik sebagai profesi lainnya.
B. Kepribadian Guru Menurut Ahli Pendidikan Islam
Menurut Al Ghazali, adapun kepribadian guru mencakup:
1. Kasih sayang terhadap peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana
anaknya sendiri
2. peneladanan pribadi Rasulullah Saw
3. bersikap objektif
4. bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi peserta didik
5. bersedia mengamalkan ilmunya.
Sedangkan Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa kepribadian
yang perlu dimiliki guru adalah:
1. Kasih sayang kepada anak didik
2. Lemah lembut
3. Rendah hati
4. Menghormati ilmu yang bukan pegangannya
5. Adil
6. Menyenangi ijtihad
7. Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan, Sederhana.
Menurut Athiyah Al-Abrasyi seorang pendidik
Islam itu harus memiliki sifat-sifat tertentu agar ia dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Adapu sifat-sifat itu ialah:[6]
1. Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
keridlaan Allah semata.
2. Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat riya’,
dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat tercela lainnya.
3. Ikhlas dalam kepercayaan, keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam
pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan
sukses murid-muridnya.
4. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap murid, ia sanggup menahan diri,
menahan kemarahan, lapang hati, sabar.
5. Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya kepada
anak-anaknya sendiri, dan memikirkan keadaan mereka seperto memikirkan
anak-anaknya sendiri.
6. Seorang guru harus mempunyai tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan
pemikiran murid-muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik muridnya.
7. Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta
memperdalam pengetahuannya, tentang itu sehingga mata pelajaran itu tidak akan
bersifat dangkal.
C. Kepribadian Guru dalam Al-Quran dan Hadist
Pribadi yang arif bijaksana seperti ini sangat perlu
dimiliki seorang guru yang menginginkan anak didiknya memiliki perilaku-prilaku
yang baik menurut syariat.
Sifat guru yang tergambar
dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Daramiy adalah
menerangkan untuk takut kepada Allah, tidak sombong, dzikir, serta memohon
ampun kepada Allah.
أَخْبَرَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ
عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ : كَفَى بِالْمَرْءِ
عِلْماً أَنْ يَخْشَى اللَّهَ ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ
جَهْلاً أَنْ يُعْجَبَ بِعِلْمِهِ. قَالَ وَقَالَ مَسْرُوقٌ : الْمَرْءُ حَقِيقٌ
أَنْ تَكُونَ لَهُ مَجَالِسُ يَخْلُو فِيهَا فَيَذْكُرُ ذُنُوبَهُ فَيَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ- الدارمي
“Menceritakan kepada kami ahmad bin
‘abdullah, menceritakan kepada kami zaidah dari al- a’masy
dari muslim dari masruq berkata: Cukup bagi seseorang yang berilmu untuk takut
kepada Allah. Dan cukup bagi seorang yang bodoh untuk membanggakan ilmunya.
Muslim Berkata, dan masruq berkata: seseorang yang benar adalah apabila dia
dalam majlis yang kosong didalamnya, maka ia akan mengingat dosanya dan memohon
ampun kepada Allah”.
Hadits diatas memberikan gambaran, bahwa seorang guru harus mempunyai sifat takut, yang bisa diperluas dengan menggunakan kata taqwa. Taqwa disini
dimaksudkan agar guru senantiasa merasa takut untuk berbuat yang dilarang, agar
anak didiknya tidak meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Hal semacam ini
yang penting untuk diterapkan oleh guru. Karena tugas seorang guru bukan hanya
mengajar atau mentransfer ilmu. Akan tetapi sangat jauh dari pada itu, seorang
guru adalah pendidik dari semua aspek yang ada pada manusia baik dari sisi
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Selain takut kepada Allah, hadits diatas juga
melarang untuk menyombongkan diri dengan ilmu, dan senantiasa mengingat dosa
atau kesalahannya lalu meminta ampun kepada Allah SWT. Matan hadits diatas
hendaknya dilaksanakan dengan baik dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.
Selanjutnya sifat yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik, banyak dibahas dalam Alqur’an,
diantaranya dalam Surat Ar-rahman ayat 1.
الرَّحْمَنُ (1)
(tuhan) yang Maha pemurah.
Ayat diatas menggambarkan akan sifat guru yang harus memiliki rasa kasih
sayang.
Hal ini dimaksudkan agar guru senantiasa memberikan limpahan perasaan yang
mendalam kepada seluruh anak didiknya dengan kasih sayang agar kegiatan belajar
berjalan dengan khidmat dan tentunya dapat membuat anak didik merasa nyaman
ketika belajar serta KBM (kegiatan belajar mengajar) akan membuahkan hasil yang
baik sesuai dengan keinginan.
Kepribadian yang baik seorang guru
akan baik, akan senantiasa memperlancar kegiatan belajar, dan dengan pribadi
baik pula akan menghasilkan pendidikan yang di inginkan. Dalam Al-qur’an juga
banyak membahas tentang berbagai sifat yang baik, yang secara eksplisit harus
dimiliki oleh seorang guru. Dalam surat An-najm ayat 5 menjelaskan tentang
sifat kuat.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5)
Yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Dalam ayat ini Allah
SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW di ajari oleh jibril. Jibril itu sangat
kuat, baik ilmunya maupun amalnya. Dalam firman Allah SWT dijelaskan dalam surat At-Takwir: 19-21:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (19) ذِي قُوَّةٍ
عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (20) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (21)
Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah
yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang
mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di
sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
Kemudian Nabi Muhammad SAW mempelajarinya dan mengamalkannya.
Ayat ini merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa
Rasulullah SAW itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongeng
(legenda-legenda) orang-orang dahulu. Dari sini jelas bahwa Rasulullah SAW itu
bukan di ajari seorang manusia akan tetapi di ajari oleh malaikat jibril yang
sangat kuat.
Yang dimaksud syadidul quwa pada surat An najm ayat 5 adalah
malaikat jibril, yang selanjutnya disifati dengan Dzu mirrah yang dalam banyak
kitab tafsir diberi pengertian dzu quwwah (yang mempunyai kekuatan). Jibril itu memang sangat kuat, kekuatannya ada
pada dirinya. Jibril mempunyai kekuatan yang sangan luar biasa.
Ayat diatas juga memberikan pelajaran bagi guru tentang sifat
kuat. Sifat Kuat disini bukan berarti kuat secara fisik.
Namun kuat dalam ayat ini dimaksudkan dalam kekuatan mental yang ada pada
seorang guru. Kekuatan mental yang tinggi akan mengurangi rasa negatif yang menimpa diri seperti, cemas, malas, bosan, dan sebagainya. Oleh
karena itu, seorang guru harus kuat dalam menghadapi segalam macam hal yang ada
dalam tugasnya. Dan apabila ada masalah yang menyelimuti, seorang guru
hendaknya kuat, sabar dan tabah menghadapinya serta berusaha untuk memecahkan
masalah yang ada.
BAB III
KESIMPULAN
Guru adalah pendidik
dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Kepribadian adalah
keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat
diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu
pesroalan.
Pendidik dalam Islam ialah
siapa saja yang bertanggung jawab terhadap semua aspek
yang ada dalam anak didik. Dalam
Islam, orang yang pertama bertanggung jawab adalah ayah dan ibu (orang tua), tapi
seiring berkembangnya dan kemajuan zaman tugas itu diserahkan kepada pihak
lembaga pendidikan yang bertugas sebagai pendidik kedua setelah orang tua. Dan
pada intinya baik orang tua, maupun tenaga pendidik adalah membimbing anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tujuan pendidikan
yang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yakni menjadi insan kamil
Rangkaian firman Allah SWT dan hadits Rasulullah
SAW yang tertera dalam pembahasan makalah ini yang kesemuanya merupakan
penjelasana tentang pendidik dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung:
Nuansa.
Al-Abrasy, M. Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang
Uhbiyati. 1997. Nur Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Bandung: Pustaka
Setia
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al
mishbah (Pesan, Kesan dan keserasian Al- Qur’an)
volume 7. Jakarta: Lentera Hati
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.44
3 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm .154
Muhaimin, Arah Baru
Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm.155.
6 M. Athiyah
Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), hlm.131-134.
Nur Uhbiyati, Ilmu
Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.85
M.
Quraish Shihab, Tafsir Al mishbah (Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an) volume 7,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 233.
<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Komentar
Posting Komentar