MAKALAH RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

RUANG LINGKUP BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM By. Retno, dkk. A.       PENDAHULUA N   a.         Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupanmanusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yanglain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalamsifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang danggup mampu mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibanntu orang lain, maka dari inilah bimbingan konseling dibutuhkan. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan.Mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yangdiberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Hal inisangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pend

MAKALAH KEPRIBADIAN GURU


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidik (guru) merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam pendidikan. Guru sebagai pendidik merupakan suatu amanah yang sangat berat untuk dilaksanakan. Dikatakan berat, karena guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta didiknya ke arah yang positif dan lebih baik, dari semua aspek yang ada pada peserta didik baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Seorang guru bisa mengemban amanah sebagai pendidik dengan baik, apabila ia mengerti akan berbagai teori yang menyangkut dirinya yang bertugas sebagai guru. Dalam kaitannya dengan masalah ini, akan dibahas dalam makalah ini berbagai asumsi yang diambil dari sumber utama agama Islam yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam kedua sumber tersebut terdapat banyak sekali literatur-literatur yang membahas tentang pendidik.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepribadian
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker)yang dipakainya. Pada mulanya istilah per­sona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.[1]
Istilah personality terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psikofisik yang menyebabkan individu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya, kepercayaannya, nilai-nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.[2]
Pengertian Kepribadian menurut para Ahli berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandang ahli yang bersangkutan. Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi pengertian kepribadian sebanyak ahli yang merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa ahli yang definisinya dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian. Gordon W. Allport Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man really is.” Tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia merevisi definisi tersebut. Definisi yang kemudian dirumuskan oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment. Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan menjadi: Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul Elements of Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai berikut :“Personality is the integration of all of an individual’s characteristics into a unique organization that determines, and is modified by his attemps at adaption to his continually changing environment.”             (Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus). Semuanya ini telah ditata dalam caranya yang khas di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya”. Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instrument.
Berdasarkan pengertian kepribadian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut:[3]
1.      Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek psikis, seperti:inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. serta aspek fisik, seperti : bentuk tubuh,kesehatan jasmani, dst.
2.      Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalamiperubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik.
3.      Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahantersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.
4.      Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik yang datang dari luar dirinya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri (internal) sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri yang miliki. Kepribadian sebenarnya adalah suatu yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan cara menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Oleh karena itu masalah kepribadian adalah sesuatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Walaupun gambaran tentang guru itu tidak lengkap dan mungkin juga tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotip guru itu.
Guru merupakan sumber pengetahuan utama bagi murid-muridnya, namun pada umumnya orang tidak memandang guru sebagai orang yang pandai yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Orang yang berintelegensi tinggi akan menjadi dokter atau insinyur dan tidak menjadi guru, walaupun dalam kenyataaan terbukti bahwa guru yang beralih jabatannya dapat melakukan tugasnya dengan baik sebagai profesi lainnya.

B.     Kepribadian Guru Menurut Ahli Pendidikan Islam
            Menurut Al Ghazali, adapun kepribadian guru mencakup:[4]
1.      Kasih sayang terhadap peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri
2.      peneladanan pribadi Rasulullah Saw
3.      bersikap objektif
4.      bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi peserta didik
5.      bersedia mengamalkan ilmunya.
           


            Sedangkan Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa kepribadian yang perlu dimiliki guru adalah:[5]
1.      Kasih sayang kepada anak didik
2.      Lemah lembut
3.      Rendah hati
4.      Menghormati ilmu yang bukan pegangannya
5.      Adil
6.      Menyenangi ijtihad
7.      Konsekuen, perkataan sesuai dengan perbuatan, Sederhana.

     Menurut Athiyah Al-Abrasyi seorang pendidik Islam itu harus memiliki sifat-sifat tertentu agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapu sifat-sifat itu ialah:[6]
1.      Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridlaan Allah semata.
2.      Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat riya’, dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat tercela lainnya.
3.      Ikhlas dalam kepercayaan, keikhlasan dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik ke arah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-muridnya.
4.      Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap murid, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, sabar.
5.      Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya kepada anak-anaknya sendiri, dan memikirkan keadaan mereka seperto memikirkan anak-anaknya sendiri.
6.      Seorang guru harus mempunyai tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik muridnya.
7.      Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta memperdalam pengetahuannya, tentang itu sehingga mata pelajaran itu tidak akan bersifat dangkal.

C.     Kepribadian Guru dalam Al-Quran dan Hadist

            Pribadi yang arif bijaksana seperti ini sangat perlu dimiliki seorang guru yang menginginkan anak didiknya memiliki perilaku-prilaku yang baik menurut syariat.[7]
            Sifat guru yang tergambar dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Daramiy adalah menerangkan untuk takut kepada Allah, tidak sombong, dzikir, serta memohon ampun kepada Allah.
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ : كَفَى بِالْمَرْءِ عِلْماً أَنْ يَخْشَى اللَّهَ ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلاً أَنْ يُعْجَبَ بِعِلْمِهِ. قَالَ وَقَالَ مَسْرُوقٌ : الْمَرْءُ حَقِيقٌ أَنْ تَكُونَ لَهُ مَجَالِسُ يَخْلُو فِيهَا فَيَذْكُرُ ذُنُوبَهُ فَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ- الدارمي
            “Menceritakan kepada kami ahmad bin ‘abdullah, menceritakan kepada kami zaidah  dari al- a’masy dari muslim dari masruq berkata: Cukup bagi seseorang yang berilmu untuk takut kepada Allah. Dan cukup bagi seorang yang bodoh untuk membanggakan ilmunya. Muslim Berkata, dan masruq berkata: seseorang yang benar adalah apabila dia dalam majlis yang kosong didalamnya, maka ia akan mengingat dosanya dan memohon ampun kepada Allah”.
     Hadits diatas memberikan gambaran, bahwa seorang guru harus mempunyai sifat takut, yang bisa diperluas dengan menggunakan kata taqwa. Taqwa disini dimaksudkan agar guru senantiasa merasa takut untuk berbuat yang dilarang, agar anak didiknya tidak meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Hal semacam ini yang penting untuk diterapkan oleh guru. Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar atau mentransfer ilmu. Akan tetapi sangat jauh dari pada itu, seorang guru adalah pendidik dari semua aspek yang ada pada manusia baik dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
     Selain takut kepada Allah, hadits diatas juga melarang untuk menyombongkan diri dengan ilmu, dan senantiasa mengingat dosa atau kesalahannya lalu meminta ampun kepada Allah SWT. Matan hadits diatas hendaknya dilaksanakan dengan baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.         
     Selanjutnya sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik, banyak dibahas dalam Alqur’an, diantaranya dalam Surat Ar-rahman ayat 1.
الرَّحْمَنُ (1)
(tuhan) yang Maha pemurah.
     Ayat diatas menggambarkan akan sifat guru yang harus memiliki rasa kasih sayang.[8] Hal ini dimaksudkan agar guru senantiasa memberikan limpahan perasaan yang mendalam kepada seluruh anak didiknya dengan kasih sayang agar kegiatan belajar berjalan dengan khidmat dan tentunya dapat membuat anak didik merasa nyaman ketika belajar serta KBM (kegiatan belajar mengajar) akan membuahkan hasil yang baik sesuai dengan keinginan.
     Kepribadian yang baik seorang guru akan baik, akan senantiasa memperlancar kegiatan belajar, dan dengan pribadi baik pula akan menghasilkan pendidikan yang di inginkan. Dalam Al-qur’an juga banyak membahas tentang berbagai sifat yang baik, yang secara eksplisit harus dimiliki oleh seorang guru. Dalam surat An-najm ayat 5 menjelaskan tentang sifat kuat.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5)
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW di ajari oleh jibril. Jibril itu sangat kuat, baik ilmunya maupun amalnya. Dalam firman Allah SWT dijelaskan dalam surat At-Takwir: 19-21:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (19) ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (20) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (21)
            Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.

     Kemudian Nabi Muhammad SAW mempelajarinya dan mengamalkannya. Ayat ini merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-dongeng (legenda-legenda) orang-orang dahulu. Dari sini jelas bahwa Rasulullah SAW itu bukan di ajari seorang manusia akan tetapi di ajari oleh malaikat jibril yang sangat kuat.
     Yang dimaksud syadidul quwa pada surat An najm ayat 5 adalah malaikat jibril, yang selanjutnya disifati dengan Dzu mirrah yang dalam banyak kitab tafsir diberi pengertian dzu quwwah (yang mempunyai kekuatan). Jibril itu memang sangat kuat, kekuatannya ada pada dirinya. Jibril mempunyai kekuatan yang sangan luar biasa.
     Ayat diatas juga memberikan pelajaran bagi guru tentang sifat kuat. Sifat Kuat disini bukan berarti kuat secara fisik.[9] Namun kuat dalam ayat ini dimaksudkan dalam kekuatan mental yang ada pada seorang guru. Kekuatan mental yang tinggi akan mengurangi rasa negatif yang menimpa diri seperti, cemas, malas, bosan, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru harus kuat dalam menghadapi segalam macam hal yang ada dalam tugasnya. Dan apabila ada masalah yang menyelimuti, seorang guru hendaknya kuat, sabar dan tabah menghadapinya serta berusaha untuk memecahkan masalah yang ada.











BAB III
KESIMPULAN

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu pesroalan.
     Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap semua aspek yang ada dalam anak didik. Dalam Islam, orang yang pertama bertanggung jawab adalah ayah dan ibu (orang tua), tapi seiring berkembangnya dan kemajuan zaman tugas itu diserahkan kepada pihak lembaga pendidikan yang bertugas sebagai pendidik kedua setelah orang tua. Dan pada intinya baik orang tua, maupun tenaga pendidik adalah membimbing anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yakni menjadi insan kamil
     Rangkaian firman Allah SWT dan hadits Rasulullah SAW yang tertera dalam pembahasan makalah ini yang kesemuanya merupakan penjelasana tentang pendidik dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits


  
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Al-Abrasy, M. Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:        Bulan Bintang
Uhbiyati. 1997. Nur Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Bandung: Pustaka Setia
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al mishbah (Pesan, Kesan dan keserasian Al-      Qur’an) volume 7. Jakarta: Lentera Hati



                [1] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.44
                [2] Ibid., hlm.46
3 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm .154
                [4] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm.155.
                [5] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 84.
                6 M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm.131-134.
                [7] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm.85

                [8] M. Quraish Shihab, Tafsir Al mishbah (Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an) volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 233.
                [9] Ibid., hlm.235

<script data-ad-client="ca-pub-3224888017981904" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL